Anda di halaman 1dari 9

Teori Neoliberalisme dan Globalisme

A. Sejarah
1. Sejarah Neoliberalisme
Ideologi neoliberalisme didukung oleh teori ekonomi neoklasik untuk
menunjukkan secara matematis pasar bebas selalu jelas.Maksudnya adalah semua
tenaga kerja akan dipekerjakan untuk memproduksi barang-barang yang semua
terjual. Ekonomi liberalisme yang merupakan versi lama neoliberalis muncul sebagai
ideologi pada akhir Perang Dunia Kedua. Bahkan, sudah mulai digantikan sebagai
praktek pada awal abad ke-20, ketika, seperti Rudolf Hilferding, Nikolai Bukharin dan
Lenin menunjukkan kapitalisme pasar bebas memberi jalan kepada kapitalisme
monopoli dan imperialisme sebagai produknya.
Intervensi negara dipandang perlu untuk menyediakan infrastruktur untuk
produksi kapitalis. Jerman. Jepang, Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa
intervensi negara bisa memberikan dasar untuk profitabilitas baru dan akumulasi.
Dengan begitu, aliran baru muncul dengan memberitakan intervensi negara sebagai
cara untuk melindungi kapitalisme terhadap dirinya sendiri. Aliran baru berdasarkan
pada ide-ide dari ekonom Inggris John Maynard Keynes, yang pada tahun 1930-an
yang merevisi sebagian gagasan neoklasik yang sebelumnya dia didukung.
Setelah Perang Dunia Kedua, modal mengadopsi ideide Keynesian karena
percaya bahwa berbagai pembatasan dan peraturan akan bermanfaat bagi proses
akumulasi modal pada saat historis, terutama dibandingkan dengan catatan buruk
akumulasi yang disajikan berdasar pengalaman tanpa pembatasan selama Depresi
Besar. Friedrich von Hayek dan Milton Friedman terus berpegang pada doktrin lama.
Bahkan Campbell mengklaim bahwa modal keuangan yang paling tidak pernah
menerima kompromi Keynesian. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar
menerima ideologi Keynesian, bukan karena itu dipaksakan dengan kekuatan kelas
pekerja, tetapi karena peningkatan kegiatan ekonomi oleh negara didampingi oleh
tingkat jauh lebih tinggi dari keuntungan di AS dan negara-negara besar Eropa di
bawah ideologi pra-perang liberalisme ekonomi. Keynesianisme sebagai ideologi
mencerminkan realitas kapitalisme pada periode setelah Perang Dunia Kedua.
Keynesian sebagai praktek ekonomi, bukan ideologi, tidak diuji sampai krisis
ekonomi yang serius pertama dalam 40 tahun meletus pada pertengahan 1970-an -
dan itu terbukti tidak mampu menyelesaikan masalah krisis. Kapitalis dihadapkan
dengan kombinasi resesi dan kenaikan harga dikenal sebagai stagflasi. Para
Keynesian, salah satunya adalah Francis Cripps, mengatakan bahwa tidak ada yang
benar-benar memahami cara kerja ekonomi modern.
Kebangkitan kembali liberalisme klasik dapat dilihat melalui pemikiran dua
pemenang nobel Friedrich von Hayek (1899 – 1992) dan Milton Friedman (1912 -
2006) (http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme). Upaya pengembalian pemikiran
liberalisme klasik tidak hanya pada pada tataran ide tetapi gagasan tersebut kemudian
tertuang dalam kebijakan-kebijakan ekonomi politik domestik di Inggris di bawah
perdana menteri Margaret Thatcher dan pada saat yang hampir bersamaan
diterapkan oleh Ronald Reagan di Amerika. Dengan demikian, kemunculan
neoliberalisme seringkali dikaitkan dengan neokonservatisme mengingat
kebangkitannya di Inggris melekat pada Thatcher yang berasal dari partai konservatif.
