Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

OLEH:

Karina Salsa Fitria [190564201025]


Razeta Zahra Sausan [190564201030]
Iqbal Pradana [190564201034]
Yersa [190564201004]

PENGANTAR ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan politik suatu Negara, Negara tidak lepas dari corak budaya yang ada
dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung pada
budaya poitik yang berkembang dalam masyarakat untuk dapat mengetahui bagaimana
tipe-tipe budaya politik masyarakat Indonesia dan bagaimana peran sertanya dalam
pembangunan kehidupan politik di Indonesia.

Setiap hari pasti kita melakukan aktivitas yang tidak lain menonton tv dan membaca
majalah maupun koran,tentunya kita pernah menyaksikan secara langsung maupun tidak
langsung melalui televisi dan media massa lainnya pelaksanaan pemilu, pilkada,
demonstrasi, kerusuhan, kampanye partai politik, dan bahkan penculikan-penculikan
aktivis-aktivis politik. Pola-pola perilaku tersebut menyangkut kehidupan bernegara,
pemerintahan, hukum, adat istiadat dan lainnya yang disebut sebagai budaya politik.

Sebagai warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-
aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya
dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika
secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang
peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat
dalam peristiwa politik tertentu. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai
ragam suku dan budaya, kehidupan masyarakatnya yang terdiri dari berbagai tingkatan
ikut menambah kibinekaan yang ada di indonesia. Konsep kebhinekaan ini juga terpancar
dalam dunia perpolitikan indonesia, mulai dari masa Repubik Indonesia I (1945-1959)
atau yang lebih dikenal dengan era Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer, masa
Republik Indonesia II (1959-1965) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Lama atau
Demokrasi Terpimpin, masa Republik Indonesia III (1965-1998) atau yang lebih dikenal
dengan era Orde Baru atau Demokrasi Pancasila, dan yang terakhir yang berlaku sampai
saat ini adalah masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) atau yang lebih dikenal
dengan era Reformasi.
Saat ini perkembangan budaya politik di indonesia sangat kental terasa, berbagai macam
problematika politik saat ini tidak terlepas dari semakin berkembangnya sistem politik di
indonesia yang memunculkan berbagai macam budaya politik dikalangan msyarakat kita
dan seakan-akan memudarkan etika dan makna terbesak dari politik itu sendiri, yaitu
kepentingan dan kemakmuran rakyat diatas segalanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas dapat di tarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan budaya politik, bagaimana ciri-ciri serta klasifikasi
dari budaya politik?
2. Bagaimana budaya politik yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan budaya politik di Indonesia?

C. Manfaat dan Tujuan


1. Mengetahui tentang pendapat para ahli mengenai pengertian budaya politik
2. Memahami bagaimana sistem budaya politik
3. Mengetahui ciri-ciri dari budaya politik
4. Memahami klasifikasi atau pembagian budaya politik
5. Memahami penerapan budaya politik yang ada di Indonesia
6. Mengetahui perkembangan budaya politik Indonesia
7. Mengetahui sosialisasi politik
8. Mengetahui budaya politik partisipan
BAB II
PEMBAHASAN

BUDAYA POLITIK
Untuk mendukung berjalannya sebuah kehidupan berpolitik dalam sebuah negara dengan
maksimal, warga negara dituntut untuk bekerja dengan optimal demi terwujudnya cita-cita
negara. Warga Negara Indonesia menjalankan berbagai ragam dan tipe budaya politik
mewujudkan cita-citanya, dan budaya politik tersebut menjadi sesuatu yang sangat berharga
dala kehidupan politik di Indonesia. Budaya politik yang baik merupakan budaya yang dapat
mendorong warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan berpolitik secara
menyeluruh.

A. Pengertian Budaya Politik


Salah satu contoh bentuk budaya politik yang ada Indonesia adalah pada saat pemilihan,
baik itu pemilihan umum, maupun pemiliha ketua RT/RW. Disaat pemilihan tersebut
dilakukan, tentu saja masyarakat menggunakan akal pikiran yang sehat sesuai haknya dalam
memilih. Namun, sering juga ditemui masyarakat yang mendahulukan faktor-faktor tertentu.
Fakta politik seperti itulah yang melekat dan berkembang di masyarakat Indonesia yang dapat
dilihat sebagai sebuah Identitas politik Indonesia.

