Anda di halaman 1dari 60

Vol. 2 No.

2 (Mei - Agustus) 2013 ISSN 2302-2231

SAWALA Jurnal Administrasi Negara

PERUBAHAN KEBIJAKAN DI SEKTOR MIGAS PASCA REZIM


ORDE BARU
Syamsul Maarif

MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DALAM MASYARAKAT


(Studi : Sinergi Kelembagaan dalam Implementasi kebijakan Pengadaan Beras
di Kab. Banyumas)
Hikmah Nuraini

FENOMENA DEMOKRATISASI LOKAL DI PROVINSI BANTEN


Delly Maulana

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK DAN PEMBANGUNAN


Listyaningsih

INTEGRASI CSR DAN PROGRAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN


DAERAH DALAM KERANGKA MEWUJUDKAN MODEL BARU
PELAKSANAAN CSR
M. Lukman Hakim

QUICK COUNT (Metode Hitung Cepat) DALAM PERSPEKTIF


PEMILUKADA
Robi Cahyadi Kurniawan

Diterbitkan oleh :
Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Serang Raya (UNSERA)
SAWALA
JURNAL ADMINISTRASI NEGARA
Terbit Sejak 10 September 2012
ISSN 2302-2231

Penanggungjawab :
H. Abdul Malik., M.Si

Dewan Redaksi :
Dr. Suwaib Amiruddin, M.Si
Dr. M. Busro
Dr. Dirlannudin
Delly Maulana, S.Sos.,MPA

Pimpinan Redaksi :
Ahmad Mufarihun, MPSDM

Redaktur Pelaksana :
Heru Wahyudi, S.IP

Sekretaris Redaksi :
Fikri Habibi, S.Sos

Bendahara :
Suhendar, S.IP, M.Si

Layout :
Ardiansyah

Penerbit :
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Serang Raya

Alamat Redaksi :
Jalan Raya Serang Cilegon Taman Kopasus Kota Serang Provinsi Banten
E-mail: admnegara.unsera@gmail.com, http://www.unsera.ac.id
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tulus kami hanjukan ke hadirat Allah SWT, yang telah menggerkan
hasrat untuk menorehkan intuisi ke dalam sebuah kalam. Hanya Engkau semata yang dapat
meniupkan segala kekuatan untuk bangun dan melakukan sesuatu, termasuk untuk menyusun
Jurnal Sawala Program Studi Ilmu Administrasi Negara ini. Dengan ridha dan petunjuk-Mu
maka jurnal ini terselesaikan.
Di dalam jurnal Sawala volume 2 nomor 2 berisi tulisan-tulisan yang mengambarkan
beberapa perspektif ilmu administrasi negara yang sangat komprehensif. Ada beberapa
persepektif dalam memandang ilmu administrasi negara dalam jurnal ini, yaitu : Pertama,
membahas tentang perubahan kebijakan di sektor migas pasca rezim orde baru; Kedua,
membahas tentang peningkatan ketahanan pangan dalam masyarakat; Ketiga, membahas
tentang fenomena demokratisasi lokal; Keempat, membahas tentang partisipasi politik dalam
politik dan pembangunan; Kelima, membahas tentang integrasi CSR dan program
perencanaan pembangunan daerah dalam kerangka mewujudkan model baru pelaksanaan
CSR; dan Keenam, membahas tentang qiuck count (metode hitung cepat) dalam perspektif
pemilukada.
Kami sadari bahwa jurnal yang anda pegang sekarang ini masih banyak kelemahan
dan kekurangan, untuk itu saran maupun kritiknya kami harapkan. Semua kelemahan maupun
kekurangan dalam jurnal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami. Akhir kata kami
ucapkan selamat membaca.

REDAKSI SAWAL

i
DAFTAR ISI

PERUBAHAN KEBIJAKAN DI SEKTOR MIGASPASCA REZIM ORDE BARU


Syamsul Maarif ... 1

MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DALAM MASYARAKAT


(Studi : Sinergi Kelembagaan dalam Implementasi kebijakan Pengadaan Beras di Kab.
Banyumas )
Hikmah Nuraini . 11

FENOMENA DEMOKRATISASI LOKAL DI PROVINSI BANTEN


Delly Maulana. 19

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK DAN PEMBANGUNAN


Listyaningsih .. 24

INTEGRASI CSR DAN PROGRAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


DALAM KERANGKA MEWUJUDKAN MODEL BARU PELAKSANAAN CSR
M. Lukman Hakim.. 36

QUICK COUNT (Metode Hitung Cepat) DALAM PERSPEKTIF PEMILUKADA


Robi Cahyadi Kurniawan.................................................................................................... 46

ii
Jurnal Administrasi Negara
PERUBAHAN KEBIJAKAN DI SEKTOR MIGAS
PASCA REZIM ORDE BARU

Oleh :
Syamsul Maarif
Staf Pengajar Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung
Email: symaarif@gmail.com

ABSTRACT
Monetary crisis that later developed wide become economic crisis at the end of 1997
had cripled the government capacity in providing material resources for the people.
Politically, the crisis had made peoples support decline and created low trust over the
government. In order to protect the existence, the government demanded support of the
international finance institution especially IMF. Consequently, weak bargaining position of
the government made the government couldnt avoid political intervention of IMF and other
international finance institution which were so dominant in forcing the government to change
economy policy radically. One of policy change was done through liberalization of petroleum
sector as a sector which had been regulated strickly by the government for a long time.
Lesson learn that could be taken were: firstly, situation of crisis created pressure to change
policy radically; secondly, need of capital injection in large number from abroad had made
policy change be domined by international capitalist.
Key word: crisis, policy reforms, liberalization

A. PENDAHULUAN karena sebagian besar, hampir 90 persen


lapangan-lapangan minyak tua telah
Akibat hantaman krisis moneter di
melewati puncak produksi dan secara
akhir tahun 1997, sektor migas Indonesia
alamiah seperti layaknya sumber daya alam
mengalami pukulan berat. Depresiasi rupiah
lain yang habis pakai (depletable)
telah membuat harga BBM Indonesia
mengalami penurunan sebesar 15 persen
menjadi sangat murah di mata pihak luar.
Perekonomian Indonesia menurun namun per tahun. Mengingat ekonomi nasional
masih menggantungkan devisa dari minyak
kebutuhan BBM dalam negeri justru
dan gas bumi untuk mengisi sekitar 25-30
melonjak dari 41.111,17 ribu kiloliter pada
persen APBN, maka berarti produksi
tahun 1994/1995 menjadi 51.926,71 ribu
minyak nasional harus tetap dipertahankan
kiloliter pada tahun 1997/1998 (Iryanto,
dalam kondisi maksimal saat ini pada
2000:46). Penyelundupan BBM pun makin
tingkat sekitar 1,1 juta barel per hari
marak terjadi. Permintaan BBM yang
(www.bpmigas.com). Namun upaya
makin meningkat, pemborosan penggunaan
mempertahankan tingkat produksi minyak
BBM yang tak terkendali, dan kebijakan
nasional juga tidak mudah dilaksanakan
pemerintah menyediakan berapa pun BBM
karena jatuhnya harga minyak mentah ke
yang diminta, benar-benar telah
angka US$15-US$20 per barel telah
menyebabkan keuangan pemerintah
membuat perusahan-perusahaan migas
terkuras. Pemerintah pun makin kewalahan
dengan besarnya subsidi yang sejalan major player menjadi panik sehingga
dengan melemahnya nilai tukar, dan mereka hanya berpikir bagaimana
meningkatnya permintaan BBM dalam menyelamatkan cash flow-nya tanpa peduli
negeri. lagi dengan upaya memperbesar cadangan
Persoalan di sektor migas makin berat, migas. Secara perlahan tapi pasti,
karena produksi minyak Indonesia sejak perusahaan-perusahaan itu mulai beralih
1995 mengalami penurunan. Penurunan dari wilayah frontier dan offshore ke
produksi minyak tersebut disebabkan oleh wilayah yang memiliki potensi geologis

1
2 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 1 - 10

bagus dengan biaya produksi rendah dan melainkan pula bersifat politis. Hal ini
tak beresiko. Kesemuanya menyebabkan dapat dipahami karena komoditas yang
semakin lemahnya aliran investasi dihasilkan dari sektor migas di satu sisi
eskplorasi migas yang masuk ke Indonesia berperan penting sebagai komoditas
(www.tender-indonesia.com). komersial dan di sisi lain ia merupakan
Menyusul jatuhnya kekuasaan rezim komoditas politik. Peran yang kedua ini
Orde Baru di tahun 1998, pemerintah amat sentral mengingat kelangkaan
kemudian melakukan perubahan kebijakan komoditas migas berpotensi menyebabkan
dengan meminta bantuan pinjaman IMF. timbulnya keresahan publik yang dapat
Konsekuensinya, Pemerintah menyetujui memicu dicabutnya kontrak politik.
sejumlah persyaratan reformasi ekonomi,
terutama komitmen untuk melakukan 1. Era Presiden B.J. Habibie
liberalisasi sektor migas seperti tertuang Tampilnya pemerintahan transisi di
dalam Letter of Intent (LOI). bawah Presiden B.J. Habibie tak lepas dari
Manifestasinya ditandai dengan keluarnya pertarungan politik memperebutkan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 pengaruh dan kekuasaan. Warisan krisis
tentang Minyak dan Gas Bumi yang ekonomi yang berujung pada krisis politik
mencabut Undang-Undang Nomor 44 mendorong pemerintahan transisi untuk
tahun 1960 dan Undang-Undang Nomor 8 segera mengambil kebijakan-kebijakan
Tahun 1971. yang dirasa perlu dalam rangka melindungi
eksistensinya di tengah percaturan politik
B. Dinamika Perubahan Kebijakan
yang belum stabil itu. Pemerintahan transisi
Sulit dibantah sejak Pemerintah di bawah Presiden B.J. Habibie dengan
menandatangani LOI yang merombak susah payah harus membangun bangsa yang
berbagai kebijakan sebagai syarat dilanda krisis ini dengan segenap
pencairan dana pinjaman, pemerintah telah kemampuannya yang terbatas. Alternatif
menggantungkan sebagian besar nasib yang dipilihnya adalah bagaimana
bangsa pada agenda Washington membuka diri bagi investasi dan modal
Consensus. Sektor migas yang merupakan asing sebanyak-banyaknya. Dengan
salah satu andalan penerimaan negara dan tampilnya B.J. Habibie sebagai presiden,
penghasil cadangan devisa negara terbesar program pemulihan ekonomi yang telah
menjadi target liberalisasi. Desain dijalankan oleh rezim Orde Baru
liberalisasi migas yang dirancang oleh dilanjutkan kembali. Konteks reformasi,
institusi keuangan internasional di bawah yang berada dalam situasi krisis
panduan dwitunggal World Bank-IMF multidimensi, menjadi alasan yang tak bisa
dengan sokongan penuh ADB dan dibantah untuk menggencarkan pelaksanaan
USAID. program-program pemulihan ekonomi
Pergantian kekuasaan, yang menandai secara menyeluruh.
berakhirnya rezim Orde Baru, membuat Dalam kaitannya dengan program
pemerintah pasca Soeharto mewarisi krisis reformasi ekonomi, sudah umum diketahui
ekonomi yang amat parah. Lemahnya bahwa IMF dan Bank Dunia adalah salah
posisi tawar di tengah hantaman krisis satu pengkritik utama Habibie. Ide dan
yang amat parah mendorong pemerintah gagasan Merkantilis Habibie secara
pasca Soeharto untuk melakukan diametral bertentangan dengan ide dan
perubahan kebijakan migas sesuai dengan gagasan liberalistis IMF dan Bank Dunia.
rekomendasi IMF. Proses perubahan Maka wajarlah jika baru pada awal Juni
kebijakan tersebut melibatkan interaksi 1998, setelah Presiden Habibie
yang dinamis di antara banyak pihak dan memperlihatkan komitmennya sebagai
banyak kepentingan. Dari perspektif pengantar lebih jauh proses reformasi
politik, proses perubahan kebijakan publik ekonomi sesuai resep mereka, IMF/Bank
tidak semata-mata proses teknis, Dunia memberikan sinyal pencairan
Syamsul Maarif, Perubahan Kebijakan di Sektor Migas Pasca Rezim Orde Baru 3

sebagian pinjaman (sebesar US$ 1 miliar ) Cooper (PWC) terhadap 159 proyek
akan segera dilakukan. Salah satu langkah menemukan fakta inefisiensi di tubuh
politis Habibie yang menjadi sinyal penting Pertamina yang luar biasa sebesar 4,6
bagi IMF adalah menunjuk sejumlah milyar dollar AS sejak tahun 1996 hingga
teknokrat liberal seperti: Widjojo Nitisastro, 1998. Maka sebagai bagian dari paket
Ali Wardhana, dan Frans Seda, sebagai kesepakatan dengan IMF, pemerintah
penasehat ekonomi pemerintah karena melalui Keppres Nomor 60 tahun 1998
dalam situasi semacam itu jelas diperlukan membentuk lembaga baru bernama
peran antara, yang memerlukan kompromi. Kementrian Negara Pendayagunaan
Dengan langkah ini, Presiden Habibie, telah BUMN. Kementrian Negara PBUMN
memberikan konsesi yang sangat besar diperkuat lagi dengan Keppres Nomor 62
kepada IMF/Bank Dunia (Saidi, 1998:15). Tahun 1998 yang merinci tugas Kementrian
Sedemikian luas tugas dan kegiatan Negara PBUMN meliputi: pembinaan,
Pertamina, namun kegiatan yang sangat pengendalian, peningkatan efisiensi,
mendominasi di seluruh Indonesia adalah privatisasi, dan restrukturisasi BUMN
kegiatan pengadaan bahan bakar minyak (Karyana, 2000:4).
bagi pemenuhan hajad hidup orang banyak. Menko Pengawasan dan
Tugas ini demikian kompleks karena bumi Pembangunan, Hartarto, pada bulan Juni
Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang 1998 telah bertekad membersihkan
tersebar dalam area yang sedemikian Pertamina dari korupsi, kolusi, dan
luasnya dan dengan spesifikasi yang nepotisme. Hal itu ditindaklanjuti Menteri
berbeda antara daerah yang satu dengan Pendayagunaan BUMN, Tanri Abeng,
daerah yang lainnya. Kegiatan dalam dengan merencanakan cetak biru program
mengelola BBM yang terdiri dari reformasi BUMN yang meliputi:
pengolahan hingga pendistribusian ke restrukturisasi, profitisasi, dan akhirnya
seluruh wilayah Indonesia merupakan 70 privatisasi dalam jangka panjang,
persen dari seluruh tugas Pertamina. menengah, maupun jangka pendek. Untuk
Kegiatan Pertamina dalam pengadaan dan bisa profit, struktur BUMN harus
pendistribusian BBM itu dilakukan tanpa disehatkan dulu, lalu diprivatisasi: apakah
memperoleh keuntungan, sedang sumber melalui divestasi, Kerjasama Operasi
keuntungan bagi Pertamina diperoleh dari (KSO), ataukah yang lain. Dengan
kegiatan di luar sistem BBM. Harga BBM menempuh langkah perubahan tersebut,
di seluruh Indonesia sama diberlakukan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN
tanpa memperhitungkan ongkos angkut dari berkepentingan: pertama, merasionalkan
kilang-kilang minyak di mana BBM itu peran BUMN sebagaimana
diproduksi ke tempat tujuan (Iriyanto, direkomendasikan IMF, dan kedua, dengan
2000:37). Hal inilah yang menyebabkan rasionalisasi diharapkan BUMN dapat
terjadinya penyelundupan minyak ke luar terjual sehingga pemerintah bisa
negeri hingga merugikan negara sebesar Rp mendapatkan suntikan dana untuk
56 triliun per tahun atau US$ 5,6 milyar. menutup defisit APBN (Karyana, 2000:83-
Penyelundupan terjadi akibat disparitas 84).
harga yang terlalu tinggi antara harga dalam Berkaitan dengan reformasi
negeri dan luar negeri, lebih-lebih saat perundang-undangan, pemerintah melalui
terjadi puncak krisis ekonomi (KOMPAS Menteri Pertambangan dan Energi pada
16 Februari 2003). tanggal 4 Maret 1999 mengajukan
Presiden B.J. Habibie menjadikan rancangan perubahan undang-undang
reformasi sektor energi, khususnya tentang minyak dan gas bumi ke DPR.
peningkatan efisiensi sektor migas, sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, Kuntoro
agenda yang harus dilaksanakan. Masalah Mangkusubroto, menyatakan bahwa selama
ini menjadi perhatian serius, lebih-lebih ini pemerintah menggunakan landasan
setelah hasil audit pihak Price Waterhouse hukum Undang-Undang Nomor 44 Prp
4 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 1 - 10

Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak nepotisme yang terjadi di tubuh Pertamina
dan Gas Bumi dan Undang-Undang Nomor (Syeirazi, 2009:161-162).
8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Penolakan pihak DPR terhadap Draf
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi RUU Migas Jilid I selain alasan
Negara. Undang-undang tersebut antara lain membahayakan kepentingan nasional juga
mengatur dan menetapkan bahwa Negara dapat dipahami dalam konteks dinamika
menyerahkan penyelenggaraan usaha politik saat itu yang menempatkan
pertambangan minyak dan gas bumi kepada pemerintahan Presiden BJ Habibie dalam
Pemerintah dan dilaksanakan hanya oleh posisi terdesak karena legitimasi politiknya
Perusahaan Negara berdasarkan Kuasa yang rendah, baik dihadapan rakyat
Pertambangan yang meliputi usaha maupun DPR. Berbagai gejolak politik saat
eksplorasi dan eksploitasi, pemurnian, itu menunjukan bahwa BJ Habibie tengah
pengolahan, pengangkutan, dan penjualan. berada di ujung akhir kekuasaannya. Selain
Dari pokok pengaturan kedua peraturan itu, perhatian publik dan anggota DPR
perundang-undangan tersebut di atas tertumpah pada agenda Sidang umum MPR
tercermin sifat usaha monopoli dan telah yang akan digelar Oktober 1999. Paparan
berlangsung cukup lama dalam sistem itu bisa menjelaskan mengapa substansi
perekonomian Negara. Dalam rancangan undang-undang serupa yang
perkembangannya usaha yang bersifat diajukan pemerintahan yang lebih
monopoli ini banyak menimbulkan legitimate, akhirnya dapat lolos sebagai
inefisiensi ekonomi dikarenakan tidak undang-undang tanpa adanya resistensi
adanya persaingan yang sehat sehingga yang berarti dari parlemen (Syeirazi,
tidak mampu menumbuhkembangkan sikap 2009:161-162).
kemandirian, pemupukan dana, dan
pengembangan usaha yang berorientasi 2. Era Presiden Abdurrahman Wahid
pada persaingan sehat. Abdurrahman Wahid terpilih secara
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) demokratis menjadi presiden ke-4 melalui
sendiri bersuara keras dan berjanji akan Sidang MPR pada bulan Oktober 1999.
merombak total draft RUU Migas versi Dalam menjalankan pemerintahan, ia
pemerintah serta tidak meloloskan satu didampingi Megawati Soekarnoputri yang
pasal pun. Berbagai fraksi di perlemen terpilih sebagai Wakil Presiden
menganggap RUU Migas versi pemerintah mengalahkan Hamzah Haz. Tampilnya duet
terlalu liberal, dan dianggap merugikan Abdurrahman Wahid-Megawati
kepentingan nasional, dan durhaka terhadap Soekarnoputri sebagai presiden dan wakil
Pasal 33 UUD 1945. Parlemen juga menilai presiden ini menandai era demokrasi pasca
bahwa sistem PSC Undang-Undang Nomor Orde Baru. Meski sistem presidensial tidak
8 tahun 1971 Tentang Pertamina yang mengenal kabinet koalisi, namun
dikandung lebih bisa menjamin kepentingan pemerintahan baru ini cenderung
nasional dan mengamankan Pasal 33 UUD menempuh jalan kompromi dengan
1945 daripada draf RUU baru usulan menempatkan sejumlah tokoh seperti :
pemerintah. Alasan yang dikemukakan Kwik Kian Gie (PDIP), Laksamana Sukardi
pemerintah bahwa monopoli Pertamina (PDIP), Bambang Sudibyo (PAN), dan
menghasilkan inefisiensi tidak sepenuhnya Jusuf Kalla (Golkar) pada posisi-posisi
diterima DPR. DPR bersama para ahli dan kementrian ekonomi. Penyusunan kabinet
pakar menganggap draf RUU Migas juga dilengkapi dengan pembentukan badan
merupakan suatu hal yang hanya akan khusus bernama Dewan Ekonomi Nasional
menguntungkan kontraktor, namun dengan tugas merumuskan kebijakan
merugikan kepentingan bangsa secara pemerintah mengenai stabilisasi yang
keseluruhan, dan juga dinilai lebih dipimpin Ketua Prof. Dr. Emil Salim dan
bernuansa politik daripada upaya untuk Sekretaris Dr. Sri Mulyani Indrawati, serta
memberantas kolusi, korupsi, dan pembentukan Tim Asistensi pada Menko
Syamsul Maarif, Perubahan Kebijakan di Sektor Migas Pasca Rezim Orde Baru 5

Ekuin dengan Ketua Prof. Dr. Widjojo Development) telah membantu merumuskan
Nitisastro dan Sekretaris Dr. Sri Mulyani kebijakan reformasi sektor energi di
Indrawati. Indonesia. Menurut saran USAID,
Dalam kondisi ekonomi yang masih reformasi di sektor energi hendaknya
sulit itu, pemerintahan Abdurrahman Wahid diarahkan untuk mencapai sasaran strategis
mengikuti jejak pendahulunya dengan berupa penguatan tata kelola sektor energi
meminta dukungan IMF. Senior dalam rangka menciptakan sektor energi
Representative IMF untuk Indonesia, John yang lebih efisien dan lebih transparan.
R. Dodsworth, mengatakan IMF akan Sasaran tersebut harus dicapai melalui
mengucurkan US$ 260 juta sebagai bagian sejumlah strategi, yakni: minimalisasi peran
dari total US$ 5 miliar bantuan IMF untuk 3 pemerintah sebatas sebagai regulator,
tahun mendatang (Republika 20 Januari pengurangan subsidi, dan memajukan
2000). Untuk itu pendekatan dengan pihak keterlibatan peran sektor swasta. Dengan
IMF diwujudkan melalui perundingan yang menempuh ketiga strategi tersebut, sektor
menghasilkan penandatanganan Letter of energi diharapkan mampu memberikan
Intent (LoI) Republik Indonesia-IMF pada sumbangan miliaran dolar dalam bentuk
tanggal 20 Januari 2000. Salah satu point penerimaan pajak. Selain itu, sektor energi
penting dari kesepakatan itu adalah yang lebih efisien akan mendatangkan
menyangkut reformasi sektor migas yang dampak positif bagi lingkungan,
secara eksplisit disebutkan pada butir ke-80 menciptakan harga yang rasional,
dan 81. meningkatkan akses masyarakat kepada
Dewan Direksi IMF, setelah pelayanan di bidang energi, serta membantu
melakukan pertemuan 4 Februari 2000 di keberlanjutan sumber daya alam Indonesia.
Washinton, menyetujui langkah dan jadwal Presiden Abdurrahman Wahid
reformasi yang telah diumumkan dengan menempatkan sektor energi, khususnya
kompensasi bantuan sebesar US$ 260 juta migas, sebagai perhatian utama pemerintah
dari total bantuan US$ 5 miliar untuk tiga karena peranannya yang dipandang sangat
tahun mendatang (s/d Februari 2002). penting dalam perekonomian dan menjadi
Sebagai tindak lanjut atas kesepakatannya pokok utama dalam strategi penyelamatan
dengan IMF, pemerintah Indonesia sejak ekonomi yang berorientasi pada ekspor
Januari 2000 sesungguhnya telah terutama gas. Komoditas ini sedang
berkomitmen menyiapkan Program dipertimbangkan sebagai sumber
Penyehatan Ekonomi. Di sektor migas, hal pendapatan utama bagi Indonesia di masa
itu diwujudkan dengan menetapkan jadwal depan1 . Langkah reformasi sektor migas,
pembenahan kinerja sektor migas sebagai dalam pandangan pemerintah, harus
berikut: pertama, membuat program dimulai dengan merestrukturisasi Pertamina
tindakan koreksi untuk membenahi masalah selaku perusahaan negara yang bergerak di
yang ditemukan dalam audit khusus sektor migas. Upaya tersebut diawali
(special audit) Pertamina; kedua, Presiden Abdurrahman Wahid dengan
mengumumkan rencana kerja sehubungan mengangkat mantan Direktur Utama PT
restrukturisasi Pertamina dengan target Caltex Pasific Indonesia, Baihaki Hakim,
bulan Maret 2000; ketiga, mengevaluasi sebagai Direktur Utama Pertamina
RUU Migas dan menyerahkannya ke DPR menggantikan Martiono Hadianto. Saat
dengan target bulan Juni 2000; dan melantik Baihaki Hakim, Presiden
keempat, mempersiapkan draft Abdurrahman Wahid terang-terangan
implementasi peraturan-peraturan dengan menyebut Pertamina sebagai sarang
target bulan Juni 2000 (KOMPAS 22 korupsi. Pernyataan Presiden Abdurrahman
Januari 2000). Wahid itu merupakan kritikan tajam yang
Bersamaan dengan itu, pemerintah langsung tertuju kepada Pertamina
Amerika Serikat melalui USAID (United (KOMPAS 29 Februari 2000). Menanggapi
States Agency for International kritikan presiden itu, Direksi Pertamina
1 Pemikiran ini didasari oleh besarnya cadangan gas yang jumlahnya melebihi minyak bumi.
6 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 1 - 10

