Dosen Pengampu
Dr. Asran Jalal, M.Si
institusi yang dimanfaatkan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan
pendekatan-pendekatan ini namun ada satu kesamaan yang penting diantara mereka,
yaitu bahwa negara bukanlah pelaku yang aktif, melainkan sekedar fungsi sebagai
instrument bagi keinginan atau kepentingan dari individu atau kelas. Pandangan
seperti ini membuat posisi negara dipandang secara derivative (dipandang sebagai
logika sendiri di dalamnya, tidak memiliki motivasi dan tidak memiliki sumber energi
lain yang dapat ia gunakan selain dari perekonomian, sehingga negara menjadi sebuah
variable dependen (variable yang harus dijelaskan oleh variable lain-pent). Dari sini
negara dengan perekonomian. Yang kedua, perekonomian diberi posisi utama dan
pusat dari perekonomian ini adalah kebutuhan dari kepentingan individu. Yang ketiga,
a. Otonomi Negara
Pada dasarnya otonomi tentang negara merujuk pada kemampuan negara untuk
ekonomi). Ini tidak berarti bahwa otonomi negara membuat masyarakat menjadi tidak
relevan, melainkan berarti bahwa pola dari factor-faktor sosial tidaklah dapat
negara disini memandang bahwa negara adalah bebas dari pengaruh eksternal atau
pengaruh masyarakat.
Pandangan bahwa otonomi adalah kebebasan dari pengaruh “eksternal” memiliki tiga
konsekuensi (corollary). Yang pertama, adalah bahwa negara yang dikatakan bebas
akan mampu “menang dalam melawan” tekanan-tekanan dari masyarakat sipil. Ide
dasarnya adalah bahwa para pemimpin negara memiliki tujuan sendiri yang berbeda
kedua adalah bahwa Tindakan negara dipandang sebagai tidak dipengaruhi oleh satu
kelompok mana pun atau koalisi antar kelompok mana pun. Yang dimaksud bukanlah
karena pandangan semacam itu tidak pernah dinyatakan secara jelas oleh para pemikir
dari aliran-aliran ini. Pandangan semacam ini bisa ditemukan dalam konsep
pendekatan Marxis atau dalam pandangan dari teori pluralisme bahwa “vector dari
daya-daya kekuatan kelompok” secara teoritis bisa berjumlah nol. Kedua konsep ini
memiliki ide dasar yang sama, yaitu bahwa negara bertindak karena sector swasta
secara keseluruhan tidak bertindak, atau dengan kata lain negara bertindak karena
“kehendak sosial” (sosial will) tidak berhasil terbentuk. Yang ketiga, adalah bahwa
dianggap mampu menolak atau menahan tekanan dari luar, dan konsep seperti ini
sangat banyak dianut oleh para pemikir tentang masalah pengambilan kebijakan.
Negara kuat adalah negara yang mampu menolak tekanan dan menghasilakan inisiatif
kebijakan public sendiri sementara negara lemah adalah negara yang “tunduk” pada
pada sebuah asumsi implisit bahwa struktur dari representasi kepentingan masyarakat
tidak memadai dan secara sistematis mengabaikan mereka yang memiliki kepentingan
“Otonomi Negara” dipandang sebagai: 1) sebuah bentuk Tindakan negara yang tidak
Pendekatan Utilitarian
Yang pertama, negara terdiri dari beberapa individu dan yang kedua, negara adalah
terpisah dari masyarakat dimana masyarakat ini terikat untuk mematuhi keputusan-
keputusan negara. Otonomi negara adalah bentuk kemampuan dari para pejabat
pilihan yang baru saja disebut tadi) dengan cara meterjemahkan pilihan-pilihan itu
kedalam kebijakan public, yang bisa selaras atau bisa juga bertentangan dengan
pilihan-pilihan dari orang lain yang bukan pejabat negara. Dan Ketika konflik ini
terjadi, kadang-kadang pilihan dari para pejabat negaralah yang menang. Ketika
pilihan dari pejabat negara ini menang, maka dikatakan bahwa negara memiliki
otonomi. Klaim yang dapat dibuktikan secara empiris (yaitu cukup dengan melihat
Negara (yang terdiri dari beberapa individu-pent) dapat dikatakan sebagai negara
tidak ada kemampuan untuk membuat keputusan yang mengikat seperti itu. Otonomi
negara adalah fenomena yang ada secara empiris dan tidak dapat ia jelaskan
(anomaly).
Statisme
dari sebuah agenda negara yang tidak dapat direduksi menjadi kepentingan pribadi
dan kemudian meneliti bagaimana para pelaku politik menjalin hubungan dengan
kegunaan bagi masyarakat. Ide tentang adanya kepentingan nasional dalam sebuah
masyarakat. Negara akan menentukan apa yang menjadi kepentingan nasional dari
kepentingan nasional itu akan menentukan mana yang dapat dikatakan sebagai negara
dan mana yang tidak. Kalua kepentingan nasional tidak ada, maka negara pun tidak
ada. Menurut definisi ini, negara adalah pihak yang berusaha mencapai kepentingan
nasional dan hanya negara yang melakukan itu. Negara mendefinisikan dan
melakukannya.
