Anda di halaman 1dari 7

EKONOMI KELEMBAGAAN (EKI 416 G1)

“TEORI EKONOMI POLITIK”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara, M.Si.

Kelompok 5

Yones Fransiscus Sinaga (1907511101)

Ni Putu Monika Pratiwi (1907511102)

Donitus Dicky Marchandry (1907511110)

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
1. Sejarah dan Pemaknaan Ekonomi Politik
Menurut Clark (1998:21-23), teori ekonomi dapat diketahui pada periode antara
abad ke-14 dan ke-16, yang biasa disebut sebagai masa transformasi besar di Eropa Barat
sebagai implikasi dari sistem perdagangan yang secara perlahan menyisihkan sistem
ekonomi foedal di abad pertengahan. Sedangkan istilah ekonomi politik sendiri pertama
dikenalkan oleh penulis “Perancis Antoyne de Montchetien” (1575 – 1621) dalam
bukunya yang berjudul “Treatise on Political Economy”. Dalam bahasa Inggris, istilah
ekonomi politik digunakan pada tahun 1767 oleh Sir James Stuart (1712-1789) melalui
publikasi Inequiry into the Principles of Political Economy.
Sebagian besar ilmuwan sosial cenderung melihat politik dan ekonomi sebagai
tiap bagian yang berbeda, di mana para pemimpin politik memiliki dua pilihan yang jelas
hubungan ekonomi dipahami sangat sederhana atau bebas menentukan aspek apapun
yang diperkirakan bisa memengaruhi ekonomi. Sedangkan para ekonom yang lain
melihat sistem politik lebih banyak ditentukan oleh konfigurasi hubungan ekonomi

2. Teori Pilihan Publik


Pengambilan keputusan dalam pemerintahan dapat menggunakan ilmu-ilmu lain
dalam aplikasinya, seperti Ilmu Ekonomi. Salah satu pendekatan dalam Ilmu Ekonomi
yang digunakan dalam Ilmu Politik adalah Teori Pilihan Publik (public choice theory).
Teori Pilihan Publik adalah pengambilan keputusan secara bersama-sama/kolektif yang
dilihat dari perspektif ekonomi untuk menjelaskan fenomena sosial-politik. Unsur
penting dalam teori pilihan publik yang harus diperhatikan yaitu supply-demand
(pertukaran) dan aspek kelembagaan.
Teori pilihan publik membantu pemerintah dalam memberikan kerangka atau
penjelasan mengenai bagaimana pemerintah mengambil keputusan sehingga dapat
membantu mempelajari perilaku anggota partai politik sebagai petunjuk untuk
mengambil keputusan publik dalam penentuan pemilihan kebijakan publik yang paling
efektif. Karena itu teori pilihan publik merupakan alat atau metode yang dikembangkan
dalam teori ekonomi dan akan diaplikasikan ke sektor politik atau pemerintahan. Intinya
teori pilihan publik adalah “the economic study of non market decision making”.
Teori pilihan publik menyinggung tautan antara ilmu ekonomi dan ilmu politik.
Teori ini biasanya digunakan pada ahli ekonomi politik dalam memandang ruang politik
sebagai wadah pertukaran diantara masyarakat, partai politik, pemerintah dan birokrat.
Para ahli ekonomi politik menggunakan teori ini untuk menjelaskan bagaimana proses
pengambilan keputusan dalam penentuan pilihan kebijakan publik yang paling efektif.
Dalam teori ini, para pelaku politik bertindak sebagai supply, sedangkan masyarakat
merupakan demand-nya. Menurut Samuelson dan Nordhaus, teori pilihan publik
merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana pemerintah
membuat keputusan yang terkait dengan kepentingan masyarakat (public).