pada tanggal 30 April 2000 secara resmi serta perampingan mekanisme tender
telah meminta Kejaksaan Agung untuk (SINAR HARAPAN 24 Februari 2002).
menindaklanjuti temuan Pertamina atas 159 Berbagai langkah ini menghasilkan
kasus KKN yang terjadi dilingkungan penghematan: US$ 1,1 juta pada Direktorat
Pertamina. Dari penelitian yang dilakukan Hulu, US$ 443 juta selama 10 tahun (dari
sendiri oleh Pertamina terhadap 159 kasus renegoisasi proyek build & rent) Direktorat
KKN tersebut, sebanyak 82 kontrak telah Hilir Bidang Pemasaran & Niaga, US$ 1,9
dibatalkan, 26 kontrak diteruskan melalui juta (dari renegoisasi kontrak time charter 6
negosiasi, dan 51 kontrak dinyatakan telah kapal) pada Bidang Perkapalan. Laporan
sesuai dengan praktik bisnis yang wajar Pertamina menyebutkan bahwa pada tahun
(Penerbit KOMPAS, 2005:128). fiskal 1999/2000 Pertamina mencatat laba
Sesuai dengan komitmen yang telah bersih sebesar Rp 4,98 trilyun atau
dibuatnya dengan IMF, restrukturisasi meningkat 300 persen dari laba bersih
Pertamina diikuti dengan reformasi undang- tahun fiskal 1998/1999 sebesar Rp 1,051
undang migas. Menteri Energi dan Sumber trilyun. Sejumlah kemajuan telah dicapai
Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro, dalam realisasi kebijakan pengurangan
menyebutkan bahwa paling lama dua tahun tenaga kerja (PHK alami) dan PHK atas
setelah Undang-Undang itu berlaku, akan permintaan sendiri yaitu 27.000 per Juni
dilakukan peralihan Pertamina menjadi 2000 menjadi 25.454 per 31 januari 2001
Persero. Dalam jangka waktu dua tahun (www.pertamina.com).
tersebut, Pertamina masih dapat melakukan Berbagai kebijakan yang telah diambil
kegiatan usaha migas, termasuk penyediaan Presiden Abdurrahman Wahid tersebut
dan pelayanan BBM & gas bumi untuk memunculkan harapan yang tinggi akan
keperluan dalam negeri hingga persero terciptanya kondisi sosial politis yang lebih
terbentuk. Setelah itu, Pertamina tidak tenang dan pemulihan ekonomi lebih cepat.
dapat lagi mengadakan Kontrak Production Namun ketika pemerintah menyepakati
Sharing dengan pihak lain. Hak, kewajiban, Nota Kesepahaman dengan IMF pada
dan akibat yang timbul dari Kontrak tanggal 20 Januari 2000, program dan
Production Sharing dan kontrak sejenisnya jadwal yang disepakati saat itu
yang dilakukan Pertamina dengan pihak sesungguhnya berada di luar kemampuan
lain, dengan sendirinya beralih ke Badan pemerintah. Pada bulan-bulan awal,
Pelaksana sampai berakhirnya kontrak hambatan itu tidak diperhatikan pemerintah
terkait. BUMN tersebut wajib mengadakan Indonesia dan IMF. Tak lama setelah itu
kontrak kerjasama untuk melanjutkan menjadi jelas bahwa kemampuan
eksplorasi dan eksploitasi di bekas wilayah pemerintah untuk melaksanakan Nota
pertambangan, mengajukan izin usaha Kesepakatan mengalami penurunan karena
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, sedikitnya tiga alasan. Pertama, menteri-
dan pemasaran kepada pemerintah menteri ekonomi sejak awal terlihat lemah
(KOMPAS 7 Februari 2001). dalam hal koordinasi. Masalah ini makin
Menyadari hak-hak istimewanya akan bertambah dengan terjadinya keretakan
berakhir, pengajuan RUU Migas hubungan antara pemerintah dan Bank
mendorong direksi Pertamina untuk Indonesia. Kedua, birokrasi mengarah ke
melancarkan pembenahan. Direktur Utama kelumpuhan sebagai akibat ketidakpastian
Pertamina, Baihaki Hakim, sejak diangkat arah proses reformasi. Proses otonomi
oleh Presiden Abdurrahman Wahid tanggap daerah yang tidak jelas arahnya membuat
28 Februari 2000 telah menggulirkan masalah ini makin kompleks. Ketiga,
efisiensi. Sejumlah langkah telah diambil, hubungan antara pemerintah dengan
di antaranya: rasionalisasi aset US$ 18,99 parlemen makin memburuk dan membuat
miliar, pembelian base oil langsung ke situasi menjadi gawat menjelang akhir
produsen, perampingan jumlah pekerja dari kekuasaan presiden Abdurrahman Wahid.
46.000 pekerja menjadi 18.000 pekerja, Karena itu sulit mengharapkan program yg
Syamsul Maarif, Perubahan Kebijakan di Sektor Migas Pasca Rezim Orde Baru 7

disepakati bisa berjalan dengan sempurna yang disesuaikan, yang masing-masing


(Boediono, 2002:278). berjumlah sebesar Rp 63 triliun dan Rp 50
triliun. Pembengkakan ketiga pos itu
3. Era Presiden Megawati memicu pembekakan perkiraan defisit
Soekarnoputri APBN 2001 dari Rp 52,1 triliun menjadi
Kekuasaan Presiden Abdurrahman sekitar Rp 78,7 triliun (Baswir, 2003:53-
Wahid jatuh setelah MPR mencabut TAP 54).
MPR/VII/MPR/1999 tentang pengangkatan Dengan jumlah hutang luar negeri
Abdurrahman Wahid sebagai presiden sebesar itu, beban yang harus dipikul
melalui Sidang Istimewa MPR pada tanggal perekonomian Indonesia setiap tahun
23 Juli 2001. Kekuasaan kemudian beralih tergolong sangat berat. Dampak beban
ke tangan Megawati Soekarnoputri yang hutang luar negeri terutama sangat terasa
menggantikan Abdurrahman Wahid sebagai pada kebutuhan cadangan devisa. Secara
presiden melalui TAP MPR/III/MPR/2001. keseluruhan cadangan devisa Indonesia
Sedangkan jabatan Wakil Presiden yang berjumlah sekitar US$ 28,7 milyar
kemudian dipegang oleh Ketua Umum PPP, memang masih mencukupi untuk
Hamzah Haz, yang terpilih sebagai wakil memenuhi kebutuhan impor. Masalahnya,
presiden mengalahkan Akbar Tanjung. selain sekitar US$ 11 milyar yang
Pilihan untuk menggandeng Hamzah Haz, bersumber dari IMF, kebutuhan cadangan
yang berasal dari Nahdlatul Ulama (NU) devisa tidak terbatas hanya untuk
ini, didasari kalkulasi politik untuk meraih membiayai impor (Baswir, 2003:53).
dukungan dari kalangan Islam sekaligus Apalagi investasi di bidang eksplorasi
untuk meredakan amarah massa NU migas berdasarkan kajian Kurtubi (2003)
pendukung Presiden Abdurrahman Wahid. menurun tajam dari US$ 1.080 juta (1998)
Tampilnya Presiden Megawati menjadi US$ 520 juta (1999), US$ 428 juta
Soekarnoputri disertai warisan hutang luar (2000) dan turun lagi menjadi US$ 425 juta
negeri Indonesia berjumlah US$150 milyar. (2001). Akibatnya, menurut Samhadi
Secara keseluruhan hutang itu sudah (2005) produksi minyak Indonesia semakin
mencapai 110 persen Produk Domestik menurun dari 1,520 juta bph (1998)
Bruto (PDB) yang berarti telah melewati menjadi 1,408 juta bph (1999); 1,456 juta
ambang batas aman sebesar 20 persen PDB. bph (2000), dan 1,389 juta bph (2001).
Dari jumlah itu, utang pemerintah Mengutip survey dari Fraser Institute tahun
berjumlah sekitar US$ 90 milyar (termasuk 2000/2001, Samhadi (2005) menyatakan
sekitar US$ 11 milyar terhadap IMF), Indonesia menempati peringkat 40 dari 43
sementara utang swasta berjumlah sekitar negara dalam iklim investasi pertambangan.
US$ 60 milyar (Baswir, 2003:30-31). Posisi ini hanya lebih baik dibandingkan
Dampak beban utang luar negeri sektor Rusia, Kazakhstan, dan Zimbagwe.
publik yang sangat mencolok, dipikul oleh Untuk mengatasinya, Presiden
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Megawati tidak punya pilihan lain kecuali
(APBN). Pada APBN 2001, dengan asumsi memulihkan hubungan pemerintah
kurs rupiah Rp 7.800, bunga utang luar Indonesia dengan IMF yang sempat
negeri yang harus dibayar Indonesia tahun memburuk semasa Presiden Abdurrahman
2001 berjumlah Rp 21,6 triliun. Jika asumsi Wahid. Peran IMF dipandang sangat
kurs rupiah dirubah menjadi Rp 10.000 per penting dalam memperjuangkan Indonesia
satu dollar AS, maka jumlah beban bunga di hadapan para kreditor asing. Sumber
yang harus dibayar Indonesia akan kekuatan IMF, menurut Joseph Gold
membengkak menjadi sekitar Rp 30 triliun. (1970), bukanlah pada sumber-sumber
Ironisnya, pada saat yang sama Indonesia keuangan yang dikuasainya, melainkan
juga harus menyisihkan dana untuk pada kepercayaan yang diberikan oleh
membayar bunga utang dalam negeri dan pemerintah negara-negara industri Barat
subsidi BBM, dengan asumsi kurs rupiah dan masyarakat bisnis internasional. Oleh
8 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 1 - 10

karena itu penilaian IMF akan menjadi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
rujukan oleh kreditor asing dalam forum: Tentang Minyak dan Gas Bumi. Keluarnya
CGI (Consultative Group on Indonesia), Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
Paris Club, Bank Dunia, Bank Tentang Minyak dan Gas Bumi
Pembangunan Asia, maupun oleh para menimbulkan perubahan besar atas
pelaku bisnis internasional. pengelolaan sektor migas Indonesia.
Komitmen Presiden Megawati Perubahan kebijakan pemerintah di sektor
Soekarnoputri diwujudkan dengan migas memuat hal-hal sebagai berikut.
melanjutkan kembali pembahasan Pertama, pengusahaan migas yang selama
Rancangan Undang-Undang Migas bersama ini dimonopoli oleh BUMN (Pertamina)
pihak DPR. Berbeda dengan DPR pada dihapuskan, selanjutnya Pertamina menjadi
periode sebelumnya, anggota DPR di era perusahaan biasa. Kedua, ada dua badan
pemerintahan Megawati menerima dan yang harus dibentuk untuk menggantikan
membahas rancangan undang-undang ini peran yang sebelumnya dimainkan
dengan semangat mengkritisi, bukan Pertamina yaitu: Badan Pelaksana sebagai
mementahkan. Sementara sebagian suatu Badan yang dibentuk untuk
pengamat, pekerja sosial, dan para ahli melakukan pengendalian Kegiatan Usaha
menganggap RUU Migas itu hampir sama Hulu di bidang Minyak dan Gas Bumi
dengan RUU Migas yang ditolak DPR. (Pasal 1 angka 23); dan Badan Pengatur
RUU Migas Jilid I dan RUU Migas Jilid II sebagai suatu Badan yang dibentuk untuk
bertumpu pada gagasan yang sama yaitu, melakukan pengaturan dan pengawasan
membubarkan Pertamina yang berpola terhadap penyediaan dan pendistribusian
usaha terintegrasi (hulu dan hilir) dan Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi pada
merombaknya menjadi Persero berpola Kegiatan Usaha Hilir (Pasal 1 angka 24).
terpecah-pecah. Ketiga, Sektor Hulu dan Hilir yang
Ketika RUU Migas dibahas, terungkap sebelumnya bersifat monopoli kini menjadi
korupsi yang terjadi di tubuh Pertamina. terbuka bagi semua pihak (Pasal 9 ayat 1).
Skandal tersebut adalah mark up proyek Keempat, Pemegang Kuasa Pertambangan
pembangunan kilang minyak Export Migas di seluruh wilayah Indonesia bukan
Oriented Refinery (Exor I) Balongan yang lagi Pertamina melainkan Pemerintah
menelan biaya sekitar US$ 2,4 miliar. Biaya Indonesia (Pasal 4 ayat 2). Kelima,
itu jauh lebih besar daripada pembangunan pengusahaan usaha hulu disebut Kontrak
kilang sejenis di Amerika Serikat yang Kerja Sama (Pasal 1 angka 19).
hanya US$ 1,9 miliar atau selisih US$ 592
juta (sekitar Rp 1,5 triliun). Kasus itu C. PENUTUP
mengantarkan mantan Direktur pengolahan
Pertamina Tabrani Ismail ke penjara serta Krisis moneter yang berkembang luas
berpotensi menyeret Erry Putra Oudang, menjadi krisis ekonomi di akhir tahun 1997
Bing Cintamani, Sigit Harjojudanto, Bob telah memaksa Pemerintah mengubah
Hasan, dan Siti Hardiyanti (Syeirazi, orientasi kebijakannya. Dari sisi ekonomi,
2009:179). Tentu saja isu korupsi ini krisis tersebut telah menggerogoti
merupakan kampanye gratis untuk kemampuan keuangan Pemerintah sehingga
mengesahkan RUU Migas menjadi undang- mengurangi kemampuan Pemerintah untuk
undang pada 23 Oktober 2001 dengan dapat memenuhi kebutuhan material rakyat.
miderheidsnota (nota keberatan) dari Dari sisi politik, dahsyatnya krisis telah
sebagian anggota DPR. mengakibatkan turunnya dukungan rakyat
Dengan diberikannya persetujuan oleh terhadap kelangsungan kekuasaan
mayoritas anggota dewan, maka Rapat Pemerintah. Dalam upaya melindungi
Paripurna DPR-RI tanggal 23 Oktober 2001 eksistensinya, pemerintah meminta
akhirnya mengesahkan Rancangan Undang- dukungan dari lembaga keuangan
Undang Minyak dan Gas Bumi menjadi internasional khususnya IMF. Dari sisi
Syamsul Maarif, Perubahan Kebijakan di Sektor Migas Pasca Rezim Orde Baru 9

ekonomi, langkah ini diharapkan mampu Three President, dalam:


secepatnya mendatangkan suntikan dana Mohammad Ikhsan, Chist Manning,
segar yang diperlukan untuk mempercepat dan Hadi Soesastro (ed.), 2002, 80
proses pemulihan setelah didera krisis, Tahun Mohammad Sadli,
terlebih lagi setelah IMF siap memberikan EkonomiIndonesia di Era Politik
bantuannya. Namun konsekuensi dari Baru, Jakarta: Penerbit KOMPAS.
lemahnya posisi tawar pemerintah membuat Gunawan, Anton H., Mengkaji
pemerintah tak dapat mengelak dari Pengalaman Masa Lalu dan
intervensi politik kekuatan eksternal Menggagas Masa Depan, dalam St.
sebagaimana telah terbukti dari keterlibatan Sularto (ed.), 2000, Menggugat
peran IMF dan lembaga keuangan Masa Lalu, Menggagas Masa
internasional lainnya yang begitu dominan Depan Ekonomi Indonesia, Jakarta:
dalam mendesakkan perubahan kebijakan Penerbit KOMPAS.
ekonomi Indonesia secara radikal. Pelajaran Saidi, Zaim, 1998, Soeharto Menjaring
yang dapat diambil adalah: pertama, dalam Matahari, Tarik Ulur Reformasi
situasi krisis, peluang bagi munculnya Ekonomi Orde Baru Pasca 1980,
perubahan kebijakan secara radikal menjadi Bandung: Mizan.
terbuka lebih lebar; kedua, kebutuhan yang Syeirazi, M Kholid. 2009. Di Bawah
amat besar untuk memperoleh suntikan Bendera Asing: Liberalisasi Industri
modal dari luar menyebabkan proses Migas Di Indonesia. Jakarta: LP3ES.
perubahan kebijakan didominasi kekuatan
kapitalis internasional. TESIS
Krisis ekonomi menciptakan peluang Iriyanto, Tri Santoso, 2000, Strategi
bagi munculnya perubahan kebijakan secara Pertamina Dalam Menghadapi
radikal. Kenyataannya, krisis memperkuat Persaingan Bebas Pada Era
posisi ekonom liberal dan agen-agen Milenium Ketiga, Tesis S-2
internasional seperti IMF/Bank Dunia untuk Magister Manajemen Universitas
mendesakkan perubahan kebijakan sesuai Gadjah Mada.
dengan resep yang ditempuh negara-negara Karyana, Yana, 2000, Konteks Politik
maju. Perubahan kebijakan dimaksudkan Privatisasi BUMN (Studi tentang
untuk merekapitalisasi dan mengorganisir Implementasi Kebijakan Privatisasi
kembali sektor migas yang tertimpa krisis. Oleh Kementrian Negara
Dengan cara itu, mereka mengakhiri Pendayagunaan BUMN), tesis S-2
keterlibatan negara yang dianggap Ilmu Administrasi Negara
berlebihan dalam perekonomian. Fenomena Universitas Gadjah Mada.
ini memberi pelajaran bahwa proses
perubahan kebijakan bukanlah semata-mata ARTIKEL
bersifat teknis, melainkan pula bersifat
politis. Proses ini melibatkan pertarungan Kurtubi, 2003, Terancamnya Keamanan
antar aktor yang berbeda kepentingan. Suplai Kebutuhan BBM Nasional,
Karena itu penciptaan posisi tawar yang Artikel, KOMPAS 9 Mei.
tinggi menjadi penentu bagi para aktor Kurtubi, 2003, Opec Pasca Perang,
untuk memenangkan pertarungan. Artikel, MEDIA INDONESIA 14
April.
DAFTAR PUSTAKA Salim, Agus, 1998, Swastanisasi BUMN
di Tengah Badai Krisis Ekonomi,
Baswir, Revrisond, 2003, Di Bawah Artikel, Harian BERNAS 18 April.
Ancaman IMF, Yogyakarta: Pustaka Samhadi, Sri Hartati, 2005, Kealpaan
Pelajar. Negara Amankan Masa Depan
Boediono, The International Monetary Bangsa, KOMPAS 16 Agustus
Fund Support Program in Indonesia, 2005.
Comparing Implementation under
10 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 1 - 10

Elyza, Rizka, dan Nasrullah Salim, 2002,


Ada Apa dengan Sektor Energi di
I n d o n e s i a ? ,
www.pelangi.or.id/publikasi/2002/L
AO-booklet.pdf

INTERNET
www.bpmigas.com,Sambutan Menteri
Energi Dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia Pada Peresmian
Fasilitas Produksi Pengolahan Dan
Penampungan Terapung Migas
Belanak KPS Conoco Philips
Indonesia, Jakarta 29 Oktober 2004.
www.pertamina.com/indonesia/headoffice/h
upmas/news/pressrelease/2001/PR2
304013.htm, Efisiensi Pertamina
Tunjukkan Hasil.
www.pertamina.com, Efisiensi Pertamina
Tunjukkan Hasil.
www.tender-indonesia.com,Merger Global
pengaruhi Eksplorasi.

SURAT KABAR
KOMPAS 22 Januari 2000, Rincian
Langkah dan Jadwal Reformasi RI-
IMF.
KOMPAS 29 Februari 2000, Baihaki
Hakim Dirut Baru Pertamina.
KOMPAS 27 Juni 2000,Aparat Pesimis
Bisa Tangani Penyeludupan BBM
KOMPAS 7 Februari 2001, Pemerintah
Sampaikan RUU Migas, Dibentuk
Badan Pelaksana dan Badan
Pengatur.
KOMPAS 27 Agustus 2001,Dukungan dari
IMF Barulah Sebagian dari Langkah
Perbaikan Ekonomi.
KOMPAS 16 Februari 2003,Minyak
Rakyat diselundupkan.
REPUBLIKA 20 Januari 2000, IMF
Kucurkan 260 juta dolar Pada Awal
Februari.
SINAR HARAPAN 24 Februari 2002,
Baihaki Hakim Dirut Pertamina,
Menutup Masa lalu Melangkah
Lebih Baik Ke Depan.

MAJALAH
Media Transparansi 7 April 1999, Melacak
KKN di Tubuh Pertamina.
MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DALAM MASYARAKAT
(Studi : Sinergi Kelembagaan dalam Implementasi kebijakan Pengadaan Beras di
Kab. Banyumas )

Oleh :
Hikmah Nuraini
Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP UNSOED
Email : Noer_in96@yahoo.com

ABSTRAK
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang permintaannya terus meningkat seiring
dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan kualitas hidup, namun demikian
dalam beberapa hal definisi atau konsep ketahanan pangan sangat bervariasi pada banyak
pihak yang berkepentingan.
Ketahanan pangan mencangkup paling tidak tiga dimensi utama, ketiga dimensi tersebut
adalah penyediaan, distribusi dan konsumsi. Kepentingan ketahanan pangan juga menyangkut
kepentingan dua sisi, yaitu kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat. Pemerintah
berkepentingan untuk menjamin ketersediaan dan distribusi pangan bagi masyarakat
sedangkan masyarakat berkepentingan untuk dapat mengakses pangan.
Untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan diperlukan adanya kesatuapaduan
lembaga/organisasi yang berkaitan dengan pengadaan panngam yang berinteraksi secara
harmonis dalam usaha memenuhi kebutuhan pangan.
Kata Kunci : Ketahanan pangan; sinergi kelembagaan

A. PENDAHULUAN Tabel 1. Kebutuhan Beras Penduduk


Indonesia Tahun 1971-2011
Pemerintah memandang ketahanan
pangan sebagai hal yang sangat penting Tahun Penduduk
dalam rangka pembangunan nasional (Juta
untuk membentuk manusia Indonesia
berkualitas, mandiri, dan sejahtera. Untuk
Jiwa)
mencapai ketahanan pangan tersebut perlu 1971 120 17,280
diwujudkan ketersediaan pangan yang 1981 151 21,744
cukup, aman, bermutu, bergizi dan 1991 186 26,784
beragam serta tersebar merata di seluruh 2001 218 31,392
wilayah Indonesia dan terjangkau oleh 2011 245 35,280
daya beli masyarakat. Gabah petani
Sumber: Sumodiningrat (dalam Tambunan,
menghasilkan beras yang dikonsumsi
2003:179)
sebagai pangan pokok. Dalam sistem
ketahanan pangan nasional, beras memiliki Berdasarkan tabel 1 di atas
peran penting meskipun bukan lagi dapat dilihat kebutuhan beras semakin
merupakan bahan pangan satu-satunya meningkat sejalan dengan pertumbuhan
sumber karbohidrat. Beras merupakan penduduk yang relatif cepat. Oleh karena
bahan pangan pokok bagi sebagian besar itu, diperlukan upaya peningkatan
masyarakat Indonesia sejak turun temurun. ketersediaan beras terutama produksi dari
Kebutuhan pangan bagi masyarakat dalam negeri. Upaya untuk menutupi
nampaknya mengalami peningkatandari kekurangan beras salah satu langkah yang
tahun ke tahun , keadaan ini dapat dilihat ditempuh dengan melakukan impor beras.
pada tabel berikut ini Volume produksi dan impor beras dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:

11
12 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 11 - 18

Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas dan Pangan sebagai peraturan pelaksana


Impor Beras Tahun 2002-2006 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 di
Tahun Luas Produkti Produksi Produksi Impor Beras dalam wilayah organisasi. Peraturan ini
Panen vitas Gabah Beras (000 ton)
(000 ha) (ton/ha) (000 ton) (000 ton) berfungsi sebagai penghubung antara
2002
2003
11,793
11,415
4,40
4,39
51,898
50,181
32,345
31,283
1,513
1,400
landasan strategis-politis dengan landasan
2004 11,521 4,47 51,490 32,369 3,100 yang bersifat organisasional dan bahkan
2005 11,488 4,54 52,138 32,846 2,400
2006 11,924 4,53 54,314 33,969 2,000 berhubungan antarlembaga pemerintah dan
lembaga kemasyarakatan. Dalam wilayah
Sumber: Badan Pusat Statistik (Berbagai implementasi kebijakan pengadaan beras,
Tahun, dalam Arifin, 2005:85) pemerintah menugaskan kepada Badan
Usaha Logistik (Bulog) untuk mengadakan
Kebijakan impor beras merupakan
kebutuhan beras dengan Instruksi Presiden
langkah praktis yang dilakukan pemerintah
Nomor 13 Tahun 2005 tentang Kebijakan
untuk memenuhi kebutuhan beras nasional.
Perberasan. Instruksi Presiden Nomor 13
Belum terpenuhinya kebutuhan beras
Tahun 2005 menjadi acuan operasional
disebabkan: 1) adanya konversi lahan
Bulog dalam pengadaan beras.
pertanian ke lahan non pertanian; 2)
Bulog merupakan lembaga pangan
menurunnya kesuburan tanah akibat
menjadi komponen sentral dalam
degradasi kualitas lingkungan; dan 3)
melaksanakan kebijakan di bidang
ketersediaan air untuk produksi pangan
perberasan selama kurang lebih 20 tahun.
semakin terbatas dan tidak pasti akibat
Bulog adalah lembaga pemerintah yang
kerusakan hutan; 4) perubahan iklim; serta
dibentuk pada tahun 1987 yang ditugaskan
5) persaingan pemanfaatan air dengan
pemerintah pemerintah untuk melaksanakan
sektor industri dan pemukiman.
salah satu tugas publik yaitu pengelolaan
Belum terpenuhi kebutuhan beras
stok beras nasional, walaupun lembaga
secara nasional yang masih menyisakan
Bulog telah beralih dari Lembaga
kelemahan ditambah dengan tingkat
Pemerintah Non Departemen (LPND)
aksesibilitas masyarakat terhadap pangan
menjadi Perusahaan Umum (Perum).
khususnya beras masih rendah. Realita ini
Perubahan Bulog ini berdasarkan Peraturan
disebabkan masih banyak masyarakat
Pemerintah No. 7 Tahun 2003 tentang
miskin yang tidak mampu membeli beras
Pendirian Perum Bulog.
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemerintah menyusun tugas-tugas
Sebagian masyarakat yang tidak mampu
operasional yang harus dilakukan oleh
membeli beras dalam mencukupi kebutuhan
Perum Bulog menyangkut manajemen stok
pangan, pemerintah menyediakan Program
secara terpusat. Penyebaran stok di berbagai
Raskin (Beras Miskin). Program ini untuk
tempat atau gudang sampai ditingkatan
membantu masyarakat dari keluarga miskin
daerah dikuasai Bulog. Penguasaan yang
agar mampu membeli beras dengan harga
dijalankan Perum Bulog untuk
yang terjangkau.
memungkinkan secara cepat mengatasi
Mengingat peranan beras sangat
berbagai kerawanan pangan akibat dari
penting dalam menunjang kehidupan
bencana alam, konflik, kenaikan harga
masyarakat, maka pemerintah Indonesia
beras yang tinggi secara mendadak akibat
selalu berusaha mencukupi kebutuhan beras
spekulasi dan sebagainya.
tertuang dalam kebijakan pengadaan beras.
Penelitian ini akan mengkaji pada
Landasan hukum kebijakan pengadaan
implementasi kebijakan pengadaan beras
beras adalah Undang-Undang Nomor 7
dan lebih menfokuskan pada sinergi
Tahun 1996 tentang Pangan yang
kelembagaan. Kebijakan pengadaan beras
merupakan landasan politis-strategis yang
merupakan salah satu kebijakan pemerintah
mencakup keseluruhan kebijakan yang
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan beras
berhubungan dengan pangan.
untuk menuju ketahanan pangan. Dalam
Keluarnya Peraturan Pemerintah
implementasinya, kebijakan pengadaan
Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan
Hikmah Nuraini, Meningkatkan Ketahanan Pangan Dalam Masyarakat 13