Masyarakat politik juga harus memiliki ciri-ciri sebagaimana yang diungkapkan Robert
E.Ward, diantaranya:

 Organisasi pemerintah yang beragam dan sistem fungsional yang spesifik


 Kadar integritas yang tinggi dalam struktur pemerintah
 Besarnya peranan prosedur-prosedur rasional dan sekuler dalam putusan politik
 Deras, luas dan tingginya efektifitas keputusan-keputusan politik dan administrasi
 Meluas dan efektifnya rasa identifikasi rakyat terhadap sejarah, tanah air dan
kepribadian nasional negaranya
 Luas minat dan partisipasi masyarakat pada sistem politik
 Alokasi peranan-peranan politik didasarkan pada prestasi daripada kedudukan sosial
 Pelaksanaan ketentuan-ketentuan yuridis dan peraturan umum yang sesuai dengan
sistem
 hukum yang berlaku bagi semua orang

Budaya politik adalah suatu bentuk pola individu ataupun masyarakat dalam berperilaku
yang berorientasikan terhadap kehidupan dalam berpolitik yang dimana dalam budaya politik
tersebut mencakup penyelenggaraan kehidupan bernegara, hukum, administrasi negera, adat
istiadat, politik pemerintahan, dan norma-norma dalam berperilaku sehari-hari.
Ruang lingkup budaya politik menurut Almond dan Powel meliputi:

a) Orientasi individu yang diperoleh dari pengetahuannya yang luas maupun sempit.

b) Orientasi yang dipengaruhi oleh perasaan keterlibatan, keterikatan, ataupun penolakan.

c) Orientasi yang bersifat menilai terhadap objek dan peristiwa politik.

Sesuai dengan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa budaya politik adalah cara pandang
warga negara yang diwujudkan dalam tata cara bersikap terhadap permasalahan politik yang
terjadi dan mengakibatkan pembentukan proses dan struktur kegiatan menyangkut hubungan
antara manusia yang terkait dengan soal kekuasaan, aturan dan bahkan wewenang dalam
kegiatan politik masyarakat maupun pemerintahan. Dengan artian singkat, budaya politik
merupakan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan dipraktikan dalam berpolitik.

Terkait dengan pengertian budaya politik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

• konsep budaya politik tidak mengedepankan aspek-aspek perilaku aktual (tindakan),


melainkan lebih menekankan pada berbagai perilaku non-aktual seperti orientasi, nilai-nilai,
kepercayaan-kepercayaan, dan sikap. Singkatnya budaya politik adalah dimensi psikologis
dari sebuah sistem politik.

• hal-hal yang diorientasikan dalam budaya politik adalah sistem politik, artinya pembicaraan
tentang budaya politik selalu terkait dengan sistem politik. Hal-hal yang diorientasikan dalam
sistem politik adalah komponen-komponen struktur dan fungsi dalam sistem politik.
Seseorang akan memiliki orientasi yang berbeda terhadap sistem politik.

• budaya politik menggambarkan komponen-komponen budaya masyarakat di suatu negara


atau wilayah. Jadi, bukan budaya masing-masing individu. Diyakini bahwa budaya politik
adalah refleksi perilaku warga negara secara massal yang memiliki peran penting bagi
terciptanya sistem politik yang ideal.

Pengertian Budaya Politik Menurut Para Ahli

• Menurut Austin Ranney, pengertian budaya politik adalah seperangkat pandangan-


pandangan mengenai politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama, sebuah pola
beroreintasi terhadap objek-objek politik.

• Menurut Alan R. Ball, pengertian budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari
sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik
dan isu-isu politik.

• Menurut Gabriel A. Almond dan G.Bingham Powell JR, pengertian budaya politik adalah
suatu sikap, keyakinan, nilai serta keterampilan yang berguna bagi seluruh populasi, dan
adanya kecenderungan pada pola-pola khusus dibagian-bagian tertentu dari populasi.
• Menurut Almond dan Verba, pengertian budaya politik adalah sikap orientasi yang khas
dari warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap
peranan warga negara yang ada dalam sistem itu.

• Menurut Brown,pengertian budaya politik adalah sebagai persepsi subyektif tentang sejarah
dan politik, keyakinan dan nilai-nilai mendasar, lokus identifikasi dan loyalitas, serta
pengetahuan dan harapan-harapan politik yang merupakan produk dari pengalaman sejarah
khusus dari bangsa/kelompok.

• Menurut Sidney Verba, budaya politik adalah suatu sistem kepercayaan empirik, lalu
simbol-simbol ekskpresif dan nilai-nilai yang ditegaskan pada situasi dimana tindakan politik
dilakukan.

