Anda di halaman 1dari 3

Nadhifa Khoirun Nisa

205120401111025
KLN/B-26
Review Week 3

Bagaimana Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri dan Apa Saja Faktor yang
Memengaruhinya dalam Hubungan Internasional?
Pada minggu ini bahan bacaan yang saya gunakan adalah karya dari Kegley pada Part
II-nya. Kegley membuka bahasan dengan studi kasus pembuatan kebijakan luar negeri
Amerika Serikat pada 2002, tepatnya setelah terjadi tragedi 9/11. Tragedi tersebut memberi
dampak yang besar kepada Amerika Serikat. Presiden Amerika Serikat waktu itu, George Bush
melakukan berbagai pertemuan untuk merundingkan keputusan apa yang harus diambil
menghadapi Iran yang diduga menjadi asal teroris pelaku tragedi 9/11. 3
Kebijakan luar negeri yang dimaksud oleh Kegley adalah tujuan yang ingin dicapai
oleh nation-state dari hubungan luar negeri, nilai dibalik tujuan tersebut, dan perangkat yang
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan dari sebuah nation-state itu sendiri. Konsep nation-
state akan mengambil peran dalam bab ini. Seperti yang kita tahu, konsep nation-state
dicetuskan pada konferensi Westphalia setelah terjadinya Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa.
Negara adalah entitas legal yang memiliki populasi permamen, teritori yang jelas, dan terdapat
pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan bangsa adalah sekumpulan orang yang memiliki
etnis, bahasa, budaya yang sama serta menganggap diri mereka sebagai sebuah kelompok yang
sama. Kedaulatan di sini berarti hak eksklusif untuk membuat, mengimplementasikan,
menegakkan, dan mengajudikasi hukum di dalam wilayah teritori mereka.
Faktor yang memengaruhi pembuatan kebijakan digambarkan melalui ‘causal funnel’.
Faktor input terdiri dari kondisi global, karakteristik dari aktor negara maupun aktor non-
negara, serta pemimpin (kemampuan, kepribadian, kepercayaan). Hasil dari berbagai faktor
input tersebut akan menghasilkan output. Output sendiri akan berperan sebagai feedback yang
memberi konsekuensi nantinya terhadap keputusan dari pihak input. Untuk menentukan faktor
spesifik, seperti tipe pengaruh dari pilihan-pilihan kebijakan. Pengaruh atau sistem global akan
memberikan dampak pada proses pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara. Contohnya
pola dari aliansi akan memberi efek pada pembuatan kebijakan. Sedangkan di level negara,
pertimbangannya ialah karakter internalnya sendiri, seperti perkembangan ekonomi, tipe
pemerintahan, kemampuan militer, serta proses organisasi. Pada akhirnya, keputusan akan
bergantung pada individual-level sebuah negara.
Lingkungan internasional di mana aktor beroperasi akan membentuk sebuah
kesempatan untuk bertindak. Terdapat dua sumber internasional dari kebijakan luar negeri itu
sendiri. Polaritas dan polarisasi merupakan sumber pertama. Para ahli mendefinisikan
persebaran kekuatan dengan kata polaritas. Unipolar berarti satu pusat kekuatan, bipolar dua
pusat kekuatan, dan multipolar memiliki banyak pusat kekuatan. Polaritas dan polarisasi aliansi
akan memengaruhi kebijakan luar negeri. Sumber kedua adalah posisi geostrategis. Pada
bahasan ini, perbatasan alami sering menjadi pedoman dalam pembuatan kebijakan. Contohnya
Amerika Serikat yang berbatasan dengan laut dan jauh dari ancaman yang bersumber dari
Eropa ataupun Asia. Dengan Amerika Serikat memiliki perbatasan yang berbentuk laut serta
tidak adanya negara tetangga yang memiliki kekuatan militer besar mendukung Amerika
Serikat menjadi raksasa industri dan mempraktekkan kebijakan luar negeri isolasonis selama
lebih dari 150 tahun. Persepsi dari pemimpin mengenai kebijakan luar negeri pada akhirnya
juga ikut dipengaruhi oleh letak geopolitik negaranya yang mendefinisikan posisi negara itu di
panggung dunia.
Yang selanjutnya ialah sumber domestik dari pembuatan kebijakan luar negeri. Faktor
