Anda di halaman 1dari 12

NAMA : MUNAWAR KHALIL

NIM : 210801003

MATKUL : EKONOMI POLITIK

PEMBIMBING : RENALDI SAFRIANSYAH M.H.Sc.,M.P.M.

Teori-teori politik ekonomi

1. Teori Pilihan Publik

Public choice atau rational choice (RC) muncul karena adanya pendekatan 'new political
economy' yang sudah dijelaskan sebelumnya. Teori ini melihat aktor-aktor individu sebagai
pusat kajian, entah mereka itu sebagai yang berkuasa karena dipilih (elected) maupun ditunjuk
(appointed) [Caporaso dan Levine, 1992:134]. Teori pilihan publik dapat dideskripsikan
sebagai secara tipikal ahli ekonomi politik melihat politik dalam wujud demokrasi, yang
memberi ruang untuk saling melakukan pertukaran di antara masyarakat, partai politik,
pemerintah, dan birokrat. Dengan ini, masyarakat pemilih diposisikan sebagai pembeli barang
kolektif (publik), sementara pemerintah dan partai politik sebagai alternatif penyedia kebijakan
publik, sehingga dalam jangka panjang mereka bisa memungut dukungan dari pemilih lewat
pemilihan umum. Singkatnya, dalam proses semacam itu setiap formulasi kebijakan dan
dukungan dianggap sebagai proses distribusi rasio ekonomi melalui pasar politik.

Dalam level analisis teori pilihan publik dibagi menjadi 2, yaitu:

• Teori pilihan publik normative


• Memfokuskan pada isu-isu yang terkait dengan desain politik dan aturan-aturan politik
dasar
• Teori pilihan publik positif
• Memfokuskan pada penjelasan perilaku politik yang dapat diamati dalam wujud teon
pilihan Beroperasi pada wilayah dunia nyata

Terdapat asumsi yang digunakan dalam teori pilihan publik:

• Kecukupan kepentingan material individu memotivsi adanya perilaku ekonomi


• Motif kecukupan tersebut lebih mudah dipahami dengan menggunakan teori ekonomi
neoklasik
• Kecukupan kepentingan material individu yang sama memotivasi adanya perilaku
politik
• Asumsi kecukupan tersebut lebih mudah dipahami dengan menggunakan teori ekonomi
neoklasik

Teori pilihan publik melihat adanya hasil dari interaksi politik antara para pelaku rasional yang
ingin memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri sebagaimana merupakan perilaku utama
dari para pelaku rasional. Dengan ini, untuk mewujudkan keseimbangan rasional perlu adanya
suatu kebijakan khusus untuk melindungi industry tertentu.

Dalam operasionalisasinya, pendekatan pilihan publik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

• Sisi penawaran (supply)


• Pusat kekuasaan yang dipilih (badan legislatif dan eksekutif) dan pusat kekuasaan yang
tidak dipilih (cabang ekskutif, lembaga independent, dan organisasi internasional yang
non-elected) digunakan sebagai subyek yang berperan dalam memformulasi suatu
kebijakan.
• Adanya pemilihan untuk pejabat publik dapat membuat mereka menjadi sensitive
(peka) akan keinginan publik, sebagaimana bentuk pemerintahan demokrasi pada
umumnya.
• Sisi permintaan (demand)
• Pemilih (voters) dan kelompok-kelompok penekan (pressure groups) digunakan
sebagai aktor dalam pilihan public
• Voters akan mengontrol suara untuk mendapatkan kebijakan yang diinginkan.
Kelompok-kelompok penekan sebagai pengelola sumber daya yang dipunya untuk
peroleh keuntungan yang diharapkan, baik ari elected centers of power maupun non-
elected.

