Anda di halaman 1dari 4

20-Fayza Putri Saliha-215120401111031

The Global Future: Perkenalan Politik Dunia


Kebijakan luar negeri (KLN) membahas proses yang dilalui aktor negara dalam
mengambil keputusan serta faktor yang mempengaruhi keputusan, yaitu tujuan utama aktor
internasional, nilai yang mendasari motif aktor, dan instrumen yang digunakan. Peace of
Westphalia (1648) melahirkan sistem negara modern yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun.
Struktur politik dunia menjadi terdesentralisasi. Politik negara terpisah secara geografis tanpa
otoritas tinggi yang menguasai. Kedaulatan memberi hak eksklusif pada negara untuk mengatur
wilayah sendiri.

Pola KLN suatu negara dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal negara (jumlah negara
kekuatan besar, pola aliansi, dsb) internal negara (militer, ekonomi, jenis pemerintahan, dan
proses organisasi) dan faktor karakteristik pribadi pemimpin negara yang berbeda. Sumber
eksternal KLN yang paling utama adalah distribusi kekuasaan Internasional. Polaritas adalah
distribusi kekuasaan di antara anggota sistem negara, unipolar memiliki satu pusat kekuatan
dominan, bipolar memiliki 2 pusat, dan multipolar memiliki lebih dari 2 pusat. Istilah polarisasi
mengacu pada daya tarik negara kuat, sehingga negara-negara lain berkumpul di sekitarnya.
Polaritas dan polarisasi aliansi mempengaruhi garis lintang keputusan KLN negara. Sedangkan
geopolitik mendasarkan kekuatan negara dan perilaku politik internasional dengan faktor
geografis. Nicholas Spykman (1944) dan Sir Halford Mackinder (1919) manambahkan bahwa
topografi, ukuran wilayah, jarak antar negara, iklim, dan populasi juga menjadi penentu KLN
suatu negara karena menjelaskan kedudukan negara di lingkup global.

Sedangakan sumber internal atau domestik KLN adalah sebagai berikut. Yang pertama
adalah kemampuan militer negara. Karena, meski negara-negara menginginkan hasil yang sama,
kemampuan mereka untuk mewujudkan keinginan tersebut tergantung pada kekuatan militer
yang dimiliki. Kemampuan militer juag menjadi faktor penengah karena dapat membatasi pilihan
kebijakan keamanan nasional. Perekonomian negara tentu berpengaruh besar, semakin maju
ekonomi negara, maka semakin besar kesempatan negara untuk berperan aktif dalam ekonomi
politik global. Tetapi persepsi pemimpin tentang peluang dan kendala ekonomi negara mungkin
dapat lebih berpengaruh.

Maka dari itu jenis pemerintahan negara juga berpengaruh, mulai dari demokrasi
konstitusional hingga pemerintahan otokratis, meski sangat berbeda, 2 sistem politik ini perlu
dukungan kepentingan politik domestik terorganisir. Proses Organisasi dan Politik tentu menjadi
faktor besar, organisasi birokrasi membantu meningkatkan kapasitas negara untuk mengatasi
perubahan global sehingga pemimpin negara meminta saran dan mendapat informasi mengenai
pilihan kabijakan luar negari kritis dari organisasi skala besar. Birokrasi bekerja lebih efektif
dengan membagi tanggung jawab pada orang-orang yang berbeda.
Kebijakan luar negeri juga memiliki sumber individu, salah satunya adalah pemimpin
negara. Setiap pemimpin berusaha memberi kesan bahwa diri sendiri memiliki peran penting,
tetapi mereka tetap mengasosiasikan kekuatan besar pada pemimpin lain. Asumsi mereka
terhadap pimpinan lain, secara sengaja atau tidak mempengaruhi perilaku mereka sendiri
(Wendzel 1980). Banyak pemimpin bertindak dibawah berbagai tekanan yang membatasi
capaian mereka, karena itu masyarakat harus waspada dan tidak menganggap pemimpin individu
sebagai yang terpenting, pengaruh mereka mungkin lebih halus.