Sebagai agenda negara yang berbeda dari agenda kepentingan pribadi dan tidak bisa
masyarakat. Yang kedua, otonomi negara sejauh ini dianggap sebagai kemampuan
penyebab dari perilaku negara bersifat internal. Pandangan seperti ini sangat banyak
kemampuan negara untuk membuat kehendak sendiri yang tidak dapat dipengaruhi
oleh kehendak dari perekonomian, maka negara yang memiliki otonomi ini akan
berada dalam posisi yang sulit dalam beberpa artian. Salah satu prinsip utama dalam
demokrasi adalah bahwa harus ada saling memberi respons (responsiveness) antara
pemerintah dengan yang diperintah. Jika hubungan saling merespon ini dirusak
terganggu.
Negara adalah satu-satunya pihak yang mampu mengenali apa kepentingan dari
kemungkinan untuk memandang bahwa negara itu tidak lagi selaras dengan teori
negara ini terbentuk karena factor-faktor sosial dan politik yang hadir dalam sebuah
konteks sejarah tertentu. Karena negara adalah struktur yang hadir dalam konteks
sejarah tertentu, maka negara dapat mempengaruhi kebijakan dalam artian; negara
dari negara menejemahkan inisiatif-inisiatif itu menjadi kebijakan. Pada level yang
bidang politik”. Negara ikut berperan dalam pembentukan masyarakat sipil tapi
Kesimpulannya adalah bahwa negara merupakan sebuah “struktur dengan logika dan
kepentingan sendiri, yang tidak sepenuhnya sama dan tidak sepenuhnya dapat
Negara dapat dikatakan memiliki otonomi bukan dalam artian bahwa masyarakat sipil
tidak mampu mempengaruhi kebijakan dari negara itu, melainkan berarti (antara lain)
bahwa tiap-tiap negara memiliki cara sendiri yang unik didalam menghadapi tekanan-
tekanan dari masyarakat sipil itu dan disisi lain negara juga ikut berperan bagi jenis
tekanan apa yang akan diberikan masyarakat kepadanya, sama seperti pada individu.
Negara adalah sekedar bentukan dari pilihan-pilihan pribadi. Negara tidak dapat
dikatakan memiliki otonomi penuh karena negara tetap dipengaruhi dan dibentuk oleh
factor-faktor sosial, disisi lain negara juga tidak dapat dikatakan sebagai arena atau
mekanisme bagi factor-faktor sosial itu karena negara memiliki struktur tersendiri,
memiliki kapasitas sendiri yang dapat mempengaruhi dan memberikan kontribusi bagi
Gourevitch mengatakan bahwa negara yang memiliki otonomi bukanlah negara yang
dalam menciptakan landasan sosial bagi dirinya, dan bahkan “intervensi negara sering
kali hanya dapat dilakukan jika ada kerja sama dari kelompok. Yang kedua, ide
tentang otonomi negara memiliki hubungan dengan negara yang berperan secara aktif,
kemungkinan Tindakan yang bisa diambil secara kreatif pada waktu terjadi krisis.
Hubungan antara negara dan masyarakat yang berbeda maksudnya daripada yang
Pandangan bahwa negara adalah tidak lebih dari sebuah organisasi di tengah banyak
organisasi lain yang ada dalam masyarakat yang sama-sama berusaha mendapatkan
sumber daya akan mengaburkan perbedaan antara negara dengan masyarakat sipil.
Bukannya kami hendak mengatakan bahwa negara tidak pernah ikut-ikutan dalam
persaingan untuk memperebutkan sumber daya, dan kami juga tidak membantah
pribadinya sendiri yaitu lewat peran negara dalam mempertahankan struktur dan
norma-norma yang menjadi dasar dari masyarakat maupun dari negara itu sendiri.
Agar negara memiliki peranan yang nyata , maka kita perlu memandang bahwa
Kesimpulan
institusi yang dimanfaatkan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan
pribadi mereka masing-masing. Pada dasarnya otonomi tentang negara merujuk pada
(terutama factor-faktor ekonomi). Ini tidak berarti bahwa otonomi negara membuat
masyarakat menjadi tidak relevan, melainkan berarti bahwa pola dari factor-faktor
negara. Konsep otonomi negara disini memandang bahwa negara adalah bebas dari
pertama, adalah bahwa negara yang dikatakan bebas akan mampu “menang dalam
melawan” tekanan-tekanan dari masyarakat sipil. Ide dasarnya adalah bahwa para
pemimpin negara memiliki tujuan sendiri yang berbeda dari tujuan para
mereka sendiri ke dalam kebijakan public. Konsekuensi yang kedua adalah bahwa
Tindakan negara dipandang sebagai tidak dipengaruhi oleh satu kelompok mana pun
atau koalisi antar kelompok mana pun. Yang dimaksud bukanlah bahwa negara akan
semacam itu tidak pernah dinyatakan secara jelas oleh para pemikir dari aliran-aliran
ini. Pandangan semacam ini bisa ditemukan dalam konsep “keseimbangan antara
dalam pandangan dari teori pluralisme bahwa “vector dari daya-daya kekuatan
kelompok” secara teoritis bisa berjumlah nol. Kedua konsep ini memiliki ide dasar
yang sama, yaitu bahwa negara bertindak karena sector swasta secara keseluruhan
tidak bertindak, atau dengan kata lain negara bertindak karena “kehendak sosial”
(sosial will) tidak berhasil terbentuk. Yang ketiga, adalah bahwa dianggap mampu
menolak atau menahan tekanan dari luar, dan konsep seperti ini sangat banyak dianut
James Caporaso & David. P. Levine. 2008 Terjemahan Teori-teori Ekonomi Politik, Bab 8