2. Teori Rent-Seeking

Awalnya teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Krueger (1974), lalu dikembangkan oleh
Bhagwati (1982) dan Srinivasan (1991). Pembahasannya adalah mengenal bagaimana perilaku
rent-seeking dianggap sebagai pengeluaran sumber daya untuk mengubah kebijakan ekonomi,
atau menelikung kebijakan tersebut agar dapat menguntungkan bagi para rent-seeker. Di dalam
ekonomi politik, rent-seeking dianggap negative karena akan muncul implikasi sangat besar
ketika kelompok kepentingan ingin dapat keuntungan sebesar-besamya dengan effort yang
sekecil-kecilnya menggunakan sumber daya ekonomi politik yang dimiliki (misal berupa
kebijakan), Kebijakan yang dibuat berdasarkan lobi tersebut dapatmemberikan dampak karena
proses pengambilan keputusn akan lambat dan ekonomi pada akhirnya tidak bisa merespon
secara cepat terhadap perubahan dan teknologi baru.

Terdapat beberapa pendapat dari para ekonom mengenai teori rent-seeking

• Menurut Prof. Erani, rent-seeking dapat didefinisikan sebagai upaya individual atau
kelompok untuk meningkatkan pendapatan melalui pemanfaatan regulasi pemerintah.
• Dalam Bahasa Khan dan Jomo, rent-seeking adalah memeroleh pendapatan di atas
normal dala pasar yang kompetitif.
• Menurut Clark (1998 110) kelompok-kelompok bisnis dan perseorangan melakukan
rent-seeking ekonomi ketika mereka menggunakan kekuasaan pemerintah untuk
menghambat penawaran atau peningkatan permintaan sumber daya yang dimiliki
• Prasad (2003 755) mendefinisikan rent-seeking sebagai proses di mana individu
memeroleh pendapatan tanpa secara actual meningkatkan produktivitasnya, atau malah
mengurangi produktivitas tersebut.

Di Indonesia, kegiatan rent-seeking terjadi saat adanya persekutuan bisnis besar dengan
birokrasi pemerintah. Perusahaan besar tersebut sebagian besar dikuasai oleh orang-orang yang
memiliki hubungan dengan para pejabat. Dengan fasilitas tersebut (dekat dengan birokrasi
pemerintah) membuat para pemilik rente ekonomi tersebut memiliki dua keuntungan, yaitu
dapat laba yang lebih dan mencegah pesaing masuk dalam pasar.

Menurut Krueger, aktivitas rent-seeking (seperti lobi) akan mendistorsikan alokasi sumber
daya sehingga membuat ekonomi tidak berjalan secara efisien. Dengan ini. terdapat cara untuk
mencegah terjadinya rent-seeking yang digagaskan oleh Buchanan, yaitu dengan membuat
regulasi yang memungkinkan pasar berjalan dengan sempuma (melakukan peniadaan halangan
masuk bagi pelaku ekonomi, dan peningkatan persaingan).

3. Teori Redistributive Combines dan Keadilan

Hal yang mendasari adanya teori redistributive combines adalah karena adanya pembuatan
kebijakan yang hanya melihat beberapa kelompok-kelompok kepentingan Khusus saja. Model
kebijakan yang tidak mempertimbangkan realitas bahwa suatu peraturan dapat mengubah
keputusan yang diambil oleh orang ekonomi menjadikan perekonomian secara keselurahan
kehilangan kesempatan untuk menciptakan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi. Adanya
persaingan untuk memeroleh hak-hak khusus mengakibatkan masyarakat tertular akan
permainan politik, dan nantinya akan menimmbulkan biaya lain karena adnaya peraturan yang
buruk baik di sektor formal maupun informal Sebagaimana telah disampaikan oleh Joseph
Stigler, twon regulasi ekonomi memusatkan perhatiannya untuk menerangkan siapa yang
mendapatkan manfaat dan siapa yang menanggung beban akibat adanya suatu regulasi atau
aturan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah maupun yang terjadi karena institusionalisasi
yang terjadi di dalam masyarakat.

Berdasarkan Stigler, terdapat dua alternative bagaimana aturan sebaiknya dilakukan, yaitu

• Peraturan dilembagakan terutama untuk memberlakukan proteksi dan kemanfaatan


tertentu untuk publik atau sebagian sub-kelas dan pubilk tersebut.
• Suatu tipe analisis di mana proses politik dianggap merupakan suatu penjelasan yang
rasional.