• Menurut Aaron Wildavskus, budaya politik secara luas menjelaskan orang-orang yang
menganut nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan pilihan-pilihan yang melegitimasi jalan hidup
yang berbeda-beda (menekankan pada keterbukaan terhadap berbagai pendekatan dalam
kajian budaya politik).

• Menurut Dennis Kavanagh, budaya politik adalah sebagai pernyataan untuk menyatakan
lingkungan perasaan dan sikap bagaimana sistem politik itu berlangsung.

• Menurut Moctar Massoed, budaya politik adalah suatu sikap dan orientasi warga pada
negara terhadap kehidupan pemerintahan negara serta politiknya.

• Menurut Albert Widjaja, budaya politik adalah aspek politik dari sistem nilai-nilai yang
terdiri ide, pengetahuan, adat istiadat, tahayul dan mitos. Kesemuanya ini dikenal dan diakui
sebagain besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberi rasional untuk menolak atau
menerima nilai-nilai dan norma lain.

• Menurut Mirriam Budiardjo, budaya politik adalah keseluruhan dari pandangan-pandangan


politik, misalnya norma-norma, dan pola-pola orientasi pada politik dan pandangan hidup
secara umum.

B. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Budaya Politik


Budaya politik di suatu negara dapat dikenali berdasarkan ciri-cirinya. Karakteristik budaya
politik secara umum adalah sebagai berikut:

 Adanya pengaturan kekuasaan, baik hal tersebut di pusat maupun daerah


 Adanya proses pembuatan kebijakan oleh pemerintah
 Terdapat kegiatan dari berbagai partai politik
 Bentuk pola perilaku dari aparat-aparat dan pejabat-pejabat negara
 Terdapat pergejolakan masyarakat dalam menyikapi kekuasaan daerah
 Pengalokasian dari sumber-sumber masyarakat
Unsur-unsur dalam budaya politik menurut Robert Dahl adalah :

 Orientasi terhadap pemecahan masalah-masalah,,bentuknya pragmatic atau


rasionalisme.
 Orientasi terhadap aksi bersama,,bekerjasama atau tidak (kooperatif atau non
kooperatif).
 Orientasi terhadap sistem politik,,mereka setia atau tidak.
 Orientasi terhadap orang lain,,percaya atau tidak,

Ciri-ciri Umum Budaya Politik di Indonesia menurut Rusadi Kantaprawira, yaitu:

a. Konfigurasi subkultur di Indonesia masih beraneka ragam. Keanekaragaman subkultur ini


ditanggulangi berkat usaha pembangunan bangsa (nation building) dan pembangunan
karakter (character building).

b. Budaya politik Indonesia bersifat parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan
di lain pihak. Masyarakat bawah masih ketinggalan dalam menggunakan hak dan dalam
memikul tanggung jawab politiknya. Hal tersebut disebabkan oleh isolasi dari kebudayaan
luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, serta ikatan primordial. Sedangkan kaum elit politik
sungguh-sungguh merupakan merupakan partisipan yang aktif. Hal tersebut dipengaruhi oleh
pendidikan modern.

c. Sifat ikatan primordial yang masih berurat berakar yang dikenal melalui indikator berupa
sentimen kedaerahan, kesukuan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan
tertentu, puritanisme dan nonpuritanisme, dan lain-lain. Di samping itu, salah satu petunjuk
masih kukuhnya ikatan tersebut dapat dilihat dari pola budaya politik yang tercermin dalam
struktur vertikal masyarakat di mana usaha gerakan kaum elit langsung mengeksploitasi dan
menyentuh substruktur sosial dan subkultur untuk tujuan perekrutan dukungan.

d. Kecenderungan budaya politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalisme dan
sifat patrimonial. Sebagai indikatornya dapat disebutkan antara lain, sikap asal bapak senang.
Di Indonesia, budaya politik tipe parokial kaula lebih mempunyai keselarasan untuk tumbuh
dengan persepsi masyarakat terhadap objek politik yang menyandarkan atau menundukkan
diri pada proses output dari penguasa.

e. Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya) dengan


pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat.