3. Teori Rent-seeking
3.1 Pengertian Rent-seeking
Rent-seeking adalah asumsi awal yang dibangun dari teori ekonomi politik. Setiap
kelompok kepentingan berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesar-
besarnya dengan upaya yang sekecil kecilnya. Seluruh sumberdaya ekonomi politik
yang dimiliki, seperti lobi, akan ditempuh demi menggapai tujuan tersebut.
Persoalannya adalah jika, produk dari lobi tersebut berupa kebijakan, maka implikasi
yang muncul bisa sangat besar. (Yustika,2009)
Kisah tentang pengusaha yang menerobos kekuasaan, baik karena kedekatan
kolusi maupun peran ganda, sesungguhnya telah masuk dalam kajian ekonomi politik.
Pada fenomena rent seeking perilaku pengusaha untuk mendapatkan lisensi khusus,
monopoli dan fasilitas lainnya dari pihak yang berwenang, yang mempunyai
kekuasaan di bidang tersebut.
Dengan lisensi khusus maka dengan mudah pelaku yang lain bisa masuk pasar.
Karena itu perilaku pemburu rente ekonomi biasanya merupakan perilaku anti
persaingan atau menghindari persaingan dengan tujuan keuntungan yang sebesar –
besarnya (Suara Merdeka, 2005). Dengan deskripsi tersebut, kegiatan mencari rente
bisa didefinisikan sebagai upaya individual atau kelompok untuk meningkatkan
pendapatan melalui pemanfaatan regulasi pemerintah (Khan dan Jomo dalam Yustika,
2012).
Selanjutnya Rachbini (2005) mendefinisikan rent seeking dalam kajian ekonomi
politik berarti perburuan pendapatan dengan cara monopoli, lisensi, dan penggunaan
modal kekuasaan di dalam bisnis. Pengusaha memperoleh keuntungan dengan cara
bukan persaingan yang sehat dalam pasar. Kekuasaan dipakai untuk mempengaruhi
pasar sehingga mengalami distorsi untuk kepentingan.
Aktivitas rent seeking dibedakan dari perilaku mencari untung dalam usaha atau
bisnis yang sehat. Dalam bisnis yang sehat, perusahaan menciptakan nilai, kemudian
melakukan transaksi yang saling menguntungkan. Tetapi di dalam praktik rent
seeking, pelaku usaha mengundang kekuasaan atau memengaruhi kekuasaan untuk
mengambil dari suatu nilai yang tidak dikompensasi.
3.2 Rent seeking pada perpindahan produk
Rent seeking adalah asumsi awal yang dibangun dari teori ekonomi politik. Setiap
kelompok kepentingan berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesar-
besarnya dengan upaya yang sekecil kecilnya. Seluruh sumberdaya ekonomi politik
yang dimiliki, seperti lobi, akan ditempuh demi menggapai tujuan tersebut.
Persoalannya adalah jika, produk dari lobi tersebut berupa kebijakan, maka implikasi
yang muncul bisa sangat besar (Yustika,2009).
Aktivitas rent seeking dibedakan dari perilaku mencari untung dalam usaha atau
bisnis yang sehat. Dalam bisnis yang sehat, perusahaan menciptakan nilai, kemudian
melakukan transaksi yang saling menguntungkan. Tetapi di dalam praktik rent
seeking, pelaku usaha mengundang kekuasaan atau memengaruhi kekuasaan untuk
mengambil dari suatu nilai yang tidak dikompensasi. Pada penelitian ini, pelaku
pencari rente menggunakan perpindahan produk untuk memperoleh keuntungan.
Perpindahan atau disebut juga distribusi adalah kegiatan pemasaran yang
berusaha memperlancar serta mempermudah penyampaian produk dan jasa dari
produsen kepada konsumen sehingga penggunanya sesuai (jenis, jumlah,
harga,tempat, dan saat) dengan yang diperlukan. Produsen dan konsumen mempunyai
kesenjangan spasial, waktu, nilai, keragaman dan kepemilikan produk karena
perbedaan tujuan serta persepsi masing-masing. Secara umum, sistem distribusi dapat
dibedakan dalam dua jenis yaitu :
1. Sistem distribusi langsung
2. Sistem distribusi tidak langsung
Sistem distribusi langsung mendistribusikan barang secara langsung dari produsen
ke konsumen. Sedangkan distem distribusi tidak langsung menggunakan perantara
(midleman) sehingga tidak langsung bertemu dengan konsumen).