Dampak karakteristik pribadi pemimpin pada KLN akan meningkat jika otoritas dan
legitimasi mereka telah diterima oleh masyarakat general atau dilindungi dari kritik publik. Citra
diri pemimpin, dan kebutuhan warga untuk kepemimpinan akan mempengaruhi banyaknya
pengaruh nilai-nilai pribadi dan kebutuhan psikologis dalam pengambilan keputusan. Ketika
pemimpin merasa kedudukan mereka terancam, maka keputusan cenderung dilakukan melalui
proses 2 tahap (Mintz 2004). Pertama, pemimpin mengeliminasi opsi yang terlalu mahal secara
politis, pada tahap kedua mereka mengevaluasi opsi yang tersisa, dengan menganalisis biaya dan
manfaat opsi terhadap kepentingan negara mereka. Jika informasi yang ada tidak memadai maka
keputusan yang diambil seringkali akan didasarkan pada keinginan pribadi pemimpin. Periode
waktu pemimpin memegang kekuasaan juga signifikan. Krisis nasional dapat meningkatkan
kontrol pemimpin, dalam masa ini pengambilan keputusan terpusat dan ditangani secara
eksklusif oleh pimpinan atas.

Dalam proses pembuatannya, kebijakan luar negeri memiliki batasan. Realis memandang
negara sebagai aktor kesatuan, unit homogen atau monolitik yang tidak memiliki perbedaan
internal penting yang dapat mempengaruhi pilihan mereka. Robert Putnam (1988) berpendapat
bahwa para pemimpin nasional menggunakan two-level games. Pemimpin nasional seringkali
mengklaim bahwa rumusan kebijakan luar negeri yang mereka tentukan selalu mengikuti
rasionalitas prosedur, tetapi hal ini hanya sekedar standar ideal dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Faktor kognitif dan organisasi banyak mengganggu pemecahan masalah yang efektif.
Pembuat keputusan cenderung mengakhiri analisis tentang opsi kebijakan setelah menemukan
alternatif pertama yang terlihat lebih baik dibandingkan sebelumnya, daripada memilih tindakan
dengan peluang keberhasilan terbaik.

Referensi:
Kegley, Charles W. (2010). The Global Future: A Brief Introduction to World Politics.
Wadsworth, Cengage Learning.
Kebijakan Luar Negeri sebagai Perilaku Adaptif
Catatan Awal untuk Model Teoritis
Inti kebijakan luar negeri adalah kegiatan masyarakat nasional yang terorganisir untuk
mengatasi permasalahan dan mengambil manfaat dari lingkungan internasional. Prespektif
adaptif dapat diterapkan di bidang kebijakan luar negeri. Tujuannya adalah untuk menjelaskan
bangsa sebagai organisme yang dapat beradaptasi dengan perspektif adaptif untuk memecahkan
masalah dan mewujudkan aspirasi kebijakan luar negeri. Perspektif adaptif mencari pemahaman
dalam faktor umum, melalui penilaian komparatif dan dengan formulasi teoretis yang menguji
hipotesis dan menetapkan prinsip-prinsip umum. Maka dari itu perlu membangun kerangka kerja
analitik, menjelaskan teorinya, mengoperasionalkan konsepnya, dan hipotesis akhir melalui
penyelidikan empiris.

Perilaku KLN pemerintah bangsa bersifat adaptif karena dapat menyesuaikan diri dan
memicu perubahan di lingkup eksternal masyarakat, serta mengembangkan bangsa, tetapi tetap
menjaga keutuhan struktur penting masyarakat. Sedangkan perilaku pemerintah dianggap
maladaptif ketika merangsang perubahan eksternal yang merubah struktur esensial masyarakat
yang melewati batas. Tetapi batas struktur esensial yang dapat diterima dan yang tidak dapat
bervariasi cukup besar, sehingga keseimbangan antara KLN adaptif dan maladaptif berada dalam
dua skala ekstrem. Konsep adaptasi dan maladaptasi, mencerminkan nilai-nilai aktor dan bukan
yang menganalisis. Penganalisa menggunakan konsep ini sebagai alat untuk menilai bagaimana
masyarakat melestarikan dan meningkatkan nilai-nilai bangsa dengan beradaptasi di lingkungan
internasional yang berubah.