beras banyak lembaga yang terkait sehingga konsistensi dalam mengkomunikasikan


menarik untuk mengkaji interaksi antar ukuran dan tujuan tersebut (Winarno: 113:
lembaga tersebut. 2002).
Memahami proses implementasi Pencapaian tujuan kebijakan
kebijakan pengadaan beras lebih mudahnya dipengaruhi juga oleh lingkungan eksternal.
dengan mengunakan pendekatan, yaitu Dengan mengidentifikasi pengaruh yang
model implementasi menurut Van Meter mendalam dari kondisi sosial, ekonomi dan
dan Van Horn. Dimana model ini politik terhadap pencapaian badan-badan
mengambarkan proses implementasi pelaksana kebijakan. Tjokroamidjojo
kebijakan dengan memperhatikan (1985:54-61)
keterlibatan berbagai aktor dalam sebuah
organisasi dan lintas batas organisasi B. PERUMUSAN MASALAH
(Rosyadi, 2006). Berdasarkan latar belakang diatas,
Kelembagaan merupakan salah satu maka dapatlah dirumuskan permasalahan
aspek penting dalam konteks kebijakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
publik karena aspek kelembagaan akan Sejauh mana Sinergi Kelembagaan yang
mulai menentukan dalam setiap siklus terjadi dalam Implementasi Kebijakan
kebijakan yang dimulai dari perencanaan Pengadaan Beras di Kabupaten Banyumas ?
sampai dengan umpan balik. Bagaimana
sebuah kebijakan dirancang, direncanakan, C. METODE PENELITIAN
didesain dan diimplementasikan dan
dievaluasi akan jelas-jelas membutuhkan Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
partisipasi kelembagaan. Oleh karenanya Banyumas Provinsi Jawa Tengah, dengan
setiap proses kebijakan yang tidak sasaran lembaga-lembaga yang terlibat
melibatkan kelembagaan atau tidak dalam implementasi kebijakan pengadaan
menggunakan pendekatan kelembagaan beras di Kabupaten Banyumas. Penelitian
dalam prosesnya akan banyak mengalami ini menggunakan metode Diskriptif
kesulitan atau mungkin kegagalan (dalam kualitatif, dengan pendekatan studi kasus
Badjuri, 2002:37). terpancang (embeded case studi). Tehnik
Selaian kelembagaan komunikasi pemilihan informan yang digunakan adalah
dalam dan antarorganisasi adalah sebuah purposive sampling dengan Creterion
proses yang kompleks dan rumit. Dalam Based selection yaitu peneliti memilih
meneruskan pesan-pesan ke bawah dalam informan yang dianggap tahu dan dapat
suatu organisasi atau dari suatu organisasi dipercaya untuk menjadi data yang mantap
ke organisasi lainnya, para komunikator dan mengetahui permasalahan secara
dapat menyimpannya atau mendalam dan lebih bersifat selektif,
menyebarluaskannya, baik secara sengaja (Sutopo, 1988).
atau tidak disengaja. Lebih dari itu, jika Dalam penelitian ini untuk
sumber-sumber informasi yang berbeda memperkuat keabsahan data maka
memberikan interpretasi-interpretasi yang digunakan teknik triangulasi sumber
tidak konsisten terhadap ukuran-ukuran dengan membandingkan data hasil
dasar dan tujuan-tujuan atau jika sumber- pengamatan dan wawancara dengan isi
sumber yang sama memberikan interpretasi suatu dokumen yang berkaitan. Analisis
yang bertentangan, para pelaksana akan data yang digunakan dalam penelitian ini
menghadapai kesulitan yang lebih besar adalah kualitatif deskriptif, dengan model
untuk melaksanakan maksud-maksud yang digunakan analisis interaktif menurut
kebijakan. Oleh karena itu, menurut Van Miles dan Huberman (1992:19).
Meter dan Van Horn prospek tentang
implementasi yang keberhasilan ditentukan D. HASIL PENELITIAN DAN
oleh kejelasan ukuran-ukuran dan tujuan PEMBAHASAN
yang dinyatakan dan oleh ketepatan dan
Ketahanan pangan adalah
14 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 11 - 18

terpenuhinya pangan bagi setiap rumah Umum (Perum). Perubahan Bulog ini
tangga yang tercermin dari tersedianya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7
pangan yang cukup baik jumlah maupun Tahun 2003 tentang Pendirian Perum
mutunya, aman merata dan terjangkau, Bulog.
pemerintah bersama masyarakat Sejalan dengan perubahan Bulog
bertanggung jawab untuk mewujudkan menjadi Perum, maka Perum Bulog
ketahanan pangan. Dalam rangka mempunyai dua tugas, yaitu tugas publik
mewujudkan ketahanan pangan, Pemerintah dan tugas komersial. Dalam tugas publik,
menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, Perum Bulog melaksanakan penugasan
pengendalian, dan pengawasan terhadap pemerintah yaitu menyalurkan beras untuk
ketersediaan pangan yang cukup, baik keluarga miskin dan pengamanan stok
jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, dalam rangka ketahanan pangan. Tugas
beragam, merata, dan terjangkau oleh daya komersial Perum Bulog berorientasi untuk
beli masyarakat (Undang-Undang Nomor 7 mendapatkan profit dengan tetap
Tahun 1996 tentang Pangan) memperhatikan tugas publik dalam
Menurut Soetrisno (2005:6) strategi melaksanakan tugas publiknya, antara lain
yang dapat dibangun dalam membangkitkan menjamin penyediaan pangan yang merata
ketahanan pangan mencangkup paling tidak di seluruh wilayah Indonesia.
tiga dimensi utama. Ketiga dimensi tersebut Peran penting Perum Bulog terhadap
adalah penyediaan, distribusi dan konsumsi. masyarakat adalah menyalurkan beras
Menurut Maleha dan Adi (2006:196) keluarga miskin (raskin) dan pengamanan
Ketahanan pangan (baca : ketahanan beras) stok dalam rangka ketahanan pangan.
merupakan suatu sistem yang terintegrasi Untuk memenuhi peran tersebut, Perum
yang terdiri atas berbagai subsistem. Bulog berusaha untuk menjaga kualitas
Subsistem utamanya adalah ketersediaan beras yang dimiliki dengan biaya yang telah
beras, distribusi beras dan konsumsi beras. dikeluarkan, sehingga masyarakat akan
Terwujudnya ketahanan pangan merupakan puas dan lebih percaya terhadap Perum
sinergi dari interaksi ketiga subsistem Bulog namun demikian tetap harus
tersebut menekan biaya kualitas dengan kuantitas
Sejak awal pendiriannya, Bulog susut bobot.
merupakan salah satu instrumen pelaksana Pelaksanaan monopoli Badan Urusan
kebijakan pangan nasional. Peran Bulog Logistik (Bulog) untuk pengadaan beras
memang mengalami pasang surut yang dan tepung terigu dimaksudkan untuk
dinamis, tetapi alasan keberadaannya tidak menghadirkan stabilitas harga kedua
pernah terlepas dan tidak dapat dilepaskan komoditi tersebut di masyarakat. Pada
dari kerangka kebijakan pangan secara awalnya, berdasarkan Keppres Nomor
keseluruhan.Badan Urusan Logistik 114/U/KEP/5/1967, Bulog hanya ditugasi
(Bulog) didirikan pada tahun 1967 dengan untuk pengadaan beras. Kemudian, tugas
tugas untuk melakukan pengadaan Bulog diperluas sehingga mencakup
pembelian beras bagi pemerintah. Bulog pengadaan tepung terigu melalui Keppres
merupakan lembaga pangan menjadi Nomor 11 Tahun 1969. Sejak diterbitkan
komponen sentral dalam melaksanakan keputusan presiden itu, Bulog telah menjadi
kebijakan di bidang perberasan selama pemain yang aktif dalam pengadaan
kurang lebih 20 tahun. Bulog adalah kebutuhan sembilan bahan pokok, termasuk
lembaga pemerintah yang dibentuk pada beras dan tepung terigu. Dengan
tahun 1987 yang ditugaskan pemerintah perkembangan tersebut, peran Bulog telah
pemerintah untuk melaksanakan salah satu bergeser dari sebuah lembaga non
tugas publik yaitu pengelolaan stok beras departemen yang hanya mengupayakan
nasional, walaupun lembaga Bulog telah stabilitas harga dan mengawasi pengadaan
beralih dari Lembaga Pemerintah Non beras telah menjadi semi Badan Usaha
Departemen (LPND) menjadi Perusahaan Malik Negara (BUMN) yang juga mencari
Hikmah Nuraini, Meningkatkan Ketahanan Pangan Dalam Masyarakat 15

untung dalam pengadaan komoditi pangan. Tabel 3. Realisasi Pengadaan Beras pada
Adanya distorsi dalam pelaksanaan Bulog Subdivre IV Banyumas
monopoli pengadaan beras dan tepung Tahun Target Realisasi Ketercapaian
terigu, yang ditunjukkan pada pemberian (ton) (ton) (%)
hak eksklusif untuk turut dalam pengadaan 2006 93,000 102,000 109.68%
impor beras dan impor gandum sebagai 92,500 97,500 105.41%
2007
bahan tepung terigu, hal itu jelas
2008 112,100 107,800 96.16%
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
2009 119,800 109,700 91.57%
dalam Undang-Undang Perbendaharaan
2010 121,600 115,000 94.57%
Negara (ICW, 2010). Rata-rata 99.48%
Kesepakatan Pemerintah Indonesia
dan Dana Moneter Internasional (IMF) Sumber : (Laporan Pemeriksaan Kualitas
pada tanggal 15 Januari 1998 telah Gabah, Beras dan Karung Plastik Di
menyetujui untuk menghapuskan monopoli Lingkungan BULOG Subdivre Banyumas,
Bulog untuk pengadaan tepung terigu. 2011)
Kemudian, menurut Keppres Nomor 19
Tahun 1998, Bulog hanya ditugasi untuk Selama tiga tahun terakhir pada
mengendalikan harga dan mengelola periode 2006-2010 ternyata pengadaan
persedian beras. Pemenuhan kebutuhan beras tidak memenuhi target, sementara
pangan dalam masyarakat dilakukan dengan tahun 2005-2006 melampoi target. Tidak
menjaga keseimbangan kebutuhan pangan tercapainya target tersebut mengingat di
yang menitikberatkan pada tiga dimensi, beberapa daerah di Banyumas mengalami
yaitu ketersediaan pangan, aksesibilitas gagal panen, atau panen dengan kualitas
terhadap pangan, dan stabilitas harga beras dibawah standar Bulog.
pangan. Ketiga dimensi tersebut merupakan
fondasi sebagai prasyarat mencapai
ketahanan pangan dalam mewujudkan Tabel 4. Pendistribusian Beras Bulog
kesejahteraan masyarakat. Subdivre IV Banyumas
Sejak tahun 2000, tugas pokok Bulog Tahun Stok Pendistribusian Cadangan Disalurkan
adalah melaksanakan tugas pemerintah di (ton) (ton) (ton) (%)
2006 102,000 93,922 8,078 92.08%
bidang manajemen logistik melalui kegiatan 2007 97,500 88,871 8,629 91.15%
pengadaan, pengelolaan persediaan, 2008 107,800 101,677 6,123 94.32%
2009 109,700 97,732 11,968 89.09%
distribusi dan pengendalian harga beras, 2010 115,000 107,088 7,912 93.12%
serta usaha jasa logistik. Dari seluruh Rata-rata 106,400 97,858 8,542 91.95%
kegiatan tersebut, pengadaan gabah/beras
merupakan kegiatan awal yang harus Sumber : (Laporan Pemeriksaan Kualitas
dibenahi terutama pada pemasok Gabah, Beras dan Karung Plastik Di
gabah/beras yang terdiri dari mitra kerja, Lingkungan BULOG Subdivre Banyumas,
PIB (Perberasan Intra Banyumas), dan 2011)
Drying Center serta Satgas dituntut untuk
memasok gabah/beras sesuai dengan Persentase naik turunya jumlah beras
standar kualitas yang diterapkan oleh yang disalurkan tergantung pada
Perum Bulog namun dengan memberikan permintaan pasar. Pada saat stok beras di
pelayanan kualitas beras yang sesuai pasar mengalami penurunan dengan
dengan permintaan dan pangsa pasar. Hal indikasi naiknya harga beras, maka Bulog
ini mewajibkan Perum Bulog untuk lebih akan segera melakukan operasi pasar. Oleh
mengetahui strategi pengadaan gabah/beras karena itu jumlah beras yang disalurkan
agar dapat mengupayakan pelayanan dalam selalu berubah. Sasaran penyaluran beras
menghasilkan beras yang berkualitas baik. adalah terutama Raskin, Koperasi, Mitra
Bulog dan langsung ke konsumen.
16 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 11 - 18

Kebutuhan beras untuk Kabupaten di seluruh wilayah Indonesia. Distribusi


Banyumas harus dipenuhi oleh Perum beras pada dasarnya berkaitan erat dengan
Bulog di Sub Divisi Regional Wilayah IV upaya-upaya yang harus dibangun untuk
Banyumas. Perum Bulog Sub Divisi melancarkan arus ekonomi bahan beras dari
Regional Wilayah IV Banyumas beroperasi point of production (petani produsen)
untuk empat kabupaten yakni, Banyumas, hingga kepada point of consumtion
Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara. (konsumen akhir) dengan suatu pola
Pengadaan beras membutuhkan dukungan distribusi yang efektif dan efisien.
dari pemerintah daerah sebagai upaya untuk Distribusi bertujuan untuk menjamin
mencukupi kebutuhan pangan bagi aksesibilitas beras dan menjamin stabilitas
masyarakatnya. Upaya yang harus harga beras.
dijalankan pemerintah dengan memfasilitasi
penciptaan kondisi yang kondusif dalam E. PENUTUP
pencapaian ketahanan pangan Pengembangan strategi ketahanan
masyarakatnya, melalui instansi terkait dan pangan bukan merupakan pekerjaan mudah,
penyediaan dana pengadaan beras. dan bukan pula pekerjaan yang sekali
Dukungan dari pemerintah daerah, dilakukan akan selesai seterusnya. Sistem
petani, mitra kerja, KUD sangat penting ketahanan pangan adalah sistem yang
dalam pemenuhan kebutuhan beras oleh dinamis yang memiliki faktor-faktor
Perum Bulog Sub Divisi Regional Wilayah internal dan eksternal yang dapat berubah
IV Banyumas. Hubungan yang terjalin antar setiap waktu. Tantangan pengembangan
lembaga akan membentuk sebuah sinergi ketahanan pangan menjadi lebih berat
dalam pengadaan beras sebagai upaya mengingat berbagai kendala dan
kemandirian pangan. Namun demikian, keterbatasan yang dihadapi pemerintah dan
Dukungan yang diberikan masih masyarakat,
menyisakan kelemahan di dalam tataran Jika Perum Bulog masih akan tetap
kelembagaan. Tataran kelembagaan belum diposisikan sebagai instrumen negara dan
terintegrasi satu sama lain masih berdiri peran Bulog memang masih akan dikaitkan
sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas dengan usaha mengembangkan ketahanan
dan tanggungjawabnya belum ada pangan, maka yang terlebih dahulu perlu
keseriusan upaya mencapai ketahanan ditegaskan adalah strategi ketahanan
pangan secara kelembagaan. Keadaan ini pangan yang akan dikembangkan. Baru
dapat dilihat masih rendahnya kepedulian kemudian diturunkan apa sebenarnya peran
pemerintah terhadap nasib petani dan Bulog dalam strategi meningkatkan
terpenuhinya kebutuhan beras bersifat ketahanan pangan.
alamiah terkait dengan kondisi pertanian
yang subur, luas areal pertanian, dan panen
yang melimpah. F. DAFTAR PUSTAKA
Sejalan dengan perubahan Bulog Agung, Totok D.H. 2008.
menjadi Perum, maka Perum Bulog Ketahanan Pangan dan
mempunyai dua tugas, yaitu tugas publik Kearifan Lokal, Jurnal
dan tugas komersial. Dalam tugas publik, Kontribusi, Unsoed
Perum Bulog melaksanakan penugasan Purwokerto.
pemerintah yaitu menyalurkan beras untuk
keluarga miskin dan pengamanan stok Arifin, Bustanul. 1994. Pangan
dalam rangka ketahanan pangan. Tugas dalam Orde Baru. Koperasi
komersial Perum Bulog berorientasi untuk Jasa Informasi (Kopindo):
mendapatkan profit dengan tetap Jakarta.
memperhatikan tugas publik dalam
melaksanakan tugas publiknya, antara lain Dwiyanto, Agus dkk. 2003. Teladan
menjamin penyediaan pangan yang merata Dan Pantangan
Hikmah Nuraini, Meningkatkan Ketahanan Pangan Dalam Masyarakat 17

Penyelenggaraan Pemerintahan Moleong, Lexy. 2000. Metode


Dan Otonomi Daerah. Pusat Penelitian Kualitatif, Remaja
Studi Kependudukan Dan Rosdakarya Bandung
Kebijakan UGM: Yogyakarta.
Morrison , D.M, Mohaski, K &
Edwards III, George C. 1980. Cotter, K. 2005. Instructional
Implementing Public Policy. quality Indicators research
CQ Press: United States of foundations. Cambridge, MA :
America Connect

Hendayana, Rachmat dan Y. A. Mubyarto. 1986. Pengantar


Dewi, 2008, Anatomi Ekonomi Pertanian. LP3ES:
Ketahanan Pangan Pada Jakarta
Rumah Tangga Miskin dan
Implikasinya Terhadap Muhammad, Arni. 2004.
Kebijakan Inovasi Pertanian. Komunikasi Organisasi. Bumi
Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi
Pertanian Pace, R. Wayne dan Don F. Faules.
1998. Komunikasi Organisasi:
Strategi Meningkatkan Kinerja
http://Ftp.Ui.Edu diakses tanggal 26 Perusahaan. PT Remaja
Oktober 2007 Rosdakarya: Bandung.
Instruksi Presiden RI Nomor 7 Purwadarminta, W.J.S.1988, Kamus
Tahun 2009 tentang Kebijakan Umum Bahasa Indonesia, Balai
Perberasan Pustaka, Jakarta
Simon, Herbert A. 1958.
Administrative Bahavior. Mac
Lesmana, Teddy. 2007, Ketahanan Millan Co : New York
Pangan dan Pemberantasan Sutopo, Heribertus, 1988.
Kemiskinan. www.LIPI.go.id. Pengantar Penelitian kualitatif:
Diakses pada tanggal 07 Juni Dasar-Dasar Teoritis dan
2011 Praktis, Pusat Penelitian
Universitas Sebelas Maret,
Maleha dan Sutanto, Adi. 2006. Surakarta.
Kajian Konsep Ketahanan
Pangan. Jurnal Portein Tjokroamijojo, Bintoro,1984
PengantarAdministrasi
Meter, Van and Van Horn. The Pembangunan, LP3ES, Jakarta.
Policy Implementation Process:
A Conceptual Framework. Wahab, Solihin. Abdul, 2002.
Administration & Society, Vol. Analisis Kebijaksanaan: dari
6, No. 27, Februari, 1975 Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara, Bumi
Miles, M. dan A.M. Huberman. Aksara Bandung.
1992. Analisis Data Kualitatif,
penerjemah Tjetjep Rohendi
Rohadi, UI Press, Jakarta
18 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 11 - 18

Wibawa, Samudra dkk, 1994.


Evaluasi Kebijakan Publik, PT
Raja graffindo, Jakarta.
Winarno, Budi. 2002. Teori dan
Proses Kebijakan Publik. Media
Pressindo: Yogyakarta
FENOMENA DEMOKRATISASI LOKAL
DI PROVINSI BANTEN

Oleh :
Delly Maulana
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Serang Raya
E-mail : delly_maulana@yahoo.com

ABSTRAK
Tulisan ini mengambarkan tentang fenomena demokratisasi lokal di Provinsi Banten
pasca diberlakukannya kebijakan desentrasalisasi atau otonomi daerah pada tahun 1999.
Kondisi tersebut jelas membawa konsekuensi bagi Provinsi Banten untuk mengatur dan
menentukan urusan rumah tangganya sendiri serta merealisasikan terciptanya persamaan
politik, akuntabilitas lokal, dan kepekaan lokal di Provinsi tersebut. Namun, fakta
membuktikan bahwa penerapan demokratisasi lokal di Provinsi Banten mengalami
kemandegan, hal tersebut dikarenakan masih menguatnya posisi elit oligarki di tingkat lokal
(keluarga politik) sehingga sirkulasi kekuasaan hanya berputar pada segilintir orang saja.
Kata Kunci : Desentralisasi, Demokratisasi Lokal, Oligarki Politik Keluarga

A. PENDAHULUAN politik, akuntabilitas lokal, dan kepekaan


Penerapan kebijakan desentralisasi lokal di daerah 1 .
saat ini telah berjalan lebih dari empat belas Dalam konteks Provinsi Banten,
tahun semenjak diberlakukannya Undang- penerapan demokratisasi lokal saat ini
undang Nomor 22 Tahun 1999. Semenjak mengalami kemandegan, hal tersebut
itu pula demokratisasi lokal di Indonesia dikarenakan masih menguatnya posisi elit
diterapkan, baik dari penerapan pemilihan oligarki di tingkat lokal (keluarga politik)
kepala daerah dipilih secara perwakilan sehingga sirkulasi kekuasaan hanya
atau oleh anggota Dewan Perwakilan berputar pada segilintir orang saja. Kondisi
Rakyat Daerah (DPRD) sampai tersebut jelas akan menyebabkan penerapan
diterapkannya pemiliahan langsung oleh dari tujuan desentralisasi, yakni terciptanya
masyarakat. Selanjuntya, dari DPRD yang persamaan politik, akuntabilitas lokal, dan
hanya sebagai cap stempel sampai kepekaan lokal tidak akan berjalan secara
menjadi sebuah lembaga yang mempunyai efektif.
kewenangan yang kuat dalam menjalankan Berdasarkan survey intregritas
fungsi legislasinya, fungsi pengawasannya, pemerintah daerah yang dilakukan oleh
dan fungsi anggaran. Komisi Pemberantas Korupsi (KPK),
Secara subtantif, desentralisasi Provinsi Banten mempunyai integritas
dalam konsteks politik adalah terjadinya pemerintah daerah yang rendah dengan
transfer lokus kekuasaan dari pusat ke nilai skor sekitar 5,66. Sedangkan menurut
daerah. Dengan konteks tersebut maka Transparansi Internasional (TI), Banten
daerah-daerah memiliki kewenangan untuk masih menunjukkan tingkat korupsi yang
mengatur dan menentukan urusan rumah tinggi dalam penyelenggaran pemerintahan
tangganya sendiri. Oleh karena itu, dalam dengan nilai skor sekitar 4,87. Selain itu,
menjalankan kewenangannnya tersebut kinerja Provinsi Banten juga dinilai buruk,
maka mewujudkan demokratisasi di tingkat menurut survey yang dilakukan oleh
lokal harus diterapkan secara subatantif, Kementerian Dalam Negeri pada tahun
sebab salah satu tujuan dari penerapan 2010, Provinsi Banten mendapatkan nilai
desentralisasi adalah terciptanya persamaan skor 44,57 dan menempati posisi ke-6 dari

19
20 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 19 - 23

ke-7 Provinsi baru hasil pemekaran 2. dari wilayah politik. Dahl, Coppedge, dan
Sejumlah kondisi di atas nampaknya Rainicke membahasakan bahwa ketika ada
cukup relevan dengan salah satu riset yang yang mendefinisikan demokrasi secara ideal
dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan atau juga disebut sebagai definisi populistik
dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada tentang demokrasi, yakni sebuah sistem
(PSKK-UGM) yang dirilis tahun 2007. pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat
Riset ini bertujuan mengukur Government maka pengertian demokrasi demikian tidak
Assesment in Banten Province pernah ada dalam sejarah umat manusia.
menghasilkan kesimpulan yang agak Tidak ada pemerintahan dijalankan
mengejutkan dimana terdapat sejumlah langsung oleh semua rakyat, adan tidak ada
indikator yang secara meyakinkan Banten pernah ada pemerintahan sepenuhnya untuk
tengah kearah bad governance bukan good semua rakyat. Dalam praktiknya yang
governance. Beberapa indikator itu, antara menjalankan pemerintahan bukan rakyat,
lain : indeks efektivitas pemerintah yang tapi elite yang jumlahnya jauh lebih sedikit.
hanya 0,39; indeks partisipasi 0,4; indeks Juga tidak pernah ada hasil pemernitahan
transparansi 0,33; indeks kapasitas itu untuk rakyat semuanya secara merata,
penyampaian informasi 0,44; indeks tapi selalu ada perbedaan antara yang
kualitas Perda 0,47; indeks rule of law 0,38; mendapatkan jauh lebih banyak dan yang
indeks kepercayaan publik 0,44; dan indeks mendapatkan jauh lebih sedikit. Karena itu,
stabilitas politik 0,6. Nyaris seluruh ketika pengertian demokrasi populistik
indikator good governance tersebut di hendak dipertahankan, Dahl mengusulkan
bawah angka 0,5 yang berarti dalam kondisi konsep poliarki sebagai pengganti dari
buruk, bahkan sangat buruk 3 . konsep demokrasi populistik tersebut.
Semenetara itu, jika dilihat dari Poliarki dinilai lebih realistik untuk
Indonesia Governance Index (IGI) yang menggambarkan tentang sebuah fenomena
dikeluarkan oleh Kemitraan Partnership politik tertentu dalam sejarah peradaban
pada tahun 2013 tentang Provinsi Banten, manusia sebab poliarki mengacu pada
maka Banten berada dalam rangking ke 17 sebuah sistem pemerintahan oleh banyak
dari 33 provinsi di Indonesia dengan nilai rakyat bukan oleh semua rakyat, oleh
indeks sebesar 5,81 atau dalam kategori banyak orang, bukan semua orang 5 .
sedang. Ada beberapa prinsip-prinsip dalam Dahl membahasakan juga bahwa
kategori yang buruk, yakni prinsip keadilan demokrasi, dalam pengertian poliarki ini,
(2,90), prinsip transparansi (2,99), di arena adalah sebuah sistem pemerintahan dengan
pemerintah, dan prinsip transparansi (3,50) ciri-ciri berikut ini : adanya kebebasan
di arena birokrasi 4. warga Negara dalam sistem tersebut untuk
Dengan permasalahan tersebut, (1) membantuk dan ikut serta dalam
maka dalam tulisan ini penulis akan organisasi, (2) berekpresi atau berpendapat,
mengambarkan kondisi demokratisasi lokal (3) menjadi pejabat publik, (4) melakukan
di Provinsi Banten serta mengkaitkannya persaiangan atau kontestasi di antara warga
dengan fenomena menguatnya posisi elit dalam rangka memperebutkan jabatan-
oligarki (keluarga politik) di Provinsi jabatan publik penting, (5) memberikan
Banten. suara dalam pemilihan umum, (6) ada
pemilihan umum yang jurdil, (7) adanya
B. Konsep Demokratisasi Lokal sumber-sumber informasi alternatif di luar
Dewasa ini demokrasi adalah suatu yang diberikan pemerintah, dan (8) adanya
kata yang sangat terpuji dan telah menjadi jaminan kelembagaan bahwa setiap
tujuan bagi banyak orang dan bangsa di kebijakan pemerintah tergantung pada
seluruh dunia. Namun demikian, pengertian dukungan suara dan bentuk-bentuk ekspresi
mengenai demokrasi itu sukar untuk keinginan lainnya, dan arena itu harus ada
dipahami. Kita mengetahui bahwa jaminan pemilihan umum secara priodik
demokrasi berasal-nyaris secara eksklusif- sehingga setiap kabijakan yang dibuat oleh
1
Lihat Lili Romli, Pilkada Langsung, Otonomi Daerah dan Demokrasi Lokal dalam Jurnal Analisis CSIS, 2005, hal 286
2
Ismanto, Banten Menuju Keterbukaan Informasi : Best Practice KIP, Proceeding Otda LAB ANE FISIP Untirta, 2011, hal
178
3
Ibid hal 179
4
Lihat Indonesia governance index (IGI), Kemitraan Partnership, 2013
5
Lihat Menakar Demokrasi di Indonesia : Indeks Demokrasi Indonesia 2009, UNDP hal 10
Delly Maulana, Fenomena Demokratisasi Lokal di Provinsi Banten 21

pemerintah terbuka untuk dievaluasi dan Kebebasan Sipil (Civil Liberty), (2) Hak
diupertanggungjawabkan dalam pemilihan Politik (Political Right), dan (3) Lembaga-
umum tersebut 6 . Akhirnya, dengam lembaga Demokrasi (Institutions of
mempertimbangkan konsep tersebut maka Democratic). Dari hasil pengukuran Indeks
konsepsi demokrasi dapat diukur oleh 3 Demokrasi Indonesia (IDI) pada tahun 2009
(tiga) aspek, yakni : (1) Kebebasan Sipil di Provinsi Banten menunjukkan bahwa
(Civil Liberty), (2) Hak Politik (Political Indeks Demokrasi Provinsi Banten masuk
Right), dan (3) Lembaga-lembaga dalam ketegori sedang (67,98) atau berada
Demokrasi (Institutions of Democratic)7 . di peringkat 16 dari 33 provinsi yang ada di
Sementara itu, jika demokrasi Indonesia. Selanjunya, jika dilihat dari
dikaitkan dengan desentralisasi atau beberapa aspek demokrasi, salah satunya
otonomi daerah maka kadar suatu aspek kebebasan sipil maka Provinsi
demokrasi di tingkat lokal dapat ditentukan Banten memiliki nilai indeks sebesar 95,46
oleh seberapa besar masyarakat lokal dalam atau masuk dalam peringkat ke-10 dari 33
menentukan siapa dari antara mereka yang provinsi. Sedangkan dalam aspek hak-hak
dijadikan sebagai pejabat publik di tingkat politik, Provinsi Banten memiliki nilai
lokal, mengawasi prilakunya, maupun indeks sebesar 49,47 atau masuk dalam
dalam menentukan arah kebijakan publik. peringkat ke-24 dari 33 provinsi. Sementara
Kondisi tersebut diperkuat oleh pernyataan itu, dalam aspek lembaga demokrasi,
Robert Dahl (1989) yang menyatakan Provinsi Banten memiliki indeks sebesar
bahwa demokratisasi pada tingkat nasional 62,82 atau masuk dalam peringkat ke-21
hanya mungkin akan terbangun jika dari 33 provinsi.
demokrasi juga berlangsung pada tingkat Grafik 1
lokal. Hal ini juga dipertegas oleh Beetham Perbandingan IDI Banten dan Nasional
(1996), Manor (1998), Geveta (2001),
Banten Nasional
pemerintah lokal memiliki potensi dalam
mewujudkan demokratisasi karena proses 95.46
desentralisasi mensyaratkan adanya tingkat 86.97
responsivitas, keterwakilan, dan 62.8262.72 67.9867.3
akuntabiltas yang lebih besar. Sementara 49.4754.6

