Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PERANG DAGANG

ANTARA AS DAN CINA DALAM PERSPEKTIF REALISME

BALANCE OF POWER SEBAGAI KEBIJAKSANAAN NASIONAL

Disusun Oleh :

Putri Ansula Magfirah M (151230036)

M. Aldi Junarto (151230049)

Fathiya Adila (151230052)

Gabrillia Diva Adira (151230060)

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


YOGYAKARTA

2024
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam abad ke-21, perselisihan ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dan
Cina telah menjadi sorotan utama dalam politik global. Kedua kekuatan besar ini
saling bersaing secara intensif, menciptakan dampak yang luas baik dalam ranah
ekonomi maupun politik, tidak hanya bagi mereka sendiri tetapi juga bagi stabilitas
ekonomi global secara keseluruhan. Dalam kajian ini, kita akan melihat lebih dekat
konflik perdagangan AS-Cina, memakai lensa teori realisme dan konsep
keseimbangan kekuatan.

Realisme, dalam konteks hubungan internasional, menggambarkan negara-


negara sebagai pesaing yang berjuang untuk meningkatkan posisi relatif mereka
dalam hal kekuasaan, keamanan, dan keuntungan. Persaingan ini muncul dalam
berbagai bentuk, termasuk persaingan ekonomi seperti yang terjadi antara AS dan
Cina. Pandangan realisme membantu kita memahami bagaimana dinamika
kekuatan antara kedua negara ini mempengaruhi kebijakan mereka, terutama dalam
konteks perang dagang.

Selain itu, konsep keseimbangan kekuatan, yang menjadi prinsip penting


dalam hubungan internasional, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan
kekuatan di antara negara-negara untuk mencegah dominasi yang berlebihan dari
satu pihak. Dalam konteks perang dagang AS-Cina, konsep ini menjadi relevan
karena kedua negara berusaha untuk menjaga keseimbangan kekuatan,
mengamankan kepentingan nasional mereka, sambil menghindari konflik yang
merugikan.

Dengan menyelidiki dinamika perang dagang antara AS dan Cina melalui


lensa realisme dan keseimbangan kekuatan, kita bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
konflik ini, strategi yang digunakan oleh kedua pihak, dan implikasi jangka
panjangnya terhadap stabilitas regional dan global. Diharapkan dengan demikian,
analisis ini akan memberikan wawasan yang berharga tentang kompleksitas
hubungan AS-Cina dan dampaknya bagi kedua negara serta masyarakat
internasional secara keseluruhan.
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama bagi


kelangsungan hidup setiap negara. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut,
perdagangan internasional memainkan peran penting. Hubungan perdagangan
antara Amerika Serikat (AS) dan China dimulai pada tahun 1979 setelah
normalisasi hubungan pasca-perang saudara Tiongkok. Sejak saat itu, hubungan
perdagangan kedua negara menjadi kompleks, dengan perang dagang AS-China
yang dimulai pada tahun 2018 dan masih berlangsung hingga saat ini.

Perdagangan antara keduanya sangat tidak seimbang, mengingat China


memiliki surplus perdagangan besar dengan Amerika Serikat. Defisit perdagangan
Amerika Serikat dengan China menjadi masalah utama bagi pemerintah Amerika
Serikat. Pada tahun 2018, defisit perdagangan Amerika Serikat dengan China
mencapai US$ 419,5 miliar. Hal ini menjadi perhatian utama bagi pemerintahan
Amerika Serikat yang berusaha untuk mengurangi defisit perdagangan dengan
China. Alhasil, perang dagang Amerika Serikat dan China pecah sebagai usaha
Amerika mempertahankan kekuatannya sebagai negara nomor satu di dunia. Perang
dagang bermula karena Trump kesal dengan neraca perdagangan negaranya yang
selalu tercatat defisit dengan China. Untuk itu, ia memilih langkah proteksionisme
untuk memperbaiki neraca perdagangan AS.