C. Macam-Macam Budaya Politik yang Berkembang di Indonesia


Tipe-tipe budaya politik/Macam-macam budaya politik bisa dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria. Misalnya, berdasarkan sikap terhadap pihak lain,, sikap terhadap tradisi dan
perubahan, dan orientasi politiknya.
Tipe budaya politik berdasarkan sikap terhadap pihak lain, meliputi:

1. Budaya politik militan. Budaya politik ini melihat perbedaan bukan sebagai usaha mencari
alternatif yang lebih baik, melainkan dianggap sebagai upaya jahat dan menantang. Dalam
kondisi krisis, budaya politik ini cenderung mencari kambing hitam, bukan melihat secara
kritis terhadap proses atau peraturan yang ada; cenderung melihat masalah sebagai hal yang
mempribadi, secara sensitif dan emosional.

2. Budaya politik toleran. Budaya politik ini cenderung berfokus pada penilaian secara
rasional terhadap masalah maupun ide; juga, berusaha mencari konsensus yang wajar dan
selalu membuka diri terhadap kerja sama. Bersikap kritis terhadap ide dari mana pun dan
siapa pun.

Tipe budaya politik berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan, meliputi:

1. Budaya politik absolut. Budaya politik ini mempunyai sikap mental yang menganggap
bahwa nilai-nilai dan kepercayaan selalu sempurna, oleh karenanya tak dapat diubah. Maka,
yang diperlukan adalah meningkatkan intensitas kepercayaan, bukan mencari alternatif yang
lebih baik. Budaya politik ini tumbuh dari tradisi dan berusaha memelihara kemurnian tradisi.

2. Budaya politik akomodatif. Budaya politik ini mempunyai sikap mental yang terbuka dan
bersedia menerima berbagai hal yang dianggap berharga. Karenanya, berupaya bersikap kritis
terhadap diri sendiri dan tradisi yang ada serta terbuka terhadap perubahan.

Tipe budaya politik berdasarkan orientasi politik masyarakat, meliputi:

Di Indonesia sendiri terdapat tiga budaya politik yang sangat kuat sebagaimana yang
diungkapakan Rusadi Kantaprawira, diantaranya sebagai berikut:

1. Budaya Politik Parokial (Parochial Political Culture)

Pada budaya politik parokial ini dapat diartikan bahwa politik budaya ini terbatas pada
wilayah yang sempit, Disebut bersifat parokial dikarenakan terbatasnya perbedaan antara
masyarakat yang menyebabkan peranan politik bersifat khas dan berdiri sendiri.

Dalam budaya politik ini masyarakat cenderung lebih berminat pada objek-objek politik
pada cakupan yang sempit,dalam batas tertentu seperti dalam lingkungan tempat ia tinggal
atau bersifat kedaerahan sehingga masyarakat pada budaya ini tidak tertarik terhadap objek-
objek politik yang luas.

Ciri-Ciri Budaya Politik Parokial:

• Apatis

• Lingkupnya sempit dan kecil

• Pengetahuan politik rendah

• Masyarakatnya yang sederhana dan tradisional


• Adanya ke tidak peduli dan juga menarik diri dari kehidupan politik

• Anggota masyarakat condong tidak berminat terhadap objek politik yang luas

• Kesadaran anggota masyarakat mengenai adanya pusat kewenangan dan kekuasaan dalam
masyarakatnya rendah

• Tidak ada peranan politik bersifat khusus

• Warga negara tidak sering berhadap dalam sistem politik

2. Budaya Politik Kaula (Subject Political Culture)

Setiap anggota masyarakat mempunyai minat, perhatian, dan juga kesadaran terhadap
sistem politik secara menyeluruh, terutama pada hasil dari sistem politik itu sendiri. Adapun
perhatian terhadap aspek masukan (input) bagi sistem politik itu sendiri hampir tidak ada.

Budaya politik ini terdapat pada posisi kaula karena posisinya yang bersifat pasif,
dikatrenakan masyarakat tidak berdaya untuk mempengaruhi dan bahkan mengubah system
tersebut. Oleh karena itu, pada system ini masyarakat hanya dapat menunggu segala
kebijakan yang telah dibuat oleh para penanggung kekuasaan.

Ciri-Ciri Budaya Politik Kaula/Subjek

• Advertisement

• Masyarajat menyadari sepenuhnya otoritasi pemerintah

• Sedikit warga memberi masukan dan tuntutan kepada pemerintah, namun dapat menerima
apa yang berasal dari pemerintah

• Menerima putusan yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dikoreksi, terlebih lagi
ditentang.

• Sikap warga sebagai aktor politik adalah pasif, artinya warga tidak dapat berbuat banyak
untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik.

• Warga menaruh keadaran, minat, dan perhatian pada sistem politik secara umum dan
khusus terhadap objek output, sedangkan untuk kesadarannya terhadap input dan
kesadarannya sebagai aktor polirik masih rendah.