Smith, Dahl, dan Mewhood mengatakan


bahwa untuk mewujudkan apa yang disebut
local accountability, political equity, and
local responsiveness, yang merupakan Kebebasan Hak-hak Lembaga Aspek
Sipil Politik Demokrasi Keseluruhan
tujuan desentralisasi, di antara prasyarat
yang harus dipenuhi untuk mencapainya Sumber : Indeks Demokrasi Indonesia
adalah : pemerintah daerah harus memiliki Tahun 2009 data diolah
teritorial kekuasaan yang jelas (legal Dari indeks demokrasi di Provinsi
territory of power); memiliki pendapatan Banten, ada satu aspek yang masih dalam
daerah sendiri (local own income); kategori rendah, yakni aspek hak-hak
memiliki lembaga perwakilan (local politik. Selanjutnya, ada dua variabel yang
representative body) yang berfungsi untuk mempengaruhi aspek hak-hak politik, yakni
mengontrol eksekutif daerah; dan adanya : variabel hak di pilih dan memilih
kepala daerah yang dipilih secara langsung mendapatkan indeks sebesar 52,07
oleh masyarakat melalui mekanisme (rendah); dan variabel partisipasi politik
pemilihan umum8 . dalam pengambilan keputusan dan
C. Gambaran Demokratisasi Lokal pengawasan mendapatkan indeks sebesar
di Provinsi Banten 46,86 (rendah). Kondisi rendahnya aspek
hak-hak politik di Provinsi Banten
Secara konseptual demokrasi lokal
disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yakni :
dapat diukur oleh 3 (tiga) aspek, yakni : (1)
Pertama, kejadian yang menujukkan
6
Ibid hal 11
7
Ibid hal 16
8
Firiyah, Sistem dan Proses Pilkada Secara Langsung dalam Jurnal Analisis CSIS, 2005, hal 297
22 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 19 - 23

ketiadaan atau kekurangan fasilitas


sehingga kelompok penyandang cacat tidak
menggunakan hak memilih; dan yang
Kedua, adalah kualitas daftar pemilih
(DPT) yang tidak baik. Sementara itu, yang
menyebabkan variabel partisipasi politik
dalam pengambilan keputusan dan
pengawasan di Provinsi Banten
mendapatkan indeks yang rendah adalah
Pengaduan masyarakat mengenai Sumber : Di ambil dari beberapa sumber
penyelnggaraan pemerintahan. tahun 2013
D. Fenomena Oligarki Politik Data di atas menunjukkan bahwa
Keluarga di Provinsi Banten demokratisasi lokal di Banten belum
tumbuh secara demokratis serta telah
Buruknya sistem demokratisasi
dibajak oleh oligarki-oligarki lokal yang
lokal di Banten salah satunya juga di oleh
merasionalitaskan sistem tersebut seakan-
fenomena oligarki politik keluarga di
akan telah demokratis. Ada 12 orang
Provinsi ini. Saat ini Fenomena oligarki
keluarga yang menguasai dan akan
politik keluarga di Provinsi Banten
menguasai kekuasaan politik lokal dan
merupakan fenomena yang sedang hangat
nasional yang berasal dari tersebut.
dibicarakan oleh pengamat politik, politisi,
Ada beberapa faktor yang
dan penikmat politik, baik secara lokal,
menjadikan kondisi tersebut terjadi, yakni :
nasional maupun secara internasional.
Pertama, kondisi budaya politik masyarakat
Bahkan ada ungkapan jika mau belajar
Banten masih yang bersifat patron-klien,
politik dinasti maka belajarlah ke Provinsi
sehingga kekuasaan oligarki politik
Banten. Ungkapan tersebut tentu bukan
keluarga di Banten di dukung oleh sebagian
ungkapan yang isapan jempol, tetapi
masyarakat menengah yang sadar atau tidak
faktanya demikian. Salah satu keluarga
sadar; Kedua, Peran partai politik sebagai
yang menenpatkan keluarganya menguasai
pelaksana fungsi rekruitmen politik tidak
kekuasaan politik lokal di Provinsi Banten
berjalan secara baik, hal ini terlihat sistem
baik di legislatif maupun di eksekutif
rekruitmen yang hanya mengedepankan
adalah keluarga Ratu Atut Choisyah
kemampuan finansial dan populeritas bukan
(Gubernur Banten), gambaran tersebut
berdasarkan atas kepabelitas dari seorang
terlihat pada tabel di bawah ini :
politisi tersebut dalam menjalankan fungsi
Tabel 1
politiknya demi mensejahterakan
Oligarki Keluarga Ratu Atut Choisyah
masyarakat. Kondisi tersebut jelas akan
(Gubernur Banten)
memberikan peluang bagi oligarki-oligarki
politik keluarga untuk mendapatkan akses
tersebut dalam partai politik, sebab hanya
mereka yang mempunyai kemampuan
finansial dan populeritas dalam mengusai
kekuasaan di Banten; dan Ketiga,
Fenomena kekuasaan oligarki politik
keluarga masih dianggap wajar oleh
sebagain orang dalam era demokratisasi,
dengan alasan jika pencalonan dari
kalangan kelurga tersebut didukung oleh
masyarakat kenapa tidak. Oleh karena itu,
kondisi tersebut jelas akan semakin
menacapkan kekuasaan oligarki di tanah
Banten.
Delly Maulana, Fenomena Demokratisasi Lokal di Provinsi Banten 23

E. Penutup Partnership
Firiyah. 2005. Sistem dan Proses Pilkada
Sejatinya penerapan desentralisasi
Secara Langsung, Jurnal
harus memberikan dampak positif bagi
Analisis CSIS Vol. 34, No. 3
tumbuhnya pelaksanaan demokratisasi lokal
di Provinsi Banten, bukan malah September 2005
Internet
menciptkan oligarki politik keluarga.
http://posmetrobatam.com/2013/07/ini-
Kondisi tersebut juga, tidak boleh
daftar-keluarga-penguasa-
dirasionalitaskan sebagai konsekuensi
d i n a s t i - p o l i t i k -
perjalanan demokrasi yang nantinya malah
banten/#axzz2eHPQDIye
akan mudah dimanipulasi untuk
http://politik.kompasiana.com/2013/07/25/b
kepentingan penguasa.
elajarlah-dinasti-politik-ke-
Oleh karena itu, ada beberapa
banten-579556.html
gerakan yang harus segera dilakukan, yakni
http://politik.kompasiana.com/2013/07/31/b
: Pertama, segera lakukan pendidikan
anten-100-dinasti-
politik kepada pemilih muda untuk segera
581215.html
melogikan bahwa demokratisasi yang betul
http://forum.kompas.com/nasional/260547-
adalah demokrasi yang dapat memberikan
4-keluarga-dinasti-politik-di-
dampak persamaan politik, akuntabilitas
percaturan-pemilu-di-
lokal, dan kepekaan lokal; Kedua, lakukan
pengawasan yang transparan serta indonesia.html
mengambarkan bahwa oligarki politik http://news.liputan6.com/read/649471/dinas
keluarga akan memanipulasi demokrasi ti-politik-ratu-atut
untuk kepentingan kekuasaannya; dan h t t p : / / k o r a n -
Ketiga, harus dapat mendorong tokoh-tokoh jakarta.com/index.php/detail/
yang dapat memberikan perubahan view01/119140
demokratisasi lokal di Provinsi Banten agar
lebih baik.

F. DAFTAR PUSTAKA
Buku
UNDP. 2011. Menakar Demokrasi di
Indonesia ; Indeks
Demokrasi Indonesia Tahun
2009, Jakarta, UNDP,
BAPENAS RI
Romli, Lili. 2005. Pilkada Langsung,
Otonomi Daerah dan
Demokrasi Lokal, Jurnal
Analisis CSIS. Vol. 34, No.
3 September 2005
Ismanto. 2011. Banten Menuju
Keterbukaan Informasi : Best
Practice KI, Serang,
Proceeding Otonomi Daerah,
LAB ANE FISIP Untirta
-------------.2013. Kinerja Tata Kelola
Provinsi Banten, Indonesia
governance index (IGI),
Jakarta, Kemitraan
PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK
DAN PEMBANGUNAN DI BANTEN

Oleh
Listyaningsih
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Untirta

ABSTRAK
Manusia sebagai warga negara merupakan subyek sekaligus obyek pembangunan di
Indonesia. Namun, di tingkat daerah tidak demikian halnya, terutama di desa-desa yang masih
jauh dari peradaban kota. Keberadaan perempuan belum terlihat nyata dalam setiap
pergerakan pembangunan di Banten. Sehingga menarik peneliti untuk melakukan kajian lebih
mendalam mengenai partisipasi perempuan dalam politik dan pembangunan di Banten.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan maksud untuk
memudahkan peneliti dalam menjaring data-data kualitatif dalam bentuk eksplorasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam politik dan pembangunan masih
tertinggal oleh kaum laki-laki yang disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor struktural dan
faktor kultural yang menyelimuti keadaal sosial, budaya dan politik di Propinsi Banten.
Kata Kunci: Partisipasi perempuan, politik dan pembangun

A. PENDAHULUAN Persoalan ini muncul terutama bila


membandingkannya secara dikotomis
Pembangunan sebuah negara pada
dengan eksistensi kaum perempuan dalam
hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan
konteks kuantitatif yang rata-rata sebanding
taraf kehidupan masyarakat berbangsa dan
dengan setengah populasi nasional maupun
bernegara. Dalam pelaksanaannya,
daerah.
masyarakat tidak lagi menjadi obyek
pembangunan, tetapi sudah menjadi subyek Realitas partisipasi politik kaum
perempuan di lembaga legislatif sejak
pembangunan. Sehingga peran serta
tahun 1999 hingga 2004 yang baru berkisar
masyarakat sangat menentukan berhasil
pada angka 8,8% di tingkat pusat, 6,6% di
tidaknya program-program pemerintah
tingkat Provinsi, dan 2% di tingkat
yang dijalankan. Peran serta masyarakat
Kabupaten/kota, merupakan gambaran
dapat berbentuk sumbangsih pikiran,
nyata partisipasi perempuan dalam
tenaga atau keduanya. Namun ternyata,
lembaga-lembaga politik formal yang
partisipasi masyarakat dalam pembangunan
sering digunakan sebagai dasar argumentasi
di Indonesia tidak seperti yang diharapkan
pentingnya penguatan peran mereka
kita bersama.
melalui kebijakan-kebijakan yang besifat
Rendahnya partisipasi perempuan
affirmatif terhadap potensi yang dimiliki
dalam pembangunan daerah merupakan
kaum perempuan tersebut. Angka tersebut
salah satu tema besar yang selalu muncul
dalam diskursus mengenai reposisi peran sedikit meningkat di tahun 2009 yaitu
perempuan dalam pembangunan dan sebesar 11 % di pusat dan 18,8 % di tingkat
politik. Salah satu aspek yang selalu Provinsi Banten, serta pada tingkat
muncul dalam diskursus ini adalah kabupaten dan kota rata-rata 13,7 %.
persoalan representasi kaum perempuan (Bappeda Prov. Banten, 2010)
dalam struktur politik nasional maupun Menurut sumber Badan
daerah, termasuk pula keterlibatan Kepegawaian Daerah Provinsi Banten
perempuan dalam proses perumusan (2009), diperoleh gambaran mengenai
kebijakan publik di pusat hingga daerah jumlah perempuan yang menjadi Pegawai
yang dirasakan belum cukup memadai. Negeri Sipil (PNS)di lembaga

24
Listyaningsih, Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pembangunan di Banten 25
pemerintahan di lingkungan Provinsi conventional politics, yang dianggap
Banten hampir 50 % dari jumlah pegawai menjadi domain kaum perempuan dan
laki-laki (1079:2202). Namun sangat hanya dapat dipahami dan diempati oleh
sedikit pegawai perempun yang menduduki kaum perempuan. Isu-isu ini secara politik
jabatan struktural. Dari data kepegawaian memang seringkali dianggap bukan sebagai
provinsi Banten tahun 2009 menunjukkan isu politik sehingga nyaris tidak masuk
bahwa hanya 148 dari 1079 pegawai yang dalam ranah kehidupan dan cara berpikir
menduduki eselon I,II,III dan IV. politik kaum laki-laki, yang antara lain
Sementara jumlah laki-laki jauh lebih menyangkut masalah-masalah:
banyak yaitu sebesar 710 dari 2202 orang kesejahteraan anak, perlindungan terhadap
yang menduduki jabatan eselon I,II,III,dan hak reproduksi perempuan dan sebagainya.
IV. Dalam konteks inilah keyakinan terhadap
Dalam konteks politik di Provinsi keterlibatan perempuan secara lebih luas
Banten, berdasarkan hasil Pemilihan Umum dalam politik menjadi sangat penting guna
tahun 2009 diperoleh gambaran yang mengurangi kesenjangan antara isu-isu
kurang lebih sama dengan realitas di atas, conventional politics dan hard politics. Hal
dimana ditemukan kenyataan proporsi ini cukup beralasan mengingat bahwa sikap
anggota DPRD laki-laki jauh lebih besar politik kaum perempuan umumnya lebih
(82,4%) bila dibandingkan dengan jumlah cenderung mementingkan isu-isu
perempuan yang hanya berkisar pada angka conventional politics daripada hard
17,7%. Demikian juga pada politics. Sehingga sangat diperlukan sebuah
kabupaten/kota yang ada di wilayah kajian ilmiah mengenai partisipasi
provinsi Banten. Di Kabupaten Pandeglang perempuan dalam politik dan
perempuan yang duduk dalam lembaga pembangunan di Banten.
legislatif hanya sebesar 10%, Kabupaten Dari latar belakang di atas
Tangerang sebesar 8%, Kota Tangerang kemudian menarik peneliti untuk lebih
sebesar 12%, Kota Cilegon sebesar 20%, dalam mengkaji tentang bagaimana
Kabupaten Lebak sebesar 16%, Kota partisipasi perempuan dalam politik dan
Serang sebesar17,8%, Kabupaten Serang pembangunan di Banten. Adapun tujuan
sekitar 8%, dan Tangerang Selatan sebesar penelitian ini adalah sebagai berikut :
15,6 %. Jumlah ini tentu sangat ironis bila 1. Mengetahui partisipasi perempuan
dibandingkan dengan jumlah pemilih dalam politik dan pembangunan di
perempuan yang hampir setara dengan Propinsi Banten.
pemilih laki-laki (49,46% dan 50,54%) 2. Mengetahui hambatan yang
pada tahun 2009. (Bappeda Provinsi Banten mempengaruhi partisipasi perempuan
2010) dalam bidang politik dan pembangunan.
Kondisi inilah yang kemudian
sering menimbulkan prasangka sosial B. METODE PENELITIAN
adanya ketimpangan gender dalam
pembangunan, yang direfleksikan dari Dalam penelitian ini metode
realitas keterwakilan perempuan secara penelitian yang dilakukan adalah melalui
fisik dalam lembaga legislatif yang sangat pendekatan kualitatif. Artinya data yang
minim, yang kemudian berpeluang pada dikumpulkan bukan berupa angka-angka,
tidak terwakilinya aspirasi kaum melainkan data tersebut berasal dari naskah
perempuan dalam proses perumusan wawancara, catatan lapangan, dokumen
kebijakan publik yang sensitif gender atau pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi
berpihak pada kepentingan perempuan lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari
maupun isu-isu yang terkait langsung penelitian kualitatif ini adalah ingin
dengan kehidupan dan hak-hak kaum menggambarkan realita empirik di balik
perempuan. Isu-isu ini yang kemudian fenomena secara mendalam, rinci dan
dikenal dengan isu-isu soft-politics atau tuntas. Oleh karena itu penggunaan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
26 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 24 - 35

adalah dengan mencocokkan antara realita proses kepemerintahan. Interaksi yang


empirik dengan teori yang berlaku dengan konstruktif tersebut harus diakomodir oleh
menggunakkan metode diskriptif. sistem politik tanpa diskriminasi, baik
Dilihat dari pendekatan penelitian berdasarkan ras, agama, suku, status sosial-
yang digunakan, instrument penelitian yang ekonomi maupun gender. Ada kesamaan
digunakan untuk mengumpulkan data hak dan kesempatan untuk setiap warga
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. untuk berpartisipasi dalam proses-proses
Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen politik yang terjadi dalam sistem politik
juga harus divalidasi seberapa jauh yang demokratis.
peneliti siap melakukan penelitian yang Umumnya keterlibatan warga dalam
selanjutnya terjun kelapangan. Validasi pengambilan keputusan publik sangat
terhadap peneliti sebagai instrumen tergantung pada kemampuan suatu sistem
meliputi validasi terhadap pemahaman politik untuk memberikan ruang-ruang
metode penelitian kualitatif, penguasaan kesempatan bagi setiap warganya dalam
wawasan terhadap bidang yang diteliti, menyampaikan aspirasi tanpa mengenal
kesiapan peneliti untuk memasuki obyek batas ruang dan waktu, dan tanpa rasa
penelitian baik secara akademik maupun takut. Kondisi ini tentu tidak akan dapat
logistik (Sugiono,2008:1). kita temukan dalam masyarakat yang
Adapun data yang digunakan untuk sangat diwarnai oleh budaya patriarkhis,
analisis adalah pertama, data primer yang yang menempatkan nilai laki-laki pada
diperoleh melalui kegiatan wawancara dan posisi super-ordinate sehingga secara
dan observasi. Dan kedua, data sekunder sengaja maupun tidak, dan langsung
yang diperoleh melalui dokumentasi dan maupun tidak, telah mendiskriminasikan
kajian pustaka. perempuan dalam proses politik.
Untuk memastikan keabsahan data, Masalah pembagian peran
penelitian ini menggunakan metode sosiologis yang dikotomis antara laki-laki
triangulasi. Metode triangulasi merupakan dan perempuan, dimana peran domestik
teknik pemeriksaan keabsahan data yang distigmakan pada jenis kelamin perempuan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data sementara peran publik distigmakan pada
itu, untuk keperluan pengecekan atau jenis kelamin laki-laki. Kegiatan
pembanding terhadap data itu. Hal ini pemerintahan merupakan bagian dari peran
berarti membandingkan dan mengecek baik publik yang menurut sebagian besar
derajat kepercayaan suatu informasi yang masyarakat disunahkan sebagai urusan
diperoleh melalui waktu dan alat yang perempuan. Adanya pembagian peran
berbeda dalam metode kualitatif sosiologis yang rigid antara peran publik
(Moleong,1990:175). Dalam penelitian ini dan peran domestik tersebut tentu membuat
metode triangulasi dilakukan peneliti posisi perempuan menjadi terpinggirkan.
dengan cara mengecek data melalui hasil Rendahnya keterlibatan perempuan
wawancara dengan sumber pelitian yaitu : dalam proses pemerintahan telah terjadi
ibu rumah tangga, anggota DPRD yang sejak di tingkat paling rendah dalam strata
perempuan, dan tokoh masyarakat di lokasi pemerintahan yang ada, yaitu di tingkat RT,
penelitian. RW dan Desa. Sebagai bagian dari warga
masyarakat di lingkungan tempat
C. HASIL DAN PEMBAHASAN tinggalnya, umumnya para informan
1. Posisi Perempuan dalam menyoroti persoalan keterbatasan
Pembangunan dan kesempatan kaum perempuan untuk terlibat
Pemerintahan dalam forum-forum publik di
lingkungannya, di samping secara teknis
Sebuah tata pemerintahan yang juga diakui kungkungan peran domestik
demokratis meniscayakan adanya interaksi yang dialami oleh mereka di dalam rumah
seluruh elemen dalam masyarakat dalam tangga turut berperan besar dalam
Listyaningsih, Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pembangunan di Banten 27
membatasi peran eksternal mereka, tersebut. Walhasil perempuan kendati sudah
sehingga peran-peran tersebut otomatis masuk sektor publik, tetap saja masih
diserahkan sepenuhnya pada laki-laki menjalankan peran-peran yang masih
sebagai kepala rumah tangga. Namun terkait dengan peran domestiknya, misalnya
demikian, disamping kendala teknis sebagai MC, penerima tamu, seksi
tersebut, para informan pun umumnya konsumsi, dan sebagainya.
sependapat bahwa komitmen kesungguhan Kemudian masalah-masalah
para pelaku kebijakan untuk melibatkan seputar perempuan dan kesejahteraan
perempuan memang tidak dimiliki oleh keluarga di dalam ruang tertutup yang
para pimpinan di tingkat RT, RW dan Desa. tidak boleh mengemuka pada ruang
Gambaran tentang rendahnya komitmen publik, sehingga seringkali menempatkan
tersebut termanifestasi dalam surat masalah-masalah tersebut sebagai
undangan yang hampir selalu berbunyi kepentingan yang sekunder, jauh dari
Kepada Yth., Bapak Roni atau Kepada hingar bingar pembahasan dalam rapat
Yth., Bapak Ahmad, di samping yang menjadi urusan laki-laki. Masalah
penggunaan sebutan Ibu Yatno atau Ibu kekerasan dalam rumah tangga misalnya,
RW untuk menggambarkan istri Bapak masalah kesehatan reproduksi, beban kerja
Yatno dan istri Bapak Ketua RW, bukan dalam rumah tangga yang dialami
menyebut eksistensi diri individu yang perempuan, pendidikan anak, dan
bersangkutan, seperti Ibu Romlah sebagai sebagainya dianggap bukan hal yang urgen
nama istri Bapak Yatno, atau Ibu Rodiah untuk dibicarakan dalam forum-forum
sebagai nama istri Bapak Ketua RW. rapat. Beberapa isu bahkan dianggap
Dalam pandangan para informan, mengandung nilai tabu didalamnya yang
fakta-fakta sosiologis tersebut merupakan tidak boleh dibahas di ranah publik, kendati
wujud dari ketidakpahaman masyarakat masyarakat pada umumnya memahami
akan kesamaan hak perempuan dalam bahwa ada bentuk-bentuk kekerasan yang
pemerintahan yang kemudian sangat terjadi di lingkungannya. Karena kondisi
berdampak pada marginalisasi peran inilah pada akhirnya nyaris tidak dapat
perempuan dalam pemerintahan, seolah dilakukan advokasi yang memadai ketika
surat undangan itu memang hanya buat terjadi banyak kekerasan terhadap
Bapak dan Ibu tidak termasuk didalamnya. perempuan dan anak dalam rumah tangga.
Fenomena ini tidak terlepas dari kerangka Semua masalah itu dianggap merupakan
budaya patriarkhi yang telah menjadi mind- urusan intern dalam negeri yang sama
set bagi sebagian besar masyarakat sekali tidak boleh dicampuri oleh siapapun
khususnya laki-laki. Laki-laki senantiasa dan dengan alasan apapun. Dan yang lebih
diberi peran di ruang publik yang dinilai menyedihkan lagi adalah bahwa ternyata -
lebih penting daripada peran domestik. menurut para informan - pemahaman
Dikotomi peran inilah yang kemudian pada tersebut juga ternyata dianut oleh sebagian
akhirnya memposisikan perempuan menjadi besar kaum perempuan di Provinsi Banten,
tidak terlibat dan atau tidak dilibatkan khususnya kaum perempuan di wilayah
dalam proses-proses publik tersebut. perdesaan yang persentasenya mencapai
Kendati beberapa perempuan 80% dari populasi perempuan.
mencoba muncul menjalankan peran-peran Lebih jauh lagi, dalam konteks
publik, namun tetap saja kebanyakan hanya toleransi masyarakat terhadap kaum
ditempatkan sebagai pelengkap semata. perempuan yang terlibat dalam kegiatan-
Situasi rapat yang sangat melelaki, lengkap kegiatan sosial, menurut para informan
dengan berbagai humor selera laki-laki terdapat adanya persepsi publik yang
yang kebanyakan mengeksploitasi menggejala luas dikalangan perempuan
seksualitas perempuan, secara psikologis bahwa seolah wajib hukumnya bagi
kebanyakan membuat perempuan tidak perempuan untuk terlibat dalam kegiatan-
betah berlama-lama dalam forum-forum kegiatan sosial seperti: PKK, Posyandu, dan
28 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 24 - 35

