Anda di halaman 1dari 12

2024 Oleh Kelompok 1 THI

PERANG DAGANG ANTARA AS DAN CHINA


DALAM PERSPEKTIF REALISME, BOP
01

ANGGOTA KELOMPOK

Putri Ansula M M. Aldi Junarto Fathiya Adilla Gabrillia Diva A


036 049 052 060

TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL 2024


LATAR BELAKANG

Perang dagang antara AS dan China merupakan


konflik perdagangan yang berkepanjangan antara dua
kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Sejak dimulainya
eskalasi pada tahun 2018, AS dan China telah saling
menerapkan tarif impor tambahan terhadap barang-
barang satu sama lain sebagai tanggapan terhadap
kebijakan perdagangan yang mereka anggap
merugikan. Hal ini telah mengarah pada ketegangan
perdagangan yang meningkat dan mengganggu
stabilitas ekonomi global.
TEORI REALISME BALANCE OF POWER

Dalam teori realisme dalam hubungan internasional, "balance of power" merujuk pada situasi di mana
kekuatan-kekuatan besar atau negara-negara dalam sistem internasional berusaha untuk menjaga
keseimbangan kekuatan di antara mereka. Tujuannya adalah untuk mencegah dominasi satu kekuatan
besar atas yang lainnya yang dapat mengancam stabilitas dan keamanan global. Dalam prakteknya, ini
dapat dicapai melalui aliansi, diplomasi, perundingan, atau bahkan penggunaan kekuatan militer. Balance
of power menciptakan sistem di mana tidak ada negara yang secara dominan memiliki keunggulan
absolut atas yang lainnya, dan ini dianggap sebagai salah satu faktor yang penting untuk mencegah konflik
besar antara negara-negara besar.

Teori realisme Balance of Power menekankan pentingnya keseimbangan kekuasaan antara negara-
negara dalam sistem internasional yang diwarnai oleh anarki. Negara-negara berusaha untuk
mempertahankan kekuasaan mereka sendiri dan mencegah dominasi oleh negara lain melalui
pembentukan aliansi, peningkatan kekuatan militer, dan strategi lainnya.
KRONOLOGI

Amerika Serikat dan China adalah dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Namun, perdagangan antara keduanya
sangat tidak seimbang, mengingat China memiliki surplus perdagangan besar dengan Amerika Serikat.
Defisit perdagangan Amerika Serikat dengan China menjadi masalah utama bagi pemerintah Amerika Serikat. Pada tahun 2018,
defisit perdagangan Amerika Serikat dengan China mencapai US$ 419,5 miliar. Hal ini menjadi perhatian utama bagi
pemerintahan Amerika Serikat yang berusaha untuk mengurangi defisit perdagangan dengan China. Alhasil, perang dagang
Amerika Serikat dan China pecah sebagai usaha Amerika mempertahankan kekuatannya sebagai negara nomor satu di dunia.

Perang dagang bermula karena Trump kesal dengan neraca perdagangan negaranya yang selalu tercatat defisit dengan China.
Untuk itu, ia memilih langkah proteksionisme untuk memperbaiki neraca perdagangan AS. Trump memutuskan untuk menaikkan
bea masuk impor panel surya dan mesin cuci yang masing-masing menjadi 30 persen dan 20 persen. Sejak saat itu, tepatnya 22
Januari 2018, perang dagang pun dimulai.
Kemudian, Trump juga mengenakan tarif bea masuk untuk baja sebesar 25 persen dan 10 persen untuk aluminium. Kebijakan ini
diputuskan pada Maret 2018.

Namun, China tak tinggal diam, China ikut menaikkan tarif produk daging babi dan skrap aluminium mencapai 25 persen dan
Beijing memberlakukan tarif 15 persen untuk 120 komoditas AS. Komoditas itu, seperti almond dan apel. Tidak hanya itu, China
juga mengadu kepada WTO tentang tarif impor baja dan aluminium. Keluhan ini disampaikan China kepada WTO pada April 2018.

Perang dagang ini juga dipicu oleh masalah kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi. Amerika Serikat menuduh
China mencuri teknologi dan rahasia perdagangan Amerika Serikat, sedangkan China membantah tudingan tersebut.
Setelah hampir dua tahun, pada tahun 2020, Amerika Serikat dan China akhirnya mencapai kesepakatan perdagangan tahap satu
yang mencakup komitmen dari China untuk membeli lebih banyak barang dari Amerika Serikat dan mengatasi masalah terkait
kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi.
SEJARAH HUBUNGAN DAGANG
ANTARA AS DAN CHINA
1. Normalisasi Hubungan (1970-an): 4. Kenaikan Perdagangan Bilateral (2000-an):
Pada tahun 1972, Presiden AS Richard Nixon mengunjungi China dalam Selama dua dekade terakhir, perdagangan antara AS dan China
kunjungan yang bersejarah, membuka jalan bagi normalisasi hubungan berkembang pesat. China menjadi mitra dagang terbesar AS,
diplomatik antara kedua negara pada tahun 1979 di bawah Presiden sementara AS adalah salah satu mitra dagang terpenting bagi China.
Jimmy Carter. Normalisasi ini membuka pintu bagi peningkatan Perdagangan meliputi berbagai sektor, termasuk manufaktur, teknologi,
hubungan dagang antara AS dan China. pertanian, dan energi.