3. Budaya Politik Partisipan (Prtisipan Political Culture)

Dalam budaya politik ini anggota masyarakat telah berperan aktif pada suatu proses politik
karena mereka telah menyadari sepenuhnya hak dan tanggung jawabnya sebagai warga
negara. Budaya politik partisipan adalah budaya politik yang ditandai adanya kesadaran
politik yang sangat tinggi. Budaya politik partisipan dapat dikatakan suatu bentuk budaya
yang anggota masyarakatnya condong diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem sebagai
keseluruhan dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif. Budaya politik yang
ditandai dengan adanya kesadaran dirinya atau orang lain sebagai anggota aktif dalam
kehidupan politik. Umumnya masyarakat budaya politik partisipan sadar bahwa betapapun
kecil partisipasi dalam sistem politik, tetap saja merasa berarti dan berperan dalam
berlangsungnya sistem politik. Begitu pun dengan budaya politik partisipan, masyarakat tidak
menerima langsung keputusan politik, karena merasa sebagai anggota aktif dalam kehidupan
politik yang memiliki hak dan tanggung jawab.

Ciri-Ciri Budaya Politik Partisipan

• Warga menyadari hak dan tanggung jawabnya dan dapat mempergunakan hak serta
menanggung kewajibannya

• Tidak begitu saja menerima keadaan, tunduk pada keadaan, berdisiplin tetapi dapat menilai
dengan penuh kesadaran semua objek politik, baik secara keseluruhan, input, output, maupun
posisi dirinya sendiri.

• Kehidupan politik sebagai sarana transaksi, misalnya penjual dan pembeli. Warga menerima
menurut kesadarannya tetapi dapat menolak menurut penilainnya sendiri.

• Menyadari sebagai warga negara yang aktif dan berperan sebagai aktivis.

D. Perubahan Budaya Politik


Partai merupakan alat utama untuk mengubah budaya politik, dengan mengajarkan orde
norma baru kepada masyarakat pada masa kekuasaannya dengan mengatur serta
memobilisasi tujuan-tujuan sosial politik, dan menstruktur hubungan sosial yang sudah ada.
Hal ini jelas terlihat pada Negara-negara baru dan juga Negara-negara komunis (Rusia,
China, Korea Utara, dan lain-lain).

Revolusi yang terlalu cepat dan transparan dapat meruntuhkan kepercayaa masyarakat yang
kemudian akan berdampak pada demonstrasi di kalangan masyarakat dan bahkan
pemerintahan itu sendiri. Sehingga cara yang paling efektif, jelas, dan historik untuk
mentransformasi kebudayaan politik adalah dengan perpindahan penduduk.

E. Budaya Politik Indonesia


Budaya politik yang berkembang di Indonesia cenderung mengarah pada karakteristik
budaya politik partisipan pasca diberlakukannya reformasi pada akhir tahun 1990-an.
Partisipasi masyarakat di bidang politik cenderung mengalami peningkatan seiring dengan
diberlakukannya sistem pemilihan umum secara langsung yang juga menandai demokrasi di
Indonesia telah tumbuh dewasa.
Afan Gaffar, salah satu pemuka di bidang sosial dan politik, mengemukakan tiga ciri
dominan budaya politik Indonesia, di antaranya adalah:

a. Adanya Sistem Hierarki yang Ketat

Sistem hierarki umumnya banyak ditemukan pada kelompok masyarakat atau suku yang
menganut sistem patriarki seperti masyarakat Jawa. Hierarki pada masyarakat ini ditandai
dengan adanya stratifikasi sosial yakni penguasa dan rakyat kebanyakan. Kedua lapisan
stratifikasi sosial tersebut dipisahkan oleh tatanan hierarki yang ketat, seperti pola perilaku
dan cara berbicara. Para penguasa atau golongan kelas atas dapat menggunakan bahasa yang
kasar pada masyarakat golongan kedua. Sebaliknya, masyarakat golongan kedua dituntut
untuk dapat mengendalikan tingkah laku dan cara bicara mereka saat berhadapan dengan
golongan atas.

b. Kecenderungan Patronase

Kecenderungan patonase memiliki arti hubungan politik yang bersifat individual; contohnya
dapat ditemukan pada hubungan antara patron dan klien. Patron merupakan istilah bagi
golongan yang memiliki sumber daya berupa kekuasaan, jabatan, dan materi, sedangkan klien
memiliki sumber daya yang berupa tenaga, loyalitas, dan dukungan. Patron memiliki sumber
daya lebih besar sebab dapat menguasai klien dan menciptakan ketergantungan pada diri
klien atas sumber daya berupa kuasa yang dimiliki patron.