Melalui sponsor oleh Inggris dan Amerika, gagasan neoliberalisme di tingkat global
juga menjadi landasan dalam diplomasi ekonomi internasional yang tercermin dari
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh lembagalembaga ekonomi internasional seperti
IMF, WTO, dan Bank Dunia.
Krisis struktural kapitalisme memperlihatkan bahwa kebijakan, praktik dan
lembaga yang telah melayani dengan baik tujuan kapitalisme akumulasi modal tidak
dapat dilakukan lagi. Kapitalisme meninggalkan kompromi Keynesian dalam
menghadapi turunnya tingkat keuntungan dan berganti keyakinan bahwa
neoliberalisme dapat meningkatkan laba dan akumulasi kinerja (Chairman, 2007).
Pada tahap pertama kelahiran kembali ini ide-ide lama berupa monetarisme Milton
Friedman sebagai tokoh sentral dalam monetarisme. Friedman mengatakan bahwa
ada masalah dengan sistem pasar bebas yang disebabkan oleh ketidakmampuan
kontrol pemerintah akan pasokan uang.
Akan tetapi versi ekonomi pasar bebas juga terbukti tidak bisa dijalankan
dalam waktu kurang dari satu dekade. Sehingga penekanan bergeser ke versi seperti
yang von Hayek dan Robert Lucas yang bahkan lebih penting dari intervensi negara
dari Friedman. Pendekatan lahirnya kembali pasar bebas yang disajikan oleh
Friedman dan Hayek tampaknya menawarkan jalan keluar. Friedman dan Hayek
mengklaim bahwa perekonomian akan menyelesaikan masalah sendiri jika
dibebaskan dari distorsi pasar yang berasal dari intervensi negara atau intervensi dari
labor union terhadap fleksibilitas dari pasar tenaga kerja (Chairman, 2007).
Perdagangan bebas akan mencegah monopoli nasional mendistorsi harga dan
pengangguran akan menetap di natural rate yang diperlukan untuk mencegah upah
mengerus keuntungan.
2. Globalisme
Globalisme adalah suatu konsep yang berkaitan dengan upaya untuk
menciptakan koneksi dan kerjasama yang lebih erat antara negara-negara di seluruh
dunia. Ini telah menjadi fenomena yang semakin penting sepanjang sejarah, dengan
akar-akarnya yang dapat ditelusuri kembali ke periode awal perdagangan
internasional dan kerja sama politik antara bangsa-bangsa.
Beberapa poin penting dalam sejarah globalisme meliputi:
a. Perdagangan Internasional: Globalisme memiliki akar sejarah yang kuat
dalam perdagangan internasional. Selama ribuan tahun, bangsa-bangsa telah
berdagang dengan satu sama lain, menciptakan jaringan ekonomi yang
melintasi batas-batas nasional.
b. Abad Pertengahan: Selama Abad Pertengahan, perdagangan melintasi Eropa,
Asia, dan Afrika membawa budaya dan pengetahuan dari berbagai belahan
dunia. Misalnya, Jalur Sutra adalah jaringan perdagangan yang
menghubungkan Timur Tengah, Asia, dan Eropa.
c. Era Kolonial: Era penjajahan dan kolonialisasi oleh kekuatan Eropa
mengubah dinamika globalisme. Kolonialisme menciptakan hubungan antara
berbagai wilayah dunia, tetapi seringkali dengan tujuan eksploitasi.
d. Organisasi Internasional: Setelah Perang Dunia I, Liga Bangsa didirikan
sebagai upaya pertama untuk menciptakan organisasi internasional yang
mendorong perdamaian dan kerjasama. Ini diikuti oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) setelah Perang Dunia II.
e. Globalisasi Ekonomi: Globalisasi ekonomi pada abad ke-20 mendorong
pertumbuhan perdagangan internasional, investasi lintas batas, dan
interkoneksi ekonomi. Hal ini juga menghadirkan tantangan dan kontroversi
terkait ketidaksetaraan ekonomi
f. Globalisme Kontemporer: Globalisme saat ini mencakup berbagai isu,
termasuk perdagangan internasional, lingkungan, perdamaian, dan hak asasi
manusia. Organisasi seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan
organisasi non-pemerintah berperan dalam mempromosikan kerjasama
global.
