Anda di halaman 1dari 3

Fadhly Nurman Hassanal Abdullah

11151130000062 / HI 3 B

Critical Review of The English School

Review I
The English School
Dewasa ini, dapat dilihat bahwa peranan penting dalam suatu pokok bahasan adalah
sebuah subjek. Subjek yang dimaksud dalam tulisan ini adalah yang berkaitan dengan
Hubungan Internasional. Hal yang dibahas kali ini adalah peranan Masyarakat Internasional (
International Society) dalam tatanan dunia, atau biasa disebut teori English School. Awal
mula gagasan ini muncul berawal dari esai yang ditulis oleh Martin Wight yang berjudul
Why is there no International Theory?. Menurut Wight, jika melihat dari sudut pandang
ilmu Hubungan Internasional maka bisa dikatakan bahwa pemikiran-pemikiran studi ini
sangat didominasi oleh dua pemikiran utama yaitu Realisme dan Liberalisme.
Jika pendapat Wight dicermati, maka dapat dikatakan bahwa tokoh English School ini
berusaha untuk menghubungkan kedua teori tersebut. Wight berpandangan bahwa pemikiran
ini mengakui hubungan antar manusia didasari oleh keadilan (justice) dan ketertiban (order).
Teori ini juga tidak menampik bahwa kondisi di dunia bersifat anarki. Hal seperti ini sangat
berpengaruh dalam pengambilan keputusan manusia lainnya, yang mana teori ini akan
mengarahkan manusia menuju suatu tatanan masyarakat internasional, yang dapat hidup
berdampingan dengan tanpa adanya otoritas yang berkuasa. Bagi Wight, untuk memahami
sebuah masyarakat, maka diperlukan suatu investigasi yang serius mengenai nilai, adat, dan
budaya, serta segala perubahan yang menyertainya. Tentu saja pendapat ini sangat menarik
untuk dipelajari bahwa dengan banyaknya jenis nilai, adat dan budaya yang ada di dunia ini
akan membuat teori ini semakin menarik untuk dikaji.
Dengan adanya keteraturan dalam masyarakat dalam komunitasnya sendiri sehingga
dapat berinteraksi dengan baik akan membentuk suatu ketertiban dan menciptakan keadilan
bagi seluruh lapisan masyarakat. Hal inilah yang membuat tujuan dari teori ini tercapai yaitu
dengan terwujudnya ketertiban dan keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat yang ada dunia
ini. Dalam kerangka hubungan antar negara di teori ini meyakini bahwa kedaulatan negara
merupakan hal yang utama, yang kemudian diperjuangkan dalam hubungan internasional
yang anarki. Kaitannya tentu saja akan membuat negara bebas melakukan interaksi dengan
satu sama lain dalam sitem dunia yang anarki. Juga dampak yang ditimbulkan dari adanya
interaksi tersebut membuat suatu ketertiban internasional.

Fadhly Nurman Hassanal Abdullah


11151130000062 / HI 3 B

Critical Review of The English School

Bagi Hadley Bull, Teoretisi Masyarakat Internasional mengakui pentingnya kekuatan


dalam masalah-masalah internasional. Mereka juga memfokuskan pada negara dan sistem
negara. Tetapi mereka menolak pandangan sempit kaum realis bahwa politik dunia
merupakan keadaan alami Hobbesian dimana tidak ada norma internasional sama sekali.
Tentu saja hal ini tidak baik bagi dunia internasional, karena hal ini akan menimbulkan
konflik yang berkepanjangan akibat dari tidak adanya norma internasional.
Martin Wight

melihat

terdapat

teori

Hubungan

Internasional

klasik

dapat

diklasifikasikan kedalam tiga kategori dasar yaitu Realis, Rasionalis dan Revolusionis. Apa
yang disampaikan oleh Wight sendiri dapat dikatakan relevan, mengingat adanya relasi antara
ketiga teori tersebut. Di buku karya Jackson & Sorensen dijelaskan

bahwa apa yang

diutarakan Wight ini yaitu Realis dan Revolusionis mewakili dari dua teori besar, yakni
Realisme dan Liberalisme. Sedangkan satu kategori dasar lainnya, yakni Rasionalis berusaha
untuk mencari jalan tengah dari perseteruan kedua teori dasar sebelumnya. Hal yang
dijelaskan Rasionalis ini lebih condong ke arah Liberalisme, karena kaum Rasionalis ini
bercita-cita masyarakat internasional dapat hidup berdampingan dengan tanpa kekerasan.
Tentu hal ini sulit terjadi mengingat teori ini mengakui adanya sistem anarki, yang mana
sistem anarki ini bersifat konfliktual.
Di kalangan English School sendiri terpecah menjadi dua pandangan, yaitu Pluralis dan
Solidaris. Dua pandangan ini bisa dikatakan saling berlawanan, karena pandangan Solidaris
beranggapan bahwa masyarakat internasional harus menghormati hukum yang sudah dibuat
secara bersama-sama. Seperti hukum internasional atau aturan-aturan Hak Asasi Manusia.
Hal ini tentu saja baik dalam mewujudkan ketertiban dan keadilan. Namun hal ini tentu saja
dikritisi oleh kaum Pluralis, yang bisa dikatakan Masyarakat Internasional pasti sudah
mempunyai nilai, norma dan aturan tersendiri. Sehingga kaum Pluralis ini beranggapan
konsep yang dikatakan oleh kaum Solidaris ini bersifat rapuh. Tentu saja hal ini tidak benar
sepenuhnya. Karena kaum dari Solidaris ini mengatakan pendapat yang cukup relevan, yaitu
nilai-nilai hak asasi manusia harus ditegakkan dengan cara Masyarakat Internasional
melakukan intervensi terhadap pelanggaran nilai-nilai tersebut. Walaupun intervensi ini dapat
mengganggu dari kedaulatan sebuah negara.
Pencetus dari English School , yaitu Hedley Bull dan Martin Wight menciptakan teori
ini berawal dari ketidakpuasan pada apa yang ditawarkan oleh perspektif Realisme dan
Liberalisme. Teori English School ini menggabungkan teori dan sejarah, moralitas dan

Fadhly Nurman Hassanal Abdullah


11151130000062 / HI 3 B

Critical Review of The English School

kekuatan. Walaupun ada beberapa sektor yang tidak diperhatikan oleh teori ini, seperti
ekonomi dan kelas sosial. Namun, perspektif ini berhasil mengombinasikan hal-hal relevan
dari perspektif sebelumnya untuk kemudian dikaji kembali dalam lingkup masyarakat
internasional. Secara keseluruhan, teori ini berupaya untuk menjembatani dua pemikiran
besar, yaitu Realisme dan Liberalisme. Teori ini juga berusaha memahami bagaimana negaranegara yang berbeda kultur bisa mencapau kesepakatan dalam hal prinsip-prinsip ketertiban
dan keadilan internasional.

Anda mungkin juga menyukai