majelis taklim, termasuk pula arisan. perempuan untuk menjauh dari urusan-
Persepsi ini menjadi semacam nilai-nilai urusan publik. Dalam bidang politik,
baru yang mentradisi, dan itu dipahami berkembang persepsi publik dalam
sebagai obligative duty, bahwa istri kepala masyarakat khususnya kaum perempuan -
desa misalnya, harus otomatis harus yang memandang bahwa masalah politik
menjadi ketua tim penggerak PKK. bukanlah masalah atau tanggung jawab /
Demikian pula dengan perangkat-perangkat kewajiban perempuan, seperti halnya
desa hingga tingkat RT/RW. Di lingkungan masalah kewajiban mencari nafkah dalam
pekerjaan, istri seorang kepala kantor keluarga yang bukan menjadi kewajiban
otomatis harus menjadi ketua Dharma perempuan melainkan kewajiban laki-laki.
Wanita, demikian pula dengan istri-istri Perempuan dianggap kurang pantas terlibat
pegawai negeri biasa. dalam politik yang distigmakan kotor, dan
Karena persepsi keharusan inilah hanya laki-laki yang boleh berurusan
maka dalam bidang kegiatan-kegiatan sosial dengan yang kotor-kotor agar perempuan
semacam ini memang harus diakui yang berperan sebagai ibu dan orang yang
partisipasi kaum perempuan cukup tinggi, terdekat dengan anak tidak terkontaminasi
kendati menurut para informan baru pada dengan hal-hal yang dianggap kotor
aspek kuantitasnya saja. Artinya bila tersebut.
melihat jumlah perempuan yang terlibat Berbicara mengenai keterlibatan
dalam kegiatan sosial semacam itu, perempuan dalam wilayah publik,
nampaknya nyaris semua kaum perempuan, umumnya informan berpendapat bahwa
khususnya di perdesaan, terlibat cukup keterlibatan perempuan dalam wilayah
intens dalam kegiatan-kegiatan tersebut. publik tidak muncul secara otonom,
Namun bila melihat kualitasnya, melainkan dipengaruhi oleh lingkungan
keterlibatan tersebut belum tentu diiringi terdekatnya, yang umumnya peranan itu
dengan pemahaman yang benar sehingga dilakukan oleh suami. Informasi ini muncul
seringkali keterlibatan mereka didalamnya ketika ditanyakan tentang motivasi awal
tidak memberikan nilai tambah yang berarti kaum perempuan terlibat memasuki
bagi peningkatan kualitas diri, wilayah-wilayah publik seperti terlibat
kehidupannya, dan juga kehidupan dalam partai politik dan sejenisnya.
keluarganya. Bagi sebagian kaum Umumnya informan berpendapat bahwa
perempuan yang telah terbiasa mengikuti keterlibatan itu bukan karena kesengajaan
kegiatan-kegiatan tersebut maka umumnya dan kesadaran, melainkan keterpaksaan
keterlibatan mereka dalam kegiatan- karena peran sosial yang melekat pada diri
kegiatan tersebut dianggap sebagi rutinitas, suaminya masing-masing. Misalnya, bila
kebutuhan, dan sekaligus tanggung jawab. suami kebetulan menjadi aktivis atau
Namun bagi sebagian perempuan lainnya, pengurus partai politik, maka umumnya
yang umumnya keluarga-keluarga muda, istri secara otomatis ikut menjadi aktivis
keterlibatan mereka dalam kegiatan- dan/ atau paling tidak menjadi pendukung
kegiatan sosial di desa bukan karena suami sebagai pengurus partai politik.
keinginan pribadi dan karena kebutuhan Dukungan dan keikutsertaan istri terhadap
mereka namun lebih merupakan tuntutan aktivitas suaminya tersebut pada suatu
peran sosial (expected role) yang berlaku di ketika akan berubah menjadi sangat aktif
lingkungan masyarakatnya. Bahwa yang akhirnya membuka peluang bagi istri
misalnya: ibu-ibu harus ikut arisan, PKK, untuk secara definitif mendedikasikan diri
atau majelis taklim misalnya. sebagai pengurus partai politik, dan bahkan
Terpolanya bentuk partisipasi kaum membangun karir politiknya. Beberapa
perempuan sesuai dengan ranah urusannya contoh kepala desa perempuan yang
sebagaimana dipaparkan di atas menggantikan suaminya yang dulu menjadi
menggambarkan kembali kuatnya nilai-nilai kepala desa, atau perempuan yang menjadi
masyarakat yang menempatkan peran aktivis partai politik karena suaminya
Listyaningsih, Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pembangunan di Banten 29
menjadi pengurus partai politik tersebut, baik cenderung akan melahirkan sikap-
serta perempuan yang menjadi pengusaha sikap simpati hingga empati yang kemudian
karena beberapa usaha suaminya tidak lagi berkorelasi dengan tipe partisipasi yang
dapat dikelola sendiri sehingga perlu muncul. Sementara persepsi yang buruk
melibatkan istri dan atau keluarganya yang cenderung akan melahirkan sikap antipati
lain, merupakan contoh faktual untuk hingga apatisme. Untuk kepentingan
menggambarkan keterlibatan kaum praktis, telaahan mengenai persepsi juga
perempuan dalam ranah publik yang tidak penting dilakukan dalam rangka
otonom sebagaimana dipaparkan di atas. mengidentifikasi dan memetakan
Berkaca dari Pemilu 2009 yang bagaimana gambaran partisipasi perempuan
belum lama berlalu diperoleh informasi sebagaimana dipaparkan di muka.
bahwa kendati partisipasi politik mereka Persepsi, - sebagaimana dijelaskan
dalam Pemilu terbilang tinggi, namun di muka - akan berpengaruh terhadap cara
keikutsertaan perempuan dalam pemilu ini seseorang berperilaku dan bersikap
diakui karena mengikuti pilihan keluarga terhadap suatu masalah atau isu. Demikian
(suami), hanya beberapa saja yang dilandasi halnya persepsi perempuan terhadap
motivasi kesengajaan secara sadar untuk partisipasi kaumnya dalam ranah publik,
terlibat dalam Pemilu karena menganggap serta persepsi terhadap peran-peran
tos wayahna, menjadi kebiasaan gendernya dalam masyarakat, akan
masyarakat yang seolah harus diikuti dan mempengaruhi pula bagaimana mereka
dimaknai sebagai hal yang menentukan melakukan aktivitas keseharian mereka. Hal
dalam kehidupannya sebagai warga negara ini dapat dipahami karena persepsi muncul
serta sebagai peluang bagi adanya dari seperangkat nilai yang terkristalisasi
perubahan bagi perbaikan nasib diri dan dalam diri seseorang melalui berbagai
masyarakatnya. proses interaksi sosial sebagai wahana
Demikian pula dalam konteks transmisi (pendidikan) nilai yang
pilihan politik perempuan yang umumnya berlangsung di lingkungan masyarakatnya.
tidak muncul secara otonom karena Umumnya perempuan memiliki
kesadaran kritisnya terhadap pilihan-pilihan pandangan yang sama bahwa persepsi
yang ada, melainkan dipengaruhi oleh cara perempuan terhadap segala kegiatan atau
pandang dan pilihan suami mereka masing- urusan dalam ranah publik bukan
masing. Namun demikian seluruh informan merupakan kewajiban maupun tanggung
setuju dan mengakui bahwa fenomena ini jawabnya, seperti: masalah pemerintahan,
mulai agak berubah pada pelaksanaan pembangunan, politik, dan lain-lain. Dalam
Pemilihan Presiden tahun lalu, yang konteks masalah politik misalnya, politik
menurut mereka mengindikasikan adanya umumnya dipersepsikan oleh kaum
perlawanan perempuan terhadap pilihan perempuan sebagai dunia yang kotor, penuh
suami mereka, kendati itu dilakukan secara konspirasi dan intrik, keras, dan penuh tipu
tertutup. Kecenderungan ibu-ibu dan kaum daya. Mengingat persepsi ini secara umum
perempuan umumnya memilih calon yang juga dipahami oleh kaum perempuan pada
populer dan memiliki penampilan fisik umumnya maka ia menjadi semacam
paling menarik, merupakan fakta mulai referensi sosial yang membentuk mind-set
bekerjanya pilihan otonom kaum kaum perempuan untuk kemudian menjauhi
perempuan, kendati itu masih sangat jauh di hal-hal tersebut. Akibatnya memang
bawah nilai pilihan kritis yang ideal. menyedihkan, jumlah perempuan yang
terlibat dalam proses-proses politik yang
2. Persepsi tentang Partisipasi masih dalam hitungan jari, baik di tingkat
Politik dan Pembangunan yang terendah seperti rapat-rapat RT/RW
Persepsi memainkan peranan yang dan desa, hingga tingkat yang lebih tinggi
sangat penting dalam menentukan kualitas seperti pengurus partai politik di tingkat
partisipasi politik seseorang. Persepsi yang anak cabang, cabang, daerah/wilayah,
30 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 24 - 35

hingga nasional. tersebut. Maka manakala suatu kegiatan


Namun demikian, ketika ditanyakan tidak berkait dengan hal itu, seperti politik
apakah keterlibatan perempuan yang sangat dan pemerintahan misalnya, maka otomatis
minim tersebut sebagai sesuatu yang kegiatan itu harus dijauhi oleh mereka,
lumrah atau wajar, yang terjadi secara tidak diperbolehkan oleh suami, dan
alamiah, sebagian besar informan dianggap tidak patut di mata masyarakat.
menganggap hal tersebut sebagai kewajaran Peran-peran domestik (reproduktif)
mengingat pada umumnya kaum yang dinilai Iebih rendah dari nilai-nilai
perempuan di perdesaan sudah sangat tesita produktif ini tentu berdampak pada
waktu dan perhatiannya terhadap masalah- terjadinya domestikasi peran perempuan
masalah keluarga sehingga kualitas dan menjauhkan peran perempuan dari arus
intensitas keterlibatannya dalam ranah politik yang sebenarnya tidak harus dan
publik umumnya terpinggirkan secara tidak ada kaitan sama sekali dengan soal-
alamiah. Dalam kaitan dengan itu, menurut soal publik di atas. Dan karena peran-peran
para informan, peran perempuan ini dianggap sebagai kewajiban semata
sebenarnya jauh lebih berat karena ternyata maka peran-peran publiknya tidak dianggap
perempuan tidak hanya menjalankan peran- penting, sekunder bahkan tertier, dan
peran domestik seperti yang selama ini fakultatif karena hanya berfungsi untuk
dipahami, bahkan 3 peran sekaligus mengisi waktu luang atau membantu
sebenarnya telah mereka jalankan. Artinya keluarga atau suami. Domestikasi peran
bila ada perempuan yang mampu eksis di perempuan ini berdampak pada lemahnya
ranah publik tanpa mengabaikan peran- posisi tawar perempuan di wilayah publik,
peran alamiahnya berarti perempuan itu khususnya dalam pengambilan kebijakan-
adalah perempuan luar biasa. kebijakan politik yang mengarusutamakan
Ketiga peran yang dimaksud di atas gender hingga akhirnya perempuan menjadi
yaitu: (1) peran domestik yang terkait tersubordinasi dalam masyarakat.
dengan tanggung jawab mereka terhadap Dan ketika disinggung soal kasus
urusan-urusan rumah tangga seperti seperti pentingnya perlindungan terhadap
memasak, mengasuh anak, melayam suami perempuan dan anak, kekerasan terhadap
dan lain-lain; (2) peran produktif yang perempuan (seperti istri ditinggal menikah
terkait dengan tanggungjawab mereka lagi, suami menikah tanpa sepengetahuan
dalam bidang ekonomi untuk menghasilkan istri, dan bentuk kekerasan fisik maupun
uang dan meringankan beban ekonomi psikis kebetulan para informan mengaku
keluarga; dan (3) peran sosial yaitu belum pernah mengalaminya), hak-hak
tanggungjawab untuk melakukan kegiatan- reproduksi, dan sebagainya, mereka
kegiatan sosial kemasyarakatan mewakili menganggapnya bukan hal yang khusus
keluarga, seperti berorganisasi dan dan lebih penting dari hal-hal yang
berkumpul dengan kelompok masyarakat disebutkan di atas. Kalaupun itu penting,
yang lain, kegiatan PKK, arisan, pengajian, menurut mereka terjadi karena ada masalah
posyandu, serta pengajian/ majelis taklim. dalam keluarga mereka baik sosial dan
Secara umum ada pengakuan dari umumnya ekonomi, sehingga bukan
para informan bahwa peran-peran domestik masalah yang berdiri sendiri melainkan
yang inheren dalam diri keperempuanan efek samping dari sejumlah masalah yang
mereka secara alamiah tersebut diberi nilai dialami oleh keluarga. Suami menikah lagi
yang Iebih rendah oleh laki-laki dan menurut mereka, umumnya karena
bahkan dianggap sebagai kewajiban ekonomi keluarga telah cukup mapan
semata, sementara peran-peran sosial dan bahkan berlebih, sementara komunikasi
produktif yang dilakukan perempuan harus sosial dalam keluarga tidak berjalan dengan
selalu disesuaikan dengan stereoripe sebagaimana mestinya. Suami berperilaku
perempuan, dan tentu harus pula selalu ringan tangan umumnya terjadi karena
berkorelasi dengan peran-peran domestik ekonomi keluarga dalam kondisi kurang
Listyaningsih, Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pembangunan di Banten 31
memadai, istri tidak dapat membantu, dan dan politik karena sifat-sifatnya yang halus
secara sosial komunikasi dalam keluarga dan memiliki tugas-tugas khusus di rumah.
juga tidak harmonis. Semua dianggap Bahkan tidak jarang larangan berpolitik ini
sebagai masalah yang memang ada namun muncul juga karena alasan kemampuan dan
berada dalam wilayah privat yang wajar intelegensia perempuan yang dipersepsi
sebagai akibat dari sejumlah persoalan atau selalu dibawah laki-laki, maupun alasan-
faktor eksternal lain, kendati mereka secara alasan agama yang bersifat doktriner. Hal-
emosional umumnya menjawab tidak rela hal itulah yang kemudian menghegemoni
kalau suaminya kawin lagi atau main partisipasi sebagai domain laki-laki, sebagai
tangan walau tidak bisa berbuat apa-apa manifestasi dari akar budaya patriarkhi
bila itu terjadi pada mereka. yang masih tersisa kuat dalam kehidupan
masyarakat kita.
C. Faktor-faktor dan Masalah yang Masalah-masalah sebagaimana
Menghambat disebutkan dimuka merupakan faktor
Realitas rendahnya keterlibatan kultural yang menghambat keterlibatan
perempuan dalam aktivitas publik perempuan di dalam pembangunan.
sebagaimana dipaparkan pada bahasan Sementara pada aspek yang berbeda,
sebelumnya terjadi karena banyak faktor kebijakan yang kurang peka gender yang
yang saling berkait. Mengutip beberapa diputuskan oleh pengambil kebijakan yang
teori dalam beberapa sumber yang tidak melibatkan perempuan, di samping
dikaitkan dengan fenomena yang ditemukan merupakan produk kultur yang berkembang
di lapangan paling tidak terdapat dua aspek dalam masyarakat, secara faktual menjadi
hambatan yang mempengaruhi kualitas dan kendala struktural yang semakin
intensitas partisipasi perempuan dalam mempersempit partisipasi perempuan dalam
pembangunan, baik aspek daya akomodasi pembangunan.
kultural maupun daya dukung struktural. 1. Faktor Kultural
Hambatan-hambatan tersebut nampak dari
Rendahnya tingkat partisipasi
berbagai praktek kehidupan sosial
perempuan dalam pembangunan daerah
masyarakat yang cenderung menempatkan
sebagaimana tergambarkan pada paparan
posisi perempuan dalam posisi marginal
sebelumnya paling tidak disebabkan oleh
dengan melegitimasi peran domestik serta
beberapa faktor, diantaranva adalah faktor
stereotipenya, yang muncul dalam bentuk
kultural, yang berkaitan dengan konstruk
adagium: 3 (tiga) ...ur, yaitu: dapur,
tradisi yang berlaku di dalam masyarakat.
sumur, kasur.
Beberapa hambatan yang teridentifikasi
Persepsi publik perempuan yang
mengemuka dalam sejumlah wawancara
minor terhadap tanggung jawabnya dalam
yang dilakukan dengan sejumlah informan
ranah publik pun kemudian menyebabkan
dapat diklasifikasi sebagai berikut:
makin menjauhnya perempuan pada
1) Persepsi perempuan umumnya terhadap
bidang-bidang yang terkait dalam ranah
sifat aktivitas politik yang identik
publik tersebut. Politik dan pemerintahan
dengan kegiatan-kegiatan rapat di
misalnya, umumnya perempuan alergi
malam hari, kompetisi yang ketat dan
terhadap aktivitas politik dalam pengertian
cenderung kotor serta menghalalkan
partai politik. Mereka memandang politik
segala cara, paradigma kalah-menang
sebagai aktivitas kotor dan menjadi
dalam politik, dan lain-lain, dianggap
domain laki-laki sehingga politik menjadi
bertentangan dengan nilai yang berlaku
sangat maskulin. Persepsi ini paling tidak
di dalam masyarakat. Dan bagi
dapat disimpulkan sebagai realitas kultural
perempuan hal ini bertentangan dengan
yang kurang akomodatif terhadap adanya
kodrat-nya;
partisipasi perempuan secara lebih luas
2) Peran domestik yang dimaknai secara
dalam pembangunan. Perempuan dianggap
fatalistik menyebabkan berkurangnya
tidak pantas dalam jabatan-jabatan publik
32 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 24 - 35

kesempatan bagi perempuan untuk tentu saja paradoksal dengan jumlah


terlibat dalam sektor-sektor publik. perempuan yang mencapai separuh jumlah
Apalagi di tambah dengan kenyataan penduduk Provinsi Banten, yang tentu
bahwa sebenarnya peran perempuan karena ketidakterwakilinya perempuan
tidak hanya merupakan peran domestik secara fisik di lembaga legislatif tersebut
karena dalam banyak kasus perempuan berpeluang tidak terwakilinya pula aspirasi
justru menjadi mitra kerja bagi suami kaum perempuan dalam pembuatan
dalam membantu perekonomian kebijakan publik yang sensitif gender.
keluarga. Posisi subordinatif perempuan Secara umum faktor eksternal yang
dalam susunan keluarga tampak dari banyak ditemukan sebagai kelemahan di
kewajiban istri untuk tunduk patuh dan bidang sosial ekonomi yang juga
sebatas sebagai pelengkap jabatan memperkecil kesempatan kaum perempuan
suami, atau kepatuhan terhadap untuk terlibat dalam pembangunan pada
ketentuan suami atas peran publiknya; umumnya. Realitas kebanyakan
3) Pandangan agama yang dimaknai perempuan di Banten yang pada umumnya
cenderung membatasi peran perempuan berpendidikan rendah, hidup dalam
dalam politik karena dianggap sudah kemiskinan atau lemah secara ekonomi
terwakili oleh suami yang merupakan merupakan kendala struktural perempuan
kepala keluarga. Pandangan yang untuk berpartisipasi dalam pembangunan
didasari oleh keyakinan agama ini melalui organisasi-organisasi massa
menyebabkan keterlibatan perempuan maupun partai politik.
dalam aktivitas politik bukan lagi Kendala struktural berupa
didasari keinginan untuk melakukan rendahnya tingkat pendidikan perempuan
perubahan terhadap realitas sosial, pada umumnya disinyalir oleh para
namun lebih pada ibadah dan informan sebagai faktor yang
pengabdian, sehingga jarang sekali mempengaruhi kesiapan kaum perempuan
muncul tindakan yang bermakna untuk secara umum untuk terlibat dalam wilayah
memperbaiki posisi perempuan dalam publik dan pembangunan daerah.
organisasi-organisasi politik tersebut. Kecenderungan seragamnya persepsi ini
muncul ketika diskusi diarahkan pada
2. Faktor Struktural kecilnya jumlah aktivis perempuan, baik
Di samping faktor-faktor kultural di dalam lembaga swadaya masyarakat,
atas, terdapat pula mekanisme struktural organisasi massa, maupun partai politik di
yang menjadi kendala bagi keterlibatan semua tingkatan kepengurusan.
perempuan secara lebih luas dalam Kebanyakan informan berpendapat bahwa
pembangunan. Dalam konteks Pemilu 2009 sulit mendapatkan kader perempuan yang
lalu sebagai bagian dari pembangunan berkualitas dan berpendidikan, walaupun
politik misalnya, kendala struktural dalam menurut mereka juga alasan ini tidak
sistem rekrutmen politik di tingkat partai berdiri sendiri karena yang sulit sebenarnya
politik yang tidak peka gender makin bukan perempuan yang berpendidikan
memperkecil peluang tampilnya kandidat namun perempuan yang mau terjun di
calon legislatif perempuan. Fakta partai politik. Sementara kalaupun kemauan
kurangnya kandidat perempuan pada itu ada, terdapat sejumlah faktor lain yang
sebagian besar partai politik merupakan menghambat tampilnya perempuan ke
indikasi kuat kendala struktural ini. panggung politik, seperti soal senioritas
Ditambah dengan sistem kaderisasi partai dalam partai, jenjang kaderisasi yang
yang kurang membuka akses bagi subyektif, dan yang pasti adalah
perempuan untuk menduduki posisi-posisi kemampuan ekonomi perempuan untuk
strategis di dalam partai politik, yang makin memodali perannya dalam politik. Faktor-
memperkecil peluang peremuan untuk faktor itu menurut sebagian besar dari
berkiprah di dalamnya. Kondisi tersebut informasi saling terkait dan kompleks untuk
Listyaningsih, Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pembangunan di Banten 33
kasus perempuan, berbeda dengan laki-laki. perlu seperti main catur atau gaple, dan
Beberapa informan yang terlibat dalam sebagainya; merupakan kultur laki-laki
politik mengakui bahwa mereka dapat eksis yang tidak akan bisa diikuti oleh
dalam politik karena secara ekonomi tidak perempuan mengingat pandangan sebagian
bergantung pada suami. Pun demikian besar masyarakat yang memposisikan peran
dengan sebagian besar perempuan lainnya domestik sebagai kodrat perempuan yang
yang eksis dalam wilayah-wilayah publik, tidak bisa ditinggalkan.
seperti pengurus asosiasi profesi, asosiasi Inilah fakta-fakta empiris yang
pengusaha, dan sebagainya. Kendati dapat kita pahami untuk melihat realitas
mereka pun mengakui bahwa sebagian dari rendahnya partisipasi perempuan di sektor-
perempuan yang eksis tersebut dapat eksis sektor publik. Bisa jadi profil ini juga
karena awalnya mendapat dukungan (baca: menjadi profil partisipasi perempuan di
modal) awal dari suami mereka yang telah Provinsi Banten dan Indonesia pada
lebih dahulu eksis dalam bidangnya, dan umumnya mengingat beberapa prakondisi
beberapa mapan secara ekonomi karena yang ditemukan di wilayah ini juga relevan
berasal dari keluarga (orang tua) yang juga dengan karakteristik di daerah lainnya,
mapan secara ekonomi. bahkan di Indonesia sekalipun. Kerelaan
Bila kemudian ditimbang-timbang kaum laki-laki untuk mengakui kesamaan
antara faktor struktural dan kultural hak kaum perempuan dalam politik ternyata
tersebut, umumnya informan berpendapat sangat mahal harganya. Maskulinitas yang
bahwa kendala kultural memang secara mengakar kuat dalam kultur aktivitas
substansial jauh lebih terasa sebagai publik merupakan gunung karang besar
penghambat, sementara kendala struktural yang menghambat laju peningkaan
hanya menjadi pelengkap yang digunakan partisipasi perempuan dalam pembangunan,
sebagai alasan yang terukur untuk walaupun kita tidak bisa menyimpulkan
membatasi peran perempuan. Kendala apakah ini sebuah kesengajaan dari desain
kultural dimaksud sebagian telah budaya yang dikembangkan, ataukah
dipaparkan di atas, lainnya misalnya sesuatu yang taken for granted sebagai
kebiasaan yang berlaku dalam aktivitas bagian dari warisan kebudayaan masa lalu
dalam ranah publik (termasuk politik) yang yang sudah mencapai taraf puncak dan
menurut mereka menuntut perhatian penuh berlaku universal. Penelitian lebih lanjut
dan seolah tidak bisa separuh-separuh, diperlukan untuk menjawab fenomena ini.
rapat-rapat penting pengambilan keputusan Dari eksplorasi yang dilakukan pada
yang hampir pasti dilakukan di malam hari, kedua fakta tersebut, diperoleh beberapa
rapat-rapat yang pasti dipenuhi dengan simpulan yang terkait dengan konteks
kepulan asap rokok dan wedang kopi, rapat penelitian ini sebagai berikut:
yang menghendaki kehadiran perempuan 1. adalah realitas yang secara kasat mata
sebagai penyegar rapat semata, dan dapat dibuktikan, bahwa tingkat
sebagainya merupakan bagian dari kultur partisipasi atau keterlibatan perempuan
aktivitas politik yang memperkecil ruang dalam aktivitas publik mulai dari
gerak perempuan. Pada tingkat yang paling tingkat RT, RW, desa, organisasi
kecil, pola ini pun diterapkan dalam rapat- kemasyarakatan dan lain-lain masih
rapat di tingkat RT/RW hingga Desa, sangat jauh dari harapan. Realitas ini
kendati ini dapat dimaklumi karena terutama tampak dari kecenderungan
aktivitas pengurus RT/RW ini yang adanya domestikasi aktivitas publik
memang baru bisa dilakukan di sore hingga kaum perempuan pada organisasi-
malam hari setelah seharian sibuk bekerja organisasi sosial yang memiliki
di kantornya masing-masing. Namun stereotipe sama dengan perempuan.
kebiasaan rapat yang tidak efisien, berlama- Keaktifan perempuan diarahkan pada
lama hingga larut malam bahkan tak jarang organisasi yang bersifat sosial dan
diselingi atau diikuti oleh aktivitas yang tak seolah "diperuntukkan" khusus bagi
34 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 24 - 35

