Anda di halaman 1dari 3

Diplomacy and Domestic Politics: The logic of Two Level Games

Critical Review

Claudia Rahmania Yusron
135120407121023
IHI-ING 3
Introduction: the entanglements of domestic and international politics
Pada bagian ini penulis menekankan pada pertanyaan kapan? dan bagaimana hubungan
politik internasional mempengaruhi politik domestik atau sebaliknya. Studi kasus yang dipaparkan oleh
penulis adalah seperti pada konfrensi puncak Bonn tahun 1978 yang dimana tekanan dari internasional
merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk membentuk atau mengganti suatu kebijakan. Namun, on the
other hand, tanpa adanya reverberation dalam domestik kekuatan internasional akan kurang memiliki
peranan meskipun didalamnya ada tindakan persuasive dan keseimbangan.
Domestic-international entanglements: the state of the art
State-sentric merupakan dasar yang tidak tetap sebagai menyusun teori tentang bagaimana politik
domestik dan politik internasional berinteraksi. Maka dari itu kita harus berfikir out of the box untuk
mencari teori-teori yang dapat mengintegrasikan keterikatan politik internasional maupun domestic dalam
pengambilan kebijakan.
Two-level games: a metaphor for domestic-international interactions
Terdapat dua tingkatan negoisasi yang dapat diterima, yaitu tingkat nasional dimana para
kelompok kepentingan maupun partai politik dapat mendesak pemerintahan untuk mengeluarkan
kebijakan sesuai dengan kepentingan mereka. Yang kedua pada tingkat internasional, dimana pemerintah
nasional berusaha memaksimalkan tindakannya sehingga mampu menjawab tekanan domestic dengan
meminimalisir konsekuensi dari perkembangan internasional.
Towards a theory of ratification: the importance of "win-sets"
Hasil dari keberhasilan suatu negoisasi yaitu ratifikasi yang ditanda tangani oleh pihak-pihak
yang terlibat. Proses penyusunan ratifikasi ini pertama melalui penawaran yang kemudian menjadi
persetujuan sementara serta diskusi kelompok yang terlibat apakah akan meratifikasi perjanjian tersebut.
Determinants of the win-set
Terdapat tiga faktor yang sangat menentukan dalam win set yakni :
1. win-set tergantung pada distribusi kekuasaan, pilihan, dan kemungkinan koalisi di antara
konstituen level II.
2. win-set tergantung pada kelembagaan politik level II.
3. win-set tergantung pada strategi negosiator level I
The role of the chief negotiator
Dalam model khusus negosiasi two level ini chief negotiator memiliki motif yakni:
Diplomacy and Domestic Politics: The logic of Two Level Games
Critical Review

1. Meningkatkan pemahaman dalam permainan level II dengan meningkatkan sumber-sumber
politiknya atau dengan meminimalkan potensi kehilangan.
2. Merubah keseimbangan kekuasaan pada level II dalam mendukung kebijakan dalam negeri yang
diinginkan.
3. Untuk mengejar konsep tentang kepentingan nasional dalam konteks internasional.
Analisa
Penulis setuju dengan artikel Putnam yang menyatakan bawasannya terdapat keterikatan antara
politik domestik dengan politik internasional dalam mengambilan suatu kebijakan. Serta penulis juga
setuju dengan metafora two-level game yang dikenalkan oleh Robert Putnam dalam mengambil
keputusan. Yang dimana aktor-aktor pengambil keputusan ini seperti presiden, perdana menteri, menteri
keuangan (sebagai pengambil kebijakan untuk hal-hal yang bersangkutan dengan per-ekonomian negara),
dll dianggap sebagai chief negosiator yang tidak punya preferensi yang independen. Yang dimana mereka
duduk diantara gameboard dimana yang satu berada di dalam negeri dan yang lainnya berada di
internasional. Dengan tujuan bersama yakni dapat meng-fulfill kepentingan nasional dengan
memenangkan negoisasinya baik dalam domestik maupun internasional.
Seperti apa yang telah terjadi di Indonesia back in the days pada rezim Orde Baru dimana
indonesia mengalami krisis yang berdampak bagi seluruh lapisan masyarakat indonesia, yakni krisis
ekonomi. Pada level nasional/domestik krisis ekonomi yang parah membuat kelompok-kelompok
domestik mendesak para decision-makers dan para negosiator dalam mengambil keputusan secara efisien
dan se-efektif mungkin dengan resiko sedikit mungkin in short kebijakan yang menguntungkan.
Sedangkan pada level internasional pemerintah harus dapat memaksimalisasi kemampuannya dalam
rangka memuaskan kelompok-kelompok pendesak tadi, serta meminimalisir kerugian dari international
affairs. Dan hal ini dibuktikan dengan keberhasilan para negosiator dalam menembus IMF dan IGGI
(read:mendapatkan hutang) agar perekonomian indonesia dapat stabil kembali. Bantuan dari IMF ini
ternyata mendapatkan kritikan dari dalam negeri. Penolakan dari kelompok domestik atas bantuan ini
ditanggapi oleh pemerintah dengan melakukan represi dengan menggunakan militer untuk menstabilkan
domestik. Maka dari itu menurut penulis pemerintah Indonesia telah berhasil bernegoisasi baik dalam
domestik maupun internasional. Persis seperti apa yang telah digambarkan oleh Putnam dalam metafora
two-level game tentang pentingnya peran decision makers dalam membuat kebijakan baik pada level
domestik dan internasional secara bersamaan. Dan hal ini merupakan jawaban dari apa yang dibutuhkan
ketika kita berbicara tentang kepentingan nasional. Jadi, tugas pemerintah atau para decision-makers dalam hal
ini adalah untuk mengamankan negara pada dunia perpolitikan internasional serta menjaga kestabilan politik dalam
negerinya.
Diplomacy and Domestic Politics: The logic of Two Level Games
Critical Review

Anda mungkin juga menyukai