NIM : 225120400111067 Kelas : E-2 Critical Review Diplomacy and Domestic Politics : The Logic of Two-Level Games oleh Putnam, Robert D Overview Dalam ulasan kritis ini, saya akan mengulas sebuah buku yang ditulis oleh Robert D. Putnam dengan judul "Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level Games". Buku tersebut membahas secara mendalam mengenai bagaimana teori permainan dua level dapat mempengaruhi negosiasi antar negara. Teori ini menunjukkan bahwa kebijakan yang diterapkan oleh suatu negara di dalam negeri akan berdampak pada sikap negosiator negara tersebut dalam kancah internasional. Review Menurut Putnam, tindakan dan keputusan politisi dan pemimpin dipengaruhi tidak hanya oleh konteks internasional dan pertimbangan kebijakan luar negeri, tetapi juga oleh lingkungan politik domestik di mana mereka beroperasi. Putnam memperkenalkan konsep "two-level game" untuk menggambarkan interaksi antara politik domestik dan internasional. Pemimpin yang terlibat dalam negosiasi atau diplomasi internasional harus menyeimbangkan dua set kepentingan: yang terkait dengan isu internasional yang sedang dibahas, dan yang terkait dengan kepentingan politik dan konstituen domestik mereka. Dua set kepentingan ini saling terkait dan dapat mempengaruhi satu sama lain, mengarah pada apa yang disebut Putnam sebagai "perlekatan" antara politik domestik dan internasional. Secara sederhana, diplomasi permainan dua tingkat yaitu: 1. Level 1: Proses bargaining yang dilakukan diplomat antar negara di tingkat internasional untuk membuat suatu kesepakatan antara negara-negara tersebut. 2. Level 2: Proses diskusi yang dilakukan oleh kelompok dalam negara untuk mengajukan kepentingannya (seperti kelompok kepentingan, kepentingan bisnis, birokrasi, dll.) Dalam melakukan negosiasi, diplomat tiap negara perlu memperhatikan set of agreement atau win set dalam negosiasi tersebut. Menciptakan strategi negosiasi (win set) yang tepat pada level pertama sangat krusial karena semakin besar kemungkinan kemenangan pada level tersebut, semakin besar pula peluang untuk memenangkan setiap hasil kesepakatan tersebut. Sebaliknya, jika peluang untuk mencapai win-set pada level pertama semakin kecil, maka akan semakin besar risiko kegagalan dalam negosiasi. Dalam negosiasi antar negara, sangat penting untuk memperhatikan ukuran win set, karena setiap win set yang didapat akan sangat mempengaruhi keuntungan yang diterima oleh kelompok domestik. Untuk menggambarkan dan memahami teori permainan dua level ini, kita dapat melihat salah satu contoh terjadinya diplomasi permainan dua tingkat, yaitu pada saat Amerika Serikat melakukan negosiasi dengan China mengenai perlakuan terhadap hak kekayaan intelektual (HKI) dan perdagangan internasional. Pada tingkat internasional, negosiasi HKI melibatkan tawar-menawar antara AS dan China untuk mencapai kesepakatan tentang perlindungan HKI di seluruh dunia. Masing-masing negara memiliki kepentingan dan tujuan sendiri dalam negosiasi ini, seperti keuntungan ekonomi dan keamanan nasional. Negosiasi pada tingkat ini melibatkan pencarian solusi yang saling menguntungkan yang memenuhi kepentingan kedua belah pihak. Namun, pada tingkat domestik, negosiasi HKI juga melibatkan pengaruh dari aktor-aktor domestik seperti industri, kelompok kepentingan, dan politisi. Masing-masing aktor ini memiliki preferensi dan tujuan sendiri dalam negosiasi dan akan berusaha untuk mempengaruhi keputusan pemerintah di tingkat internasional Industri teknologi AS ingin melindungi kekayaan intelektual mereka dari peretasan dan pelanggaran oleh perusahaan China, sementara industri teknologi China ingin memperoleh akses lebih mudah ke teknologi AS. Di sisi lain, politisi di kedua negara memiliki kepentingan politik domestik yang berbeda yang dapat mempengaruhi posisi mereka dalam negosiasi HKI. Oleh karena itu, untuk mencapai kesepakatan yang sukses dalam negosiasi HKI, negosiator AS dan China harus mempertimbangkan kepentingan dan preferensi dari aktor-aktor domestik mereka dan mengembangkan strategi "two level games" yang mempertimbangkan kedua tingkat pengambilan keputusan ini. Mereka harus mencari kesepakatan yang memenuhi kepentingan domestik mereka dan pada saat yang sama, dapat diterima oleh pihak lawan di tingkat internasional. Kesepakatan yang berhasil harus mempertimbangkan tuntutan dari aktor domestik tanpa mengabaikan kepentingan nasional di tingkat internasional.
Guna, D. Ā., & Putranti, I. R. (2018). Upaya Tiongkok dalam Melindungi Intellectual Property pada Masa Pemerintahan Xi Jin Ping Periode 2008 – 2017. Journal of International Relations, 4(3), 341–348. http://eprints.undip.ac.id/62727/