Sejarah globalisme mencerminkan upaya manusia untuk mengatasi perbedaan
nasional dan geografis guna mencapai tujuan bersama dalam berbagai aspek
kehidupan dunia. SM.

B. Pengertian
1. Neoliberalisme
Neoliberalisme adalah kata yang cukup sering di dengar di tengah-tengah
masyarakat. Terkhusus bagi kalangan akademisi yang mengenyam pendidikan di
bidang ilmu-ilmu sosial dan politik. Istilah Neoliberalisme sudah pasti sangat populer
dalam literatur-literatur yang mereka pelajari. Tetapi, istilah ini tidak lebih populer
jika dibanding dengan istilah Liberalisme. Walaupun sebenarnya diantara kedua
istilah itu memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Hal ini merupakan hal yang wajar
karena dua istilah itu memiliki usia yang sangat jauh berbeda. Karena secara
genealogi, penggunaan istilah Liberalisme jauh lebih tua dibanding dengan istilah
Neoliberalisme. Istilah Liberalisme sudah muncul sejak abad ke - 17 ketika seorang
filsuf dari Inggris yang bernama Jhon Locke (1632-1704) mencetuskan ide-ide
besarnya tentang Liberalisme. Paham Liberalisme ini kemudian menjadi filsafat yang
sangat berpengaruh di Eropa. Karena besarnya pengaruh daripada Liberalisme itu,
bahkan Andrew Heywood sampai mengatakan bahwa setiap pembahasan tentang
ideologi politik harus dimulai dengan liberalisme.
Istilah Neoliberalisme itu sendiri jika diartikan secara harfiah terdiri dari kata
Neo dan Liberalisme yang berarti liberalisme baru, atau liberalisme gaya baru.
Sehingga sebenarnya Neoliberalisme ini merupakan kontiniuitas dari pemahaman
Liberalisme yang sudah menyesuaikan dengan konteks zaman.
Neoliberalisme mempunyai beberapa pengertian dari berbagai pendapat.
Dari beberapa definisi, pada intinya gagasan neoliberalisme berakar pada
tradisi pemikiran liberal yang menempatkan individualisme, rasionalitas,
kebebasan, dan equality sebagai nilai-nilai yang paling mendasar.1
Noliberalisme adalah teori ekonomi politik yang berfokus pada kesejahteraan
manusia dengan cara membebaskan manusia untuk mengembangkan keterampilan
individu dalam proses perdagangan melalui pasar bebas, negara dalam hal ini
memegang peranan sebagai lembaga yang menjamin dan mengatur struktur
1
Parmitasari, Rika Dwi Ayu, and Zulfahmi Alwi. "Aliran Ekonomi Neoliberalisme: Suatu Pengantar." Journal
Study of Scientific and Behavioral Management (SSBM) Vol 1 (2020), Hal. 63
keamanan juga hukum sebagai instrumen untuk menjaga hak milik pribadi dalam
proses menjalankan fungsi pasar dengan baik. Neoliberalisme menjadi teori yang
didasarkan pada pasar persaingan bebas dan dikenal dengan perkembangan ekonomi
yang baik demi pencapaian kepentingan manusia. Neoliberalisme dijelaskan sebagai
sebuah aliran politik ekonomi yang menekankan pada sifat positif pasar bebas dan
memfokuskan pada pihak swasta untuk lebih mendominasi perekonomian dengan
menekan campur tangan pemerintah.2
Neoliberalisme sendiri bukan merupakan satu teori besar, sebab
neoliberalisme merupakan rombakan dari ide-ide kaum liberalis lama dengan
menambahkan proposisi yang baru, akan tetapi tidak menghilangkan proposisi yang
lama. Perbedaan antara liberalisme dan neoliberalisme terlihat dari pandangan
neoliberalisme yang lebih realistis memandang bahwa konflik dan peperangan pasti
akan terjadi dalam dinamika hubungan internasional, maka dari itu neoliberal juga
menyatakan tetap dibutuhkan kerjasama untuk menghindari konflik. Selain itu,
neoliberalisme juga memfokuskan teorinya pada aspek-aspek politik ekonomi,
lingkungan, dan isu-isu terkait dengan hak asasi manusia. 3 Neoliberalisme adalah
penyempurnaan atas teori tindakan liberalisme sosialme yang menjunjung kebebasan
individu.