2. Pembukaan Ekonomi China (1980-an): 5. Perang Dagang (2018-sekarang):


Pada tahun 1978, China meluncurkan kebijakan reformasi ekonomi yang Hubungan dagang AS-China mengalami ketegangan yang meningkat
dikenal sebagai "Reformasi dan Pembukaan." Kebijakan ini mengarah sejak tahun 2018, ketika AS mulai menerapkan tarif tambahan terhadap
pada liberalisasi ekonomi, privatisasi industri, dan peningkatan sejumlah besar produk impor China sebagai tanggapan terhadap apa
integrasi China ke dalam ekonomi global. Hal ini menciptakan peluang yang dilihat sebagai praktik perdagangan yang tidak adil oleh China,
baru bagi perdagangan dengan AS dan negara lain. termasuk pencurian kekayaan intelektual dan subsidi pemerintah yang
tidak adil. China juga memberlakukan tarif balasan terhadap produk
3. Penandatanganan Perjanjian Dagang (2000): impor AS. Ketegangan perdagangan ini menciptakan ketidakpastian
Pada tahun 2000, AS dan China menandatangani Perjanjian Dagang ekonomi dan geopolitik global.
China-Amerika Serikat, yang membuka akses pasar China bagi produk
AS dan mengatur kewajiban perdagangan antara kedua negara.
Perjanjian ini bertujuan untuk mempromosikan pertumbuhan
perdagangan bilateral yang seimbang.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERANG DAGANG ANTARA AS DAN CHINA
1. Tarif Bea Cukai: Kedua negara memperluas kebijakan proteksionisme dengan menetapkan tarif
bea cukai yang lebih tinggi terhadap barang impor dari pihak lawan
2. Produktivitas Industri: Tarif bea cukai dan konflik perdagangan membuat kedua negara mengejar
pasar luar dengan lebih intensif, yang mungkin menyebabkan overproduction (produksi yang
melebihi permintaan)
3. Dependen Siap Pasar: Kerjasama ekonomi AS dan China yang signifikan membuat kedua negara
sensitif terhadap peristiwa perdagangan yang berpengaruh
4. Keinginan Politik: Presiden AS Donald Trump mengimplementasikan kebijakan proteksionisme
sebagai bagian dari strategi politiknya
5. Kompetisi Global: Perang dagang AS-China menjadi salah satu konfrontasi global antara dua
superderna ekonomi yang mengumpulkan kuasa di pasaran internasional
6. Hubungan Internasional: Konflik perdagangan antara AS dan China mempengaruhi hubungan
internasional dengan beberapa negara lain, seperti Uni Eropa dan beberapa negara di kawasan Asia
DAMPAK PERANG DAGANG TERHADAP
STABILITAS GLOBAL

1. Gangguan Pasar Global: menimbulkan ketidakpastian dan 5. Ketegangan Geopolitik: Sengketa perdagangan ini dapat
volatilitas. Tarif dan pembatasan perdagangan antara AS dan China mempengaruhi hubungan internasional di bidang politik, keamanan,
dapat mengakibatkan penurunan ekspor dan impor, memengaruhi dan ekonomi, menciptakan risiko konflik lebih lanjut.
banyak industri dan negara di seluruh dunia.
6. Dampak pada Pertumbuhan Ekonomi Global: merugikan
2. Ketidakpastian Investasi: Para pelaku pasar cenderung pertumbuhan ekonomi global secara keseluruhan. Jika dua ekonomi
menahan investasi atau mengambil keputusan bisnis yang lebih terbesar di dunia mengalami penurunan pertumbuhan, dampaknya
konservatif dalam menghadapi ketidakpastian perdagangan yang akan dirasakan di seluruh dunia.
tinggi.
7. Peningkatan Biaya Produksi dan Harga Konsumen: Terjadi
3. Ketidakseimbangan Ekonomi Global: Peningkatan tarif dan
peningkatan biaya produksi karena harga bahan baku yang lebih
hambatan perdagangan dapat menyebabkan ketidakseimbangan
ekonomi global. tinggi dan rantai pasokan yang terganggu. Akibatnya, harga
konsumen dapat naik, meningkatkan tekanan inflasi di beberapa
4. Tekanan pada Kerjasama Internasional: Perang dagang dapat negara.
menempatkan tekanan pada kerjasama internasional dan organisasi
perdagangan seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Negara-negara tercerai-berai dalam penyelesaian sengketa
perdagangan dan mungkin lebih cenderung melibatkan diri dalam
tindakan proteksionis.
STRATEGI DAN RESPONS DARI PERANG
DAGANG AS DAN CHINA

Tindakan yang diambil oleh AS dalam menanggapi perang Respons China terhadap tekanan AS:
dagang

Tarif balasan: China telah memberlakukan tarif balasan

1.
Penerapan tarif tambahan: AS telah menerapkan tarif
tambahan terhadap sejumlah besar produk impor
China sebagai upaya untuk melindungi industri
1. terhadap produk impor AS sebagai tanggapan atas
tindakan AS yang dianggap merugikan. Langkah ini
bertujuan untuk menekan AS dan memberikan sinyal
domestik dan merespons praktik perdagangan yang bahwa China tidak akan menerima tekanan
dianggap tidak adil oleh China. perdagangan tanpa membalasnya.

