tetap adanya persaingan yang dilakukan oleh antarnegara. Menurut teori, negara dapat melakukan
apapun yang mereka inginkan dikarenakan mereka berdaulat dan berdiri sendiri tanpa dibawah
kekuasaan sebuah pemerintahan yang telah mengatur dunia, dan sebuah negara menggunakan
ketertarikan atau minat mereka sebagai acuan dalam melakukan suatu hubungan kerja sama dengan
negara-negara lain di dunia.
Politik internasional sendiri dirancang untuk meperlihatkan sebuah fakta bahwa adanya suatu pengaruh
dalam jumlah besar yang mampu mempengaruhi aksi suatu negara, fakta tersebut diperlihatkan agar
tidak akan terjadinya lagi kekeliruan dari adanya suatu kesepakatan yang dimana faktor-faktor tersebut
memberikan dampak yang cukup besar bagi sebuah negara.
Realisme
Secara umum, teori realisme ini mengandung sebuah anggapan bahwa negara lain merupakan musuh
yang harus diwaspadai dan tidak bisa dipercaya karena anggapan bahwa umat manusia yang bersifat
kompetitif dan egois.
Pergeseran ini memiliki arti bahwa telah terjadinya pergerakan dalam distribusi kekuasaan
diantara negara-negara. Namun pergeseran posisi ini relatif akan mencoba mendorong untuk
meningkatakan kedudukan yang relatif terhadap kekuatan yang dominan. Pada sistem bipolar,
dimana dua negara adikuasa melakukan persaingan untuk menjadi anggota, yang biasanya
dapat dicapai melalui mendorong pembangunan potensi atau kemampuan negara sendiri.
Sedangkan dalam system multipolar pada tahun 1648 hingga 1945, penyeimbangan dilakukan |dengan
adanya pembentukan sealibuah alansi ataupun koalisi.
Berdasarkan kedua kasus tersebut, dapat disimpulkan tentu saja semua negara ingin
mempertahankan negaranya, dan keinginan ini akan membuat mereka seimbang dengan
membentuk sebuah koalisi untuk melawan kekuatan yang dominan. Suatu negara akan melakukan hal
yang serupa meskipun terdapat perbedaan di antara suatu negara tersebut dengan
lembaga-lembaga ekonomi dan juga politiknya, latar belakang sejarahya, serta para
pemimpinnya.
Meskipun telah disepakati bahwa semua negara memerlukan keamanan melalui pemeliharaan
keseimbangan kekuasaan namun para realis tidak setuju pada jenis struktur sistem internasional yang
dimana memiliki stabilitas tergolong yang terbaik. Sebuah perdebatan akhirnya terjadi yang dimana
mempermasalahkan yang mana keseimbangan kekuasaan, dengan ketidakseimbangan
kekuasaan yang lebih diminati. Pendapat lain menyatakan bahwa distribusi kemampuan ataupun
keunggulan yang sama diantara negara-negara, atau keseimbangan kekuasaan yang mampu
menciptakan stabilitas dan jika perang akan lebih mungkin terjadi apabila salah satu negara
memiliki kekuatan yang dominan. Di sisi lain, pendapat selanjutnya adalah bahwa stabilitas lebih
diminati apabila tidak adanya ketidakseimbangan kekuatan yang dimana satu negara lebih
mendominasi suatu sistem dibandingkan dengan distribusi kekuatan yang sama, dimana perang
akan lebih mungkin terjadi.
Perdebatan antara perbedaan pendapat tersebut dapat diselesaikan dengan tanpa terlebih dulu
menentukan stabilitas dalam sistem internasional. Maksud dari kestabilan yang sempit ialah tidak
adanya perang antara kekuatan yang besar, dimana sistem tersebut masih bisa dianggap stabil,
meskipun terdapat banyak konflik regional karena tidak adanya perang yang terjadi dengan
negara adidaya seperti pada Perang Dingin.
Teori keseimbangan kekuatan berpendapat bahwa distribusi kekuasaan yang bersifat sama
lebih stabil daripada distribusi yang bersifat hegemoni, dimana satu negara akan lebih
mendominasi. Teori Balance of Power atau Keseimbangan Kekuatan ini ditujukan untuk
mencegah adanya campuran atau sebuah sistem yang mendominasi oleh setiap negara. Apabila
terjadinya ketidakseimbangan, sistem ini justru mengarah kembali ke keseimbangan. Jika satu
negara menjadi kuat, negara lain akan membentuk koalisi yang mampu menyeimbangkan agar
kembali seperti semula. Alasan mengapa dominasi sistem oleh satu negara dilihat sebagai
destabilisasi yang jelas. Ketika suatu negara ataupun blok menjadi lebih dominan, maka akan
ada ketertarikan untuk mendominasi sistem dan memaksa kehendaknya pada negara-negara
lain dengan ancaman yang menggunakan kekuatan militer.
Dapat dikatakan bahwa stabilitas internasional lebih mungkin terjadi ketika satu
negara hegemoni mendominasi yang lain, dikarenakan selama ada satu kekuatan hegemoni, tidak akan
ada negara yang akan menantangnya karena setiap
penantangnya cenderung akan mendapatkan kekalahan.
Paritas dan Preponderasi memiliki kesimpulan yang bertentangan apabila keduanya dicoba untuk
disatukan. Kesimpulan yang bertentangan adalah mengenai distribusi kekuasaan yang mana yang lebih
buruk. Sebagai contoh Perang Dunia dan juga Perang Napoleon yang merupakan bukti dari lemahnya
argumen keseimbangan kekuatan. Salah satu cara untuk menyelesaikan dilemma permasalahan ini
adalah dengan mendefinisikan titik tengah antara paritas dan preponderasi sebagai yang paling stabil.
Agresi yang mengikutsertakan paritas didalamnya yang membuatnya menjadi tidak stabil dan efektif
yang menyebabkan negara bagian yang berkepentingan optimis akan menang. Titik tengah antara
paritas dan preponderasi semakin stabil dikarenakan telah menghalangi agresi dari kedua sisi.
Seseorang dapat membedakan diantara sistem ini yang dimana system bipolar ketat hanya memiliki dua
kekuatan super, dan sedangkan pada sistem bipolar yang longgar memiliki dua kekuatan super dan
beberapa kekuatan besar juga. Sedangkan sistem internasional unipolar atau hegemonik, didominasi
oleh satu negara yang kuat
Melampaui Keseimbangan Kekuatan: Keamanan Kolektif
Setelah adanya konflik panjang seperti Perang Dunia, upaya-upaya yang dilakukan oleh negara-negara
terkemuka di dunia untuk menggantikan peran dari keseimbangan kekuasaan adalah dengan keamanan
kolektif. Konsep keamanan kolektif seringkali digunakan sebagai peluang untuk segala bentuk
pengaturan pertahanan multilateral. Keamanan kolektif menggambarkan suatu sistem dimana berbagai
negara ikut gabung bersama, biasanya dengan menandatangani perjanjian untuk meninggalkan
penggunaan kekuatan ataupun kekuasaan untuk menyelesaikan perselisihan yang ada antara satu sama
lain.