OLEH:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan politik suatu Negara, Negara tidak lepas dari corak budaya yang ada
dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung pada
budaya poitik yang berkembang dalam masyarakat untuk dapat mengetahui bagaimana
tipe-tipe budaya politik masyarakat Indonesia dan bagaimana peran sertanya dalam
pembangunan kehidupan politik di Indonesia.
Setiap hari pasti kita melakukan aktivitas yang tidak lain menonton tv dan membaca
majalah maupun koran,tentunya kita pernah menyaksikan secara langsung maupun tidak
langsung melalui televisi dan media massa lainnya pelaksanaan pemilu, pilkada,
demonstrasi, kerusuhan, kampanye partai politik, dan bahkan penculikan-penculikan
aktivis-aktivis politik. Pola-pola perilaku tersebut menyangkut kehidupan bernegara,
pemerintahan, hukum, adat istiadat dan lainnya yang disebut sebagai budaya politik.
Sebagai warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-
aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya
dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika
secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang
peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat
dalam peristiwa politik tertentu. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai
ragam suku dan budaya, kehidupan masyarakatnya yang terdiri dari berbagai tingkatan
ikut menambah kibinekaan yang ada di indonesia. Konsep kebhinekaan ini juga terpancar
dalam dunia perpolitikan indonesia, mulai dari masa Repubik Indonesia I (1945-1959)
atau yang lebih dikenal dengan era Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer, masa
Republik Indonesia II (1959-1965) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Lama atau
Demokrasi Terpimpin, masa Republik Indonesia III (1965-1998) atau yang lebih dikenal
dengan era Orde Baru atau Demokrasi Pancasila, dan yang terakhir yang berlaku sampai
saat ini adalah masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) atau yang lebih dikenal
dengan era Reformasi.
Saat ini perkembangan budaya politik di indonesia sangat kental terasa, berbagai macam
problematika politik saat ini tidak terlepas dari semakin berkembangnya sistem politik di
indonesia yang memunculkan berbagai macam budaya politik dikalangan msyarakat kita
dan seakan-akan memudarkan etika dan makna terbesak dari politik itu sendiri, yaitu
kepentingan dan kemakmuran rakyat diatas segalanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas dapat di tarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan budaya politik, bagaimana ciri-ciri serta klasifikasi
dari budaya politik?
2. Bagaimana budaya politik yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan budaya politik di Indonesia?
BUDAYA POLITIK
Untuk mendukung berjalannya sebuah kehidupan berpolitik dalam sebuah negara dengan
maksimal, warga negara dituntut untuk bekerja dengan optimal demi terwujudnya cita-cita
negara. Warga Negara Indonesia menjalankan berbagai ragam dan tipe budaya politik
mewujudkan cita-citanya, dan budaya politik tersebut menjadi sesuatu yang sangat berharga
dala kehidupan politik di Indonesia. Budaya politik yang baik merupakan budaya yang dapat
mendorong warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan berpolitik secara
menyeluruh.
Masyarakat politik juga harus memiliki ciri-ciri sebagaimana yang diungkapkan Robert
E.Ward, diantaranya:
Budaya politik adalah suatu bentuk pola individu ataupun masyarakat dalam berperilaku
yang berorientasikan terhadap kehidupan dalam berpolitik yang dimana dalam budaya politik
tersebut mencakup penyelenggaraan kehidupan bernegara, hukum, administrasi negera, adat
istiadat, politik pemerintahan, dan norma-norma dalam berperilaku sehari-hari.
Ruang lingkup budaya politik menurut Almond dan Powel meliputi:
a) Orientasi individu yang diperoleh dari pengetahuannya yang luas maupun sempit.
Sesuai dengan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa budaya politik adalah cara pandang
warga negara yang diwujudkan dalam tata cara bersikap terhadap permasalahan politik yang
terjadi dan mengakibatkan pembentukan proses dan struktur kegiatan menyangkut hubungan
antara manusia yang terkait dengan soal kekuasaan, aturan dan bahkan wewenang dalam
kegiatan politik masyarakat maupun pemerintahan. Dengan artian singkat, budaya politik
merupakan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan dipraktikan dalam berpolitik.
Terkait dengan pengertian budaya politik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
• hal-hal yang diorientasikan dalam budaya politik adalah sistem politik, artinya pembicaraan
tentang budaya politik selalu terkait dengan sistem politik. Hal-hal yang diorientasikan dalam
sistem politik adalah komponen-komponen struktur dan fungsi dalam sistem politik.
Seseorang akan memiliki orientasi yang berbeda terhadap sistem politik.