Secara umum teori neoliberlaisme ini merupakan teori turunan dari teori
liberalisme dan juga sebagai pesaing utama dari teori neorealisme. Teori
neoliberlisme muncul karena gagalnya teori realis dan neorealis dalam memprediksi
akan berakhirnya Perang Dingin secara damai. Megutip dari Kegley dan Wittkopf
(1997) dalam Dugis neoliberalisme akhirnya muncul dan memberikan kritik
terhadap neoralisme dan memberikan sejumlah prinsip megenai anarki dan struktur
sistem internasional dan bagaimana perdamaian dapat dicapai.
Beberapa pendapat ahli tentang pengembangan teori neoliberalisme yang
dijadikan pedoman dalam menjalankan neoliberalisme, antara lain;
a. Friedrich August von Hayek
Teori ini untuk memberikan kritik kepada teori yang dimiliki oleh Karl Marx,
terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan beberapa ide pokok yang
membahas tentang neoliberalisme.

2
Azzahra, Fadillah Putri. "Korean Wave dan Kebijakan Budaya: Analisis Diplomasi Budaya melalui Kerangka
Neoliberalisme." ResearchGate. Retrieved October 7 (2022): Hal.
3
Lamy, Steven, L., 2008. Contemporary Mainstream Approaches: Neo-Realism and Neo-Liberalism.
Dalam:Baylish, John & Smith, Steve, ed. The Globalization of World PoliticsanIntroductionto International
Relations, eds. New York: Oxford University Press.
Free enterprise, manusia akan berkembang dengan adanya kebebasan untuk
melakukan usaha. Kebebasan tersebut meliputi, hak kepemilikan, perdagangan
bebas, kebebasan individu, dan pasar bebas Homo economicus, manusia adalah
makhluk ekonomi. Manusia akan terus mencari kekayaan untuk dirinya sendiri.
Kekayaan yang dimiliki oleh setiap individu menjadi tolok ukur kesejahteraan
masyarakat. Konsep ini menjadi pembeda antara neoliberalisme dengan
liberalisme.
Adanya deregulasi, pasar, debirokratisasi, pengurangan program kesejahteraan
dan subsidi, serta privatisasi. Konsep ini diharapkan dapat menciptakan kondisi
sosial ekonomi di masyarakat menjadi semakin kondusif dan tidak mungkin
ditiru.
Kepemilikan swasta, merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dari kegiatan
sehari-hari. Tanggungjawab perusahaan, tergantung pada kepemilikan
perusahaan. Perusahaan swasta maka semua tanggung jawab pada masing-masing
perusahaan. Peran negara pada setiap aspek sangat terbatas, negara hanya
memegang pada sektor penting saja.
b. Mazhan Freiburg
Teori ini untuk memberikan kritik kepada teori yang dimiliki oleh Karl Marx,
kritik tersebut tertuang dalam sebuah jurnal dengan inti pembahasan tentang
konsep ekonomi psar sosialis. Teori ini mengatakan bahwa aspek politik dan
ekonomi tidak dapat terpisahkan satu sama lain.