Dari adanya sistem perpindahan yang dimiliki, pelaku melihat kondisi tersebut
untuk melakukan perpidahan produk dengan tujuan keuntungan. Perbedaan kegiatan
antara bisnis yang sehat dengan pelaku rent seeking adalah, pada bisnis yang sehat
perpindahan digunakan untuk memperoleh manfaat dari kegiatan produksi yang
dilakukan. Sementara, pada aktivitas rent seeking pelaku menggunakan perpindahan
produk untuk menghindari pengawasan dari pihak yang memiliki wewenang khusus.
3.3 Rent seeking pada pertambahan nilai produk
Pertambahan nilai menurut Colander (2004) adalah kontribusi dari setiap kegiatan
produksi yang dilakukan untuk menambahkan nilai didalam setiap proses produksi.
Proses ini penting karena jika terjadi kerusakan pada barang konsumen tidak bisa
membawa pulang barang yang mereka beli. Perusahaan harus memberikan nilai lebih
pada produknya agar konsumen tahu barang yang diinginkan sesungguhnya tidak bisa
didapatkan tanpa adanya pertambahan nilai yang dilakukan sebuah perusahaan.
Rangkaian pertambahan nilai yang dilakukan meliputi proses pengubahan bahan
baku menjadi bahan atau komponen lanjutan, kemudian menjadi barang jadi yang
ingin diproduksi. Perusahaan akan mengukur nilai tambah ini sebagai perbedaan
antara pendapatan penjualan dengan biaya pembelian bahan-bahan. Jika perusahaan
hanya menjalankan satu tingkatan maka perusahaan tersebut hanya memberikan
tambahan nilai yang kecil dibandingkan dengan perusahaan yang terintegrasi secara
vertikal yang menjalankan beberapa tingkatan produksi dan distribusi.
Jika uraian tersebut dikaitkan dengan usaha yang sehat maka proses pertambahan
nilai akan memberikan keuntungan pada pihak yang melakukan kegiatan tersebut.
Namun dalam konsep rent seeking, pelaku menggunakan pertambahan nilai untuk
menjadikan nilai produk menjadi lebih mahal tanpa melakukan kegiatan yang
produktif. Dari pemanfaatan regulasi pemerintah, pelaku dapat memotong biaya
produk yang dikeluarkan dan memperoleh keuntungan dari pemberian harga yang
berlaku di pasar.
4 Teori Redistributive Combines dan Keadilan
Menurut Stigler, ada dua alternatif pandangan tentang bagaimana sebuah peraturan
diberlakukan. Pertama, peraturan dilembagakan terutama untuk memberlakukan proteksi dan
kemanfaatan tertentu untuk publik atau sebagian sub-kelas dari publik tersebut. Kedua, suatu
tipe analisis di mana proses politik dianggap merupakan suatu penjelasan yang rasional.
Menurut Rachbini (1996:96), dalam pola redistributive combines ini sumber-sumber
ekonomi, aset produktif, dan modal didstribusikan secara terbatas hanya dilingkungan
segelintir orang. Teori redistributive combines mengandaikan adanya otoritas penuh dari
negara/pemerintah untuk mengalokasikan kebijakan kepada kelompok-kelompok (ekonomi)
yang berkepentingan terhadap kebijakan tersebut.
Maka dari itu redistributive combines adalah suatu kelompok yang mengambil
keuntungan dari negara secara cuma-cuma. Kelompok ini memiliki tujuan untuk
mempengaruhi pemerintah untuk memperoleh redistribusi yang menguntungkan bagi
kelompok mereka. Adanya kelompok ini mengakibatkan distribusi sumber daya ekonomi
menjadi terbatas pada sebagian orang saja. Penyebab munculnya kelompok redistribusi bisa
dari sistem politik yang tertutup oleh sistem hukum yang kabur atau dapat juga dari ketiadaan
hukum.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11818659/
Teori_Pilihan_Publik_Dalam_Kebijakan_Publik#:~:text=Salah%20satu%20pendekatan
%20dalam%20Ilmu,untuk%20menjelaskan%20fenomena%20sosial%2Dpolitik. Diakses
pada 11 Oktober 2021 pukul 22.00

https://blog.ub.ac.id/arifrosyidi/2018/10/01/teori-ekonomi-politik-4/ diakses pada 11 Oktober


2021 pukul 22.47

http://elearning.gunadarma.ac.id diakses pada 11 Oktober 2021 pukul 23.00

Anda mungkin juga menyukai