Ketidakmerataan dalam distribusi sumber ekonomi, asset produktif, dan modal membuat
redistributive combines menjadi suatu sistem politik yang tertutup karena dilindungi hukum
yang kabur dan ketiadaan rule of law dalam ekonomi. Dan juga nantinya memunculkan isu
ketidakadilan. Dengan ini, Rawls mengonsepkan teori keadilan yang berpatok pada dua
prinsip, yaitu:

• Setiap orang harus mempunyai hak yang sama terhadap skema kebebasan dasar yang
sejajar yang sekaligus kompatibel dengan skema kebebasan yang dimiliki orang lain.
• Ketimpangan sosial dan ekonomi harus ditangani sehingga keduanya akan
diekspektasikan secara logis menguntungkan bagi semua orang, dan dicantumkan
posisi dan jabatan yang terbuka bagi seluruh pihak.

4. Teori Adam Smith

Pembangunan ekonomi sebagai proses pertumbuhan ekonomi dan perkembangan ekonomi


dengan memanfaatkan mekanisme pasar. Suatu perekonomian akan tumbuh dan berkembang
bila mekanisme pasar berjalan dengan baik (sempurna). Syarat yang dibutuhkan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi adalh investasi dan spesialisasi yang dikontrol lewat
mekanisme pasar. Peranan pemerintah hanyalah mengupayakan mekanisme pasar dapat
berjalan baik, untuk itu yang harus dilakukan pemerintah adalah pemeliharaan keamanan,
penegakan hukum, dan penyediaan barang publik, seperti pendidikan dan kesehatan.

Perkembangan ekonomi yang pesat terjadi pada waktu itu (1776) membuat pandangan optimis.
Ia mengemukakan 3 unsur utama dalam proses pertumbuhan hasil produksi :

- Sumber daya manusia, yaitu pertambahan jumlah penduduknya


- Pertamabahan dalam persediaan barang modal (akumulasi modal) karena tabungan
masyarakat diinvestasikan oleh para pemilik modal dengan harapan memperoleh
keuntungan.
- Spesialisasi dan pembagian kerja disertai perluasan pasar dam perkembangan perdagangan,
baik perdagangan dalam negeri maupun internasional

5. Teori Malthus

Thomas Robert Malthus (1766-1834) menyoroti keterkatan antara pertambahan ekonomi


dengan pertambahan penduduk. Ekonomi hanya akan bertumbuh dalam jangka panjang jika
pertambahan penduduk lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Menurut Malthus,
pertambahan penduduk yang menurut deret ukur, sementara pertumbuhan pangan menurut
deret hitung, menyebabkan perekonomian untuk generasi mendatang cenderung suram. Dalam
arti, generasi yang akan datang cenderung mengalami kekurangan pangan. Hal itu bisa
dihindari jika pertambahan penduduk dikendalikan. Di indonesia cara berfikir malthus
memberikan inspirasi bagi pelaksanaan kebijakan pendudukan, khususnya melalui program
Keluarga Berencana (KB).

6. Teori Karl Marx


Karl Marx (1818-1883) memandang proses kemajuan ekonomi sebagai proses evolusi
sosial. Menurutnya, faktor pendinamis perkembangan ekonomi adalah kemajuan teknologi.
Pada awalnya kemajuan teknologi dikuasai dan disalahgunakan oleh sekelompok kecil
masyarakat. Yang oleh marx disebut kaum borjuis atau kapitalis. Dengan memanfaatkan
kekuatan politik dan pasar, para pemilik modal terus mengakumulasikan keuntungan mereka
dalam bentuk penambahan stok barang modal. Penambahan stok barang modal dalam jangka
panjang tidak diimbangi dengan hasil yang memadai, karena pasar terus melemah akibat
perilaku pemilik modal yang terus menerus mengeksploitasi buruh.

Pada saatnya nanti kaum buruh akan memberontak dan menang. Barang modal yang ada bukan
lagi merupakan milik pribadi (pemilik modal) melainkan milik bersama. Zaman itulah yang
disebut sebagai zaman Sosialisme. Tetapi zaman sosialisme bukanlah puncak keemasan kaum
buruh , sebab akan hadir zaman komunisme yang bercirikan tidak adanya pemerintahan.
Manusis bekerja bukan sekedar untuk makan, tetapi sebagai bagian dari ekspresi diri.