Trump memutuskan untuk menaikkan bea masuk impor panel surya dan
mesin cuci yang masing-masing menjadi 30 persen dan 20 persen. Sejak saat itu,
tepatnya 22 Januari 2018, perang dagang pun dimulai. Kemudian, Trump juga
mengenakan tarif bea masuk untuk baja sebesar 25 persen dan 10 persen untuk
aluminium. Kebijakan ini diputuskan pada Maret 2018. Namun, China tak tinggal
diam, China ikut menaikkan tarif produk daging babi dan skrap aluminium
mencapai 25 persen dan Beijing memberlakukan tarif 15 persen untuk 120
komoditas AS. Komoditas itu, seperti almond dan apel. Tidak hanya itu, China juga
mengadu kepada WTO tentang tarif impor baja dan aluminium. Keluhan ini
disampaikan China kepada WTO pada April 2018. Perang dagang ini juga dipicu
oleh masalah kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi. Amerika
Serikat menuduh China mencuri teknologi dan rahasia perdagangan Amerika
Serikat, sedangkan China membantah tudingan tersebut. Setelah hampir dua tahun,
pada tahun 2020, Amerika Serikat dan China akhirnya mencapai kesepakatan
perdagangan tahap satu yang mencakup komitmen dari China untuk membeli lebih
banyak barang dari Amerika Serikat dan mengatasi masalah terkait kekayaan
intelektual dan pemaksaan transfer teknologi.

Rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan ini adalah bagaimana


analisis perang dagang antara AS dan Cina dari perspektif realisme, khususnya
dalam konteks Balance of Power sebagai tujuan nasional. Teori realisme dalam
hubungan internasional menekankan pada peran kekuatan, kepentingan nasional,
dan persaingan antar negara sebagai motor penggerak utama dalam sistem
internasional. Dari perspektif realisme, konflik perdagangan antara AS dan Cina
dapat dianalisis sebagai bagian dari upaya negara-negara untuk mempertahankan
atau meningkatkan posisi kekuasaan mereka di dalam sistem internasional yang
anarkis. Dengan menggunakan konsep Balance of Power, kita dapat melihat
bagaimana upaya-upaya balancing dilakukan oleh kedua negara untuk menjaga
keseimbangan kekuatan di antara mereka untuk mencegah dominasi absolut oleh
satu negara atau kelompok negara tertentu.

1. Konsep Dasar Realisme Balance Of Power Sebagai Kebijaksanaan Nasional

Balance of Power (keseimbangan kekuasaan) adalah sebuah konsep dasar


dalam hubungan internasional yang berkaitan dengan distribusi kekuatan di antara
negara-negara besar atau aktor-aktor utama lainnya. Konsep ini berasumsi bahwa
stabilitas dan perdamaian internasional dapat dipertahankan ketika kekuatan di
antara negara-negara tersebut relatif seimbang, sehingga mencegah terjadinya
hegemoni satu negara atau koalisi kekuatan yang berpotensi mengancam
kepentingan negara-negara lain.

Dalam konteks kebijaksanaan nasional, realisme menggunakan konsep


keseimbangan kekuasaan sebagai prinsip yang penting. Berikut adalah beberapa
konsep dasar realisme mengenai keseimbangan kekuasaan sebagai kebijaksanaan
nasional:

1. Menghindari Hegemoni: Negara-negara realis percaya bahwa hegemoni oleh


satu negara atau kelompok negara bisa menjadi ancaman bagi kepentingan
nasional mereka. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk mencegah
terbentuknya kekuatan yang terlalu dominan di dalam sistem internasional.

2. Alliance Formation: Negara-negara realis cenderung membentuk aliansi dan


persekutuan untuk memperkuat posisi mereka dan menciptakan keseimbangan
kekuatan. Ini dapat mencakup aliansi militer, kesepakatan perdagangan, atau
hubungan politik lainnya untuk memastikan bahwa kepentingan mereka
terlindungi dan mendukung keseimbangan kekuatan.

3. Power Projection: Negara-negara realis sering mengembangkan kemampuan


proyeksi kekuatan militer dan politik untuk menegakkan kepentingan nasional
mereka dan mempengaruhi dinamika keseimbangan kekuasaan di tingkat
regional atau global.

4. Realpolitik: Konsep dasar dalam realisme adalah bahwa negara-negara


bertindak sesuai dengan kepentingan nasional mereka, tanpa memperhatikan
pertimbangan moral atau nilai-nilai yang lebih luas. Oleh karena itu, dalam
merancang kebijakan luar negeri dan strategi keamanan, mereka
mempertimbangkan realitas politik dan kekuasaan.

5. Deterrence: Negara-negara realis memanfaatkan konsep deterrence


(penghalang) untuk mencegah negara-negara lain dari melakukan tindakan
yang merugikan kepentingan mereka. Ini bisa melibatkan ancaman kekuatan
militer atau sanksi ekonomi untuk menekan perilaku yang dianggap merugikan.