Penarikan keuntungan perdagangan khusus Diversifikasi pasar ekspor: China mencari alternatif

2. (preferences): AS telah mengancam untuk menarik


keuntungan perdagangan khusus yang diberikan
kepada China, seperti status negara berkembang, untuk
2. pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungannya
pada pasar AS, dengan mengalihkan perdagangan ke
negara-negara lain dan mengembangkan hubungan
memaksa China untuk membuat komitmen lebih besar dagang baru.
terkait reformasi perdagangan.
Pelonggaran kebijakan ekonomi: China telah melonggarkan

3
Penekanan diplomatis: AS juga menggunakan tekanan
diplomatis untuk mendesak China agar mengubah
kebijakan perdagangannya, termasuk melalui pertemuan
tingkat tinggi antara pejabat AS dan China.
3 kebijakan ekonomi dalam upaya untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi domestiknya dan mengurangi
dampak negatif dari perang dagang dengan AS.
ANALISIS PERANG DAGANG AS DAN CINA DALAM PERSPEKTIF
REALISME BALANCE OF POWER Kompetisi Teknologi:

Perang dagang antara AS dan China mencerminkan persaingan kekuasaan


3. Persaingan dalam teknologi baru, seperti AI, 5G,
dan manufaktur semikonduktor, merupakan
aspek penting dalam Balance of Power. Kedua
negara berupaya untuk mendominasi teknologi,
antara kedua negara dalam konteks ekonomi global. Kedua negara bersaing dengan upaya untuk mengendalikan sektor-
untuk mendominasi pasar internasional, memperoleh akses ke sumber daya sektor teknologi utama.
yang diperlukan, dan mempengaruhi aturan perdagangan internasional

4.
sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Tindakan Hubungan Politik:
proteksionisme dan tarif yang diterapkan oleh kedua belah pihak Ketegangan hubungan politik dapat meluas ke
hubungan dagang, sehingga mempengaruhi
merupakan upaya untuk memperkuat posisi ekonomi mereka sendiri sambil
kebijakan dan negosiasi.
merugikan lawan dagang mereka.

Perjanjian Perdagangan Multilateral:

1.
Defisit Perdagangan:
AS secara konsisten mengalami defisit perdagangan dengan
Tiongkok, yang berarti AS mengimpor lebih banyak barang dan
jasa dari Tiongkok dibandingkan mengekspor ke Tiongkok.
5. Baik AS maupun Tiongkok terlibat dalam
berbagai perjanjian
perdagangan multilateral.
dan organisasi

Tarif dan Kebijakan Perdagangan: Dampak Ekonomi Global:

2. AS menuduh Tiongkok melakukan praktik perdagangan yang tidak


adil, termasuk pencurian kekayaan intelektual dan transfer
teknologi secara paksa. Pengenaan tarif bertujuan untuk
6. Saling ketergantungan ekonomi kedua negara
mempunyai dampak yang besar terhadap
negara dan wilayah lain. Pergeseran dalam
Balance of Power dapat mempunyai dampak
mengatasi masalah ini dan mengurangi defisit perdagangan.
yang luas terhadap perekonomian dunia.
KESIMPULAN

Konflik dalam perang dagang semakin memanas karena China juga menerapkan tarif impor terhadap barang-barang
impor AS sebagai tanggapan kebijakan yang sudah dibuat oleh Trump. Kedua negara saling melancarkan retorika
keras dan tindakan balasan, termasuk melakukan pembatasan perdagangan serta tindakan lainnya yang merugikan
ekonomi masing-masing.

Dalam perspektif Realisme Balance of Power, perang dagang antara AS dan China terjadi karena keduanya
merupakan kekuatan ekonomi terbesar di dunia dan saling bersaing untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan
kekuasaan politik. Balance of power merupakan pola perilaku negara yang dihasilkan dari kombinasi antara sistem
internasional yang anarki dengan kekuatan relatif yang dimiliki setiap negara. Kekuatan dan balance of power
merupakan jaminan bagi suatu negara untuk memperoleh keamanan. Dalam sistem internasional yang anarki, negara
cenderung untuk melakukan balancing, yaitu melakukan aliansi antar negara dengan kekuatan lemah dan membentuk
perjanjian formal atau informal secara eksternal atau secara internal untuk mempertahankan kekuatan dan keamanan
negara. Meskipun perang dagang antara AS dan China memiliki konsekuensi yang luas, baik dalam konteks ekonomi,
politik, maupun keamanan, namun keduanya tetap berusaha untuk mempertahankan kekuatan dan keamanan
negaranya masing-masing.
THANK YOU !

LET'S DISCUSS

Anda mungkin juga menyukai