Tujuan dari neoliberalisme adalah agar terciptanya berbagai jenis usaha mandiri
yang ada di masyarakat. Jumlah wirausaha yang banyak maka akan membuat
kondisi ekonomi lebih baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Globalisme
Paul James mendefinisikan globalisme "sebagai ideologi dominan dan
subjektivitas yang terkait dengan berbagai formasi cakupan global yang dari dulu
selalu mendominasi. Manfred Steger membagi globalisme menjadi beberapa jenis
seperti globalisme keadilan, globalisme jihad, dan globalisme pasar. Globalisme
pasar meliputi ideologi neoliberalisme. Penyusutan makna globalisme menjadi
ideologi globalisme pasar dan neoliberalisme yang tunggal kadang kala memicu
pertentangan. Misalnya, dalam buku The Collapse of Globalism and the Reinvention
of the World (2005), filsuf Kanada John Ralston Saul menganggap globalisme sejalan
dengan neoliberalisme dan globalisasi neoliberal. Ia berpendapat bahwa meski belum
memberi dampak yang besar, globalisasi sudah terpecah duluan menjadi bagian-
bagian yang saling berlawanan dan orang-orang yang terlibat dalam globalisasi
kembali menegaskan kepentingan nasionalnya lewat cara-cara yang positif sekaligus
menghancurkan.
Sebaliknya, ilmuwan politik Amerika Serikat Joseph Nye, perintis teori
hubungan internasional neoliberalisme, berpendapat bahwa globalisme mengacu
pada gambaran dunia yang memiliki jaring hubungan lintas benua,
sedangkan globalisasi mengacu pada peningkatan atau penurunan tingkat
globalisme. Konsep yang lebih umum ini kurang diterima kalangan ilmuwan.
Istilah globalisme dan globalisasi mulai digunakan pada paruh terakhir abad
kedua puluh. Pertanyaan mengenai kapan, dan oleh siapa, masih menjadi perdebatan.
Namun terlepas dari asal usulnya, kedua istilah tersebut digunakan dengan cara yang
berbeda. Globalisasi mengacu pada proses ekonomi dan sosial multidimensi yang
dimulai pada akhir tahun 1970an dan awal tahun 1980an dan mencakup berbagai
fenomena ekonomi, komunikasi, lingkungan hidup, dan politik yang saling terkait.
Globalisme, meskipun memiliki akar yang lebih tua sebagai sinonim untuk
internasionalisme, telah digunakan sebagai nama komitmen ideologis yang luas yang
mendukung proses globalisasi—yaitu, suatu pandangan yang memandang proses
globalisasi sebagai suatu hal yang menyeluruh atau dominan. positif dalam
implikasinya bagi umat manusia (Steger 2002).
definisi globalisasi menurut Litonjua sangatlah sempit. Pertama, globalisasi
bukanlah suatu proses yang didorong oleh kelas hegemonik yang berkomitmen pada
liberalisme ekonomi yang ekstrim. Sebaliknya, hal ini lebih dikonseptualisasikan
sebagai “sebuah proses (atau serangkaian proses) yang mewujudkan transformasi
dalam organisasi spasial hubungan dan transaksi sosial”. Lebih khusus lagi, hal ini
memerlukan peningkatan dan percepatan keterhubungan serta sinkronisasi kegiatan
sosial lintas dimensi teritorial. Dalam praktiknya, elemen-elemennya mencakup
peningkatan komunikasi internasional dan lintas teritorial serta pergerakan barang
dan manusia. Hal ini menyebabkan Therborn berpendapat bahwa globalisasi berarti
“kecenderungan jangkauan, dampak, atau keterhubungan fenomena sosial yang
mendunia”. Kedua, globalisasi tidak, dan belum, mempengaruhi berbagai ciri sosial
dan institusi masyarakat secara merata atau bersamaan sepanjang sejarah.
