Anda di halaman 1dari 7

Resume jurnal pertama dibuat oleh :

 M. Rafly Ramadhan (1816071035)


 Aqila Baity Jannaty (1816071059)

Resume dari jurnal ‘cautious politics’: Morgenthau and Hume’s critiques of the balance of
power

Jurnal ini berisi tentang kritik balance of power yang di paparkan kritikus Morgenthau dan
Hume. Yang di paparkan di jurnal ini berdasarkan keadaan yang di hadapi. Menurut Hume
The Balance Of Power berguna dalam artian untuk mencegah kerajaan yang universal, tetapi
juga bertanggung jawab untuk digunakan secara tidak pantas untuk pembenaran sebagai
dendam politik. Morgenthau lebih terpengaruh oleh hume. bahwa keseimbangan kekuasaan
tidak lagi berlaku untuk politik global dengan cara yang sama seperti yang dilakukannya
dalam periode 'klasik' diplomasi modern. Morgenthau dan Hume sampai pada kesimpulan
bahwa meskipun teori balance of power dapat menciptakan keamanan dan ketentraman dunia
tetap tidak berfungsi dengan baik jika subjek yang menyalah gunakan teori ini dengan
menjadi senjata pembelaan dalam dendam politik atau yang lain.

Konsep yang di terapkan oleh Moegenthau dan Hume adalah kedua kritikus ini tetap bersikap
relevan terhadap balance of power di era strategis. Mereka melihat kesalahan balance of
power dari subjek yang bersangkutan.

Aktor yang terlibat di balance of power merupakan negara atau subjek yang menuruti balance
of power yang sesuai.

Logika atau teori yang di pakai adalah balance of power yaitu menunjukkan bahwa
keamanan nasional ditingkatkan ketika kemampuan militer didistribusikan sehingga tidak ada
satu negara yang cukup kuat untuk mendominasi semua negara lain dalam kata lain tidak ada
lagi negara yang dapat meng invasi atau menjajah negara lain dan terciptanya keamanan
dunia.

Fakta yang terbukti dari teori ini adalah dulu negara inggris atau british pada abad ke 18 dan
united state of america pada saat abad ke 20 merupakan negara yang merasakan dampak
balance of power secara nyata pada saat itu karena sangat terpengaruh dan terhambat oleh
negara negara lemah lainya sebagai penerima manfaat dari balance of power.

Teori balance of power menghasilkan anomali strategis yang sangat kuat sebagai fondasi
untuk internasional politik sekarang agar dapat menciptakan keamanan dan kententraman
seluruh negara di dunia khususnya pada saat ini senjata nuklir atau Bio Organic Weapon yang
sangat di kembangkan agar tidak di salah gunakan. Tetapi teori ini dapat berjalan jika
dijalankan sesuai kaidah kaidah yang ada.
Resume jurnal kedua dibuat oleh :

 Chita Ayuningtyas (1816071055)


 Ailsa Arrafiani Yassa (1816071005)

Hadley Bull’s Paradox of The Balance of Power : a philosophical inquiry

Menurut Martin Wight, keseimbangan kekuatan merupakan sebuah sebuah teori yang
terinspirasi dari suatu kondisi hukum. Keseimbangan kekuatan merupakan suatu institusi
yang fundamental bagi kehidupan sosial internasional. Fungsi dari keseimbangan kekuatan
kadang membutuhkan tindakan politik yang melanggar aturan-aturan dan asas internasional.

Teori dan praktik dari keseimbangan kekuatan sendiri melibatkan norma-norma dan aturan
terhadap tugas-tugas dan hak-hak di dalam suatu negara. Kerap kali diingatkan bahwa
definisi atau arti secara harfiah dari ‘keseimbangan kekuatan’masih ambigu dan pencariannya
menjadi sia-sia. Asumsi dari ‘keseimbangan kekuatan’ saat ini melibatkan dua elemen pusat.
Yang pertama, asumsi bahwa kehidupan sosial internasional, termasuk hukum internasional
dan institusi dari keseimbangan kekuatan adalah tindakan dari negara. Yang kedua,
komitmen seluruh negara akan kebijakan anti-hegemonial, tidak mengizinkan satu negara
pun yang mendominasi. Fungsi dari keseimbangan kekuatan sendiri adalah untuk mencegah
dunia didominasi oleh suatu atau lebih dari satu negara selain itu untuk melindungi
kemerdekaan suatu negara.

Menurut Georg Henrik vonWright terdapat empat tipe dari contoh konsep namun ada tiga
yang kemungkinan dipakai untuk essay ini:

1. Alethic: asumsi dari kebenaran, melibatkan model konsep dari ‘penting’, ‘mungkin’,
‘kontingen’, ‘tidak mungkin’.
2. Epsithemic: asumsi dari bagaimana hal itu lahir, dengan model konsep ‘dibuktikan’,
‘bimbang/ragu-ragu’, ‘dipalsukan’.
3. Deontic: asumsi dari kewajiban, melibatkan model konsep dari ‘diresmikan’,
‘berbeda’, ‘dilarang’.

Dari situ dapat disimpulkan bahwa konsep dari keseimbangan kekuatan menurut Bull adalah:

1. Adanya keseimbangan kekuatan diperlukan untuk operasi hukum internasional


1. Langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga keseimbanagan melibatkan
pelanggaran kontingen perintah hukum internasional

Menurut Bull, keseimbangan kekuatan penting namun bukan hal yang cukup untuk
keberadaan hukum. Karena itu, jika tidak ada keseimbangan kekuatan maka tidak akan ada
hukum internasional.

Aktor aktornya dari keseimbangan kekuatan merupakan negara antar negara. Sangat jelas
karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu elemen pusat
keseimbangan kekuatan negara adalah hukum internasionalnya yang merupakan salah satu
tindakan atau bagian dari suatu negara.
Keseimbangan kekuasaan harus dilakukan dengan wacana normative dan masyarakat
internasional dapat menangani politik kekuasaan. Pandangan seperti ini akan menekan
partisipasi Negara-negara dalam membangun aturan dan institusi bersama.
Resume jurnal ketiga dibuat oleh :

 M. Ramadhani Pratama P. (1816071047)

Resume dari Jurnal “Reconceiving the balance of power: a review essay”

Jurnal ini dibuat oleh Feng Zhang seorang pengajar/dosen Departemen Hubungan
Internasional Tsinghua University, Beijing.Lalu di dalam jurnal ini menjelaskan bahwa sudah
sejak lama konsep dan teori keseimbangan kekuatan telah menjadi imajinasi oleh mahasiswa
Hubungan Internasional dan sama seperti para praktisi kebijakan luar negeri.

Lalu Metafora keseimbangan dan konsep kekuasaan, pada bagian ini muncul pertanyaan
seperti “bagaimana memahami keseimbangan kekuatan?” lalu jawabannya adalah dengan
memperlakukannya terlebih dahulu sebagai metafora.Memperlakukan keseimbangan
kekuatan sebagai metafora adalah langkah baru.Sebagai poin kecil, mahasiswa jarang
mengeksplorasi implikasi dari perlakuan semacam itu.Bagaimanapun, upayanya untuk
menguraikan implikasinya dengan menggambarkan dengan cara kognitif literatur linguistik
tentang metafora tampaknya telah memperkenalkan komplikasi dan kebingungan dalam
diskusinya tentang kekuasaan.Dia berpendapat bahwa metafora keseimbangan memiliki
dampak transformatif pada konsep kekuasaan.Khususnya hal itu menggerakkan kita jauh dari
konsepsi kekuasaan berbasis lembaga dan menuju struktural konsepsi kekuasaan.