2. Penerapan Perang Dagang As-Cina Dalam Konteks Realisme Balance Of


Power Sebagai Kebijaksanaan Nasional

Dalam konteks realisme dan keseimbangan kekuatan, perang dagang antara


Amerika Serikat dan Cina merupakan persaingan antara dua kekuatan besar yang
berusaha mempertahankan atau meningkatkan pengaruh dan kekuasaan mereka di
tingkat global. Realisme adalah salah satu teori hubungan internasional yang
menekankan peran kekuatan, keamanan, dan kepentingan nasional dalam interaksi
antar negara.

Dalam kerangka realisme, negara dianggap sebagai aktor utama yang


bertindak rasional untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional mereka.
Balance of power, atau keseimbangan kekuatan, adalah konsep yang menunjukkan
bahwa stabilitas internasional dapat dipertahankan ketika kekuatan di antara
negara-negara besar seimbang, sehingga tidak ada negara yang memiliki kekuatan
yang dominan dan mengancam yang lainnya.

Perang Dagang antara AS dan Cina menunjukkan persaingan ekonomi antara dua
kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Kedua negara tersebut bersaing untuk
mempertahankan atau meningkatkan posisi ekonomi dan kekuasaan mereka di
pasar global. Dalam konteks realisme, perdagangan internasional dianggap sebagai
alat untuk mencapai kekuatan dan kepentingan nasional. Oleh karena itu, AS dan
Cina berusaha untuk memanfaatkan perdagangan internasional sebagai alat untuk
memperkuat posisi ekonomi dan politik mereka di tingkat global.

Perang dagang juga merupakan bagian dari persaingan geopolitik antara AS


dan Cina untuk dominasi regional dan global. Kedua negara saling bersaing untuk
memperluas pengaruh mereka di Asia Pasifik dan di seluruh dunia. Dalam kerangka
realisme, negara-negara besar seperti AS dan Cina diperkirakan akan bersaing
untuk mendapatkan kekuatan dan keunggulan relatif atas negara-negara lain, dan
ini termasuk melalui pengaruh ekonomi, politik, dan militer.

Perang Dagang antara AS dan Cina juga mencerminkan dinamika kekuatan


yang kompleks di antara negara-negara besar dalam sistem internasional. Kedua
negara tersebut mencoba untuk mengamankan posisi mereka sebagai kekuatan
dominan di wilayah mereka masing-masing dan mempengaruhi struktur kekuatan
global sesuai dengan kepentingan nasional mereka. Ketegangan ekonomi antara
kedua negara berdampak pada pasar global dan melemahkan kerja sama
internasional.
Meskipun realisme memberikan wawasan yang kuat ketika menganalisis
persaingan untuk mendapatkan kekuasaan dan kepentingan nasional dalam perang
dagang ini, penting untuk diingat bahwa ada juga faktor-faktor lain yang
mempengaruhi dinamika konflik. Analisis yang komprehensif juga harus
mempertimbangkan faktor-faktor seperti kerja sama ekonomi, saling
ketergantungan, politik dalam negeri, dan dinamika politik dalam negeri kedua
negara.

3. Faktor Penyebab Perang Dagang AS dan Cina

1. Ketidaksetaraan Akses Pasar: Salah satu faktor utama adalah


ketidaksetaraan akses pasar antara AS dan China. AS menuduh China
memberlakukan hambatan perdagangan yang tidak adil, seperti pembatasan
impor, tarif yang tinggi, dan persyaratan transfer teknologi bagi perusahaan
asing yang ingin beroperasi di China.

2. Pencurian Properti Intelektual: AS telah lama menuduh China


melakukan pencurian properti intelektual, yaitu mengambil atau meniru
teknologi dan inovasi AS tanpa izin atau tanpa membayar royalti yang
sesuai.

3. Subsidi Pemerintah dan Dumping: AS juga menuduh China memberikan


subsidi besar-besaran kepada perusahaan-perusahaan dalam negeri mereka,
yang membuat produk-produk mereka menjadi lebih murah dan bersaing
secara tidak adil di pasar global. Praktik dumping juga dituduh dilakukan
oleh China, di mana produk-produk mereka dijual di luar negeri dengan
harga di bawah biaya produksi.