perempuan dengan kegiatan-kegiatan meningkatkan aksesibilitas pendidikan


yang bersifat khas dan mewadahi dan pelayanan kesehatan dan lain-lain.
seluruh stereotipe perempuan. 5. Terdapat beberapa faktor dan sejumlah
Akibatnya, aktivitas dalam organisasi masalah yang mempengaruhi partisipasi
ini cenderung hanya makin menguatkan kaum perempuan dalam aktivitas
peran domestik perempuan dalam publik. Namun dari sejumlah
organisasi-organisasi publik yang justru kecenderungan pandangan para
banyak memotivasi mereka untuk informan sebagaimana dipaparkan di
berperan lebih luas dalam ranah publik. atas menunjukkan faktor kultural dan
2. tumbuhnya persepsi publik yang meluas masalah-masalah yang timbul di
bahwa aktivitas peran-peran publik dalamnya merupakan faktor yang
yang identik dengan politik, yang mempengaruhi secara dominan terhadap
dilakukan kaum perempuan rendahnya partisipasi perempuan dalam
bertentangan dengan kodrat pembangunan daerah, antara lain
keperempuanan mereka. Aktivitas misalnya:
politik yang berstereotipe maskulin: Faktor religi yang menempatkan
keras, penuh persaingan, penuh intrik perempuan secara kodrati (wajib)
dan konspirasi, bahkan kotor dianggap dengan peran utama pada peran
tidak sesuai dengan kodrat fisiologis domestik, dan peran lain sebagai
maupun psikologis perempuan. Belum peran sekunder yang tidak harus
lagi praktek-praktek dalam keseharian (sunnah) dilakukan atau
aktivitas politik yang semuanya membutuhkan prasyarat yang
melelaki, seperti rapat-rapat malam, terpenuhi untuk terlibat didalamnya
rapat dan asap rokok, kekerasan yang ;
kapanpun bisa terjadi dalam persaingan Budaya masyarakat yang tercermin
politik, semuanya seolah menjadi dari mind-set yang telah mentradisi
momok yang menakutkan bagi bahwa aktivitas publik yang identik
perempuan untuk terlibat di dalamnya. dengan politik adalah aktivitas laki-
3. terdapat pula fakta bahwa pengetahuan laki dengan stereotipe maskulin,
perempuan tentang partisipasinya pada yang tidak cocok dengan aspek
sektor-sektor publik masih relatif fisiologis dan psikologis kaum
terbatas, umumnya mereka kurang perempuan;
memahami eksistensi dan fungsi
lembaga-lembaga pemerintahan desa, D. KESIMPULAN DAN SARAN
tugas dan mekanisme perannya, Paparan fakta empiris di muka
termasuk pula berbagai produk-produk menghantarkan kita pada pemahaman baru
kebijakan publik yang terkait dengan mengenai realitas partisipasi perempuan
kehidupannya. dalam pembangunan daerah di Propinsi
4. umumnya pula, terdapat anggapan Banten, untuk kemudian dapat dirumuskan
bahwa peran domestik yang selama ini saran yang bersifat rekomendatif guna
di-titi kaum perempuan sebagai jalan memperbaikinya di masa yang akan datang.
hidup adalah sebuah keniscayaan yang Beberapa saran yang dapat peneliti
harus dimaknai sebagai dedikasi rumuskan adalah sebagai berikut:
terhadap peran yang bersifat given ini, 1. Perlunya dilakukan pendidikan politik
bahkan ibadah yang bernilai yang mengarusutamakan gender secara
transedental. Mereka tidak memandang benar melalui organisasi-organisasi
khusus dan penting adanya perjuangan yang banyak diminati oleh kaum
bagi kepentingan kaum perempuan perempuan untuk beraktivitas di
karena menganggapnya telah inheren wilayah tersebut, misalnya majelis
dalam perjuangan memperbaiki taklim, organisasi-organisasi arisan,
kesejahteraan masyarakat, PKK, dan organisasi sosial lainnya;
Listyaningsih, Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Pembangunan di Banten 35
2. Pendidikan politik yang sama perlu 2002. "Data dan Fakta
dilakukan terhadap laki-laki: kepala Keterwakilan Perempuan
keluarga dan remaja putra guna Indonesia di Partai Politik dan
menjaga keseimbangan pemahaman Lembaga Legislatif, 1999-2001"
tentang kesetaraan gender dan bias (Ringkasan Eksekutif), Jakarta:
gender yang selama ini terjadi dalam Divisi Perempuan dan Pemilu. 8
kehidupan bermasyarakat di Maret ( tidak diterbitkan).
lingkungan mereka; Gaffar, Affan. 2004. Politik Indonesia
3. mendorong adanya kebijakan dalam Transisi Menuju Demokrasi,
praktek tata pemerintahan di desa Jakarta: Pustaka Pelajar,
untuk sensitif gender, dengan tidak Hungtinton, Samuel P. dan Nelson, J. 1990.
mendikotomikan peran laki-laki dan Partisipasi Politik di Negara
perempuan pada pembagian kerja di Berkembang, Jakarta:Rineka Cipta
unit-unit kerjanya; Parawansa, Khofifah Indar. 2003. Studi
4. dan dalam jangka panjang perlu adanya Kasus: Hambatan terhadap
rumusan yang tepat dalam kurikulum Partisipasi Politik Perempuan di
pendidikan kita guna menanamkan Indonesia, makalah
nilai-nilai kesetaraan gender dalam diri Rush, Michael. dan Althoff. 1993.
generasi muda sehingga secara Pengantar Sosiologi Politik.
perlahan dapat merubah mind-set Jakarta: Raja Grafindo Persada
masyarakat yang telanjur kurang Saptari, Ratna. dan Holzner. 1997.
berpihak pada perempuan, khususnya Perempuan, Kerja dan Perubahan
dalam peran-peran publik. Pendidikan Sosial, Jakarta: Pustaka Utama
berwawasan gender harus dapat Graffiti.
mewujudkan (a) Menerima perbedaan Soekanto, Soerjono. dan Lestarini Ratih.
kodrati individu, laki-laki dan 1988. Fungsionalisme dan Teori
perempuan sebagai hikmah,sehingga Konflik dalam Perkembangan
berperilaku adil dan tidak adanya Sosiologi, Jakarta: Sinar Grafika
pembedaan perlakuan antara laki-laki Sugiatri, dkk. 2003. Pembangunan Dalam
dan perempuan baik di rumah, di Perspektif Gender, Malang: UMM
tempat kerja maupun di masyarakat (b) Press.
Memahami kondisi hidup laki-laki dan Sugiyono, 2008, Memahami Penelitian
perempuan berbeda, bahwa perbedaan Kualitatif, Bandung: Alfabeta
itu pada dasarnya karena fungsi
kodrati. UNDP. 2003. Partisipasi Politik
Akhirnya semoga remokendasi ini Perempuan Dan Tata Pemerintahan yang
dapat menjadi concern kita bersama guna Baik: Tantangan Abad 21, UNDP.
melakukan upaya-upaya perubahan dari
hal-hal yang kecil, dari diri kita sendiri, dan
dari sekarang sedemikian rupa sehingga ke
depan dapat memberikan kontribusi yang
nyata bagi perbaikan dalam tata kehidupan
masyarakat. Amien.

E. DAFTAR PUSTAKA
Alfian. 1990. Masalah Dan Prospek
Pembangunan Politik Indonesia,
Jakarta: Gramedia
Bappeda Provinsi Banten, 2010, laporan
tahun 2010.
CETRO (Centre For Electoral Reform).
INTEGRASI CSR DAN PROGRAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
DALAM KERANGKA MEWUJUDKAN MODEL BARU PELAKSANAAN CSR

Oleh
M. Lukman Hakim
Ketua Laboratorium Pemerintah dan Perencanaan Daerah (eLppeda)
dan Dosen IPM Universitas Brawijaya Malang

ABSTRACT
Implementation of the concept of corporate social responsibility (CSR) is mainly not
coincided with the local government policy.The local government development planner
(Bappeda) designs its policy according to national plan and budget from the central
government, whereas the companys CSR team is doing business as usual regardless
whether its programs design match with the government plan or not. Consequently, many of
CSR projects do not reach satisfactory outcome as it clashed with governments projects. A
number of programs such as poverty alleviation, greening, and strengthening local economies
that the company does are often collide with those from government. If there is a match, it
leads to a double budgeting of same target place or a double counting in a program budget.
This situation adds to the long list of classic local planning issues which is overlapping
programs among government agencies. Hence, the implementation of CSR and the design of
regional planning that are intended to further advance the regional development has often
resulted in disappointment. An obvious example of this argument is in the case of PT
Kalimantan Prima Coal (KPC) which operates in Kabupaten of Kutai Timur. Despite the fact
that the district has a regional budget of Rp. 2.4 trillion, which is 86% of it obtained from the
mine and mostly came from the royalty ofKPC, but the development process of the region is
considered relatively slow. Many consider local government has failed in carrying out the
development goal, whereas KPC is considered only want to make profits and ignoring the
well-being of surrounding community.This paper argues that in order to find solution of this
impasse formulation and a new conception is needed to integrate the company's CSR program
with the development plan set out by the local government. By doing so, a new model of CSR
is expected to be successfully implemented.
Keywords: CSR, Local Development Plan, KPC
A. LATAR BELAKANG Namun demikin tidak sedikit kalangan yang
menganggap CSR sebagai beban, kalaupun
Tanggungjawab Sosial Perusahaan
atau yang lazim disebut (CSR) kini semakin menjalankan hanya sekedar gugur
kewajiban. Dengan membagikan sembako
diterima kalangan pengusaha, sebagai suatu
atau melakukan sunatan massal setahun
kewajiban yang harus
sekali, perusahaansudah merasa
dijalankan,beriringan dengan langkah-
menjalankan CSR. Sejumlah perusahaan
langkah mencapai profit. Para pengusaha
menyadari bahwa perusahaan tidaklah juga menjalankan CSR berdasarkan copy-
paste design atau sekadar menghabiskan
sekedar entitas ekonomi semata, tetapi juga
anggaran. Karena aspirasi dan kebutuhan
institusi sosial1 , yang berada dalam suatu
masyarakat kurang diperhatikan, beberapa
lingkungan sosial, dan membawa serta
program CSR di satu wilayah menjadi
tanggungjawab sosial yang tinggi. Dalam
seragam dan seringkali tumpang tindih.
pandangan ini, perusahaan secara moral
Alih-alih memberdayakan
mempunyai tanggungjawab terhadap semua
masyarakat, CSR malah berubah menjadi
pihak dan profitabilitas hanyalah sarana
Candu (menimbulkan ketergantungan pada
untuk melakukan tanggungjawab tersebut 2.
masyarakat), Sandera (menjadi alat

36
M. Lukman Hakim, Integrasi CSR dan Program Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Kerangka Mewujudkan Model Baru
Pelaksanaan CSR 37

masyarakat memeras perusahaan) dan perduli dengan nasib dan kondisi


Racun (merusak perusahaan dan masyarakat sekitar.
masyarakat). Kondisi masyarakat (etnis) Kutai
Selain masalah-masalah yang hidup di pinggir-pinggir sungai
pelaksanaan CSR yang berdampak sektoral dengan mata pencaharian mengandalkan
di atas, sejumlah masalah lain dan sumberdaya alam seperti mencari madu,
dampaknya lebih luas mengiringi damar, rotan, ikan, bertani, dll sebelum
pelaksanaan CSR. Ketiadaan integrasi KPC melakukan aktivitas pertambangan
kebijakan perencanaan pembangunan pada tahun 1992, kini telah berubah.
pemerintah dan pelaksanaan program CSR, Rotanhilang dan punah, madu, damar sudah
membuat pelaksanaan keduanya tidak sangat sulit didapatkan.
terencana, tidak inetegratif, dan tidak tepat Air sungai Sangatta yang dulu sangat
sasaran. jernih, ikan dan udang masih bisa dilihat,
Para perancang pembangunan dan kedalamannya mencapai 15 m,kini
pemerintah berjalan sesuai dengan pagu telah berubah menjadi keruh dan
perencanaan yang telah di amanatkan berlumpur, tidak bisa diminum karena
undang-undang 3, sementara para pelaksana rasanya agak asam, terjadi pendangkalan
CSR perusahaan berjalan sesuai dengan sungai, sehingga kedalamannya sekarang
jadwal program yang telah ditetapkan. hanya mencapai 5 m.
Akibatnya pelaksanaan CSR tidak Situasi sosial ekologis ini menurut
tepat sasaran; Sejumlah program seperti warga sekitar disatu sisi tak pernah
pengentasan kemiskinan, penghijauan, dan diperhitungkan dalam pelaksanaan CSR.
penguatan ekonomi lokal yang dilakukan Bahkan banjir akibat guyuran hujan yang
Tim CSR Perusahaan tak jarang menggelontor dataran tinggi yang sudah
berbenturan dengan perencanaan dan gundul kini mulai terjadi.
program pemerintah daerah. Kalaupun Disisi lain pajak-pajak yang disetor
terjadi kesesuaian, justru berujung pada KPC seperti royalti, sewa tetap/lumpsum,
penganggaran ganda di tempat yang sama pajak lain-lain selalu meningkat setiap
(doublle counting) dalam satu program tahun karena kenaikan jumlah produksi
anggaran. batu bara. Laba perusahaan juga selalu
Situasi ini menambah daftar panjang meningkat setiap tahun, namun alokasi
persoalan perencanaan 4 daerah yang kerap dana CSR relatif tetap. Peningkatan hanya
tumpang tindih antara satu Dinas/Badan terjadi sekali yaitu sebelum tahun 2005,
dengan Dinas/Badan lain. Sehingga KPC mengalokasikan dana CSR sebesar
pelaksanaan CSR dan desain perencanaan US$1,5 juta/th. Setelah tahun 2005 dengan
daerah yang dimaksudkan untuk semakin munculnya SKB Bupati Kutim dan Presdir
memajukan proses pembangunan tak BR, KPC 5 mengalokasikan dana CSRnya
pernah bisa berjalan. sebesar US$ 5 juta/th dengan rekomendasi
Potret hitam tidak sinergisnya CSR alokasi sejumlah US$ 1,5 juta/th dipegang
dengan kebijakan perencanaan oleh Forum MSH CSR6. dan US$ 3,5 juta/th
pembangunan pemerintah di atas terjadi di dikelola langsung manajemen KPC.
Kabupaten Kutai Timur. Sekalipun Peningkatan anggaran CSR tersebut
Kabupaten ini memiliki anggaran daerah sayangnya tidak berdampak pada
hingga Rp. 2,4 trilliun yang 85,17% peningkatan program dan pembangunan
diperoleh dari hasil tambang utamanya daerah. Hal ini lebih dikarenakan anggaran
royalty Batu bara PT Kaltim Prima Coal CSR hanya dibagi ke elit politik-
(KPC), namun proses pembangunan pemerintahan, bukan dipersatukan dalam
berjalan sangat lamban. Pemerintah Daerah sebuah perencanaan (program CSR dan
dinilai gagal dalam melaksanakan amanat Perencanaan Daerah) yang integratif.
pembangunan, sementara KPC dianggap Pada tahun 2006dana CSR
hanya mengeruk keuntungan, dan tidak bahkandigunakan untuk pengamanan
1
Istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With
Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen
penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas the
World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR
ke dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet dan people. Lih: Pearce and Robinson. 2005. Formulation,
Implementation, and Control of Competitive Strategy. New York: McGraw-Hill Irwin, p; 43. Bandingkan dengan
38 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 36 - 45

perusahaan, berbarengan dengan saat wacana kritis adalah; a) tindakan; b)


pemerintah menetapkan KPC sebagai Objek konteks; c) historis11 ; d) kekuasaan; e) dan
Vital Nasional (Obvitnas). ideologi12 .
Pendek kata, sejumlah program
CSR yang dijalankan KPC belum C. PERTAMBANGAN KUTAI
sepenuhnya dapat memberikan nilai tambah TIMUR
bagi program pembangunan daerah.
Perencanaan pembangunan yang Kabupaten Kutai Timur adalah salah
merupakan suatu cara, tekhnik, atau suatu satu daerah di Kalimantan Timur yang kaya
metode untuk mencapai tujuan yang akan sumber tambang seperti batu bara,
diinginkan secara tepat, terarah, efesien dan migas, emas, nikel, besi, platina, perak,
mengintegrasikan sumber daya yang ada7 batu gamping, lempung, pasir kuarsa dan
berakhir dengantidak efesien,berjalan gipsum.
sendiri-sendiri dan dimungkin terjadi kolusi Gambar di samping menunjukkan
serta korupsi. pertambangan Kabupaten Kutai Timur
terdapat di wilayah Sangkima (Migas)
B. METODOLOGI Sengatta Utara (Batu Bara) Muara
Ancalong, Muara Wahau dan Telen (Emas).
Penulisan makalah ini menggunakan Dan masih banyak lagi wilayah lain yang
metode Critical discourse analysis (CDA) kandungan batu bara dan minyak dan gas
atau yang lazim disebut Analisis Wacana buminya melimpah.
Kritis model Foucault. CDA adalah tipe Bahan tambang berupa batubara
analisis wacana yang terutama sekali merupakan salah satu komoditas yang
mempelajari bagaimana kekuasaan menonjolmenjadi andalan Kabupaten
disalahgunakan, atau bagaimana dominasi Kutai Timur. Selama kurun 2006-
serta ketidakadilan dijalankan dan 2010produksi batu bara mencapai
direproduksi melalui teks dalam sebuah 189,355.779 M.Ton atau rata-rata produksi
konteks sosial politik. pertahun mencapai 37,871.154 M.Ton.
Dalam CDA Foucault wacana tidak
dipahami semata sebagai studi bahasa. Tabel 1 Produksi Pertambangan Batu
Sekalipun pada akhirnya, analisis wacana Bara Tahun 2006 2010
memang menggunakan bahasa dalam teks
Golonga
untuk dianalisis. Bahasa dianalisis bukan No
n
Satuan 2006 2007 2008 2009 2010*
dengan menggambarkan semata dari aspek 1.
Batu
M.Ton 49.532.959 31.162.250 37.430.531 54.248.842 16.981.197
Bara
kebahasaan, tetapi juga menghubungkan
dengan konteks. Konteks disini berarti Sumber : Simreda Kabupaten Kutai Timur
bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik 2011
tertentu, termasuk di dalamnya praktik
kekuasaan8. Tabel 2 Produksi Minyak bumi dan Gas
Pendek kata analisis wacana kritis Alam Tahun 2006 2010
melihat wacanapemakaian bahasa dalam
tuturan dan tulisan-sebagai bentuk praktik No
Jenis
Satuan 2006 2007 2008 2009 2010
Komoditas
sosial9 . Menggambarkan wacana sebagai Minyak
1. 000 Barrel - 808,99 937,58 707,37 797,89
praktik sosial menyebabkan sebuah 2.
Bumi
Gas Alam 000 Mscf - 6.584,96 7.684,95 6.138,841 6.512,76
hubungan dialektis di antara peristiwa
diskursif tertentu dengan situasi, institusi, Sumber : Simreda Kabupaten Kutai Timur
dan struktur sosial yang membentuknya. Tahun 2011
Melalui wacana, sebagai contoh, keadaan
yang rasis, seksis, atau ketimpangan dari
kehidupan sosial dipandang sebagai suatu
common sense, kewajaran alamiah10 .
Karakteristik penting dari analisis
2
Pandangan yang lain menyebutkan bahwa profitabilitas adalah tujuan utama dari perusahaan dan tanggungjawab sosial yang
harus ditanggung hanyalah yang masuk dalam kerangka hukum terkait dengan keberadaan perusahaan tersebut. Dalam
pandangan ini CSR bukanlah suatu kewajiban yang harus dilakukan, lih; Bob de Wit and Ron Meyer. 2004. Strategy:
Process, Content, Context 3rd Ed. London: Thomson Learning, p; 87
3
Peraturan Mentri Dalam Negeri No 54 Tahun 2010 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
M. Lukman Hakim, Integrasi CSR dan Program Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Kerangka Mewujudkan Model Baru
Pelaksanaan CSR 39

Data di atas menunjukkan tingginya seperti Kaltim Prima Coal (KPC) yang
ketergantungan Kabupaten Kutai Timur penandatanganan PKP2B kali pertama
pada hasil tambang, Kondisi ini dengan dilakukan pada 2 April 1982.
sendirinya memengaruhi perekonomian KPC mulai beroperasi penuh tahun
Kabupaten Kutai Timur. Sektor 1992 dan masa konsesinya akan berakhir
pertambangan dan penggalian terutama pada tahun 2021. Awalnya KPC dimiliki
batubara menjadi pendukung utama oleh Beyound Petroleum (BP) dan Rio
perekonomian Kabupaten Kutai Timur. Tinto dengan pembagian saham masing-
Dominasi subsektor ini ditandai dengan masing 50%. Berdasarkan akta No.9
masih tingginya peranan pertambangan tanggal 6 Agustus 2003 dan bukti pelaporan
batubara tahun 2006-2011 antara 80,27% dari menteri kehakiman tanggal 11 Agustus
sampai 81,58%, dan diperkirakan pada 2003, saham KPC yang dimiliki BP dan Rio
tahun 2012 konstribusinya sebesar 81,53% Tinto telah di akuisisi kepada Kalimantan
dari total PDRB Kabupaten Kutai Timur Coal Ltd dan Sangatta Holding Ltd.
dengan Migas. Tanggal 18 Oktober 2005, Bumi Resources
Nilai PDRB Kabupaten Kutai Timur telah mengakuisisi saham Kalimantan.
atas dasar harga berlaku dengan migas pada Coal Ltd dan Sangatta Holding.
tahun 2006-2010 secara otomatiscenderung Data profil KPC hingga Desember 2006
meningkat, berbanding lurus dengan PDRB menyebutkan bahwa kepemilikan saham
tanpa migas dan batu bara yang juga KPC adalah 95% milik Bumi Resources14.
mengalamipeningkatan. dan 5% milik Perusda PT. Kutai Timur
Sementara itu, sektor yang Energi15 .
kontribusinya cukup besar setelah sektor Berdasarakan perjanjian karya yang
Pertambangan dan Penggalian adalah sektor ditandatangani, KPC memiliki wilayah
Pertanian13 . Seiring dengan masih konsesi 90.938 ha. Pada tahun 2006 KPC
dominannya peran sektor Pertambangan mengoperasikan tambang batu bara terbuka
dan Penggalian dalam beberapa tahun di 8 pit di Sengata dan 1 pit di Bengalon. 5
terakhir, peranan sektor ini relatif stabil pit dioperasikan KPC dan 4 pit lainnya oleh
antara 4,29% - 5,04%, sedangkan kontraktor yaitu Thiess, Pama dan Dharma
sumbangan sektor-sektor lainnya masih Henwa.
dibawah 4%. Dari kegiatan penambangan
Gambar 2 tersebut, 352,3 Mbcm batuan penutup
Rata-rata Distribusi PDRB Atas Dasar dipindahkan untuk memperoleh 38,2 juta
Harga Berlaku Dengan Migas Dan Batu ton batu bara. 96,43% Batu bara hasil
bara Menurut Lapangan Usaha Tahun produksi KPC dijual untuk keperluan pasar
2006-2010 interbasional sementara hanya 3,53% yang
dijual di dalam negeri. Pada tahun
2013KPC meningkatkan produksinya dari
40 juta ton (2011) menjadi 70 juta ton.

D. PROGRAM CSR KPC


PT KPC kali pertama melaksanakan
CSR pada awal 1990an yang saat itu
dikenal dengan istilah Community
Development (CD). Program CSR
Sumber: RPJMD Kabupaten Kutai Timur dilaksanakan dalam bentuk pembangunan
Tahun 2011-2015 sarana ibadah, beasiswa untuk anak
sekolah, pengobatan gratis, bibit tanaman
Kekayaan sumberdaya pertanian seperti pisang, sawit, jeruk, dan
pertambangan ini menjadi magnet bagi lain-lain. Selain itu, KPC juga terlibat
sejumlah raksasa perusahaan pertambangan dalam memberikan dukungan pada
4
Tidak semua negara percaya pentingnya perencanaan dalam proses pembangunan. Sejumlah negara maju, seperti Amerika
dan banyak negara di Eropa, tidak mengenal model perencanaan, hanya negara-negara sedang berkembang dan negara
penganut paham sosialis yang percaya dengan model perencanaan dalam mendorong proses pembangunan di negaranya. Lih;
Syafrizal, 2009. Teknis Praktis Penyusunan Pembangunan Daerah, Baduose Media, Padang, hal; 117
5
Surat Keputusan Bersama antara Bupati Kutai Timur (Mahyudin) dan Presiden Direktur KPC No.43/02.188.45/HK/II/2005
tanggal 21 Februari 2005 menetapkan bahwa:Pertama, PT. Bumi Resources (BR) melalui KPC akan mengalokasikan
40 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 36 - 45

perayaan hari-hari besar agama. Penyusunan prioritas pengalokasian dana


Pelaksanakan program CSR juga diberikan CSR di atas dilakukan KPC berdasarkan
dalam bentuk bantuan pembangunan logika dampak. Apakah daerah tersebut
sekolah, pembuatan jalan dan penyediaan menerima dampak langsung atau tidak
air bersih. langsung dari operasional KPC.
Gambar 4
Logika Prioritas dan Peta Sebaran CSR
PT. KPC