7. Teori Rostow

Teori –teori ini melihat pembangunan ekonomi sebagai proses perubahan yan bersifat garis
lurus dan bertahap. Salah satu teori yang terkenal adalah teori W.W Rostow tentang tahap tahap
pertumbuhan ekonomi. Menurut Rostow, suatu perekonomian akan berkembang menjadi maju
dalam lima tahap :

- Tahap Perkonomian Tradisional

- Tahap Pra Lepas Landas

- Tahap Lepas Landas (Take Off)

- Tahap Kedewasaan (Maturity)

- Tahap Konsumsi Masa Tingkat Tinggi

8. teori Neo Imperialisme

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa NSB sampai saat ini belum sepenuhnya
berkembang. Salah satu jawaban penting adalah program pembangunan ekonomi telah
menimbulkan ketergantungan baru terhadap negara-negara kapitalis. Dengan kata lain,
pembangunan ekonomi justru membawa perekonomian NSB ke dalam penjajahan
(imperialisme) gaya baru, yaitu perjalanan yang bukan dengan menggunakan kekuatan militer,
melainkan ekonomi.
9. Teori Lewis

Teori Arthur Lewis mencoba menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan


ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan sektor industri.
Kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian telah menyebabkan produktivitas tenaga kerja sama
dengan nol. Pertumbuhan sektor industri akan menyebabkan sebagian pekerja sektor pertanian
pindah ke industri. Perpindahan ini tidak akan menurunkan output sektor pertanian, sebab
pekerja di sektor pertanian sangat melimpah. Menurut lewis, syarat yang dibutuhkan untuk
menjadikan sektor industri sebagai mesin pertumbuhan adalah invesatsi (barang modal) di
sektor industri harus ditetapkan lebih tinggi dari tingkat upah sektor pertanian. Perbedaan
tingkat upah tersebut akan menarik pekerja di sektor pertanian pindah ke sektor indsutri.

10. Teori Pembangunan Neo Klasik

Teori ini merupakan pengembangan kembali ide-ide awal dari teori Neo-kalsik untuk
diterapkan dalam pembangunan ekonomi dunia ketiga. Teori ini sangat percaya bahwa
pembangunan ekonomi di dunia ketiga akan berhasil bila menerapkan prinsip-prinsip
mekanisme pasar. Sebab, melalui mekanisme pasar (pertukaran), spesialisasi, produktivitas,
dan kualitas SDM diasah dan diarahkan, sehingga kuliatas hidup kolektif dapat ditingkatkan.

Teori pembangunan Neo-klasik mengakui kemungkinan terjadinya kegagalan pasar


(market failure) jika diterapkan sepenuhnya di dunia ketiga. Karena itu teori ini sampai batas
tertentu setuju dengan adanya intervensi pemerintah. Seperti halnya Adam Smith , teori ini
berpendapat bahwa campur tangan yang terbaik adalah yang paling minimal( the minimal
government is the best government). Campur tangan yang paling diharapkan dari pemerintah
adalah menfasilitasi (facilitating) agar mekanisme pasar berjalan seoptimal mungkin. Langkah
konkret yang dapat dilakukan pemerintah misalnya adalah melakukan investasi sarana dan
prasarana fisik (jalan raya, pelabuhan, telekomunikasi) dan sosial (pendidikan dan kesehatan).
Pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan yang bersahabat dengan pasar (market
friendly approach).
11. Teori Perdagangan Nasionalis