4. Persaingan Ekonomi dan Teknologi: Perang dagang juga mencerminkan


persaingan ekonomi dan teknologi antara AS dan China. Kedua negara
bersaing untuk mempertahankan dan memperluas dominasi mereka dalam
berbagai sektor industri dan teknologi, termasuk teknologi informasi,
kecerdasan buatan, semikonduktor, dan industri lainnya.
5. Isu Politik dan Keamanan: Di balik konflik perdagangan, terdapat pula
isu-isu politik dan keamanan yang memperumit hubungan antara AS dan
China. Isu-isu seperti hak asasi manusia, kedaulatan wilayah, dan kebijakan
luar negeri masing-masing negara dapat memperburuk ketegangan dan
memperbesar risiko konflik.

6. Kegagalan Negosiasi: Upaya untuk menyelesaikan ketegangan melalui


negosiasi dan dialog tidak selalu berhasil. Kedua belah pihak mungkin
memiliki perbedaan pandangan yang mendalam atau sulit untuk mencapai
kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak, yang pada akhirnya dapat
memicu eskalasi konflik.

Semua faktor ini bersama-sama menciptakan lingkungan yang memicu perang


dagang antara AS dan China, yang memiliki dampak ekonomi dan politik yang luas,
baik bagi kedua negara maupun bagi pasar global secara keseluruhan.

4. Strategi Balance Of Power Masing Masing Negara Sebagai Kebijaksanaan


Nasional:

A. Tindakan yang diambil oleh AS dalam menanggapi perang dagang Aliansi


dan Kemitraan:

1. Penerapan Tarif Tambahan: AS telah menerapkan tarif tambahan


terhadap sejumlah besar produk impor China sebagai upaya untuk melindungi
industri domestik dan merespons praktik perdagangan yang dianggap tidak adil
oleh China.

2. Penarikan Keuntungan Perdagangan Khusus (Preferences): AS telah


mengancam untuk menarik keuntungan perdagangan khusus yang diberikan kepada
China, seperti status negara berkembang, untuk memaksa China untuk membuat
komitmen lebih besar terkait reformasi perdagangan.

3. Penekanan Diplomatis: AS juga menggunakan tekanan diplomatis


untuk mendesak China agar mengubah kebijakan perdagangannya, termasuk
melalui pertemuan 3 tingkat tinggi antara pejabat AS dan China
B. Respons China terhadap tekanan AS:

1. Tarif Balasan: China telah memberlakukan tarif balasan terhadap


produk impor AS sebagai tanggapan atas tindakan AS yang dianggap merugikan.
Langkah ini bertujuan untuk menekan AS dan memberikan sinyal bahwa China
tidak akan menerima tekanan perdagangan tanpa membalasnya.

2. Diversifikasi Pasar Ekspor: China mencari alternatif pasar ekspor untuk


mengurangi ketergantungannya pada pasar AS, dengan mengalihkan perdagangan
ke negara-negara lain dan mengembangkan hubungan dagang baru.

3. Pelonggaran Kebijakan Ekonomi: China telah melonggarkan


kebijakan ekonomi dalam upaya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi
domestiknya dan mengurangi dampak negatif dari perang dagang dengan AS.

5. Dampak Perang Dagang AS Dan Cina Pada Kebijakan Nasional Keduanya

A. Implikasi Ekonomi:

Perang dagang AS-Cina telah memiliki dampak yang signifikan pada kedua
ekonomi. Di AS, peningkatan tarif impor dari Cina telah menyebabkan peningkatan
biaya bagi perusahaan dan konsumen AS, serta menimbulkan ketidakpastian bagi
pasar keuangan. Sementara itu, di Cina, pembatasan perdagangan dan tekanan
ekonomi dari AS telah menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan domestik. Kedua negara juga
menghadapi tekanan untuk memperkuat ketahanan ekonomi mereka dan mencari
sumber daya alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada pasar asing. Perang
dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina, yang dipicu oleh kebijakan
proteksionisme, telah menimbulkan dampak signifikan pada perekonomian global.
AS menerapkan berbagai bentuk proteksionisme, termasuk kenaikan tarif impor
hingga 45% terhadap produk buatan Cina, keluar dari Trans Pacific Partnership
(TPP), serta pembatasan masuknya imigran ke AS. Tindakan proteksionisme yang
dikeluarkan oleh AS, terutama di bawah pemerintahan Trump, telah menarik
perhatian dunia dan memunculkan ketegangan dalam hubungan perdagangan
internasional. Di sisi lain, Cina juga merespons dengan kebijakan proteksionisme,
seperti menerapkan retro terhadap barang-barang AS seperti kacamata dan mesin
cuci. Konflik kepentingan antara AS dan Cina terutama terfokus pada sektor
industri tekstil, semen, dan elektronik, di mana kedua negara memiliki kepentingan
yang berbeda yang mengarah pada perlindungan industri dalam negeri mereka.