Menurut Divisi Ekstenal Sustainable


Development (ESD) KPC, factor yang
mendorong perusahaan pertambangan ini
melaksanakan CSR adalah: untuk
memenuhi kewajiban persyaratan AMDAl;
Mendapatkan social license to operate
dari masyarakat ; Ingin menerapkan prinsip
good corporate citizenship dalam bisnis;
dan bertanggungjawab pasca tambang pada
2021.
Karena itu kemudian PT KPC
menetapkan Visi Menjadi mitra dalam
pembangunan berkelanjutan dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Visi ini diturunkan menjadi tiga misi16.
Kemudian berdasarkan misi tersebut PT
KPC menetapkan tujuh bidang program
CSR, beserta pendanaanya sebagaimana
table di bawah ini :
Tabel 3 Program Pembangunan 7 Bidang
3 yaitu Kaltim dan seterusnya
No Program Kegiatan Jumlah (US$)
1 Pengembangan agribisnis 138.851
diikuti oleh Lingkar/Ring 4 yaitu wilayah
2 Kesehatan Masyarakat 178.366 Nasional.
3 Pendidikan dan Pelatihan 299.665
4 Pemberdayaan ekonomi local 78.740
E. MODEL BARU CSR
5 Pembangunan infrastruktur 1.883.041 Sekalipun CSR dijalankan sejak
6 Pelestarian alam dan budaya 46.535 pertengahan 1990an namun hingga kini
7 Peningkatan kapasitas masyarakat 910.548
8 Program melalui Pemkab Kutim 1.024.561
masih belum bisa diintegrasikan dengan
9 Biaya Operasional 77.219 proses perencanaan pembangunan
Total 4.597.526 pemerintah. Selama ini CSR dilaksanakan
Sumber: Surat Keputusan Bersama antara secara langsung oleh perusahaan di bawah
Bupati Kutai Timur (Mahyudin) dan divisi human resource development atau
Presiden Direktur KPC public relations. CSR kadang juga
No.43/02.188.45/HK/II/2005 tanggal 21 dijalankan oleh yayasan yang dibentuk
Februari 2005 terpisah dari organisasi induk perusahaan
anggaran sebesar US$ 5.000.000 (setiap tahun) yang merupakan dana kemitraan (CSR) kepada pihak di luar perusahaan dan
diharapakan dapat berperan dalam membantu pelaksanaan pembangunan Kutim.Kedua, Membentuk Tim Pendamping
Pengelola Dana Kemitraan KPC.
6
Forum Multi Stakeholder CSR (MSH CSR) dibentuk melalui Keputusan Bupati Kutai Timur No.
71/02.188.45/HK/III/2006.
7
Proses tersebut akan terlaksana apabila asumsi-asumsi pembangunan dapat terpenuhi, meliputi; kesempatan kerja atau
M. Lukman Hakim, Integrasi CSR dan Program Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Kerangka Mewujudkan Model Baru
Pelaksanaan CSR 41

namun tetap harus bertanggung jawab ke Karena itu sejak tahun 2007 muncul
CEO atau ke dewan direksi. kesadaran pemerintah yang ditandai dengan
Seperti halnya KPC, sebagian besar penegasan pemwajiban CSR bagi
perusahaan di Indonesia menjalankan CSR perusahaan sebagaimana tertuang di dalam
melalui kerjasama dengan mitra lain, seperti Pasal 74 ayat 1 Undang-undang 40 Tahun
LSM, perguruan tinggi atau lembaga 2007 tentang Perseroan Terbatas.
konsultan. Beberapa perusahaan ada pula Kelemahan UU ini adalah tidak
yang bergabung dalam sebuah konsorsium menyebutkansecara rinci berapa besaran
untuk secara bersama-sama menjalankan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
CSR. Beberapa perusahaan bahkan ada untuk CSR serta sanksi bagi yang
yang menjalankan kegiatan serupa CSR, melanggar18.
meskipun tim dan programnya tidak secara Baru pada tanggal 4 April 2012
jelas berbendera CSR. pemerintah menetapkan Peraturan
Pada awal perkembangannya, Pemerintah No 47 Tahun 2012 tentang
bentuk CSR yang paling umum adalah Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan
pemberian bantuan terhadap organisasi- Perseroan Terbatas. Sebagaimana tertuang
organisasi lokal dan masyarakat miskin di dalam filosofi perundangannya, PP ini
negara-negara berkembang. Pendekatan dimaksudkan untuk melaksanakan
CSR yang berdasarkan motivasi karitatif ketentuan Pasal 74 UU No 40 Tahun 2007
dan kemanusiaan ini pada umumnya tentang Perseroan Terbatas.
dilakukan secara ad-hoc, parsial, dan tidak Penamaan PP ini juga telah
melembaga. CSR pada tataran ini hanya mengakomodir perdebatan yang selama ini
sekadar do good dan to look good, berbuat berkembang, dimana CSR dianggap belum
baik agar terlihat baik. Perusahaan yang mengkover tanggung jawab lingkungan.
melakukannya termasuk dalam kategori Dengan adanya PP ini, dan sanksi serta
perusahaan impresif, yang lebih aturan pelaksanaanya yang lebih jelas, masa
mementingkan tebar pesona (promosi) depan pelaksanaan CSR di Indonesia
ketimbang tebar karya (pemberdayaan)17 menjadi lebih pasti.
Dewasa ini semakin banyak Namun demikian, persoalan dan
perusahaan yang kurang menyukai perdebatan yang menyelimuti CSR tidak
pendekatan karitatif semacam itu, karena kunjung usai. Di tingkat global misalnya,
tidak mampu meningkatkan keberdayaan pro dan kontra CSR serta kontradiksi-
atau kapasitas masyarakat lokal. kontradiksi penerapan CSR menimbulkan
Pendekatan communitydevelopment perdebatan panjang.Tragedy lingkungan
kemudian semakin banyak diterapkan yang ditimbulkan perusahaan ekstraktif
karena lebih mendekati konsep yangeksploitatif (macam KPC) dinilai tidak
empowerment dan sustainable sebanding dengan CSR yang diberikan.
development. Prinsip-prinsip good Untuk mengurai persoalan di atas
corporate governance, seperti fairness, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh
transparency, accountability, dan dalam menampilkan atau melaksanakan
responsibility kemudian menjadi pijakan CSR. Caranya adalah dengan
untuk mengukur keberhasilan program mengintegrasikan program CSR perusahaan
CSR. dengan perencanaan pembangunan yang
Sekalipun saat makalah ini ditulis dirumuskan pemerintah.
kegiatan CSR yang dilakukan sudah mulai Integrasi ini menjadi penting sebab
beragam, disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan pembangunan merupakan; a)
masyarakat setempat berdasarkan needs usaha pemerintah secara terencana dan
assessment, tapi masih dalam kerangka sistemik untuk mengendalikan dan
berjalan sendiri tanpa integrasi perencanaan mengatur proses pembangunan, b)
dengan proses pembangunan pemerintah mencakup periode jangka panjang,
setempat. menengah, dan tahunan, c) menyangkut
partisipasi termanfaatkan secara penuh (full employment), setiap pelaku pembangunan mempunyai kemampuan yang sama
(equal production) dan masing-masing pelaku bertindak secara efisien. Lih; Michel Todaro. 1971. Development Planing:
Models and Methods. Nairobi: Oxford University Press, p: 117
8
Eriyanto, 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, LkiS, Yogyakarta, hal. 7
9
Wodak, R. (2001). What CDA is about a summary of its history, important concepts, and its development. In Methods of
CDA. (ed.) by R. Wodak and M. Meyers. London: Sage Publication, 1-13.
42 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 36 - 45

Variabel-variabel yang memengaruhi rencana pembangunan pasca tambang


pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dengan asumsi masa kerja tambang
secara keseluruhan baik secara langsung diperkirakan akan habis pada tahun 2021.
maupun tidak langsung, d) mempunyai Rencana pembangunan pasca tambang
suatu sasaran pembangunan yang jelas meliputi; pengembangan industri di luar
sesuai dengan keinginan masyarakat19. industri tambang, pelayanan jasa dan
Sejumlah variable di atas sejalan potensi agribisnis yang selama ini belum
dengan definisi perencanaan pembangunan optimal dimanfaatkan, di samping kelautan,
yang dikemukan sejumlah pakar. Lewis AW manufaktur, barang dan jasa, serta
mendefinisikan perencanaan pembangunan pariwisata.
sebagai suatu kumpulan kebijaksanaan dan Gambar 5
program pembangunan untuk merangsang Skenario Pengembangan Jangka
masyarakat dan swasta untuk menggunakan Panjang Kabupaten Kutai Timur
sumber daya yang tersedia secara lebih
produktif 20 . Sementara itu Jhingan M.L.
seorang ahli perencanaan pembangunan
asal India memberikan definisi yang lebih
kongkrit tentang perencanaan pembangunan
tersebut yaitu: Perencanaan pembangunan
pada dasarnya merupakan pengendalian dan
pengaturan perekonomian dengan sengaja
oleh pemerintah untuk mencapai suatu
sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka
waktu tertentu pula21.
Dalam konteks integrasi
perencanaan pembangunan Kabupaten
Kutai Timur, definisi perencanaan Sumber: Dokumen RPJPD Kabupaten
pembangunan UU-SPPN, 2004 tampak Dalam skenario pembangunan pasca
lebih pas, yakni proses untuk menentukan tambang di atas terdapat sejumlah
tindakan masa depan yang tepat, melalui periodesasi, yakni; Periode pertama,
urutan pilihan, dengan memperhitungkan merupakan periode inisiasi dimana
sumberdaya yang tersedia. komitmen pembangunan Kabupaten Kutai
Program dan dana CSR yang begitu Timur telah dituangkan dalam Rencana
besar, sebagaimana dijelaskan di atas, Strategis Kabupaten Kutai Timur 2001-
merupakan salah satu sumber daya yang 2005.
harus dimaksimalkan untuk mencapai target
pembangunan. Sebagai langkah awal dalam periode
Maksimalisasi sumber daya pembekalan dasar dari tahun 2005-2010
sedianya dimulai sejak pemerintah adalah penyiapan sumberdaya manusia
Kabupaten Kutai Timur merumsukan (SDM) di mana pembangunan SDM
perencanaan pembangunannya mulai dari menjadi prioritas pembangunan sebagai
Rencana Pembangunan jangka Panjang kerangka dasar Kabupaten Kutai Timur
Daerah (RPJPD), Rencana Tata Ruang dalam memiliki pelaku-pelaku
Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan pembangunan yang handal yang ditujukan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan bagi generasi yang akan datang dan juga
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). generasi muda saat ini.
Dokumen-dokumen perencanaan di Periode selanjutnya adalah periode
atas sedianya memasukkan integrasi pematangan. Dalam periode ini diharapkan
perencanaan dan program CSR perusahaan, masyarakat atau SDM yang telah dibina
apalagi di dalam skenario jangka panjang akan dapat mengembangkan kegiatan
Kabupaten Kutai Timur telah dirumuskan ekonomi di mana produksi keluarga dapat
10 Fairclough N., 2000, Discourse, social theory and social research: the discourse of welfare reform, Journal of
Sociolinguistics 4, pp. 163-195
11
Ibid, hal.10-11
12
Van Dijk, T. A. (1998). Ideology. A Multidisciplinary Study. London: Sage. P: 265
13
Berdasarkan PDRB tanpa migas dan batubara tahun 2006-2010, sektor pertanian merupakan yang paling dominan dalam
pembentukan PDRB dengan kontribusi antara29,01%-29,23%. Urutan terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel, dan
M. Lukman Hakim, Integrasi CSR dan Program Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Kerangka Mewujudkan Model Baru
Pelaksanaan CSR 43

menjadi produksi wilayah kemudian Pusat Study Amerika Latin di Stanford


produksi menyeluruh. University ini menegaskan; konsekuensi
Tahap terakhir dari skenario jangka dari pembangunan yang didasarkan pada
panjang adalah periode pemantapan dimana ekspor tambang cenderung negatif
masyarakat dan kota telah menjadi tegar setidaknya selama 40 tahun terakhir. Efek
dan maju dalam artian siap dalam buruknya menurut Terry meliputi
melakukan pembaharuan menangkap visi pertumbuhan ekonomi lebih lambat dari
sebagai pusat agribisnis dan agroindustri yang diharapkan, diversifikasi ekonomi
bagi Kalimantan Timur dan wilayah yang yang buruk, indikator kesejahteraan sosial
lebih luas. Hal ini diperkuat dengan Visi di yang menyedihkan, tingkat kemiskinan dan
dua periode pemerintahan sebagaimana ketimpangan yang tinggi, kerusakan
tabel di bawah ini: lingkungan di tingkat lokal, korupsi yang
meluas, penyelenggaraan pemerintahan
Tabel 4 Visi-misi Pemerintah Daerah yang sangat buruk, serta tingkat konflik dan
Kutai Timur Periode 2006-2010 dan perang yang tinggi??
2011-2015 Pernyataan Terry dan pertimbangan
fenomenaKutukan SDA di atas patut
direnungkan dalam rangka antisipasi
PERENCANA
AN
VISI dampak buruk ekstraksi pertambangan di
PembangunanDaerah yang bertumpu pada pembangunan yang Kabupaten Kutai Timur, sehingga target
Periode
berkeadilan menuju masyarakat Kutai Timur yang sejahtera dengan skenario pembangunan di atas dapat
memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbarui dan
(2006-2010)
menjadikan daerah Kabupaten Kutai Timur sebagai pusat agribisnis terealisir.
dan agroindustri di Kalimantan Timur Pertimbangan-pertimbangan
Periode Pembangunan Daerah Bertumpu Pada Agribisnis Menuju Kutai
Sumber
(2011-2015) TimurRPJMD
Mandiri 2006-2010 dan RPJMD tersebut sekaligus dijadikan fondasi dalam
2011-2012 Kabupaten Kutai Timur merumuskan program dan kegiatan
pemerintah dalam kerangka integrasi
pelaksanaan CSR dan perencanaan
Tabel di atas semakin menegaskan pembangunan ditiga periode yang telah
semangat Kabupaten Kutai Timur untuk ditetapkan.
mandiri (tanpa tambang) melalui formulasi Langkah ini kemudian diikuti
agro bisnis dan agro industry. Namun bila dengan menetapkan variabel ukuran
dampak ekstraksi pertambangan tidak keberhasilan pada setiap periode (Perode
diperhitungkan dan tidak diantisipasi sejak Pembekalan Dasar 2006-2015, Periode
dini, maka kabupaten ini justru akan Pematangan 2016-2025, dan Periode
terjebak fenomena kutukan sumber daya Pemantapan 2026-2030) sekaligus
alam. mengintegrasikan seluruh sumberdaya
Kutukan SDA adalah istilah yang pemerintah dan sumber daya perusahaan
digunakan untuk menjelaskan kegagalan untuk mendukung pelaksanaan rencana
negara-negara atau daerah kaya sumber jangka panjang tersebut.
alam untuk mengambil manfaat dari berkah Dengan cara ini perusahaan benar-
kekayaan yang mereka miliki. Gambaran benar menyatu dengan pemerintah dan
ini terpampang jelas di Afrika. Kongo, rakyat,dan secara sungguh-sungguh
Angola dan Sudan diguncang perang melakukan program bersama demi
saudara, sedangkan Nigeria menderita kemajuan bersama. Dengan demikian
akibat wabah korupsi22 , sementara negara- keseimbangan hidup akan tercipta, sehingga
negara yang minim sumber alam dan sama dapat menjamin kelancaran
melaratnya seperti Burkina Faso dan Ghana investasitanpa gangguan, sebagaimana
justru bisa hidup damai dan menerapkan terjadi dibanyak daerah penghasil tambang.
pemerintahan demokratis.
Pertimbangan yang sama A. KESIMPULAN
disampaikan Terry Lynn Karl, Profesor
Model baru pelaksanaan CSR di
restoran dengan share antara 21,34%-23,59%, kemudian disusul sektor bangunan sebesar antara 15,46%-16,01%. Sedangkan
sektor-sektor lainnya, dibawah 14%. Subsektor pekebunan merupakan penyumbang terbesar pada sektor pertanian dengan
share antara 5,36%-10,68%.
14
PT. Bumi Resources (BR) merupakan perusahaan pertambangan yang berada di bawah bendera Kelompok Bakrie. Visi
Perusahaan ini menjadi perusahaan kelas dunia dalam sektor pertambangan dan energi.
15
PT. Kutai Timur Energi adalah Perusahaan Daerah dengan pimpinan Mahyudin mantan Bupati Kutim tahun 2005. 5%
saham yang diberikan kepada Perusda PT. Kutai Timur Energi merupakan saham hibah dari BR hasil negosiasi.
44 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 36 - 45

atas dapat menjadi solusi dari kegagalan of Sociolinguistics 4


CSR dibanyak perusahaan. Konflik yang Karl, Terry Lynn, 2004. Oil Led
masih berkecamuk didaerah penghasil Development: Social Economic and
tabang, ketidakpuasan masyarakat yang Political Consequences, Encyclopedia
menyeruak seiiring dengan pelaksanaan of Energy vol IV New York: Elsevier
program CSR merupakan persoalan Lewis Arthur, 1965. Development Planing,
menahun, dampak dari ketidakseriusan New York, Harper Row
perusahaan dalam melaksanakan konsepsi Macartan Humphreys, Jeffrey D. Sachs, dan
CSR secara sungguh-sungguh. Joseph E. Stiglitz, 2007. ESCAPING
CSR hanya diberikan pada elit THE RESOURCE CURSE, Columbia
politik dan pemerintahan lokal sehingga University Press
melahirkan fenomena yang oleh para pakar Michel Todaro. 1971. Development
disebut sebagai renziking behaviour dan Planing: Models and Methods.
koruptor-koruptor baru. CSR juga tak Nairobi: Oxford University Press
jarang diperuntukkan bagi polisi dan TNI M.L. Jhingan. 1990. Ekonomi
untuk pengamanan perusahaan. Pembangunan dan Perencanaan
Kalaupun dana CSR dekelola oleh (terjemahan) Rajawali Press, Jakarta
lembaga swadaya masyarakat, tak jarang Pearce and Robinson. 2005. Formulation,
program-programnya kurang tepat sasaran Implementation, and Control of
dan kerap berbenturan dengan program Competitive Strategy. New York:
pembangunan pemerintah McGraw-Hill Irwin, p; 43.
Disituasi inilah program CSR perlu Bandingkan dengan
diintegrasikan ke dalam program Syafrizal, 2009. Teknis Praktis Penyusunan
perencanaan pembangunan pemerintah, Pembangunan Daerah, Baduose
sehingga rakyat melalui media, lembaga Media, Padang
swadaya, dan wakilnya di parlemen disatu Van Dijk, T. A. 1998. Ideology. A
sisi dapat mengontrol pelaksanaannya. Multidisciplinary Study. London:
Disisi lain integrasi di atas dapat Sage.
menjamin efektifitas, akuntabilitas, dan Wodak, R. 2001. What CDA is about a
kebersamaan antara pemerintah, rakyat, dan summary of its history, important
perusahaan. Harmonisasi inilah yang oleh concepts, and its development. In
John Elkington (1998), sang pencetus Methods of CDA. (ed.) by R. Wodak
CSR,disebut sebagai keseimbangan antara and M. Meyers. London: Sage
planet, people, dan provit. Publication.

B. DAFTAR PUSTAKA Paraturan Perundang-undangan


Bob de Wit and Ron Meyer. 2004. Strategy:
Process, Content, Context 3rd Ed. UU No.19 Tahun 2003 tentang Badan
London: Thomson Learning Usaha Milik Negara
Dedy N. Hidayat, dalam Eriyanto, 2001. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
Analisis Wacana Pengantar Analisis tentang Sistem Perencanaan
Teks Media,LkiS, Yogyakarta Pembangunan Nasional
Eriyanto, 2001. Analisis Wacana Pengantar UU No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Analisis Teks Media, LkiS, Terbatas
Yogyakarta UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Edi. Suharto, 2008 Menggagas Standart Modal
Audit CSR, dalam Round Table Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012
Discussion AAI tentang Tanggungjawab Sosial dan
Fairclough N., 2000, Discourse, social Lingkungan Perseroan Terbatas.
theory and social research: the Peraturan Mentri Dalam Negeri No 54
discourse of welfare reform, Journal
16
Misi KPC adalah; a) menjalin hubungan yang harmonis dengan pemangku kepentingan berdasarkan prinsip saling percaya
dan saling menghargai; b) mendorong pertumbuhan perekonomian lokal yang saling menguntungkan
17
Edi. Suharto, 2008 Menggagas Standart Audit CSR, dalam Round Table Discussion AAI
18
Pada ayat 2, 3 dan 4 UU No 40 Tahun 2007 hanya menyebutkan bahwa CSR dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.Pada ayat 2, 3 dan 4 UU
No 40 Tahun 2007 hanya menyebutkan bahwa CSR dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
M. Lukman Hakim, Integrasi CSR dan Program Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Kerangka Mewujudkan Model Baru
Pelaksanaan CSR 45

Tahun 2010 tentang Tahapan Tatacara


Penyusunan, Pengendalian, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD 2006-2025)
Kabupaten Kutai Timur
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (2006-2010) Kabupaten Kutai
Timur
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (2011-2015) Kabupaten Kutai
Timur
Surat Keputusan Bersama antara Bupati
Kutai Timur dan Presiden Direktur
KPC No.43/02.188.45/HK/II/2005
tanggal 21 Februari 2005.
Eksekutif Summary AMDAL PT KPC
Tahun 2005
Keputusan Bupati Kutai Timur No.
71/02.188.45/HK/III/2006. Kepengurusan
Forum ini terdiri dari Dewan Pengarah
(Ketua: Bupari Kutim); Dewan Pelaksana
(Ketua: Wakil Bupati dan anggota terdiri
dari kalangan Perusahaan, LSM,
Pemerintah Kabupaten Kutim dan individu
(masyarakat).

Peraturan lain yang menyentuh CSR adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b)
menyatakan bahwa Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Meskipun UU
ini telah mengatur sanksi-sanksi secara terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan CSR
(Pasal 34), UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara tegas perihal CSR bagi perusahaan
nasional.
Peraturan tentang CSR juga diatur dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudiaan dijabarkan lebih jauh
oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan
CSR. Saying, UU inipun masih menyisahkan masalah. Selain hanya mengatur BUMN, program kemitraan perlu dikritisi
sebelum disebut sebagai kegiatan CSR.
19
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
20
Rangsang-rangsangan tersebut menurut Arthur harus diberikan dalam bentuk insentif-insentif ekonomi baik secara mikro
maupun makro yang dapat mendorong penggunaan sumber daya secara lebih produktif sehingga proses pembangunan akan
lebih meningkat. Lewis Arthur, 1965. Development Planing, New York, Harper Row, p: 321
21
M.L. Jhingan. 1990. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (terjemahan) Rajawali Press, Jakarta, hal: 271
22
Macartan Humphreys, Jeffrey D. Sachs, dan Joseph E. Stiglitz, 2007. ESCAPING THE RESOURCE CURSE, Columbia
University Press
23
Karl, Terry Lynn, 2004. Oil Led Development: Social Economic and Political Consequences, Encyclopedia of Energy vol
IV New York: Elsevier
QUICK COUNT (Metode Hitung Cepat)
DALAM PERSPEKTIF PEMILUKADA

Oleh :
Robi Cahyadi Kurniawan
Staf Pengajar FISIP Universitas Lampung

ABSTRAK
Metode quick count (hitung cepat) mulai merebak ditanah air semenjak
diberlakukannya pemilihan umum langsung, baik nasional maupun pemilihan kepala daerah
langsung (pilkada). Metode ini dengan cepat menjadi sebuah alternatif baru yang diidolakan
para pemangku kepentingan atau pihak-pihak yang terkait dengan perebutan kekuasaan
(pemilu) baik dalam skala nasional dan dalam konteks lokal. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Januari 2012. Metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif analisis dengan studi
pustaka dan observasi pilkada Kabupaten di Lampung sepanjang tahun 2011.. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode hitung cepat semakin dipercya sebagai sebuah analisis dalam
keputusan politik, dalam hal ini memprediksi hasil sebuah pilkada/pemilukada dengan tingkat
akurasi yang mendekati perhitungan resmi yang dikeluarkan oleh penyelenggara pemilukada
(KPUD Kabupaten).
Kata Kunci : Hitung cepat, Pemilukada, Lampung
Key Words : Quick Count, regional election, Lampung

A. PENDAHULUAN merubah siapa yang seharusnya menang


atau kalah. Metode ini bertujuan , menjaga
Metode quick count (hitung cepat)
mulai merebak ditanah air semenjak suara pemilih dan membantu agar proses
pemilu berjalan secara jujur dan adil.
diberlakukannya pemilihan umum
Metode ini muncul di negara-negara
langsung, baik nasional maupun pemilihan
yang baru membangun demokrasi pada era
kepala daerah langsung (pilkada). Metode
ahun 1980-an, misalnya di negara Eropa
ini dengan cepat menjadi sebuah alternatif
baru yang diidolakan para pemangku Timur dan Afrika. Kelemahan pada negara
demokrasi yang masih baru adalah peluang
kepentingan atau pihak-pihak yang terkait
kecurangan yang terbuka lebar. Kecurangan
dengan perebutan kekuasaan baik dalam
skala nasional dan dalam konteks lokal. pada saat penghitungan dan tabulasi suara
Quick Count dalam ilmu statistika juga sangat sering terjadi. Runtutannya pada saat
bukan barang baru. Metode ini menjadi di Tempat Pemungutan Suara (TPS), setelah
buah bibir dikarenakan cara penggunaannya suara dikumpulkan ke Panitia Pemungutan
yang tidak terlalu sulit. Pengeluaran Suara (PPS) di kecamatan, sampai dengan
anggaran yang tidak terlalu besar serta tingkat kabupaten/kota dan provinsi.
keakuratan datanya yang dapat menyajikan Pelaksanaan Quick Count di tingkat TPS
informasi dengan tingkat ketepatan tinggi. dan hasilnya dipublikasikan kepada
Publik mendefinisikan Quick Count khalayak/publik , maka kecurangan pasca
sebagai cara mengetahui lebih cepat siapa TPS dapat dipotong. Data yang diperoleh
yang menag atau kalah dalam pemilu atau dapat menjadi data alternatif terhadap
pilkada. Pada hakikatnya Quick Count penghitungan yang dilakukan oleh Komisi
lahir dari kebutuhan untuk menjaga agar Pemilihan Umum (KPU)1.
penghitungan suara pemilu tidak dilakukan Quick count atau penghitungan cepat
dengan cara-cara yang curang. Peluang dalam catatan di Asia Tenggara pertama
kecurangan memang tetap ada, namun dilakukan pada tahun 1986 di Pemilu
dapat diminimalisir dan diharapkan tidak Philipina. Sebuah LSM yang bernama
NAMFREL melaksanakan PVT (parallel

46
Robi Cahyadi Kurniawan, Quick Count (Metode Hitung Cepat) dalam Perspektif Pemilukada 47

vote tabulation) yaitu pencatatan atau KPU. Lebih jauh quick count mampu
penabulasian secara paralel hasil mendeteksi dan melaporkan penyimpangan,
penghitungan suara pemilu. Indonesia juga atau mengungkapkan kecurangan. Banyak
menggunakan metode ini era tahun 1990- contoh membuktikan Quick Count dapat
an. Metode quick count sebenarnya sudah membangun kepercayaan atas kinerja
dilaksanakan sejak pemilu 1997 dan pemilu penyelenggara pemilu dan memberikan
1999 oleh LP3ES. LP3ES sayangnya, tidak legitimasi terhadap proses pemilu.
terlalu mempublikasikan secara besar- Selanjutnya agar kita bisa memahami quick
besaran hasilnya. Seiring berjalannya count, kita pun harus mengerti metodologi
waktu, teknik yang digunakan dalam quick dan cara penarikan sampel yang dipilih
count semakin berkembang. penyelenggara karena kekuatan data quick
Prinsip dasar statistika mempermudah count sebenarnya bergantung pada
metode ini, penyelenggara quick count tidak bagaimana sampel itu ditarik. Sebab,
perlu menempatkan orang di setiap TPS. sampel tersebut yang akan menentukan
LP3ES menyebutkan quick count atau mana suara pemilih yang akan dipakai
penghitungan suara cepat adalah proses sebagai basis estimasi hasil pemilu. Sampel
pencatatan hasil perolehan suara di ribuan yang ditarik secara benar akan memberikan
TPS yang dipilih secara acak. Quick count landasan kuat untuk mewakili karakteristik
adalah prediksi hasil pemilu berdasarkan populasi.
fakta bukan berdasarkan opini. Karena itu Seberapa akuratkah hasil quick count
ia tidak sama dengan jajak pendapat bila dibandingkan dengan hasil resmi
terhadap pemilih yang baru saja mencoblos pemilu atau pilkada? Estimasi quick count
atau yang biasa disebut exit poll. akan akurat apabila mengacu pada
Untuk kepentingan quick count ribuan metodologi statistik dan penarikan sampel
relawan diturunkan untuk mengamati yang ketat serta diimplementasikan secara
pemilu secara langsung demi memperoleh konsisten di lapangan. Kekuatan Quick
informasi yang diperlukan. Mereka Count juga sangat tergantung pada
mencatat ke dalam formulir yang telah identifikasi terhadap berbagai faktor yang
disediakan mengenai informasi proses berdampak pada distribusi suara dalam
pencoblosan dan penghitungan suara di TPS populasi suara pemilih. Apabila Pemilu
yang diamati, termasuk perolehan suara berjalan lancar tanpa kecurangan, akurasi
masing-masing kandidat. Setelah selesai quick count dapat disandarkan pada
mereka akan menyampaikan temuan- perbandingannya dengan hasil resmi KPU.
temuannya ke pusat data (data center). Tetapi apabila Pemilu berjalan penuh
Mengapa kita bisa mempercayai hasil kecurangan, maka hasil quick count dapat
quick count? Pertanyaan ini seringkali dikatakan kredibel meskipun hasilnya
diajukan ketika banyak pihak yang berbeda dengan hasil resmi KPU. Oleh
meragukan akurasi data. Jawabannya karena itu Quick Count biasanya diiringi
karena quick count tidak mendasarkan diri dengan kegiatan lain yaitu pemantauan
pada opini siapapun, melainkan berbasis yang juga menggunakan metode penarikan
pada fakta lapangan, yaitu perolehan suara sampel secara acak 2 .
di TPS. Organisasi yang melakukan Quick
Count mengumpulkan data dari tiap TPS, B. ATURAN /REGULASI QUICK
dan berusaha melakukan penghitungan COUNT
cepat dari daerah pantauan yang dipilih
secara acak. Para pemantau berada di TPS, Menjamurnya lembaga-lembaga
dan melaporkan secara langsung proses survey telah membuata pemerintah perlu
pemungutan dan penghitungan surat suara. melakukan regulasi untuk mengaturnya.
Quick count dapat memperkirakan Latar belakang yang menyebabkan
perolehan suara Pemilu secara cepat perlunya hal ini diatur, karena pemerintah
sehingga dapat memverifikasi hasil resmi menganggap hasil-hasil lembaga survey
1
Syaiful Mujani, Direktur LSI, Sumatra Ekspres 2008
2
Iqbal Fadil, Memahami Metode Quick Count, 2007 (www.detiknews.com)
48 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 46 - 54

dapat mempengaruhi opini dan wacana tanggal pemungutan suara.