• Menurut Alan R. Ball, pengertian budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari
sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik
dan isu-isu politik.
• Menurut Gabriel A. Almond dan G.Bingham Powell JR, pengertian budaya politik adalah
suatu sikap, keyakinan, nilai serta keterampilan yang berguna bagi seluruh populasi, dan
adanya kecenderungan pada pola-pola khusus dibagian-bagian tertentu dari populasi.
• Menurut Almond dan Verba, pengertian budaya politik adalah sikap orientasi yang khas
dari warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya dan sikap terhadap
peranan warga negara yang ada dalam sistem itu.
• Menurut Brown,pengertian budaya politik adalah sebagai persepsi subyektif tentang sejarah
dan politik, keyakinan dan nilai-nilai mendasar, lokus identifikasi dan loyalitas, serta
pengetahuan dan harapan-harapan politik yang merupakan produk dari pengalaman sejarah
khusus dari bangsa/kelompok.
• Menurut Sidney Verba, budaya politik adalah suatu sistem kepercayaan empirik, lalu
simbol-simbol ekskpresif dan nilai-nilai yang ditegaskan pada situasi dimana tindakan politik
dilakukan.
• Menurut Aaron Wildavskus, budaya politik secara luas menjelaskan orang-orang yang
menganut nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan pilihan-pilihan yang melegitimasi jalan hidup
yang berbeda-beda (menekankan pada keterbukaan terhadap berbagai pendekatan dalam
kajian budaya politik).
• Menurut Dennis Kavanagh, budaya politik adalah sebagai pernyataan untuk menyatakan
lingkungan perasaan dan sikap bagaimana sistem politik itu berlangsung.
• Menurut Moctar Massoed, budaya politik adalah suatu sikap dan orientasi warga pada
negara terhadap kehidupan pemerintahan negara serta politiknya.
• Menurut Albert Widjaja, budaya politik adalah aspek politik dari sistem nilai-nilai yang
terdiri ide, pengetahuan, adat istiadat, tahayul dan mitos. Kesemuanya ini dikenal dan diakui
sebagain besar masyarakat. Budaya politik tersebut memberi rasional untuk menolak atau
menerima nilai-nilai dan norma lain.
b. Budaya politik Indonesia bersifat parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan
di lain pihak. Masyarakat bawah masih ketinggalan dalam menggunakan hak dan dalam
memikul tanggung jawab politiknya. Hal tersebut disebabkan oleh isolasi dari kebudayaan
luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, serta ikatan primordial. Sedangkan kaum elit politik
sungguh-sungguh merupakan merupakan partisipan yang aktif. Hal tersebut dipengaruhi oleh
pendidikan modern.
c. Sifat ikatan primordial yang masih berurat berakar yang dikenal melalui indikator berupa
sentimen kedaerahan, kesukuan, keagamaan, perbedaan pendekatan terhadap keagamaan
tertentu, puritanisme dan nonpuritanisme, dan lain-lain. Di samping itu, salah satu petunjuk
masih kukuhnya ikatan tersebut dapat dilihat dari pola budaya politik yang tercermin dalam
struktur vertikal masyarakat di mana usaha gerakan kaum elit langsung mengeksploitasi dan
menyentuh substruktur sosial dan subkultur untuk tujuan perekrutan dukungan.
d. Kecenderungan budaya politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalisme dan
sifat patrimonial. Sebagai indikatornya dapat disebutkan antara lain, sikap asal bapak senang.
Di Indonesia, budaya politik tipe parokial kaula lebih mempunyai keselarasan untuk tumbuh
dengan persepsi masyarakat terhadap objek politik yang menyandarkan atau menundukkan
diri pada proses output dari penguasa.
1. Budaya politik militan. Budaya politik ini melihat perbedaan bukan sebagai usaha mencari
alternatif yang lebih baik, melainkan dianggap sebagai upaya jahat dan menantang. Dalam
kondisi krisis, budaya politik ini cenderung mencari kambing hitam, bukan melihat secara
kritis terhadap proses atau peraturan yang ada; cenderung melihat masalah sebagai hal yang
mempribadi, secara sensitif dan emosional.
2. Budaya politik toleran. Budaya politik ini cenderung berfokus pada penilaian secara
rasional terhadap masalah maupun ide; juga, berusaha mencari konsensus yang wajar dan
selalu membuka diri terhadap kerja sama. Bersikap kritis terhadap ide dari mana pun dan
siapa pun.
Tipe budaya politik berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan, meliputi:
1. Budaya politik absolut. Budaya politik ini mempunyai sikap mental yang menganggap
bahwa nilai-nilai dan kepercayaan selalu sempurna, oleh karenanya tak dapat diubah. Maka,
yang diperlukan adalah meningkatkan intensitas kepercayaan, bukan mencari alternatif yang
lebih baik. Budaya politik ini tumbuh dari tradisi dan berusaha memelihara kemurnian tradisi.
2. Budaya politik akomodatif. Budaya politik ini mempunyai sikap mental yang terbuka dan
bersedia menerima berbagai hal yang dianggap berharga. Karenanya, berupaya bersikap kritis
terhadap diri sendiri dan tradisi yang ada serta terbuka terhadap perubahan.
Di Indonesia sendiri terdapat tiga budaya politik yang sangat kuat sebagaimana yang
diungkapakan Rusadi Kantaprawira, diantaranya sebagai berikut:
Pada budaya politik parokial ini dapat diartikan bahwa politik budaya ini terbatas pada
wilayah yang sempit, Disebut bersifat parokial dikarenakan terbatasnya perbedaan antara
masyarakat yang menyebabkan peranan politik bersifat khas dan berdiri sendiri.
Dalam budaya politik ini masyarakat cenderung lebih berminat pada objek-objek politik
pada cakupan yang sempit,dalam batas tertentu seperti dalam lingkungan tempat ia tinggal
atau bersifat kedaerahan sehingga masyarakat pada budaya ini tidak tertarik terhadap objek-
objek politik yang luas.
• Apatis
• Anggota masyarakat condong tidak berminat terhadap objek politik yang luas
• Kesadaran anggota masyarakat mengenai adanya pusat kewenangan dan kekuasaan dalam
masyarakatnya rendah
Setiap anggota masyarakat mempunyai minat, perhatian, dan juga kesadaran terhadap
sistem politik secara menyeluruh, terutama pada hasil dari sistem politik itu sendiri. Adapun
perhatian terhadap aspek masukan (input) bagi sistem politik itu sendiri hampir tidak ada.
Budaya politik ini terdapat pada posisi kaula karena posisinya yang bersifat pasif,
dikatrenakan masyarakat tidak berdaya untuk mempengaruhi dan bahkan mengubah system
tersebut. Oleh karena itu, pada system ini masyarakat hanya dapat menunggu segala
kebijakan yang telah dibuat oleh para penanggung kekuasaan.
• Advertisement
• Sedikit warga memberi masukan dan tuntutan kepada pemerintah, namun dapat menerima
apa yang berasal dari pemerintah
• Menerima putusan yang dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dikoreksi, terlebih lagi
ditentang.
• Sikap warga sebagai aktor politik adalah pasif, artinya warga tidak dapat berbuat banyak
untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik.
• Warga menaruh keadaran, minat, dan perhatian pada sistem politik secara umum dan
khusus terhadap objek output, sedangkan untuk kesadarannya terhadap input dan
kesadarannya sebagai aktor polirik masih rendah.
Dalam budaya politik ini anggota masyarakat telah berperan aktif pada suatu proses politik
karena mereka telah menyadari sepenuhnya hak dan tanggung jawabnya sebagai warga
negara. Budaya politik partisipan adalah budaya politik yang ditandai adanya kesadaran
politik yang sangat tinggi. Budaya politik partisipan dapat dikatakan suatu bentuk budaya
yang anggota masyarakatnya condong diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem sebagai
keseluruhan dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif. Budaya politik yang
ditandai dengan adanya kesadaran dirinya atau orang lain sebagai anggota aktif dalam
kehidupan politik. Umumnya masyarakat budaya politik partisipan sadar bahwa betapapun
kecil partisipasi dalam sistem politik, tetap saja merasa berarti dan berperan dalam
berlangsungnya sistem politik. Begitu pun dengan budaya politik partisipan, masyarakat tidak
menerima langsung keputusan politik, karena merasa sebagai anggota aktif dalam kehidupan
politik yang memiliki hak dan tanggung jawab.
• Warga menyadari hak dan tanggung jawabnya dan dapat mempergunakan hak serta
menanggung kewajibannya
• Tidak begitu saja menerima keadaan, tunduk pada keadaan, berdisiplin tetapi dapat menilai
dengan penuh kesadaran semua objek politik, baik secara keseluruhan, input, output, maupun
posisi dirinya sendiri.
• Kehidupan politik sebagai sarana transaksi, misalnya penjual dan pembeli. Warga menerima
menurut kesadarannya tetapi dapat menolak menurut penilainnya sendiri.
• Menyadari sebagai warga negara yang aktif dan berperan sebagai aktivis.
Revolusi yang terlalu cepat dan transparan dapat meruntuhkan kepercayaa masyarakat yang
kemudian akan berdampak pada demonstrasi di kalangan masyarakat dan bahkan
pemerintahan itu sendiri. Sehingga cara yang paling efektif, jelas, dan historik untuk
mentransformasi kebudayaan politik adalah dengan perpindahan penduduk.
Sistem hierarki umumnya banyak ditemukan pada kelompok masyarakat atau suku yang
menganut sistem patriarki seperti masyarakat Jawa. Hierarki pada masyarakat ini ditandai
dengan adanya stratifikasi sosial yakni penguasa dan rakyat kebanyakan. Kedua lapisan
stratifikasi sosial tersebut dipisahkan oleh tatanan hierarki yang ketat, seperti pola perilaku
dan cara berbicara. Para penguasa atau golongan kelas atas dapat menggunakan bahasa yang
kasar pada masyarakat golongan kedua. Sebaliknya, masyarakat golongan kedua dituntut
untuk dapat mengendalikan tingkah laku dan cara bicara mereka saat berhadapan dengan
golongan atas.
b. Kecenderungan Patronase
Kecenderungan patonase memiliki arti hubungan politik yang bersifat individual; contohnya
dapat ditemukan pada hubungan antara patron dan klien. Patron merupakan istilah bagi
golongan yang memiliki sumber daya berupa kekuasaan, jabatan, dan materi, sedangkan klien
memiliki sumber daya yang berupa tenaga, loyalitas, dan dukungan. Patron memiliki sumber
daya lebih besar sebab dapat menguasai klien dan menciptakan ketergantungan pada diri
klien atas sumber daya berupa kuasa yang dimiliki patron.
c. Kecenderungan Neo-Patrimonisalistik
• Adanya aturan-aturan yang mengatur sistem kerja sebuah organisasi serta perilaku para
anggota masyarakatnya,
• Adanya posisi atau jabatan yang memiliki tanggung jawab dan sanksi tegas,
• Adanya strukutur hierarkis yang membagi kekuasaan dan wewenang dari posisi paling atas
hingga paling bawah,
Adanya berbagai tipe budaya politik akibat percampuran dari berbagai budaya politik di
Indonesia karena disebabkan oleh adanya beberapa faktor sebagai berikut :.
• sosialisasi politik pada dasarnya adalah proses belajar, baik dari pengalaman maupun pola-
pola tindakan.
• sosialisasi politik memberikan indikasi umum hasil belajar tingkahlaku politik individu dan
kelompok berkenaan dengan pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap politik tertentu.
• sosialisasi politik tidak hanya berlangsung pada fase anak-anak dan remaja, melainkan
berlangsung sepanjang hayat.
• pendidikan politik; yaitu, proses dialogis yang bertujuan agar anggota masyarakat mengenal
dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya. Hal ini biasa
dilakukan melalui kegiatan kursus, latihan kepemimpinan, diskusi, atau keikutsertaan dalam
berbagai pertemuan formal maupun informal.
• indoktrinasi politik; yaitu, proses sosialisasi yang dilakukan untuk memobilisasi dan
memanipulasi warga masyarakat agar menerima nilai, norma, dan simbol politik. Hal ini
biasanya dilakukan secara satu arah dengan menggunakan cara-cara paksaan psikologis.
• Keluarga. Keluarga merupakan agen pertama dalam pemben¬tukan nilai-nilai politik bagi
seorang individu.
• Sekolah. Sekolah memberi pengetahuan kepada kaum muda tentang dunia politik dan
peranan mereka di dalamnya. Juga, memberikan pandangan yang lebih konkret tentang
lembaga- lembaga politik dan hubungan-hubungan politik.
• Tempat kerja. Dalam hal ini, terutama adalah organisasi- organisasi formal ataupun
nonformal yang dibentuk atas dasar pekerjaan, seperti serikat-serikat kerja, serikat buruh, dan
sejenisnya. Organisasi semacam itu seringkah menjadi acuan individu dalam kehidupan
politik.
• Media massa. Melalui media massa masyarakat dapat memper¬oleh pengetahuan dan
informasi-informasi politik. Selain itu, media massa merupakan sarana ampuh untuk
membentuk sikap- sikap dan keyakinan-keyakinan politik warga masyarakat.
• sosialisasi politik laten: berlangsung dalam bentuk transmisi informasi, nilai-nilai atau
perasaan terhadap peran, input, dan output sistem sosial (misalnya, keluarga) yang
mempengaruhi sikap terhadap peran, input, dan output sistem politik.
• sosialisasi politik manifes: berlangsung dalam bentuk transmisi informasi, nilai-nilai atau
perasaan terhadap peran, input, dan output sistem politik.
H. Budaya Politik Partisipan
Dalam sistem politik demokratis, budaya politik yang semestinya di- tumbuh-kembangkan
warga negara adalah budaya politik partisipatif. Almond dan Verba menyatakan bahwa
budaya politik partisipatif (demokratis) adalah sistem keyakinan, sikap, norma, persepsi, dan
sejenisnya yang menopang terwujudnya partisipasi politik. Partisipasi politik adalah
keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan dalam pemerintahan)
berdasarkan kesadaran sendiri guna mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan politik.
• demonstrasi
• boikot, dan
• pembangkangan sipil.
• partisipasi aktif, merupakan kegiatan warga negara yang sen¬antiasa menampilkan perilaku
tanggap (responsif) terhadap berbagai tahapan kebijakan pemerintah. Secara umum, tahap
kebijakan pemerintah terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) penyusunan agenda, (2) perumusan
program, (3) pelaksanaan program, (4) monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.
• partisipasi pasif, adalah kegiatan warga negara yang menerima atau menaati begitu saja
segala kebijakan pemerintah. Jadi, partisipasi aktif cenderung tidak mempersoalkan apa pun
ke¬bijakan publik yang dibuat oleh pemerintah.
• perilaku apatis, adalah kegiatan warga negara yang tak mau tahu dengan apa pun kebijakan
publik yang dibuat oleh pemerintah. Umumnya warga masyarakat bertindak demikian karena
merasa kecewa dengan pemerintah dan sistem politik yang ada.
Budaya politik yang baik semestinya lebih diwarnai oleh tipe partisi¬pasi aktif daripada tipe
partisipasi militan-radikal, partisipasi pasif, ataupun perilaku apatis. Selain itu, partisipasi
lebih mengedepankan cara-cara yang santun (tanpa kekerasan). Ada berbagai bentuk
partisipasi, hal itu bisa dibedakan berdasarkan:
• jumlah pelaku
• keterlibatan si pelaku
• jenis-jenis perilaku
• partisipasi individual; yaitu, kegiatan warga negara biasa untuk mempengaruhi pemerintah
yang dilakukan oleh orang- perorangan.
• partisipasi kolektif; yaitu, kegiatan warga negara biasa untuk mempengaruhi pemerintah
yang dilakukan oleh sejumlah orang atau banyak orang.
• partisipasi langsung; yaitu, kegiatan warga negara biasa untuk mempengaruhi pemerintah,
yang dilakukan sendiri tanpa perantaraan pihak lain.
• partisipasi tak langsung; yaitu, kegiatan warga negara untuk mempengaruhi pemerintah,
yang dilakukan dengan perantaraan pihak lain.
Berdasarkan wujud sumbangan yang diberikan, partisipasi politik bisa dibedakan menjadi ;
• lobbying; yaitu, kegiatan warga negara untuk mempengaruhi pemerintah, yang dilakukan
dengan melakukan pendekatan terhadap pihak-pihak tertentu (pajabat/tokoh).
• kegiatan organisasi; yaitu, kegiatan warga negara untuk mem¬pengaruhi pemerintah,
dengan cara menjadi anggota organisasi tertentu.
• mencari koneksi; yaitu, kegiatan warga negara untuk mem¬pengaruhi pemerintah dengan
cara menghubungi orang-orang tertentu untuk memperoleh keuntungan tertentu bagi satu atau
beberapa orang.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Budaya politik merupakan perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara,
peneyelenggaraan administrasi negara.
2. Tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia ada 3 macam,
yaitu budaya politik parokial, budaya politik kaulka, dan budaya politik partisipan.
3. Budaya politik partisipan perlu di sosialisasikan kepada segenap rakyat agar dapat
berperan serta secara aktif.
4. Sebagai bangsa yang berdaulat, kemampuan menjaga dan melindungi seluruh wilayah
Negara dari berbagai ancaman dan gangguan baik berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri, tidak dapat dihindari lagi. Pertahanan dan keamanan Negara republic Indonesia
silaksanakan dengan menyusun, mengerahkan, menggerakkan serta seluruh potensi nasional,
termasuk kekuatan masyarakat diseluruh bidang kehidupan nasional secara terintegrasi dan
terkoordinasi.
5. dsb.
B.Saran
Makalah ini dijadikan proses pembelajaran untuk kelompok kami, kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu mohon kritik dan saran dari semua
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
REFERENSI