Lalu Keseimbangan Kekuatan:”apakah itu mitos?”.Selanjutnya mereka mencoba untuk


menetapkan status keseimbangan kekuasaan 'mitopoeik'. Mengikuti perspektif post-positivis,
ia berpendapat bahwa alasan mengapa positivis telah berusaha membangun model
keseimbangan daya karena ‘selama lima tahun terakhir berabad-abad keseimbangan kekuatan
internasional telah terkait erat dengan mitos politik, yang semakin berakar dalam, semakin
terasosiasi konsep dengan stabilitas dan kelangsungan hidup sistem negara merdeka'.
Keseimbangan kekuatan mengambil karakteristik mitos politik ‘karena tidak hanya
menghasilkan penjelasan apa yang telah terjadi di masa lalu, tetapi juga membuat kasus
bagaimana seharusnya negara beroperasi di masa depan’.

Keseimbangan kekuatan dalam empat teks resmi.Jadi, Morgenthau tidak lagi dilihat sebagai
bingung atau tidak konsisten. Apalagi ia memunculkan yang menarik pengamatan bahwa
‘Politics Among Nations dapat dipandang sebagai proto-konstruktivis teks yang berfokus
pada bagaimana politik internasional telah mengalami perubahan seismik sebagai hasil dari
perubahan mendasar dalam keyakinan dominan zaman’.Penilaian pemuda terhadap Waltz
dalam banyak hal menguntungkan jika dibandingkan dengan kritik pedas meratakan Waltz di
masa lalu. Ini juga provokatif dan, dalam Pendapat saya, agak menyesatkan di beberapa
tempat. Pertama, dia berpendapat bahwa Logika Waltz mengungkapkan potensi
keseimbangan asosiasional kekuasaan muncul.Kedua ia percaya bahwa Logika Waltz
‘menunjukkan jalan menuju kemunculan sebuah sistem unipolar dan tidak ada diskusi
berkelanjutan tentang unipolaritas menyatakan, sebagai konsukuensi, kelemahan signifikan
dari Teori Internasional Politik'.
Keseimbangan kekuatan dan unipolaritas, gabungan ini memunculkan tiga dimensi:
pembagian sistem / masyarakat, polaritas, dan geografi. Dengan demikian berkembang
menjadi konsepsi keseimbangan kekuasaan yang lebih luas. Untuk ini pemuda layak dipuji
karena tidak hanya sulit untuk mencoba sintesis teoritis tetapi terkadang para mahasiswa
kesediaan untuk melakukannya diragukan.Jadi kesimpulan dalam jurnal yang ditulis oleh ia
bahwa pemuda yang telah memperluas cakupan untuk berpikir tentang keseimbangan
kekuatan di Hubungan Internasional, baik dengan mulai memberikan sejarah konseptual ide
dan dengan memperluas model keseimbangan daya yang ada.

Kritik :
Sebenarnya balance of power adalah teori yang sudah sangat bagus karena balance of power
ini sangat mempengaruhi perdamaian dunia, tetapi dalam suatu teori pasti terdapat
kekurangannya. Salah satu kekurangan balance of power ini adalah jika tidak mengikuti
kaidahnya dapat disalah gunakan oleh oknum-oknum tertentu sebagai senjata pembelaan
dalam bidang politik sehingga tidak berfungsi dengan baik. Dan juga ketidakteraturan yang
terjadi di dunia ini karena aktor-aktor hanyalah dibatasi oleh hukum yang biasa, siapa yang
lebih kuat akan lebih berkembang dan yang lemah akan tertinggal.

Maka dibutuhkan suatu kekuasaan atau otoritas yang baik untuk menetapkan tata tertib untuk
mengendalikan Negara-negara. Oleh sebab itu diperlukan hukum untuk mengatur hal itu
untuk mengatur tentang hal itu untuk membuat komitmen antar Negara kalau tidak pasti aka
nada Negara yang ingin mendominasi lebih.

Anda mungkin juga menyukai