c. Kecenderungan Neo-Patrimonisalistik

Budaya politik di Indonesia juga menunjukkan adanya kecenderungan ke arah neo-


patrimonisalistik yang merujuk pada bentuk eksistensi budaya dan tradisi bangsa di tengah
kemunculan ideologi modern seperti demokrasi beserta segala atributnya, salah satunya
adalah birokrasi. Ciri-ciri birokrasi modern tersebut di antaranya adalah:

• Adanya aturan-aturan yang mengatur sistem kerja sebuah organisasi serta perilaku para
anggota masyarakatnya,

• Adanya posisi atau jabatan yang memiliki tanggung jawab dan sanksi tegas,

• Adanya strukutur hierarkis yang membagi kekuasaan dan wewenang dari posisi paling atas
hingga paling bawah,

• Adanya anggota masyarakat yang dipekerjakan berdasarkan kualifikasi tertentu untuk


mengelola organisasi dan segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan

F. Perkembangan Budaya Politik di Indonesia


Pada umumnya masyarakat Indonesia telah menggunakan budaya dalam kehidupan sehari-
hari maupun kehidupan bernegara. Dari ketiga budaya politik yang ada di Indonesia, hanya
budaya politik parokial dan kaula yang biasanya disatukan sehingga terdapat dua macam
budaya politik umum. Budaya politik ini juga memiliki perbedaan yang nyata dan mencolok.

Adanya berbagai tipe budaya politik akibat percampuran dari berbagai budaya politik di
Indonesia karena disebabkan oleh adanya beberapa faktor sebagai berikut :.

 Keragaman yang kerap tumbuh pada masyarakat Indonesia.


 Masyarakat yang menganut budaya politik parokial kaula disebabkan oleh beberapa
faktor yakni adanya isolasi dari kebudayaan luar, ikatan primordial, paternalistik,
foedalisme, dan pengaruh penjajahan.
 Budaya politik Indonesia yang cenderung masih menggunakan sikap paternalism dan
sifat patrimonial (warisan ayah).
 Sulit dalam memilih interaksi mengenai modernisasi dengan pola yang telah lama
tertanam sebagai tradisi dalam masyarakat.
 Ikatan primordial merupakan sifat yang memiliki ciri yang cenderung terhadap
kedaerahan, kesukuan, dan keagamaan.
 Budaya politik sangat melekat dengan baik di masyarakat diantaranya ialah politik
tradisonal, politik transisional dan politik modern berdasarkan gaya politik yang
berkembang di Indonesia.

G. Sosialisasi Politik dalam Pengembangan Budaya Politik


Sosialisasi politik adalah proses di mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan
orientasi pada politik. Proses tersebut hakikatnya merupakan upaya membelajari nilai-nilai
atau budaya politik masyarakat. Beberapa segi penting dalam sosialisasi politik adalah:

• sosialisasi politik pada dasarnya adalah proses belajar, baik dari pengalaman maupun pola-
pola tindakan.

• sosialisasi politik memberikan indikasi umum hasil belajar tingkahlaku politik individu dan
kelompok berkenaan dengan pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap politik tertentu.

• sosialisasi politik tidak hanya berlangsung pada fase anak-anak dan remaja, melainkan
berlangsung sepanjang hayat.

• sosialisasi politik memberikan penjelasan mengenai tingkah¬laku politik masyarakat,


karenanya merupakan prakondisi yang diperlukan bagi aktivitas politik.

Fungsi sosialisasi politik adalah:

• membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik suatu bangsa;

• memelihara kebudayaan politik suatu bangsa;

• mengubah kebudayaan politik suatu bangsa.


Dari segi metode penyampaian pesan, ada dua macam sosialisasi politik, yaitu:

• pendidikan politik; yaitu, proses dialogis yang bertujuan agar anggota masyarakat mengenal
dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya. Hal ini biasa
dilakukan melalui kegiatan kursus, latihan kepemimpinan, diskusi, atau keikutsertaan dalam
berbagai pertemuan formal maupun informal.

• indoktrinasi politik; yaitu, proses sosialisasi yang dilakukan untuk memobilisasi dan
memanipulasi warga masyarakat agar menerima nilai, norma, dan simbol politik. Hal ini
biasanya dilakukan secara satu arah dengan menggunakan cara-cara paksaan psikologis.