publik. Berikut ini regulasi-regulasi terkait 4) Pasal 10 dalam Peraturan KPU no. 40
penyelenggaraan Survey, Exit Poll dan tahun 2008
Quick Count: Survei Pemilu hanya dapat
1) UU No.16 Tahun 1997 tentang Statistik dilakukan oleh lembaga yang telah
Bagian Ketiga Statistik Khusus mendapatkan nomor registrasi
Pasal 14: Penyelenggara survei sebagai lembaga survei dari KPU/
wajib memberitahukan sinopsis KPU Provinsi/ KPU Kabupaten/
hasil survei kepada Balai Pusat Kota.
Statistik yang memuat: judul, Mengajukan permohonan dengan
wilayah kegiatan survei, objek mengisi formulir pendaftaran
populasi, jumlah responden, waktu
pelaksanaan,metode statistik, nama, Mengembalikan formulir
alamat penyelenggara, abstraksi. pendaftaran.
2) SK KPU no. 701 tahun 2003 pasal 14 5) Pasal 245 ayat 3 UU Pemilu, UU No 10
ayat 1 tahun 2008
Penyelenggaraan dan penyampaian Pengumuman hasil perhitungan
hasil jajak pendapat umum, seperti cepat hanya boleh dilakukan paling
polling dansurvei,olehdan/ atau cepat pada hari berikutnya dari hari/
melalui media massa pada masa tanggal pemungutan suara.
kampanye dapat dilakukan Selain itu, pelaksana kegiatan
sepanjang disertai penjelasan penghitungan cepat wajib
kelebihan dan kekurangan memberitahukan metodologi yang
metodologi yang digunakan. digunakan dan hasil penghitungan
3) Keputusan KPU no. 48 tahun 2004 cepat yang dilakukannya bukan
merupakan hasil resmi
Pasal 20 ayat 3: Media elektronik penyelenggaraan pemilu.
dan setiap pihak yang menggunakan
media elektronik untuk 6) Ketentuan Pidana
melaksanakan rubrik jajak pendapat (Pasal 282) Pengumuman hasil
umum mengenai pasangan calon survei pada masa tenang, dipidana
wajib menyebutkan: (a) nama degan pidana penjara paling singkat
sponsor atau pihak yang membiayai 3 (tiga) bulan dan paling lama 12
kegiatan tersebut; (b) rumusan (dua belas) bulan dan denda paling
pertanyaan yang diajukan; (c) teknik sedikit Rp. 3.000.000,- (tiga juga
mendapatkan data/.informasi; (d) rupiah dan paling banyak Rp.
besarnya sample, karakteristik yang 12.000.000,- (dua belas juta rupiah)
menjadi responden dan cara Pasal 282
memilih responden; (e) kapan jajak (Pasal 307) Pengumuman hasil
pendapat dilaksanakan; dan (f) penghitungan cepat pada hari/
ambang kesalahan. tanggal pemungutan suara, dipidana
Pasal 26: Media elektronik dan dengan pidana penjara paling
cetak atau pihak lain yang singkat 6 (enam) bulan dan paling
melaksanakan jajak pendapat lama 18 (delapan belas) bulan dan
sebagaimana dimaksud dalam pasal denda paling sedikit Rp. 6.000.000,-
20 dan 21 dilarang memberitahukan (enam juta rupiah) dan paling
atau menyiarkan hasil jajak banyak Rp. 18.000.000,- (delapan
pendapat dalam bentuk apapun pada belas juta rupiah)
masa tenang dan sampai pukul (Pasal 308) Jika hasil penghitungan
13:00 waktu setempat pada hari dan cepat tidak diberitahukan bukan
Robi Cahyadi Kurniawan, Quick Count (Metode Hitung Cepat) dalam Perspektif Pemilukada 49

merupakan hasil resmi pemilu, tumbuh dan berkembang di universitas dan


dipidana dengan pidana penjara institut di Amerika. Metode ini memiliki
paling singkat 6 (enam) bulan dan keberhasilan yang tinggi, karena mampu
paling lama 18 (delapan belas) mempredikasi hasil akhir dengan tingkat
bulan dan denda paling sedikit Rp. akurasi (ketepatan) yang nyaris sempurna.
6.000.000,- (enam juta rupiah) dan Keberhasilan metode ini di Amerika
paling banyak Rp. 18.000.000,- diantaranya disebabkan tingkat
(delapan belas juta rupiah) homogenitas dan sebaran penduduk pada
negara-negara bagian yang cukup merata ,
C. RELASI QUICK COUNT dan ditunjang oleh pendidikan politik yang
PEMILUKADA relatif sama. Contohnya bagaimana metode
Banyak penyelenggaraan pilkada di polling dapat memprediksikan Obama lebih
tanah air yang menggunakan quick count, unggul dibanding Hillary Clinton dalam
selain untuk memprediksi lebih cepat pencalonan presiden pada partai Demokrat.
pemenang pilkada juga sebagai alat Atau bagaimana John McCain dapat
pengawas bagi kinerja KPU setempat. mengungguli lawan-lawan politiknya yang
Penulis menarik contoh pada pelaksanaan lebih tangguh dalam memperebutkan
Pemilihan Kepala Daerah Provinsi kandidat calon presiden di partai Republik.
Lampung (Pilgub ) 2008 lalu. Pilgub Bahkan, bagaimana respon publik terhadap
Lampung 2008 lalu, metode sampel secara calon wakil presiden pilihan McCain, Sarah
acak penentuannya berbasiskan pembagian Palin, Gubernur Alaska yang kurang
dan pemilahan pada setiap tingkatan/strata populer sebelumnya.
tertentu. Pelaksanaan dilakukan pada 400 Beberapa ahli ilmu sosial di Indonesia
TPS dari total jumlah TPS kurang lebih pada awalnya meragukan penggunaan
13.000 buah. Jumlah TPS yang dijadikan teknik-teknik tersebut dalam membaca
sampel ini jika dipersentasekan tidak perilaku politik masyarakat di Indonesia.
mencapai 3% dari total keseluruhan TPS Alasannya karena heterogenitas yang
yang ada. Sehingga tidaklah belebihan jika tinggi, sebaran penduduk yang tidak merata
pihak kandidat calon gubernur yang lain dan tentu saja pendidikan politik yang
mengatakan bahwa hasil perolehan quick rendah. Terindikasikan pada tingkat
count tidak menjadi jaminan dari hasil pendidikan, ekonomi serta strata sosial
perhitungan suara yang sebenarnya. masyarakat Indonesia yang memiliki jurang
Anggapan demikian ada benarnya, pemisah yang sangat dalam.
karena selama ini kita selalu dimanjakan Tetapi pada akhirnya hasillah yang
oleh hasil perhitungan cepat oleh berbagai berbicara, anak-anak muda yang
lembaga-lembaga survey. Biasanya mengenyam pendidikan dari luar seperti
diumumkan sebelum pengumuman resmi Syaiful Mujani dan Deny JA telah
dari KPU sebagai penyelenggara pilkada. membuktikan pada khalayak bahwa
Keuntungannya tentu saja hasil pilkada ternyata metode ini bisa dilakukan dimana
dapat diprediksikan dengan lebih cepat, saja, termasuk di Indonesia. Multi stage
tetapi dibalik itu seolah ada kesan bahwa random sampling telah mempoluperkan
pihak yang berwenang menyelenggarakan nama mereka. Hal yang perlu diperhatikan
pilkada, yaitu KPU seolah-olah dilangkahi dengan menggunakan metode/teknik ini
terlebih dahulu mengenai hasil akhir oleh adalah keberanian untuk memprediksi hasil
lembaga lain. akhir sebuah pilkada dalam kasus
Metode quick count, polling, survey Indonesia. Jaminan atau prediksi yang
dan berbagai metode lain yang bermuara akurat dalam hasil akhir menjadi faktor
pada memprediksikan hasil dari sebuah penting bagi para calon kandidat yang
proses politik sudah cukup lama eksis. bertarung untuk memakai jasa para lembaga
Metode-metode tersebut berasal dari konsultan politik yang biasanya juga
pendekatan mazhab behavioral yang berprofesi sebagai lembaga survey.
50 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 46 - 54

Akan tetapi agaknya kita jangan dari kajian demokrasi ala barat dengan adat
terlena dengan hasil polling atau budaya lokal ala Indonesia. Demokrasi
perhitungan cepat yang memiliki tingkat secara garis besar berbicara mengenai
akurasi yang tinggi, karena terkadang juga kebebasan yang berbasiskan dari faham
mengalami kegagalan. Kasus pilkada Jawa liberal individual. Konteks individualisme
Barat yang lalu misalnya, berbagai lembaga dengan menjunjung tinggi hak pribadi
survey memprediksikan pasangan Agum individu seorang manusia sangat dihormati.
Gumelar dan Numan Abdul Hakim akan Sejarah demokrasi yang dikembangkan
memenangkan pilkada Jawa Barat. oleh Yunani Kuno (-6 sd 3 SM) keputusan
Ternyata, yang keluar sebagai pemenang politik dijalankan langsung oleh seluruh
adalah pasangan Ahmad Heryawan dan warga negara berdasarkan suara mayoritas.
Dede Yusuf dengan perolehan suara Tetapi, ketentuan demokrasi berlaku untuk
mencapai 40 %. warga negara asli, tidak berlaku untuk
Ibarat pepatah tidak ada gading yang budak dan pendatang. Terdapat unsur kasta
tak retak, maka kemungkinan akan adanya dan strata kelas dalam hal ini.
salah perhitungan atau kegagalan dalam Demokrasi masa Romawi berubah
memprediksi hasil pasti selalu ada. menjadi sistem feodal (hubungan tuan tanah
Hendaknya perhitungan cepat atau polling dan budak), pemusatan kekuasaan spiritual
hanya sebatas informasi ataupun data yang ditangan Paus, dan perebutan kekuasaan di
disampaikan kepada publik untuk diketahui kalangan bangsawan (kelas menengah).
saja, sedangkan hasil akhir menjadi Piagam Magna Charta (1215 M) di Inggris
kewenangan dari penyelenggara antara Raja John dengan kaum bangsawan
pemilu/pilkada. Hubungan quick count menjadi cikal demokrasi modern. Raja John
dengan pilkada ada pada ranah hasil dari memberikan, mengakui, dan menjamin hak
pilkada itu sendiri. Quick Count menjaga atau privilages kaum bangsawan atas tanah
agar hasil dari pilkada tetap pada koridor dengan imbalan tertentu (penyerahan dana
keadilan dan kejujuran. Meminimalisir untuk mendukung perang). Magna Charta
resiko kecurangan, serta memfasilitasi menjadi tonggak terkikisnya kekuasaan
keinginan publik untuk mendapatkan Raja oleh kaum bangsawan.
informasi pembanding sebagai barometer Gerakan renaisance (abad 14) dan
informasi resmi penyelenggara pilkada. gerakan reformasi (abad 16) di Eropa , serta
Kejujuran dan keadilan dari sebuah gerakan rasionalisme (abad 18) kembali
pilkada yang demokratis akan membatasi kekuasaan raja serta agama.
meningkatkan kualitas demokrasi daerah Agama dalam hal ini gereja yang
setempat. Peningkatan kualitas demokrasi berkolaborasi dengan raja agar tidak lagi
diharapkan akan berkorelasi dengan mengatur kehidupan sosial politik
peningkatan kualitas pemimpin yang masyarakat kala itu. Hak individu semakin
dihasilkan serta kemajuan sebuah daerah. kuat dan tercermin dalam kajian demokrasi
Tesis ini, tetap perlu dilakukan penelitian dikemudian hari.
lebih lanjut, karena fakta dilapangan, Pemikiran-pemikiran demokrasi yang
menunjukkan bahwa pilkada yang banyak dipakai saat ini, contohnya dalam
demokratis sekalipun tidak menjamin kajian Locke, Montesqiu, Schumpeter, Di
kemajuan sebuah daerah atau kemakmuran Palma, Dahl, Diamond sampai dengan Held
publik setempat. sangat bagus dalam tataran konsep. Konsep
ini jika dipakai dalam lokal Indonesia
D. PILKADA, UPAYA MEMBANGUN menjadi bermetamorfosa atau malah
DEMOKRASI LOKAL ? berbenturan dengan nilai lokal dan budaya
Memperbincangkan demokrasi dalam masyarakat kita.
konteks lokal ,menjadi kajian menarik saat Reformasi telah membuka bebas ruang
ini. Hal ini berkenaan dengan terjadinya demokrasi ala barat di tanah Indonesia.
benturan-benturan yang bersifat substansial Konteks demokrasi dengan cara pemilihan
Robi Cahyadi Kurniawan, Quick Count (Metode Hitung Cepat) dalam Perspektif Pemilukada 51

umum langsung serta semakin dihargainya nusantara dahulu berkuasa. Misalnya;


hak individu, hak minoritas serta beragam buruknya penempatan pegawai dengan
hal yang dahuu tidak ada bahkan ditabukan mengesampingkan merit sistem, jual beli
dalam era orde baru menjadi magnet jabatan, sampai dengan kolusi dan
pengikat yang kuat. Konteks one man one nepotisme serta korupsi telah menjadikan
vote, telah menjadikan suara rakyat begitu otonomi surga bagi para elit. Otonomi bagi
berharga, setidaknya dalam hal pemilihan elit hanya diartikan sebagai kebebasan
umum, walaupun dalam hal lain, suara mereka dalam mengatur daerah sekehendak
rakyat selalu terpinggirkan , misalnya hati, kemauan serta egoisme pribadi. Janji
apabila berbenturan dengan kaum elite atau kampanye dan kontrak politik yang telah
penguasa. Demokrasi ala prosedural atau ditandatangani tak lebih sebagai pelengkap
demokrasi elektoral inilah yang sedang , pemanis dan alat untuk meraih simpati
menjadi trend dan eforia perpolitikan publik.
nasional dan lokal di Indonesia. Daya tawar publik dalam konteks
Pertanyaan kemudian adalah, untuk otonomi daerah saat ini belum dapat
apa kita berdemokrasi ? Mengutip dikatakan berimbang. Indikatornya yakni
pandangan Plato dan Aristoteles, demokrasi semakin sedikitnya kepentingan publik
dimaksudkan untuk mencapai good life atau yang diakomodasi pemerintah, contohnya;
kesejahteraan bagi masyarakat. Timbul coba kita tengok seberapa banyak perda
pertanyaan lanjutan, sudahkah kita sejahtera atau keputusan kepala daerah yang
dengan demokrasi? Jawabannya mungkin menyangkut hajat hidup masyarakat. Atau
beragam, namun jawaban terbanyak kita lihat, seberapa besar alokasi dana
menurut hemat penulis adalah belum. APBD propinsi, kota, dan kabupaten yang
Kurang lebih 12 tahun reformasi dan dialokasikan untuk peningkatan
menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Apa kesejahteraan warga.
yang telah kita capai ? Naikkah GNP atau Oligarki politik atau politik
pendapatan perkapita kita ? Semakin kekerabatan, atau dalam bahasa penulis
berkurangkah pengangguran, semakin adalah dinasti politik telah menempatkan
berkurangkah kemiskinan atau semakin elit-elit lokal beserta keluarganya dan anak
besarkah peluang anak muda tanah air turunannya menjadi raja kecil didaerah.
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak ? Jadi, dimana letak demokrasi? Demokrasi
Secara umum,semakin sejahterakah rakyat tanah air , sepertinya hanya terjadi dalam
kita ? dua ranah; kontestasi dan partisipasi.
Otonomi daerah sebagai bagian tidak Kontestasi yakni seberapa banyak
terpisahkan dari era demokrasi baru tanah aktor yang terlibat dan mengajukan diri
air , mencoba menawarkan solusi bagi menjadi pemimpin dalam mekanisme
permasalahan yang menjadi pertanyaan- pemilu. Partisipasi yakni seberapa banyak
pertanyaan pada paragraf diatas. warga negara menggunakan hak pilihnya
Kebebasan dalam mengatur daerah secara dalam pemilu. Rakyat atau warga sebagai
mandiri (otonom) yang dibarengi oleh pemegang kedaulatan tertinggi dalam
kebebasan masyarakat lokal untuk memilih demokrasi tidak tersentuh, dan hanya
pemimpinnya sendiri dapat menjadi dimanfaatkan sebagai alat pendulang suara
alternatif jawaban. Mekanisme yang dalam pemilu.
dipakai adalah dengan pelaksanaan pilkada. Otonomi daerah layak sebagai
Konsep otonomi daerah selama ini jembatan penghubung demokrasi (dalam
ternyata jauh panggang dari api. Otonomi konteks prosedural elektional) untuk
hanya menjadi kenikmatan segelintir elit. mendapatkan, menyaring serta memilih
Melihat fenomena kekinian ditanah air dan pemimpin yang mumpuni. Otonomi dalam
beberapa contoh lokal didaerah, otonomi hal pemilukada hanya memilih pemimpin
saat ini tidak jauh berbeda wajahnya dengan lokal dalam hal kuantitas (jumlah) bukan
sistem kerajaan pada masa raja-raja kualitas (akhlak, kinerja dan track record).
52 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 46 - 54

Pemimpin yang dihasilkan dengan sebagai berikut 3 , Pertama; partai politik


memilih dengan suara terbanyak harus lebih selektif dalam melakukan
mengalahkan mekanisme pemilihan ala rekrutmen politik dan memilih anggotanya
Indonesia yang berdasarkan akhlak, untuk ditempatkan dalam jabatan-jabatan
kejujuran, amanah serta rasa politik. Fenomena yang terjadi saat ini,
tanggungjawab. Kesemuanya itu jelas banyak partai yang menepikan kaidah
menjadi ciri khas bangsa Indonesia dengan regenerasi politik dan kaderisasi dengan
sifat ketimurannya dengan mengedapankan baik. Menjelang pemilu, partai hanya
musyawarah, mufakat serta gotong royong. memilih kandidat yang berpotensi
Hasil memilih pemimpin dengan cara mendulang suara terbanyak tanpa
kuantitas sudah jelas terlihat, berapa banyak memperdulikan kemampuan dan kinerja,
pejabat publik baik dalam jajaran Gubernur, contohnya merekrut aktor dan artis untuk
Walikota dan Bupati yang bermasalah, jabatan politik, atau putra dan putri pejabat
yakni yang berkenaan dengan kasus publik dan pimpinan partai.
korupsi. Ini membuktikan bahwa pemilihan Kedua; membuka keran seluas-luasnya
dengan cara pemilukada bukanlah menjadi kepada publik untuk berpartisipasi dalam
jaminan mendapatkan pemimpin yang memperebutkan jabatan politik. Aktor lokal
mumpuni. yang mampu dan berkualitas hendaknya
Ada segelintir kepala daerah yang ditampilkan oleh segenap elemen
dapat menjadi sebuah contoh akan masyarakat . Jika partai tidak memberikan
keberhasilan dalam mengelola otonomi kesempatan, maka calon independenlah
daerah. Misalnya, Sumatra Barat, Gorontalo alternatif lain, walau kesaktiannya dalam
dalam lingkup Propinsi. Contoh di Kota pemilu belum teruji mumpuni, kecuali di
dan Kabupaten, kita dapat belajar banyak tanah rencong Aceh. Ketiga; selektifitas
dari Badung, Bandung, Blitar, Bukittinggi, publik atau warga negara yang mempunyai
Gowa, Jembrana, Jombang, Limboto, Luwu hak untuk memilih dalam pemilu.
Timur, Makassar, Solo, Sragen, Tarakan, Rasionalitas lebih diutamakan
dan Yogyakarta. dibandingkan emosional, kolegial,
Rahasia dari daerah-daerah itu ternyata kekerabatan atau bahkan politik uang.
terletak dari komitmen kepala daerah Keempat ; netralitas media. Media cetak
masing-masing untuk memajukan maupuan elektronik hendaknya tidak terlalu
daerahnya. Intinya seberapa besar kepala dalam keberpihakannya terhadap satu
daerah berupaya untuk melakukan inovasi kandidat tertentu. Unsur pendidikan politik
otonomi didaerahnya. Dengan kata lain, yang santun serta etika media menjadi
faktor peran aktor lokal dalam hal ini fungsi kontrol media untuk memberi
Gubernur, Walikota serta Bupati menjadi informasi yang akurat, berimbang dan
sangat penting. Merekalah motor penggerak membuka wawasan publik.
perubahan didaerah.
Peran legislatif dan yudikatif lokal E. KESIMPULAN
bukanlah tanpa arti, tetapi dengan kualitas
mental dan akhlak yang masih Peneliti mencoba memberikan
dipertanyakan, dengan indikasi maraknya pendapat bahwa Quick Count menjadi
korupsi, maka sekali lagi peran eksekutif penting dalam beberapa hal: (a) Mencegah
menjadi signifikan. Peran signifikan terjadinya kecurangan dalam pilkada,
eksekutif ini dapat berjalan jika pemimpin pengumuman sebuah lembaga survey
dalam daerah tersebut mengedepankan terhadap sebuah pemilu akan mencegah
tanggungjawab dibandingkan harta, jabatan aparat yang akan berbuat curang untuk
atau capaian ekonomi semata. berfikir ulang. Melaui cara mengidentifikasi
Bagaimana cara mendapatkan terjadinya kecurangan dengan mencatat
pemimpin lokal yang mumpuni dan inkonsistensi antara hasil yang didapat
bertanggungjawab? Sumbang saran penulis (hasil quick count) dengan hasil resmi
3
Robi Cahyadi K, Demokrasi, Otonomi dan Aktor Lokal, Opini Lampung Post, 13 April 2010
Robi Cahyadi Kurniawan, Quick Count (Metode Hitung Cepat) dalam Perspektif Pemilukada 53

KPU; (b) Memprediksi hasil penghitungan Cowan, 2002. The Quick Count
suara; (c) Meningkatkan kepercayaan and Election Observation:
terhadap proses pemilu dan hasil akhir Handbook for Civic Organizations
melalui laporkan kualitas proses pemilu and Political Parties
dengan data kualitatif yang diperoleh; (d) PenerbitNational Democratic
Mendorong partisipasi masyarakat untuk Institute for International Affairs,
peduli dan menjadi relawan pemantauan. Held, David ; 2007, Models of
Relasi quick count dengan pilkada Democracy, Akbar Tandjung
hanya sebatas pada hasil akhir Institute, Jakarta
penghitungan suara, tingkat kejujuran Hirst, Paul; 1990. Representative
penyelenggara serta partisipasi publik untuk Democracy and Its Limits, Polity
tutut aktif memantau penghitungan suara. Press, Cambridge.
Perspektif lebih jauh, yaitu jika J.A, Denny; 2006, Election Watch :
mengkaitkankaitkan quick count, hasil Merentas Jalan Demokrasi,
pilkada, aktor yang terpilih dengan Penerbit Pustaka Sinar Harapan
demokrasi lokal perlu diteliti lebih lanjut. Kaloh, Johan; 2007. Mencari Bentuk
Peran quick count hanya sepanjang hasil Otonomi Daerah, Suatu Solusi
pilkada. Pilkada yang dihasilkan belum dalam Menjawab Kebutuhan Lokal
tentu menjamin diperolehnya pemimpin dan Tantangan Global , Penerbit
yang berkualitas. Kelemahan pemilihan Rineka Cipta
langsung kita, hanya memilih pemimpin Lijphart, Arend: 1999, Patterns of
yang dihasilkan dari angka dan hitung- Democracy, Yale University Press
hitungan saja. Dalam realitanya, pilkada and New Haven and London.
yang jujur dan adil dengan peran quick Luwarso, Lukas ; 2005, Pers dan
count didalamnya, tidak serta merta Pilkada, Penerbit : Kerjasama
menjamin kesejahteraan publik . Artinya Dewan Pers dengan Friedrich Ebert
seorang pemimpin yang dihasilkan dalam Stiftung
pilkada belum tentu berpihak pada publik. Surbakti, A. Ramlan; 1983, Pengantar
Akhir kata, metode-metode Ilmu Politik I, Bagian Penerbitan
statistika yang digunakan, baik quick count, dan Penggandaan FISIP UNAIR,
exit polling atau survey hendaknya dapat Surabaya
berkorelasi dengan aspirasi publik dalam Syaefudin Asep, 1997, Statistika Dasar,
meningkatkan kesejahteraan dan daya tawar Penerbit Grasindo
publik terhadap kekuasaan. Peranan
metode-metode statistik diatas dapat G. UNDANG-UNDANG DAN
merangkum keinginan masyarakat, untuk PERATURAN
setidaknya dipublikasikan dan menjadi
bahan evaluasi bersama bagi pemerintah, UU No 10 tahun 2008 tentang
stake holder, publik, pasar serta lembaga- Pemilihan Umum Anggota Dewan
lembaga yang berkepentingan didalamnya. Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
F. DAFTAR PUSTAKA UU No.16 Tahun 1997 tentang
Almond, Gabriel and Powell, John ; Statistik
1965, Comparative Politics: A Peraturan KPU No. 40 tahun 2008
Developmental Approach, Little tentang Partisipasi Masyarakat
Brown and Company, Boston. dalam Pemilihan Umum Anggota
Dahl, Robert A. 1971. Polyarchy: Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Participation and Opposition, Yale Perwakilan Daerah, Dewan
University Press, Chelsea Perwakilan Rakyat Daerah
Estok, Mellisa, and Neil Nevitte, Glenn Provinsi, Kabupaten/Kota serta
54 Jurnal Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 2, Mei - Agustus 2013, halaman 46 - 54

Pemilihan Umum Presiden dan


Wakil Presiden.
Keputusan KPU No. 48 tahun 2004
tentang Kampanye
Keputusan KPU No. 701 tahun 2003
tentang Kampanye Pemilihan
Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.

H. WEB DAN MEDIA


www.detiknews.com, 2010
Lampung Post, 2010
Sumatra Ekspres, 2008
Radar Lampung, 2008

Anda mungkin juga menyukai