Secara khusus, Mann berpendapat bahwa ada empat, atau lima, bidang utama
globalisasi: ideologi, ekonomi, militer, politik, dan geopolitik. Kawasan-kawasan ini
berfungsi secara relatif otonom atau 'ortogonal' satu sama lain, yang berarti bahwa
kawasan-kawasan tersebut “berinteraksi namun tidak secara sistematis”. Dengan
demikian, globalisasi tidak dapat dianggap sebagai suatu proses terpadu yang
bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Ketiga, globalisasi merupakan fenomena
yang telah ada sepanjang sejarah, didorong oleh faktor politik dan teknologi. Namun
demikian, berbagai 'gelombang' globalisasi, dan penurunan globalisasi, dapat
dibedakan berdasarkan tingkat dan luasnya deteritorialisasi global dan
keterhubungannya.

C. Hubungan Neoliberalisme dan Globalisme


Neoliberalisme dan globalisme memiliki hubungan erat karena keduanya memiliki
ciri-ciri yang serupa dan sering kali saling mendukung. Berikut ini adalah beberapa
kaitan antara neoliberalisme dan globalisme:
1) Pasar Bebas Global: Neoliberalisme mendorong pasar bebas dan persaingan, yang
sering kali mengarah pada globalisasi ekonomi. Globalisme adalah gagasan bahwa
dunia menjadi semakin terhubung melalui perdagangan, investasi, dan aliran
informasi, yang sejalan dengan pandangan pasar bebas neoliberal.
2) Liberalisasi Perdagangan: Baik neoliberalisme maupun globalisme
mempromosikan liberalisasi perdagangan internasional, yang menghapus hambatan
tarif dan non-tarif, memungkinkan aliran barang dan jasa yang lebih bebas di
seluruh dunia.
3) Deregulasi: Neoliberalisme cenderung mengadvokasi deregulasi ekonomi, yang
dapat menciptakan iklim yang lebih ramah bagi perusahaan multinasional.
Globalisasi mempercepat proses deregulasi ini dengan mendorong negara untuk
mengurangi hambatan regulasi untuk bisnis internasional.
4) Investasi Asing: Neoliberalisme mendukung investasi asing yang lebih besar,
sementara globalisme menciptakan lingkungan yang memudahkan perusahaan
global untuk berinvestasi di berbagai negara.
5) Aliran Modal: Neoliberalisme mendorong aliran modal yang bebas di seluruh
dunia, yang sejalan dengan aspek globalisme yang mengutamakan investasi dan
keuangan global.
D. Contoh Neoliberalisme
Dalam konteks globalisme, berikut adalah contoh penerapan prinsip neoliberalisme:
a. Perdagangan Bebas: Neoliberalisme mendorong perdagangan bebas internasional
tanpa hambatan seperti tarif dan kuota. Ini memungkinkan pasar global untuk
beroperasi lebih efisien.
b. Investasi Asing: Prinsip neoliberalisme mendukung investasi asing langsung dan
mendorong negara-negara untuk mempermudah masuknya modal asing ke dalam
perekonomian mereka.
c. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization - WTO): WTO adalah
contoh lembaga internasional yang mendorong prinsip-prinsip neoliberalisme
dengan tujuan memfasilitasi perdagangan bebas di seluruh dunia.
d. Aliansi Perdagangan: Perjanjian perdagangan regional dan bilateral, seperti
Perjanjian Trans-Pasifik (TPP) atau Perjanjian Uni Eropa (UE), mencerminkan
prinsip-prinsip neoliberalisme dengan menghilangkan hambatan perdagangan.
e. Privatisasi: Dalam konteks globalisme, negara-negara sering mengprivatisasi
perusahaan dan aset publik untuk menarik investasi asing dan mengintegrasikan
ekonomi mereka ke dalam pasar global.
f. Deregulasi Keuangan: Prinsip neoliberalisme sering menyertakan deregulasi
sektor keuangan untuk mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi.
g. Mobilitas Tenaga Kerja: Prinsip neoliberalisme mendorong mobilitas tenaga kerja
yang lebih besar di seluruh dunia, memungkinkan perusahaan untuk mencari
sumber daya tenaga kerja yang lebih murah.

Anda mungkin juga menyukai