Agen sosialisasi politik, yaitu:

• Keluarga. Keluarga merupakan agen pertama dalam pemben¬tukan nilai-nilai politik bagi
seorang individu.

• Sekolah. Sekolah memberi pengetahuan kepada kaum muda tentang dunia politik dan
peranan mereka di dalamnya. Juga, memberikan pandangan yang lebih konkret tentang
lembaga- lembaga politik dan hubungan-hubungan politik.

• Kelompok pergaulan. Kelompok pergaulan dapat berupa ke¬lompok bermain, kelompok


persahabatan, dan kelompok kerja. Melalui kelompok pergaulan orang belajar tentang
menyesuaikan diri terhadap sikap-sikap atau tingkahlaku yang dianut oleh kelompok.

• Tempat kerja. Dalam hal ini, terutama adalah organisasi- organisasi formal ataupun
nonformal yang dibentuk atas dasar pekerjaan, seperti serikat-serikat kerja, serikat buruh, dan
sejenisnya. Organisasi semacam itu seringkah menjadi acuan individu dalam kehidupan
politik.

• Media massa. Melalui media massa masyarakat dapat memper¬oleh pengetahuan dan
informasi-informasi politik. Selain itu, media massa merupakan sarana ampuh untuk
membentuk sikap- sikap dan keyakinan-keyakinan politik warga masyarakat.

• Kontak-kontak politik langsung. Yaitu, pengalaman nyata sese¬orang dalam kehidupan


politik. Hal ini sangat berpengaruh terhadap orientasi politik seseorang. Pandangan seseorang
terhadap sistem politik yang telah ditanamkan oleh keluarga, sekolah, kelompok pergaulan,
tempat kerja, dan media massa bisa berubah oleh karena pengalaman nyata seseorang dalam
kehidupan politik.

sifat sosialisasi politik, yaitu:

• sosialisasi politik laten: berlangsung dalam bentuk transmisi informasi, nilai-nilai atau
perasaan terhadap peran, input, dan output sistem sosial (misalnya, keluarga) yang
mempengaruhi sikap terhadap peran, input, dan output sistem politik.

• sosialisasi politik manifes: berlangsung dalam bentuk transmisi informasi, nilai-nilai atau
perasaan terhadap peran, input, dan output sistem politik.
H. Budaya Politik Partisipan
Dalam sistem politik demokratis, budaya politik yang semestinya di- tumbuh-kembangkan
warga negara adalah budaya politik partisipatif. Almond dan Verba menyatakan bahwa
budaya politik partisipatif (demokratis) adalah sistem keyakinan, sikap, norma, persepsi, dan
sejenisnya yang menopang terwujudnya partisipasi politik. Partisipasi politik adalah
keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan dalam pemerintahan)
berdasarkan kesadaran sendiri guna mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan politik.

Partisipasi politik bisa dilakukan dengan cara-cara konvensional, seperti:

• memberikan suara dalam pemilu;

• terlibat dalam kampanye;

• membentuk dan bergabung dalam organisasi kemasyaraka¬tan;

• melakukan diskusi publik; dan

• melakukan komunikasi pribadi dengan aktivis politik atau pejabat pemerintah.

Partisipasi politik bisa dilakukan dengan cara-cara non-konvensional, seperti:

• demonstrasi

• boikot, dan

• pembangkangan sipil.

Tipe partisipasi politik meliputi:

• partisipasi aktif, merupakan kegiatan warga negara yang sen¬antiasa menampilkan perilaku
tanggap (responsif) terhadap berbagai tahapan kebijakan pemerintah. Secara umum, tahap
kebijakan pemerintah terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) penyusunan agenda, (2) perumusan
program, (3) pelaksanaan program, (4) monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.

• partisipasi militan-radikal, merupakan kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan


perilaku tanggap (responsif) terhadap berbagai kebijakan pemerintah; namun, cenderung
mengutamakan cara-cara non-konvensional, termasuk di dalam-nya menggunakan cara-cara
kekerasan.

• partisipasi pasif, adalah kegiatan warga negara yang menerima atau menaati begitu saja
segala kebijakan pemerintah. Jadi, partisipasi aktif cenderung tidak mempersoalkan apa pun
ke¬bijakan publik yang dibuat oleh pemerintah.
• perilaku apatis, adalah kegiatan warga negara yang tak mau tahu dengan apa pun kebijakan
publik yang dibuat oleh pemerintah. Umumnya warga masyarakat bertindak demikian karena
merasa kecewa dengan pemerintah dan sistem politik yang ada.