Karena keterbatasan geografi temporal dan spasial, tidak semua perubahan di luar negeri
relevan dengan kehidupan masyarakat, maka masyarakat hanya perlu beradaptasi dengan
perubahan sistem internasional yang berhubungan penting dengan struktur esensial mereka.
Lingkungan penting masyarakat bangsa jauh lebih sempit daripada sistem internasional, karena
itu dapat berubah seiring perkembangan baru menjadi relevan dan pola-pola sebelumnya
memudar.

Perubahan personil, politik, dan sosial ekonomi dapat mempengaruhi peran


kepemimpinan pemerintah dan nonpemerintah internal maupun eksternal. Perubahan personel
internal melibatkan perubahan identitas orang-orang yang menduduki peran kepemimpinan
pemerintah dan nonpemerintah masyarakat. Perubahan politik internal adalah perubahan anggota
di bidang pemerintah dan politik, dan ikut merubah kemampuan, persyaratan, dan batasan peran
untuk masyarakat. Perubahan sosial ekonomi internal merupakan bergantinya persyaratan,
keterbatasan, kemampuan, dan hubungan peran kepemimpinan di lembaga masyarakat selain
politik dan pemerintahan. Perubahan personel eksternal adalah pergeseran identitas peran
kepemimpinan pemerintah dan nonpemerintah dalam lingkungan penting dari masyarakat yang
beradaptasi. Perubahan politik eksternal adalah berubahnya peran, persyaratan, keterbatasan, dan
kemampuan pemerintah baik di masyarakat lain organisasi internasional di lingkungan menonjol.
Perubahan sosial ekonomi eksternal melibatkan perubahan dalam persyaratan, kemampuan, dan
keterbatasan peran kepemimpinan dalam lembaga nonpolitik masyarakat lain dan organisasi
internasional di lingkungan yang menonjol.

Terdapat empat mode dasar dalam adaptasi nasional. Yang pertama adalah Mode
Kebiasaan, dimana perubahan internal dan eksternal rendah sehingga proses pengambilan
keputusan yang rutin dari pemerintah sudah cukup untuk mengatasi urusan publik dan dunia.
Kedua adalah Mode Musyawarah, di mana perkembangan internal rendah dan eksternal tinggi.
Karena internal negara tidak sedang kacau, perubahan di luar negeri dapat dipertimbangkan
dengan hati-hati oleh birokrasi dan pejabat tinggi. Mode spirited (bersemangat) yaitu saat
perkembangan internal tinggi dan eksternal rendah. Maka pejabat dituntut bertindak cepat untuk
mengubah lingkungan sehingga lebih kompatibel dengan struktur penting masyarakat. Terakhir
adalah mode convulsive tang digunakan saat kedua perkembangan baik internal maupun
eksternal tinggi. Pemerintah harus cepat merespon tuntutan masyarakat dan mengahadapi
tekanan internal yang seringkali bertolak belakang sehingga usaha untuk menjaga lingkungan
eksternal seimbang dengan struktur penting masyarakat dapat bersifat tidak teratur dan tergesa-
gesa.

Transformasi merupakan alat ukur adaptasi sehingga masalah menentukan transformasi


melampaui adaptasi dan menuju kepunahan adalah perifer. Karena hanya ada beberapa struktur
masyarakat yang dianggap penting. Selama masyarakat masih dikenali, transformasi masih
bagian dari adaptasi. Skala ekstrem antara adaptif dan maladaptif menunjukkan keterlibatan
manusia, maka aktor memiliki pilihan dalam teori ini. Pilihan itu merupakan bagian dari adaptasi
yang tumbuh dari faktor historis, budaya, dan lainnya. Agar dapat dikembangkan secara teoritis,
hipotesis umum tentang perilaku adaptif harus dikembangkan. Demikian, komponen-komponen
harus dioperasionalkan dan data dikumpulkan untuk menguji hipotesis agar teori dapat
disempurnakan dan dapat dianggap relevan.

Referensi:
Rosenau, James N. (1970). Foreign Policy as Adaptive Behavior: Some Preliminary Notes for a
Theoretical Model. Comparative Politics, Vol. 2, No. 3 (Apr., 1970), pp. 365-387

Anda mungkin juga menyukai