pertama di lingkungan domestik adalah kemampuan militer sebuah negara. Pembentukan
kebijakan luar negeri salah satunya akan didukung oleh kekuatan militer yang dimiliki oleh
sebuah negara. Karena pada intinya, kapabilitas militer berperan sebagai sebuah pertimbangan
pemimpin suatu negara dalam memutuskan kebijakan luar negeri. Faktor yang selanjutnya
ialah kondisi ekonomi. Umunya, semakin maju kondisi ekonomi suatu negara maka semakin
besar juga peran negara itu dalam politik ekonomi global. Negara kaya cenderung memiliki
interest di luar batas negara mereka dan akan berusaha untuk mencapai serta menjaganya. Oleh
karena itu, mereka akan semaksimal mungkin mempertahankan status quo mereka di lingkup
internasional atau hirarki global.
Faktor ketiga yang memengaruhi adalah tipe pemerintahan. Faktor ini penting karena
akan memutuskan apakah suatu negara akan menggunakan kekuatan militernya atau tidak. Hal
tersebut yang membagi antara jenis demokrasi konstusional dan autokratis (otoriter-totaliter).
Dalam sistem demokrasi, interests sebuah negara akan tersebar dalam pemerintahannya
sendiri. Pada saat ini, banyak pemimpin yang menggunakan kebijakan luar negeri untuk tujuan
politik domestik, yang bisa disebut dengan “scape-goat’. Sistem demokrasi juga merespon
sebuah isu secara lambat yang disebabkan oleh banyaknya opini publik yang harus diproses.
Faktor selanjutnya yang juga faktor terakhir ialah proses organisasi dan politik. Saat
ini, banyak pemimpin negara yang beralih ke organisasi skala besar ketika dihadapkan dengan
pilihan kebijakan luar negeri yang kritis. Organisasi birokrasi berperan sebagai layanan vital
dan meningkatkan kapasitas sebuah negara dalam menghadapi perubahan keadaan global.
Birokrasi menggunakan SOP (Standard Operating Procedurs) dalam beroperasi. Dalam politik
birokrasi, agensi pemerintah sering memandang satu sama lain sebagai rival. Setiap unit
administratif dalam sebuah birokrasi pembentukan kebijakan luar negeri sebuah negara
cenderung untuk mempromosikan tujuan serta kekuatannya masing-masing. Sebenarnya
keberadaan dari konflik tidaklah sepenuhnya buruk. Hal tersebut dapat memaksa pihak yang
terlibat untuk memahami pandangannya masing-masing dan menjadi sebuah kesempatan untuk
menimbang saran sebelum membuat keputusan. Tetapi, terkadang perdebatan antara pemberi
saran dapat berujung kepada hasil yang buruk bila dilakukan secara terburu-buru.
Bahasan selanjutnya adalah individu. Pemimpin negara (diartikan sebagai individu)
berperan besar dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri. Bagaimana karakter dan
preferensi pemimpin akan berujung ikut andil dan memengaruhi kebijakan luar negeri yang
akan disahkan. Pemimpin akan menentukan masa depan global. Pemimpin memengaruhi
sikap suatu negara. Bagaimana image seorang pemimpin dan bagaimanan pandangan publik
akan ikut menentukan bagaimana kapabilitas pemimpin dalam memimpin negaranya karena
berhubungan dengan nilai pribadi dan kebutuhan psikologis.
Robert Putnam menjelaskan tentang two-level games pada tahun 1988 yang secara tepat
menjelaskan betapa rumitnya proses pembentukan kebijakan luar negeri suatu negera. Fase
pertama adalah di lingkup internasional di mana perwakilan negara akan menyampaikan
bagaimana hasil rundingan di negaranya dan bagaimana negaranya ingin bersikap dan jika
disetujui oleh negara-negara lain, maka draft tersebut akan dilanjutkan di lingkup nasional.
Lingkup nasional merupakan fase yang paling sulit karena terdiri dari banyak lapisan pihak
yang harus ditembus.
Pertanyaan: Pada tulisan Kegley dijelaskan bahwa adanya saran yang saling bertentangan jika
diproses secara terburu-buru akan berujung pada hasil yang buruk. Dalam fase ini, bagaimana
pemimpin sebuah negara akan memutuskan hasil akhirnya? Apakah hanya berdasar pada
preferensi dan karakter pemimpin tersebut?

Anda mungkin juga menyukai