Budaya politik yang baik semestinya lebih diwarnai oleh tipe partisi¬pasi aktif daripada tipe
partisipasi militan-radikal, partisipasi pasif, ataupun perilaku apatis. Selain itu, partisipasi
lebih mengedepankan cara-cara yang santun (tanpa kekerasan). Ada berbagai bentuk
partisipasi, hal itu bisa dibedakan berdasarkan:

• jumlah pelaku

• keterlibatan si pelaku

• wujud sumbangan yang diberikan

• jenis-jenis perilaku

Berdasarkan jumlah pelaku, partisipasi politik bisa dibedakan menjadi :

• partisipasi individual; yaitu, kegiatan warga negara biasa untuk mempengaruhi pemerintah
yang dilakukan oleh orang- perorangan.

• partisipasi kolektif; yaitu, kegiatan warga negara biasa untuk mempengaruhi pemerintah
yang dilakukan oleh sejumlah orang atau banyak orang.

Berdasarkan keterlibatan si pelaku, partisipasi politik bisa dibedakan :

• partisipasi langsung; yaitu, kegiatan warga negara biasa untuk mempengaruhi pemerintah,
yang dilakukan sendiri tanpa perantaraan pihak lain.

• partisipasi tak langsung; yaitu, kegiatan warga negara untuk mempengaruhi pemerintah,
yang dilakukan dengan perantaraan pihak lain.

Berdasarkan wujud sumbangan yang diberikan, partisipasi politik bisa dibedakan menjadi ;

• partisipasi material; yaitu, kegiatan warga negara untuk mempen¬garuhi pemerintah,


dengan cara memberikan sumbangan materi.

• partisipasi non-material; yaitu, kegiatan warga negara untuk mempengaruhi pemerintah,


dengan cara memberikan sum¬bangan non-materi.

Berdasarkan jenis-jenis perilakunya, partisipasi politik bisa dibedakan menjadi :

• kegiatan pemilihan; yaitu, kegiatan warga negara untuk mempe¬ngaruhi pemerintah,


dengan cara melakukan berbagai kegiatan

• untuk mempengaruhi hasil Pemilu/Pilkada.

• lobbying; yaitu, kegiatan warga negara untuk mempengaruhi pemerintah, yang dilakukan
dengan melakukan pendekatan terhadap pihak-pihak tertentu (pajabat/tokoh).
• kegiatan organisasi; yaitu, kegiatan warga negara untuk mem¬pengaruhi pemerintah,
dengan cara menjadi anggota organisasi tertentu.

• mencari koneksi; yaitu, kegiatan warga negara untuk mem¬pengaruhi pemerintah dengan
cara menghubungi orang-orang tertentu untuk memperoleh keuntungan tertentu bagi satu atau
beberapa orang.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
1. Budaya politik merupakan perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara,
peneyelenggaraan administrasi negara.

2. Tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia ada 3 macam,
yaitu budaya politik parokial, budaya politik kaulka, dan budaya politik partisipan.

3. Budaya politik partisipan perlu di sosialisasikan kepada segenap rakyat agar dapat
berperan serta secara aktif.

4. Sebagai bangsa yang berdaulat, kemampuan menjaga dan melindungi seluruh wilayah
Negara dari berbagai ancaman dan gangguan baik berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri, tidak dapat dihindari lagi. Pertahanan dan keamanan Negara republic Indonesia
silaksanakan dengan menyusun, mengerahkan, menggerakkan serta seluruh potensi nasional,
termasuk kekuatan masyarakat diseluruh bidang kehidupan nasional secara terintegrasi dan
terkoordinasi.

5. dsb.

B.Saran
Makalah ini dijadikan proses pembelajaran untuk kelompok kami, kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu mohon kritik dan saran dari semua
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
REFERENSI

 Dennis Kavanagh, Kebudayaan Politik diterjemahkan oleh Dra. Lailahanoum


Hasyim, PT. Bina Aksara - Jakarta, 1982.
 Rusadi Kantaprawira, Sistem politik Indonesia, Sinar Baru – Bandung, 1983.
 Jurnal “budaya politik Indonesia” oleh Dr.Drs. Asti Riyanto, SH, MH. 2006.
 Aim Abdulkarim, Pendidikan Kewarnegaraan kelas XI jilid 2, Grafindo Media
Pratama, 2006. [bab 1]

Anda mungkin juga menyukai