Anda di halaman 1dari 2

Critical Review Diplomacy and Domestics Politics : The Logic of

Two-Level Games

Teori yang dikemukakan pada “Diplomacy and Domestics Politics” karya Robert D. Putnam
menjelaskan bagaimana hubungan antara diplomasi dan politik domestik ini berkaitan dengan
sistem internasional. Ia memberikan contoh KTT Bonn pada 1978 sebagai contoh bagaimana
diplomasi dan politik domestik menjadi saling berkaitan. Robert D. Putnam mengatakan
bahwa pertemuan Bonn ini telah berhasil mempertemukan tekanan domestik/dalam negeri
dengan tekanan internasional. Menurut Robert D. Putnam, memperdebatkan dalam
menentukan apakah politik dalam negeri benar-benar menentukan hubungan internasional
atau sebaliknya merupakan suatu hal yang rumit dan menurutnya percuma untuk
diperdebatkan karena semua masalah yang berkaitan dengan hal tersebut akan berdasarkan
kepada kapan dan bagaimana permasalahan tersebut terjadi. Robert D. Putnam berpendapat
bahwa sebuah hubungan yang terjadi antar negara yang merupakan kesepakatan kebijakan
ekonomi dapat berubah menjadi sebuah politik.

Robert D. Putnam menjelaskan untuk mencapai kesepakatan internasional harus ada dua level
atau tahap yang perlu dilalui. Pada level I terjadi proses negoisasi tawar-menawar antara
kedua pihak serta mengajukan persetujuan yang bersifat sementara dengan cakupan
internasional. Pada level II, dilakukan diskusi secara terpisah dari setiap kelompok membahas
pengesahan atau ratifikasi dari perjanjian atau persetujuan pada level I. Namun, menurutnya
untuk mencapai raitifkasi tidak semudah yang dibayangkan karena banyak hal yang perlu
dipertimbangkan seperti kebutuhan yang dinginkan dari kesepakatan tersebut dengan win-set
sebagai tolak ukur terlebih dahulu dan faktor-faktor penentu lainnya sehingga diperlukan
negoisasi serta pertimbangan berkali-kali sekalipun pada akhirnya ada kemungkinan
pembatalan.

Menurut Robert D. Putnam, terdapat tiga faktor yang dapat menjadi pengaruh terhadap win-
set, yaitu distribusi kekuasaan, preferensi dan koalisi pada level II, institusi Lembaga politik
pada level II, strategi dari negosiator yang dilakukan pada level I. Negosiator kepala
disebutkan merupakan satu-satunya hubungan formal antara level I dan Level II. Negosiator
kepala memiliki motif meliputi : meningkatkan kedudukannya di level II dengan
meningkatkan sumber politiknya menggunakan cara mengecilkan kemungkinan kerugiannya,
menggantikan adanya keseimbangan kekuasaan pada tingkat II untuk mendukung kebijakan
dalam negeri, serta mengejar konsep kepentingan nasional dalam skala internasional.

Contoh praktik teori Robert D. Putnam ini adalah pada Konfrensi ASEAN yang menyetujui
cetak biru pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015. AEC ini
telah disetujui oleh negara anggota ASEAN dengan tujuan meningkatkan daya saing ekonomi
negara-negara ASEAN dengan cara menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia
agar meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakatnya bersama. Pada kesepakatan ini terjadi
negoisasi dan tinjauan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan yang ada dari setiap negara
yang pada akhirnya diratifikasi oleh setiap negara yang bergabung.

Teori yang dikemukakan Robert D. Putnam ini yang menjelaskan tentang two-level games
pada keterkaitannya dengan keberlangsungan teori Hubungan Internasional dalam
berdiplomasi pada akhirnya akan kembali lagi kepada penjelasan yang disampaikan oleh
Robert D. Putnam sendiri yaitu kapan dan bagaimana hal itu terjadi. Walaupun sudah ada
penegosiasian dan peninjauan ulang selama level I dijalankan, bahkan dengan win-set sebagai
tolak ukur sekalipun, tidak tertutup kemungkinan kesepakatan atau ratifikasi tidak terjadi. Hal
ini menjadikan teori dari Robert D. Putnam ini hanya sebagai penjelasan dan opsi yang dapat
dijalankan pada kasus negoisasi pada ruang lingkup internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Chaves, J. J. (n.d.). Memahami Piagam Asean dan Cetak biru MASYARAKAT Ekonomi
ASEAN. Retrieved February 25, 2021, from http://asianfarmers.org/wp-
content/uploads/2008/07/indonesia-bahasa.pdf
da Conceição-Heldt, E. (2013). Two-level games and trade cooperation: What do we now
know?. International Politics, 50(4), 579-599.
Elvardi, J. (2017). Perjanjian Internasional Tentang Kesepakatan Masyarakat Ekonomi
ASEAN Dan Tiongkok Dalam Hukum Nasional Indonesia. DE LEGA LATA: Jurnal
Ilmu Hukum, 2(1), 47-67.
Koesrianti, N. I. D. N. (2013). Pembentukan Asean Economic Community (AEC) 2015:
Integrasi Ekonomi Berdasarkan Komitmen Tanpa Sanksi. Law Review, 13(2), 187-208.
Putnam, R. D. (1988). Diplomacy and domestic politics: the logic of two-level games.
International organization, 427-460.

Anda mungkin juga menyukai