Langkah - langkah tersebut demi mengamankan ekonomi negara-negara


dapat menggunakan perang dagang untuk melindungi sektor-sektor industri
strategis mereka, mengurangi ketergantungan pada impor dari negara lain, atau
melindungi kekayaan intelektual dan teknologi nasional. Dalam hal ini, Amerika
Serikat dan Tiongkok menerapkan langkah-langkah perlindungan seperti tarif atau
pembatasan akses pasar untuk melindungi industri yang dianggap penting untuk
keamanan ekonomi mereka yang telah disebutkan diatas.

B. Implikasi Keamanan:

Perang dagang AS-Cina juga memiliki dampak pada keamanan nasional


kedua negara. Di AS, ada kekhawatiran tentang ketergantungan ekonomi yang
berlebihan pada Cina dan implikasi keamanannya, terutama dalam hal teknologi
dan infrastruktur kritis. Selain itu, meningkatnya ketegangan ekonomi dapat
menyebabkan gangguan dalam kerja sama keamanan antara AS dan Cina dalam
isu-isu global, seperti non-proliferasi senjata nuklir dan penanggulangan terorisme.
Di sisi lain, di Cina, ada keprihatinan tentang ancaman keamanan yang mungkin
timbul dari peningkatan ketegangan dengan AS, termasuk peningkatan risiko
konflik militer.

C. Respons Pemerintah AS dan Cina:

Pemerintah AS telah merespons perang dagang dengan langkah-langkah


proteksionis, termasuk pengenaan tarif tambahan, pembatasan investasi, dan
negosiasi keras terhadap Tiongkok untuk melakukan reformasi perdagangan.
Sementara itu, pemerintah Cina telah merespons dengan memperkuat ketahanan
ekonominya, meningkatkan investasi dalam inovasi teknologi, dan memberikan
respons balasan terhadap tindakan AS. Kedua negara juga terus berusaha untuk
mencari solusi diplomatis untuk mengatasi ketegangan perdagangan mereka,
meskipun tingkat ketidakpastian yang tinggi.

6. Dampak Perang Dagang Terhadap Stabilitas Global

1. Gangguan Pasar Global: menimbulkan ketidakpastian dan volatilitas. Tarif


dan pembatasan perdagangan antara AS dan China dapat mengakibatkan
penurunan ekspor dan impor, memengaruhi banyak industri dan negara di
seluruh dunia.
2. Ketidakpastian Investasi: Para pelaku pasar cenderung menahan investasi
atau mengambil keputusan bisnis yang lebih konservatif dalam menghadapi
ketidakpastian perdagangan yang tinggi.
3. Ketidakseimbangan Ekonomi Global: Peningkatan tarif dan hambatan
perdagangan dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi global.
4. Tekanan pada Kerjasama Internasional: Perang dagang dapat
menempatkan tekanan pada kerjasama internasional dan organisasi
perdagangan seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Negara-negara
tercerai-berai dalam penyelesaian sengketa perdagangan dan mungkin lebih
cenderung melibatkan diri dalam tindakan proteksionis.
5. Ketegangan Geopolitik: Sengketa perdagangan ini dapat mempengaruhi
hubungan internasional di bidang politik, keamanan, dan ekonomi,
menciptakan risiko konflik lebih lanjut.
6. Dampak pada Pertumbuhan Ekonomi Global: merugikan pertumbuhan
ekonomi global secara keseluruhan. Jika dua ekonomi terbesar di dunia
mengalami penurunan pertumbuhan, dampaknya akan dirasakan di seluruh
dunia.
7. Peningkatan Biaya Produksi dan Harga Konsumen: Terjadi peningkatan
biaya produksi karena harga bahan baku yang lebih tinggi dan rantai pasokan
yang terganggu. Akibatnya, harga konsumen dapat naik, meningkatkan tekanan
inflasi di beberapa negara.
BAB III

KESIMPULAN

“Balance of Power” mengacu pada situasi di mana negara-negara besar atau


negara-negara dalam sistem internasional berupaya menjaga keseimbangan
kekuatan satu sama lain. Tujuannya adalah untuk mencegah satu negara besar
mendominasi negara lain, yang dapat membahayakan stabilitas dan keamanan
global.

