Anda di halaman 1dari 12

PERSAMAAN SERTA KETERKAITAN ANTARA PAHAM NEO-REALISM

DENGAN PAHAM NEO-LIBERAL INSTITUTIONALISM

Disusun Oleh: Nadim


NIM: 11151130000108

Dosen Pengampu: Ahmad Alfajri, MA.

HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2016
1. PENDAHULUAN
Banyak pakar-pakar serta akademisi bidang HI yang memperdebatkan mengenai
paham Neorealism dan paham Neoliberal Institutionalism; apakah kedua paham tersebut
saling kontradiksi satu sama lain? atau justru kedua paham tersebut berkaitan satu sama
lain serta saling melengkapi satu sama lain? Atau justru kedua paham tersebut pada
dasarnya sama? Namun sebelum menjawab pertanyaan mengenai kedua paham tersebut,
ada baiknya jika kita dapat memahami dulu garis besar atau maksud dari paham
Neorealism serta paham Neoliberal Institutionalism.

1.1. Neorealism
Neorealism merupakan paham yang mempercayai bahwa negara atau states dapat
bekerja-sama, namun kemungkinan untuk membuat atau melaksanakan kerja-sama
tersebut sangat kecil. Selain itu, kerja-sama tersebut dilakukan di bidang militer serta
keamanan.
Dalam chapter 5 dari buku karya Kenneth Waltz yang berjudul Theory of
International Politics, Waltz menjelaskan bahwa politik internasional bersifat anarki.
Setiap aktor-aktor dalam politik dibedakan sesuai dengan power yang diberikan kepada-
nya. Oleh karena itu, Waltz membagi struktur dalam politik (baik politik domestik
maupun politik internasional) dalam tiga bagian, yaitu (1) Prinsip-prinsip yang mengatur-
nya, (2) Karakter-karakter setiap unit, dan (3) Distribusi kapabilitas1.
Poin pertama yaitu Prinsip-prinsip yang mengatur-nya. Di dalam prinsip ini, Waltz
mengatakan bahwa dalam politik internasional, tidak ada satupun aktor yang dapat
menguasai suatu aktor lain, maupun aktor yang harus menuruti kemauan aktor lain2.
Poin kedua yaitu Karakter-karakter setiap unit. Waltz mengatakan bahwa setiap
institusi pemerintahan memiliki karakter serta fungsi-fungsi yang berbeda-beda, baik
dalam konsep maupun eksekusi-nya. Namun dalam kasus politik internasional, Waltz
mengatakan bahwa setiap unit merupakan suatu hal yang sama, dan dalam proses-nya,
mereka mengikuti (atau men-duplikasikan) aktivitas unit yang lainnya3.
Poin ketiga yaitu Distribusi kapabilitas. Menurut Waltz, suatu unit dapat dibedakan

1
Kenneth N. Waltz, Theory of International Politics, University of California, Berkeley: hlm. 88-98
2
Ibid, hlm. 88
3
Ibid, hlm. 93
berdasarkan kapabilitas yang dimiliki-nya dalam menjalankan suatu tugas. Dalam hal
politik internasional, suatu negara memiliki kapabilitas sesuai dengan power yang
dimiliki-nya4.

1.2. Neoliberal Institutionalism


Neoliberal Institutionalism merupakan paham yang mempercayai bahwa negara atau
states dapat bekerja-sama melalui institusi-institusi yang ada. Selain itu, kerja-sama
tersebut dilakukan di bidang ekonomi.
Dalam halaman 725-753 dari buku karya Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye yang
berjudul Power and Interdependence, ada pembahasan yang mereka namakan sebagai
complex interdependence.
Keohane dan Nye menyebut ada tiga karakteristik dalam complex interdependence,
yaitu (1) Kebijakan negara tidak diatur dalam hierarki yang stabil, (2) eksistensi atau
kemunculan dari berbagai macam contact dalam masyarakat dapat mengembangkan
cakupan dari instrumen kebijakan, yang membatasi kemampuan kantor luar negeri dalam
mengendalikan hubungan luar negeri suatu negara, dan (3) pasukan militer merupakan
hal yang sudah tidak relevan lagi, namun yang menjadi relevan saat ini adalah ekonomi.
Menurut Keohane dan Nye, complex interdependence merupakan suatu tipe yang ideal
mengenai politik dunia. Walau begitu, Keohane dan Nye menyatakan bahwa complex
interdependence bukan deskripsi akurat politik dunia, namun merupakan tipe ideal politik
dunia5.

1.3. Permasalahan
Essay ini akan menjelaskan mengenai persamaan, keterkaitan serta saling melengkapi
antara paham Neorealism dan paham Neoliberal Institutionalism. Walau kedua paham
tersebut memiliki sedikit perbedaan antara satu sama lain, namun pada dasarnya kedua
paham tersebut sama. Tidak ada hal-hal yang bersifat kontradiktif antara kedua paham
tersebut.
Dengan menggunakan referensi-referensi yang penulis dapatkan dari buku maupun
jurnal, penulis berharap agar pembaca dapat mengerti terkait dengan persamaan,
4
Kenneth N. Waltz, Theory of International Politics, University of California, Berkeley: hlm. 97
5
Robert O. Keohane, Joseph S. Nye, Power and Interdependence, The MIT Press: hlm. 737
keterkaitan, serta saling melengkapi antara paham Neorealism dengan paham Neoliberal
Institutionalism.

2. PEMBAHASAN
Neorealism dan Neoliberal Institutionalism merupakan dua paham yang memiliki
keunikan masing-masing. Kedua paham tersebut memang memiliki beberapa perbedaan,
namun pada dasarnya, dalam perbedaan tersebut paham Neorealism dan paham
Neoliberal Institutionalism memiliki persamaan yang banyak antara satu sama lain.
Bahkan menurut Robert Keohane dan Lisa Martin, Neoliberal Institutionalism merupakan
saudara dari Neorealism6. Hanya saja, yang berbeda antara paham Neorealism dan paham
Neoliberal Institutionalism adalah asumsi-asumsi dasar yang digunakan oleh para
penganut paham Neorealism serta penganut paham Neoliberal Institutionalism, serta
perspektif yang digunakan oleh para penganut paham Neorealism serta penganut paham
Neoliberal Institutionalism dalam memahami garis-garis besar tersebut. Garis-garis besar
yang dimaksud meliputi (1) aktor dalam politik internasional, (2) sistem internasional, (3)
isu-isu yang menjadi fokus utama, dan (4) kajian yang menjadi topik utama dalam kerja-
sama. Empat hal tersebut merupakan beberapa garis besar yang sama-sama dimiliki oleh
paham Neorealism maupun paham Neoliberal Institutionalism, namun perspektif yang
digunakan oleh kedua paham tersebut dalam memandang garis-garis besar tersebut
berbeda. Namun pada dasarnya, paham Neorealism maupun paham Neoliberal
Institutionalism merupakan dua paham yang sama.
Sebagai bukti permulaan, ada beberapa asumsi-asumsi dasar mengenai paham
Neorealism, yaitu (1) negara atau states adalah satu-satunya aktor yang ada di dalam
politik internasional, (2) sistem internasional bersifat anarchy, (3) negara atau states lebih
memfokuskan kebijakan-kebijakan yang diterapkan terhadap isu-isu yang terkait dengan
keamanan serta tindakan-tindakan yang dapat membuat negara tersebut bertahan hidup
atau survive, dan (4) negara atau states melakukan suatu kerja-sama atau aliansi dengan
negara lain dalam hal-hal yang berkaitan dengan keamanan. Sedangkan asumsi-asumsi
dasar mengenai paham Neoliberal Institutionalism yaitu (1) negara atau states adalah
aktor utama dalam politik internasional, namun bukan satu-satunya aktor, dikarenakan

6
Robert O. Keohane, Lisa L. Martin, The Promise of Institutional Theory. International Security 20/1, hlm. 39-51
ada aktor-aktor lainnya seperti MNC (Multi National Corporation) maupun TNC (Trans-
National Corporation), (2) sistem internasional memang bersifat anarchy, namun sistem
internasional juga bersifat interdependence atau adanya ketergantungan antara satu
negara dengan negara lainnya, (3) negara atau states lebih memfokuskan isu-isu yang
terkait dengan economic gain atau pendapatan ekonomi yang diperoleh oleh negara
tersebut, baik dalam perjanjian bisnis antar-negara maupun perjanjian bisnis antar negara
dan swasta (dikarenakan aktor politik internasional tidak hanya negara saja, namun
termasuk MNC/TNC, dan korporasi-korporasi lainnya), dan (4) adanya keinginan dari
negara atau states untuk melakukan kerja-sama dengan negara atau states lain demi
kepentingan ekonomi (Peter Schmitz, 2008).
Pada dasarnya, garis besar dari kedua paham tersebut sama. Yang berbeda hanyalah
perspektif yang digunakan oleh kedua paham tersebut. Salah satu persamaan yang
mendukung satu sama lain yang dimiliki kedua paham tersebut yaitu mengenai sistem
internasional yang anarchy. Para penganut paham Neorealism dan penganut paham
Neoliberal Institutionalism mengakui bahwa sistem internasional bersifat anarchy7.
Namun, ada beberapa hal yang diakui oleh paham yang satu, namun tidak oleh yang
lainnya. Para penganut paham Neorealism menganggap bahwa anarchy merupakan
penyebab terjadinya konflik-konflik antar negara, dikarenakan dalam situasi anarchy,
tidak ada order atau tatanan yang tercipta, dan paham Neoliberal Institutionalism tidak
menjelaskan mengenai hal ini. Sedangkan para penganut paham Neoliberal
Institutionalism mengganggap bahwa anarchy merupakan gangguan dalam melakukan
kerja-sama antar institusi-institusi internasional, dan paham Neorealism tidak
menjelaskan mengenai hal ini. Kekurangan yang dimiliki oleh paham Neorealism
dilengkapi oleh pengertian yang dimiliki oleh paham Neoliberal Institutionalism, dan
kekurangan yang dimiliki oleh paham Neoliberal Institutionalism dilengkapi oleh
pengertian yang dimiliki oleh paham Neorealism.
Memang kedua paham tersebut mengakui bahwa anarchy merupakan obstacle atau
penghalang tujuan-tujuan yang dimiliki oleh kedua paham tersebut. Walau anarchy
dipandang sebagai hal yang negatif, kedua paham tersebut mengakui bahwa anarchy
merupakan hal yang fundamental dalam politik internasional8. Selain itu, para penganut
7
Baylis, The Globalization of World Politics: An introduction to international relations, New York: hlm. 190
8
Charles Lipson, International Cooperation in Economic and Security Affairs, World Politics 37/1 (1984), hlm. 1-23
paham Neorealism dan penganut paham Neoliberal Institutionalism juga mempercayai
bahwa dengan kenyataan bahwa sistem internasional yang ada bersifat anarchy, maka
tidak ada otoritas pusat (berada diatas negara) yang dapat memaksa suatu negara atau
states untuk menyetujui, mengikuti atau tunduk kepada perjanjian-perjanjian atau kerja-
sama internasional yang tidak dikehendaki oleh negara atau states yang bersangkutan9.
Persamaan lainnya yaitu hal-hal yang terkait dengan kooperasi atau kerja-sama antar
negara atau states. Para penganut paham Neorealism maupun penganut paham Neoliberal
Institutionalism mengakui bahwa terbuka potensi atau kemungkinan antar negara untuk
bekerja-sama, namun apa yang menjadi kajian dalam kerja-sama tersebut berbeda.
Menurut para penganut paham Neorealism, yang dimaksud dengan kerja-sama adalah
terbukanya kemungkinan kerja-sama antar-negara soal hal-hal yang mempunyai
keterkaitan dengan keamanan, contohnya yaitu kerja-sama seperti latihan militer bersama
atau adanya perjanjian keamanan antara negara satu dengan negara lainnya. Sedangkan
menurut para penganut paham Neoliberal Institutionalism, yang dimaksud dengan kerja-
sama itu adalah kerja-sama yang mempunyai keterkaitan dengan hal-hal yang ada serta
relevan di bidang ekonomi. Secara mudah-nya, dapat dikatakan bahwa jika dalam paham
Neorealism kerja-sama yang dimaksud yaitu kerja-sama mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan keamanan, maka dalam paham Neoliberal Institutionalism kerja-sama yang
dimaksud yaitu kerja-sama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi (Peter
Schmitz, 2008).
Walau kedua paham tersebut mengakui adanya kerja-sama, namun kedua paham
tersebut juga memiliki penjelasan yang hanya dijelaskan oleh satu paham saja, dan tidak
dijelaskan oleh paham yang lainnya. Menurut penganut paham Neorealism, kerja-sama
harus difokuskan pada militer serta keamanan, namun tidak ada sama sekali pembahasan
mengenai ekonomi atau hal-hal yang terkait dengan ekonomi, dikarenakan penganut
paham Neorealism memandang bahwa keamanan merupakan hal yang lebih penting,
khususnya di dunia yang bersifat anarchy serta power yang menjadi suatu hal penting
bagi suatu negara. Hal tersebut (tidak relevan-nya ekonomi) merupakan kekurangan dari
paham Neorealism. Sedangkan menurut penganut paham Neoliberal Institutionalism,
kerja-sama difokuskan pada aspek-aspek ekonomi, dikarenakan penganut paham

9
Robert O. Keohane, After Hegemony, Princeton University Press: hlm. 29
Neoliberal Institutionalism tidak menganggap militer sebagai suatu hal yang relevan lagi.
Dikarenakan militer merupakan hal yang sudah tidak relevan bagi penganut paham
Neoliberal Institutionalism, maka subyek kerja-sama yang dimaksud oleh paham
Neorealism melengkapi kekurangan dari subyek kerja-sama yang dimaksud oleh paham
Neoliberal Institutionalism. Oleh sebab itu, kedua paham tersebut juga saling melengkapi
terkait dengan kerja-sama.
Memang benar bahwa dalam para penganut paham Neorealism mengakui adanya
potensial atau kemungkinan untuk melakukan kerja-sama, namun mereka masih sedikit
skeptis akan hal ini. Menurut penganut paham Neorealism, manusia merupakan makhluk
yang mempunyai keinginan untuk mendapatkan power yang sebanyak-banyaknya, dan
kerja-sama akan sulit untuk dilakukan atau dilaksanakan, dikarenakan dalam usaha untuk
mendapatkan suatu power, suatu negara atau states cenderung akan melakukan tindakan
atau aksi yang dapat mengancam negara lainnya. Namun walau begitu, penganut paham
Neorealism juga mengakui bahwa masih terbuka kemungkinan untuk terjadinya kerja-
sama antar negara atau states, hanya saja kemungkinan tersebut sangat kecil (Keohane,
1986).
Penganut paham Neoliberal Institutionalism juga menganut hal yang serupa, namun
dalam pandangan penganut paham Neoliberal Institutionalism, bukan sifat nature
manusia yang dapat menghalangi terjadinya kooperasi atau kerja-sama, namun
dikarenakan sifat dari sistem internasional yang bersifat anarchy. Dalam pandangan
penganut paham Neoliberal Institutionalism, negara atau states beroperasi di dunia yang
bersifat sangat complex atau rumit serta dipenuhi dengan isu-isu global yang dapat
mengganggu kestabilan suatu negara atau states. Penganut paham Neoliberal
Institutionalism mempercayai bahwa masalah atau isu-isu yang dialami oleh suatu negara
tidak dapat diselesaikan atau diatasi oleh negara tersebut secara sendiri atau independent.
Oleh karena itu, dibutuhkan kooperasi atau kerja-sama antar negara agar isu-isu yang
dialami atau dipermasalahkan oleh negara atau states tersebut dapat terselesaikan10. Oleh
karena itu, paham Neorealism dan paham Neoliberal Institutionalism saling mendukung
adanya kerja-sama antar negara, dikarenakan keduanya memandang bahwa kerja-sama
dapat mengatasi isu-isu global serta dapat menstabilkan politik internasional.

10
G. Hellmann, R. Wolf, Neorealism, Neoliberal Institutionalism, and the Future of NATO, Security Studies 3 (1993)
Paham Neorealism dan paham Neoliberal Institutionalism juga memiliki persamaan
yang lain. Penganut paham Neorealism dan penganut paham Neoliberal Institutionalism
mengakui bahwa kestabilan dari sistem internasional dapat dilihat melalui sifat asli dari
sistem internasional itu sendiri, yaitu anarchy11. Selain itu, penganut paham Neorealism
dan penganut paham Neoliberal Institutionalism juga mengakui bahwa negara atau states
merupakan aktor yang paling utama dalam politik internasional, dan dalam melakukan
kerja-sama, aktor-aktor negara atau states tersebut pasti akan mementingkan kepentingan
nasional atau national interest. Negara atau states akan melakukan kerja-sama yang dapat
menguntungkan atau memberi keuntungan yang besar bagi kepentingan nasional atau
national interest negara tersebut12. Selain itu, ada juga saling-dukung antara dua paham
ini. Keduanya mendukung bahwa National interest merupakan hal yang harus berada di
atas segala-galanya. Keduanya juga saling melengkapi kekosongan yang dimiliki satu
sama lain. National interest menurut paham Neorealism yaitu jaminan keamanan, dan
jaminan keamanan tidak dianggap sebagai hal yang relevan di paham Neoliberal
Institutionalism, sedangkan National interest menurut paham Neoliberal Institutionalism
yaitu economic gain yang besar, dan economic gain tidak dianggap sebagai hal yang
relevan di paham Neorealism.
Selain persamaan-persamaan yang dimiliki kedua paham tersebut, ada juga keterkaitan
yang dimiliki oleh paham Neorealism maupun paham Neoliberal Institutionalism. Kedua
penganut paham tersebut memandang bahwa ada keterkaitan atau hubungan yang
dimiliki antara paham Neorealism dan paham Neoliberal Institutionalism, yaitu mengenai
pertimbangan keuntungan relatif dan fungsi dari institusi internasional. Para penganut
paham Neorealism menganggap bahwa pertimbangan keuntungan relatif merupakan
variabel independen yang mempengaruhi relevansi serta keefektivitasan dari institusi
internasional13. Sedangkan para penganut paham Neoliberal Institutionalism menganggap
bahwa institusi internasional merupakan variabel independen yang dapat menentukan
sejauh mana pertimbangan keuntungan relatif tersebut penting14. Bisa dikatakan bahwa
pertimbangan keuntungan relatif dan fungsi dari institusi internasional di dalam

11
Robert O. Keohane, International Institutions and State Power, Westview Press: hlm. 7
12
Joseph Grieco, Cooperation among Nations, Cornell University Press: hlm. 29
13
John J. Mearsheimer, Back to the Future, Part II, Correspondence (International Security Vol. 15 No. 22) hlm. 197-
198
14
John J. Mearsheimer, Back to the Future, Part II, Correspondence (International Security Vol. 15 No. 22) hlm. 193
kedua paham tersebut memiliki peran yang saling terkait antara satu sama lain. Selain itu,
kedua paham tersebut juga dapat dikatakan mendukung eksistensi serta relevansi dari
pertimbangan keuntungan relatif dan fungsi dari institusi internasional antara satu
sama lain, dikarenakan kedua unsur tersebut saling mempengaruhi unsur yang satu
dengan yang lainnya, dan kedua unsur tersebut membutuhkan unsur yang satu dengan
unsur yang lainnya sebagai tolak ukur dalam menghitung pengaruh yang dimiliki oleh
satu unsur terhadap unsur yang lainnya.

3. PENUTUP
Setelah membaca essay ini, maka pembaca dapat memahami bahwa Paham
Neorealism serta paham Neoliberal Institutionalism memang dapat dikatakan sebagai
suatu paham yang berbeda, namun dalam paham tersebut, banyak sekali unsur-unsur
yang sama. Namun, walau banyak unsur-unsur yang sama di dalam kedua paham
tersebut, kedua paham tersebut menggunakan perspektif yang berbeda. Walau perspektif
yang digunakan oleh kedua paham tersebut berbeda, sebenarnya kedua paham tersebut
secara tidak langsung bisa dibilang saling melengkapi atau men-support satu sama lain.
Sebagai contoh, seperti yang telah dibahas di bagian pembahasan dalam essay ini, ada
salah satu persamaan yang dimiliki oleh kedua paham tersebut, yaitu Kooperasi atau yang
biasa disebut sebagai Kerja-Sama. Bagi para penganut paham Neorealism, kooperasi atau
kerja-sama yang dimaksud adalah kerja-sama yang memiliki suatu keterkaitan dengan
hal-hal yang bersifat militer serta hal-hal yang bersifat keamanan, seperti keuntungan
bahwa suatu negara atau states yang terlibat dalam kerja-sama tersebut dapat
meningkatkan tingkat keamanan di wilayah negara masing-masing atau sekitarnya secara
bersama-sama (tanpa melanggar kedaulatan yang dimiliki oleh negara atau states
tersebut). Namun bagi para penganut paham Neoliberal Institutionalism, kooperasi atau
kerja-sama yang dimaksud adalah kerja-sama yang memiliki suatu keterkaitan dengan
hal-hal yang bersifat ekonomi, seperti keuntungan ekonomi yang didapat oleh negara atau
states yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Melihat bahwa kedua paham ini membahas
tentang unsur yang sama (kooperasi atau kerja-sama), dan kajian yang dibahas di unsur
tersebut berbeda (paham Neorealism membahas militer, sedangkan paham Neoliberal
Institutionalism membahas ekonomi), maka dapat diinterpretasikan bahwa kedua paham
ini saling melengkapi kekosongan yang dimiliki satu sama lain. Dalam paham
Neorealism, tidak ada pembahasan mengenai kooperasi atau kerja-sama di bidang
ekonomi, yang ada hanya kooperasi atau kerja-sama di bidang militer untuk menciptakan
kestabilan global. Sedangkan dalam paham Neoliberal Institutionalism, tidak ada
pembahasan mengenai kooperasi atau kerja-sama di bidang militer, dikarenakan para
penganut Neoliberal Institutionalism menganggap bahwa militer merupakan suatu hal
yang sudah tidak relevan lagi. Dengan adanya perspektif yang berbeda yang digunakan
oleh kedua paham tersebut, maka dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung, kedua
paham tersebut saling melengkapi satu sama lain. Kita sebagai akademisi HI dapat
melihat kedua perspektif tersebut dan pastinya kita akan setuju jika kedua paham tersebut
tidak berlawanan atau kontradiksi satu sama lain, melainkan bahwa kedua paham itu
melengkapi satu sama lain. Kontradiksi berarti bahwa adanya perbedaan yang drastis
antara satu subyek dengan subyek yang lainnya, sedangkan jika dibandingkan antara
paham Neorealism dengan paham Neoliberal Institutionalism, maka tidak akan
ditemukan kontradiksi. Justru yang terjadi adalah ditemukannya banyak persamaan serta
keterkaitan antara kedua paham tersebut. Perbedaan perspektif-perspektif yang dianut
oleh para penganut Neorealism dan para penganut Neoliberal Institutionalism dalam
memahami sesuatu juga dapat menciptakan lebih banyak perspektif-perspektif atau sudut-
sudut pandang yang dapat digunakan akademisi dalam ilmu HI.
Semoga argumen-argumen di dalam essay ini dapat membuat pembaca mengetahui
bahwa pada dasarnya, paham Neorealism dan paham Neoliberal Institutionalism
merupakan dua paham yang memiliki nama yang berbeda, namun sebenarnya kedua
paham tersebut sama-sama memiliki unsur-unsur yang sama (dengan perspektif yang
berbeda) dan beberapa dari unsur tersebut ada yang berkaitan dan ada juga yang saling
mendukung serta saling melengkapi satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Baylis, John. (1997) The Globalization of World Politics: An introduction to
international relations, New York: Oxford University Press.

Grieco, Joseph. (1990). Cooperation among Nations, New York: Cornell University
Press.

Keohane, Robert O. (1984). After Hegemony, West Sussex: Princeton University Press.

Keohane, Robert O. (1989). International Institutions and State Power, Colorado:


Westview Press.

Keohane, Robert O. (1986). Neorealism and its critics. New York: Columbia University
Press.

Keohane, Robert O. (1987). Power and Interdependence, Massachusetts: The MIT Press.

N. Waltz, Kenneth. (1979). Theory of International Politics, University of California,


Berkeley, California: Addison-Wesley Publishing Company.

Materi Kuliah
Peter Schmitz, Hans. (2008). International Politics and IR Theories, Syracuse University.

Jurnal
Hellmann, G. Wolf, R. (1993). Neorealism, Neoliberal Institutionalism, and the Future of
NATO, Security Studies 3.

Keohane. (1995). The Promise of Institutional Theory. International Security 20/1.

Lipson, Charles. (1984). International Cooperation in Economic and Security Affairs,


World Politics 37/1.

Mearsheimer, John J. (1990). Back to the Future, Part II, Correspondence (International
Security Vol. 15 No. 22).

Anda mungkin juga menyukai