teori perdagangan nasionalis atau seringkali disebut sebagai teori merkantilis. Teori ini
menyatakan bahwa negara memiliki peran utama dalam perdagangan internasional. Dalam
pandangan teoritisi perdagangan nasionalis, aktifitas ekonomi adalah dan seharusnya tunduk
pada tujuan utama dalam membangun negara kuat. Dengan kata lain, ekonomi adalah alat
politik, suatu dasar bagi kekuasaan politik. Kepentingan nasional adalah tujuan akhir dari
kegiatan perdagangan. Teori ini melihat perekonomian internasional sebagai arena konflik
antara kepentingan nasional yang saling bertentangan, daripada sebagai wilayah kerjasama dan
saling menguntungkan. Dikemukakan bahwa, persaingan ekonomi antarnegara adalah
permainan zero-sum, di mana keuntungan suatu negara merupakan kerugian bagi negara lain.
Salah satu tokoh utama teori ini adalah Alexander Hamilton yang merupakan salah satu Bapak
Pendiri Amerika Serikat. Menurut Hamilton suatu negara dalam kebijakan perdagangan
internasionalnya harus lebih mengutamakan barang-barang manufaktur daipada komoditi
pertanian. Dalam pandangan beliau, hanya dengan memproduksi barang-barang manufaktur
suatu negara akan memperoleh keuntungan yang besar dalam perdagangan internasional.
Keuntungan itu selanjutnya akan bermuara pada kekuatan nasional negara tersebut. Sebab itu,
negara-negara yang sebelumnya masih mengimpor barang-barang manufaktur dari negara lain
harus menempuh kebijkan atau strategi “substitusi impor”. Negara itu harus memproses sendiri
barang-barang yang dibutuhkan rakyatnya, kendati dilihat dari prinsip efisiensi (keunggulan
komparatif) lebih menguntungkan bila mengimpor dari negara lain. Karena itu, bagi Hamilton,
lokasi di mana sebuah produk diproses tidak semata- mata ditentukan oleh prinsip efisiensi dan
spesialisasi yang didasarkan atas prinsip keunggulan absolut dan relatif saja.

12. Teori Perdagangan Liberal

teori perdagangan liberal dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, aliran klasik yang
dimotori oleh Adam Smith dan David Ricardo. Kedua, adalah aliran neoklasik yang merupakan
pembaruan daripada aliran yang pertama di atas. Tokoh-tokoh neo-klasik misalnya, adalah,
Samuelson dan Paul Krugman. Tokoh aliran liberal, Adam Smith menyatakan gagasannya
tentang keunggulan absolut (absolute advantage), di mana kunci dari kekuatan dan kekayaan
suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi dan sarana untuk terciptanya pertumbuhan ekonomi
itu adalah perdagangan internasional. Menurut pandangan beliau, dalam perdagangan
internasional harus diciptakan pembagian kerja (division of labour) atau spesialisasi, yang
mana setiap negara menciptakan produksinya sesuai dengan kemampuannya masing- masing.
Dengan Pembagian kerja atau spesialisasi ini dimaksudkan agar negara-negara yang
menghasilkan sejumlah produk berpeluang mencapai pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
nasional yang lebih tinggi daripada negara-negara lain yang hanya memiliki sedikit produk.
Inilah yang dimaksudkan dengan keunggulan absolut. Doktrin lain dari teori ini juga
menyatakan bahwa perdagangan internasional harus berdasarkan prinsip persaingan bebas (fair
competition) atau pasar bebas (free market). Dalam pengertian ini, arus barang dari satu negara
ke negara lain harus bebas dari hambatan-hambatan politik (political barriers), sehingga
pergerakan barang lintas negara berlangsung bebas dan alamiah berdasarkan hukum pasar.
Teori ini menegaskan bahwa pembatasan arus barang dari suatu negara ke negara lain akan
menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi yang menggerogoti seluruh
kekuatan negara. Langkah- langkah seperti: Proteksi, dumping, dan lain- lain dianggap sebagai
hal buruk yang harus dihindari. Interaksi dan campur tangan negara yang terlalu besar terhadap
bidang perdagangan internasional akan mendistorsi pasar dan bisa jadi menyebabkan
terjadinya kekacauan ekonomi.

13. Teori “Dual Economy”

Teori dual economy atau dualisme ekonomi menyatakan bahwa setiap gejala perekonomian
domestik maupun internasional harus dianalisis dari dua sektor yang satu sama lain secara
relatif independen. Pertama adalah sektor moderen yang progresif yang dicirikan oleh suatu
integrasi dan efisiensi tingkat tinggi. Kedua adalah sektor tradisional yang yang diwarnai oleh
sebuah keterbelakangan cara-cara produksi dan swasembada lokal. Tokoh-tokoh teori ini
adalah mereka yang pada umumnya mengembangkan pemikiran-pemikiran liberalisme
ekonomi. Di Indonesia kita mengenal J.H. Boeke yang menganalisis tentang kedudukan
ekonomi kolonial dan pribumi pada masa lalu yang memberikan adanya penilaian tentang
konsep dualism ekonomi itu. Teori disokong kuat oleh para penganut teori modernisasi
pembangunan seperti W.W. Rostow. Teori dual economy menilai bahwa proses perkembangan
ekonomi adalah proses transformasi dari sektor tradisional menuju sektor moderen melalui
modernisasi struktur-struktur ekonomi, sosial, dan politik. Dalam proses transformasi ini
terjadi kerusakan nilai- nilai lama dan muncullah nilai- nilai baru, seperti individualisme dalam
masyarakat, rasionalitas ekonomi, dan maksimalisasi tingkah laku. Selain itu, integrasi
ekonomi global yang berwujud sistem pasar dan institusi- institusi lainnnya, merupakan
konsekuensi dari pergerakan kekuatan-kekauatan pasar ke arah efisiensi ekonomi dan saling
ketergantungan global. Menurut teoritisi dual economy, munculnya suatu ekonomi pasar
adalah sebagai akibat alamiah dari bekerjanya kekuatankekuatan pasar. Kemajuan-kemajuan
dalam bidang komunikasi dan transportasi, perkembangan efisiensi lembaga- lembaga
ekonomi, dan pengurangan biaya-biaya transaksi, merupakan faktor pendorong bagi
transformasi dari perekonomian tradisional ke moderen.

14. Teori Sistem Dunia Moderen (MWS)

Teori selanjutnya adalah teori Sistem Dunia atau seringkali disebut sebagai Sistem Dunia
Modern (Modern World System). Teori ini dicetuskan oleh Immanuel Wallerstein. Sumber
pijakan dari teori MWS adalah ajaran-ajaran Neo-Marxis serta mazhab “Annales” dalam
bidang sejarah yang dikembangkan Fernand Braudel di Perancis. Melalui cara ini Wallerstein
melihat tatanan ekonomi dunia sebagai suatu kesatuan unit analisa yang secara total berkait
satu sama sama lain secara sistemik. Proses-proses perubahan yang terjadi dianalisis dalam
kerangka 117 jangka panjang yang dianggap cukup untuk mewadahi “perhitungan logis”.
Dengan menggunakan referensi waktu jangka panjang (la lon que duree) maka ketotalan dan
lapisan paling dalam dari kehidupan sosial itu dilihat sebagai perubahan perlahan dan bersifat
pengulangan.

15. Teori Stabilitas Hegemonis

Teori yang selanjutnya adalah Teori Stabilitas Hegemonis. Salah satu tokoh utama
pendukung teori ini adalah Charles P. Kindleberger. Melalui berbagai tulisannya Kindleberger
menyatakan bahwa teori ini memiliki keunggulan di dalam menjelaskan fenomena ekonomi
politik internasional. Sementara istilah “hegemoni” berasal dari salah seorang intelektual
NeoMarxis Italia, yakni Antonio Gramsci. Menurut Gramsci, hegemoni bukanlah merupakan
hubungan dominasi dengan menggunakan kekerasan, melainkan satu hubungan persetujuan
dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologi yang dibina berdasarkan mekanisme
konsensus. Hegemoni merupakan suatu usaha sistematik dari kelas yang berkuasa untuk
menanamkan fahaman dominannya agar tetap berkuasa dengan cara menanamkan
keyakinankeyakinan tertentu ke dalam fikiran dan cara hidup masyarakat (Brown 2001: 188).
Dengan kata lain, hegemoni berlaku jika ideologi, nilai- nilai, keyakinan, cara hidup, dan
sistem, daripada golongan yang mendominasi telah diambil alih dan diterima secara sukarela
oleh yang didominasi.
16. Ekonomi Politik Keynesian

Ekonomi Politik Keynesian mengajukan kritik terhadap konsep pasar yang meregulasi
dirinya sendiri yang banyak digunakan oleh para pemikir klasik dan neoklasik. Kritik dari
pendekatan keynesian mengatakan bahwa kegagalan untuk menemukan pembeli bisa jadi
merupakan masalah sistematik yang tidak ada hubungannya dengan 16 ketidakcocokan anatara
apa yang diproduksi dengan apa yang diperlukan, melainkan bia disebabkan karena kegagalan
dari mekanisme pasar itu sendiri untuk menarik pembeli – pembeli yang memiliki daya beli
yang cukup. Dengan kata lain pasar gagal untuk mempertemukan permintaan dengan pasokan.

17. Teori pilihan masyarakat.

Teori pilihan masyarakat masih berdasar pada liberalisme klasik dalam pasar bebas, tapi
mereka lebih fokus pada politik demokrasi yang membuat sebuah tempat yang di mana
seseorang atau kelompok dapat keuntungan ekonomi karena pembayar pajak. Karena
seseorang dapat memperkirakan interes mereka dari fasilitas yang tersedia.

18. Ekonomi Neo-Austria

Neo-Austria berkomitmen untuk melakukan pasar bebas. Mereka menolak asumsi neo-
klasik yang berasumsi bahwa setiap proses penentuan kebutuhan, atau pilihan tindakan
ekonomi seseorang penuh dengan informasi yang sempurna. Kenyataannya, menurut Neo-
Austria, campur tangan pemerintah akan selalu menjadi detrimental (pengganggu) dalam
ekonomi itu sendiri, karena pemerintah akan cenderung condong ke kelompok interest yang
spesial dari pada ke publik secara keseluruhan.

19. Teori ekonomi demokrasi down

Dalam An Economic Theory of Democracy (1957) Antony Downs menggunakan metodologi


ekonomi dimana membahas pemilihan. Dampak tulisan Down : beralihnya peran teori politik
demokrasi diganti dengan istilah-istilah ekonomi:

1. Pemerintah diganti arti dan fungsinya sebagai pemasok dari kebijakan-kebijakan dan
pelayanan pemerintah.
2. Politisi disamakan dengan pedagang yang menukarkan jasa-jasa dengan dukungan
politik.
3. Pemilih diibaratkan sebagai konsumen yg menggunakan hak pilih layaknya rupiah
sebagai pembeli yg menukarkan hak pilihnya untuk jasa yg disediakan publik
pendidikan, kesehatan, sarana transportasi.
4. Dalam dunia politik sekarang bahkan ada marketing. Iklan, pembiayaan kampanye,
media konsultasi turut bergabung.
5. Down mengasumsikan bahwa individu termotivasi oleh kepentingan pribadi dan siap
melakukan pertukaran untuk mengejar kepentingan din masing-masing.

20. Kalkulasi Politik Buchanan dan Tullock

The Calculus of Consent (1962) menjelaskan bahwa pilihan-pilihan ekonomi politik tidak
dapat dibedakan, bahwa proses ekonomi politik satu sama lain saling mempengaruhi.
Penelitian Buchanan dan Tullock yg menyatukan struktur teoritis untuk mempelajari
pemilihan, legislasi, dan politik internasional menandai telah dimulainya kontribusi ahli- ahli
politik bagi pengembangan teori ekonomi politik. Ilmu ekonomi dan politik harus dipahami
dari perspektif yang sama.

• Bagaimana mekanisme pasar berperan


• Bagaimana dan mengapa legislator mendistribusikan pendapatan
• Bagaimana kekuatan pasar mempengaruhi hasil politik

sejak munculnya the Calculus of Consent, maka konsep ekonomi makin familiar bagi ahli
politik konsep permintaan penawaran, keseimbangan pasar, surplus konsumen, konsep
elastisitas, barang publik dan barang privat.

Anda mungkin juga menyukai