Konflik dalam perang dagang semakin memanas karena China juga


menerapkan tarif impor terhadap barang-barang impor Amerika sebagai tanggapan
kebijakan proteksionisme yang sudah dibuat oleh Trump. Kedua negara saling
melancarkan retorika keras dan tindakan balasan, termasuk melakukan pembatasan
perdagangan serta tindakan lainnya yang merugikan ekonomi masing-masing. Dari
perspektif realisme Balance of power, perang dagang antara Amerika Serikat dan
Tiongkok muncul karena kedua negara merupakan kekuatan ekonomi terbesar di
dunia dan saling bersaing untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan kekuatan
politik.

Balance of power merupakan pola perilaku negara yang dihasilkan dari


kombinasi antara sistem internasional yang anarki dengan kekuatan relatif yang
dimiliki setiap negara. Kekuatan dan balance of power merupakan jaminan bagi
suatu negara untuk memperoleh keamanan. Dalam sistem internasional yang
anarkis, negara-negara cenderung menyeimbangkan upaya mereka untuk
mempertahankan kekuatan dan keamanan mereka dengan membentuk aliansi
dengan negara-negara yang lebih lemah dan mengadakan perjanjian formal dan
informal di dalam dan luar negeri. Meskipun perang dagang antara Amerika Serikat
dan Tiongkok memiliki implikasi ekonomi, politik, dan keamanan yang
luas, namun kedua negara terus berusaha untuk menjaga kekuatan dan keamanan
nasionalnya.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Fitriyanti, R., Judistia, A., Ulvatmi, J., Hanun, R., & Nurhaliza, S. (2023). Dampak
Proteksionisme Amerika Serikat Terhadap Indonesia Dalam Perspektif
Konstruktivisme. Emerald Journal of Economics and Social Sciences, 2(1),
38. https://jurnalsains.id/index.php/emerald/article/view/48

Raharja, R. (2023). Perspektif Realisme Dalam Menganalisis Perang Dagang


Amerika. June.
https://www.researchgate.net/publication/371732381_PERSPEKTIF_REALI
SME_DALAM_MENGANALISIS_PERANG_DAGANG_AMERIKA_SER
IKAT_DAN_TIONGKOK?enrichId=rgreq-
fea5dcf826c4b3a2d80cb7a7b224ddcb-
XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzM3MTczMjM4MTtBUzoxMTQz
MTI4MTE2OTM5NzQ2MkAxN

Sambara Sitorus, D. (2021). Perang Dagang Amerika Serikat dan Tiongkok:


Bagaimana Dampaknya Bagi Perekonomian Indonesia Tahun 2017-2020?
Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 13(1), 188–189. http://dx.doi.org/1

Nurmamurti, R. A., Faradilla, A. Y., Afifah, S. N., Hamida, A., & Sari, K. H.
(2022). Analisis Kebijakan Luar Negeri Trump: Studi Kasus Perang Dagang
Amerika Serikat-China. Jurnal Sosial Politik Integratif, 2(1), 62-70.

HT, S. J. (2020). THE APPROACH OF THE UNITED STATES AND CHINA IN


TRADE WAR AND ITS IMPACT ON THE WTO (Doctoral dissertation,
Universitas Gadjah Mada).

Wambrauw, M., & Menufandu, D. N. (2022). DAMPAK PERANG DAGANG


TERHADAP NERACA PERDAGANGAN AMERIKA SERIKAT-CHINA.
Citizen: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 2(4), 627-636.

Dano, D. (2022). Konflik Ekonomi Amerika Serikat-China Setelah Perang Dagang.


Jurnal Fusion, 2(09), 777-787.
Wilantari, R. N., & Bawono, S. (2021). Tantangan Dominasi Amerika Serikat oleh
Tiongkok dalam Perang Dagang. Jurnal Manajemen Jayanegara, 13(1), 32-
36.

Dano, D. (2021). Memahami Perang Dagang AS-China dan Dampaknya terhadap


Perekonomian Global. Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai