Anda di halaman 1dari 3

Nama: Alifah Olga H.

(071711233083) | THI Week 6

English School: Tradisi Masyarakat Internasional

English school, atau yang tertulis dalam buku Jackson dan Sorensen (2013) disebut juga dengan tradisi
masyarakat internasional, merupakan sebuah pendekatan dunia politik yang berfokus kepada sejarah
internasional, struktur-struktur, institusi-institusi, dan nilai-nilai. Sedangkan di daerah Amerika Utara, English
school merupakan sebuah prinsip alternatif yang telah umum di masyarakat sana. English school merupakan
teori yang dianut oleh warga Amerika Utara yang sempat diabaikan dan dilupakan. Namun 15 tahun semenjak
diterbitkannya Inventing International Society, English school atau international society tidak lagi diabaikan
(Dunne et al., 2007). Bisa dikatakan, bahwa Englsih school merupakan suatu pilihan teori yang cukup
mendominasi di Britania. English school ini sebenarnya memiliki titik substantive, yaitu mereka berpendapat
bahwa hubungan internasional harus dipahami sebagai ‘masyarakat’, atau mereka lebih mementingkan
keputusan masyarakat bersama sebagai cara untuk mengakui suatu negara. Tidak berdasarkan dengan ‘sistem’
kekuatan dalam bersaing untuk memenangkan suatu konflik antarnegara (Jackson dan Sorensen, 2013). Hal itu
merupakan ciri khas dari masyarakat lain dengan memiliki negara yang berdaulat sebagai keanggotaan utama,
meskipun keanggotaan tersebut tidaklah bersifat ekslusif. Dalam Jackson dan Sorensen (2013) pula, dituliskan
bahwa nama lain dari English school selain international society adalah IR School. Menurut buku tersebut, jika
menggunakan nama English school, akan memberikan kesan bahwa teori tersebut berkiblat ke Inggris.
Sedangkan pada kenyataannya, tokoh-tokoh penting dalam teori tersebut tidak semua orang Inggris. Terdapat
orang Kanada, Afrika Selatan, dan masih banyak lagi. Karena itulah, nama yang digunakan menjadi
international society atau masyarakat internasional (Jackson & Sorensen, 2013).
Seperti halnya teori-teori lain dalam Hubungan Internasional, English school juga memiliki asumsi dasar
mereka. Asumsi dasar English school yang pertama adalah, subjek utama dari pembahasan mereka adalah
masyarakat, serta nilai-nilai dasar seperti kemerdekaan, keamanan, tatanan pemerintahan, serta keadilan setiap
masyarakat dalam suatu negara. Asumsi dasar mereka yang kedua adalah, para cendekiawan atau para pemikir
Hubungan Internasional disuruh untuk mengartikan pikiran-pikiran serta perilaku dari masyarakat yang terlibat
dalam hubungan internasional. Yang selanjutnya adalah, dalam English school ini, mereka para penganut paham
ini mengutarakan pendapat bahwa anarki merupakan suatu konsep yang penting dalam hubungan internasional,
namun anarki bukanlah sesuatu yang mendasari pikiran mereka. Bukanlah sesuatu yang menjadi bahasan utama
mereka. Para scholars dari teori ini berargumen bahwa politik dunia tidak melulu kepada sistem internasional,
melainkan kepada sistem ‘masyarakat anarki’yang mengkhususkan diri kepada peraturan-peraturan, norma-
norma, dan juga institusi yang warganegaranya terlibat dalam pengadaan kebijakan luar negeri. Asumsi dasar
keempat, international society atau English school ini memiliki gagasan tentang masyarakat majemuk dari
Nama: Alifah Olga H. (071711233083) | THI Week 6

berbagai negara berdaulat, dan juga masyarakat dunia solidaris dari populasi manusia di planet (Jackson &
Sorensen, 2013).
International society di United Kingdom muncul pada era Perang Dingin. Teori ini lahir sebagai bentuk
penolakan atas tantangan para kaum behavioralis dan menekankan kepada pendekatan tradisional yang
berdasarkan atas pengetahuan atau pemahaman manusia, penilaian, norma, dan juga sejarah. Kaum
international society ini juga menolak akan adanya perbedaan mencolok yang terjadi antara kaum realis dan
kaum liberalis, tentang bagaimana cara melihat atau sudut pandang dalam melihat fenomena hubungan
internasional (Jackson & Sorensen, 2013). Seperti yang telah dijelaskan di atas pula, teori ini merupakan teori
yang sempat mendominasi di daerah Amerika Utara, dan sempat juga menjadi teori utama di negara tersebut.
Teori ini sebenarnya menghindari jika harus memilih suatu pilihan yang mencolok. Seperti antara negara
yang egotisme atau konflik, serta mereka menghindari perdebatan antara perspektif realisme dan liberalisme
tentang sifat dasar manusia. Mereka memiliki prinsip bahwa mereka menolak pandangan pesimis para
penganut classical realism. Mereka lebih berfokus kepada negara dan sistem negara (Jackson & Sorensen,
2013). Para penganut teori international society ini, beranggapan bahwa negara merupakan suatu kombinasi
dari Machstaat yang merupakan kekuatan suatu negara, dan juga Rechsstaat yang merupakan negara
konstitusional. Dalam teori ini, kekuatan suatu negara serta hukum yang ada di dalam negara tersebut
merupakan sesuatu yang sangatlah penting. Akibat prinsip dari teori international society yang tidak ingin
mencampuri masalah atau perdebatan antara perspektif klasik, antara realisme dengan liberalisme. Mereka juga
tidak ingin ikut campur dalam perdebatan antara neorealisme dan neoliberalisme. Posisi dari teori ini berada di
tengah-tengah antara realisme dan liberalisme, serta antara neorealisme dengan neoliberalisme. Dari situlah
dapat dikatakan bahwa international society ini merupakan teori yang radikal.
Dalam politik internasionalnya, seperti yang telah disinggung di atas, bahwa mereka tetap mempercayai
sistem anark. Namun mereka memercayai bahwa negara yang memiliki sistem anarki tersebut, adalah negara
yang tidak memiliki pemerintahan dunia. Para kaum International society juga beranggapan bahwa sistem
anarki internasional tersebut bukanlah suatu kondisi yang anti sosial, melainkan kondisi yang sosial. Yang mana
masih memikirkan masyarakat negara tersebut. Tidak separah pemahaman realisme dan liberalisme ataupun
neorealisme dengan neoliberalisme. Para kaum international society juga mengatakan bahwa aktor individu
merupakan aktor yang perannya penting. Bahkan tidak sedikit yang mengatakan bahwa peran aktor individu
sangatlah penting. Beberapa berpendapat karena pentingnya peran individu, hingga melebihi peran negara.
Serta menurut kaum international society, peran IGOs dan juga NGOs merupakan ciri marjinal dari dunia
politik. Mereka menekankan kepada hubungan dari negara-negara. Mereka juga menerangkan tentang peranan
penting dari hubungan transnasional (Jackson & Sorensen, 2013).
Nama: Alifah Olga H. (071711233083) | THI Week 6

Dari tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori international society ini merupakan teori yang
memposisikan dirinya berada di tengah-tengah antara perspektif klasik liberalisme dan realisme, serta ditengah-
tengah teori kontemporer yaitu neoliberalisme dan neorealisme. Karena posisinya yang berada di tengah-tengah
dari teori-teori tersebut, membuat teori international society ini dianggap tidak jelas dan dapat membuat kita
salah arah dan bisa saja salah paham atas pandangan dari teori ini. Seperti mereka mengatakan bahwa realisme
memandang anarki yang mutlak itu adalah anarki yang sama sekali tidak ada perdamaian dan hanya konflik
yang terjadi. Mereka tidak setuju tentang pendapat realisme yang memandang sistem internasional anarki,
namun teori international society sendiri memandang bahwa sistem politik dunia juga anarki. Meskipun anarki
yang mereka maksud adalah anarki yang lebih ‘halus’ ketimbang anarki yang dilakukan realisme.

Referensi:
Dunne, Tim. 2007. “The English School” in Tim Dunne, Milja Kurki, & Steve Smith (eds) International
Relations Theories. Oxford University Press, pp. 127-147.
Jackson, R. & Georg Sorensen. 2013. “Introduction to International Relations” 5th edition. Oxford University
Press, pp. 50-53.

Anda mungkin juga menyukai