Anda di halaman 1dari 10

TEORI EKONOMI POLITIK

• Nama-nama anggota kelompok 3 :


• FIRDAYANTI (2010030172)
• GISELLA PUTRI (2010030177)
• GUENTER M’BAO AMAN LANGKO (2010030179)
• HEMPI NUGROHO MARTHEN SELAN (2010030180)
• VINCENTIUS R.P PATI BARAN (2010030218)
• YEFEN MOY (2010030221)
• YULIANA PRISKALIA LEDE (2010030225)
• 1. Mendefenisikan Teori pilihan publik
• Pendekatan ekonomi politik baru yang mengganggap
negara/pemerintah, politis, atau borikrat sebagai agen yang memiliki
kepentingan sendiri merupakan pemicu lahirnya pendekatan publik
choice (PC) atau rational choice (RC). PC tergolong ke dalam kelompok
ilmu ekonomi politik baru yang berusaha mengkaji tindakan rasional
dari aktor-aktor politik, baik di parlemen, lembaga pemerintah ,
lembaga kepresidenan, masyarkat pemilih, pecinta lingkungan hidup
dan lainnya. Teori pilihan publik melihat aktor-aktor individu sebagai
pusat kajian, entah mereka itu sebagai anggota partai politik,
kelompok-kelompok kepentingan atau birokrat baik yang berkuasa
karena dipilih maupun ditunjuk. Singkatnya dalam proses seperti itu,
setiap formulasi kebijakan da dukungan dianggap sebagai proses
distribusi nisbah ekonomi melalui pasar politik.
• Pada level yang lebih luas, teori pilihan publik bisa diterjemahkan
sebagai aplikasi metode ekonomi terhadap politik. Namun, teori
pilihan publik ini berbeda dengan ilmu ekonomi konvensional.
Perbedaan itu bukan dalam hal konsepnya terhadap individu dan
aspek kekuatan motivasi, melainkan dalam hal rintangan-rintangan
dan kesempatan-kesempatan yang datang dari posisi politik (sebagai
lawan dari pasar).
• Dalam level analisis , teori pilihan publik ini bisa dibagi dalam dua
kategori. Pertama, teori pilihan publik normatif. Teori ini memfokuskan
pada isu-isu yang terkait dengan desain politik dan aturan-aturan
dasar. Pendeknya teori ini berhubungan dengan kerangka kerja
konstitusi yang mengambil tempat dalam proses politik. Kedua, teori
pilihan publik positif. Teori ini mengonsentrasikan untuk menjelaskan
perilaku politik yang dapat diamati dalam wujud teori pilihan,dengan
kata lain teori pilihan publik positif beroperasi pada wilayah dunia
nyata.
• Terdapat 4 poin asumsi yang biasa dipakai dalam teori pilihan publik,
.

yakni:
• Kecukupan kepentingan material individu memotivasi adanya pelaku
ekonomi,
• motif kecukupan tersebut lebih mudah dipahami dengan
menggunakan teori ekonomi neoklasik,
• kecukupan kepentingan material individu yang sama memotivasi
adanya perilaku politik,
• dan dimana asumsi kecukupan (kepentingan yang sama) tersebut
lebih mudah dipahami dengan menggunakan teori ekonomi
neoklasik.
.

• Teori pilihan publik ini secara umum digunakan di banyak disiplin imu
dengan nama yang berbeda, seperti ‘publik choice’ (ilmu politik), dan
expected utility theory (ilmu ekonomi dan sosiologi). Dalam
operasionalisasinya, pendekatan publik choice bisa dibedakan dalam
dua bagian : supply dan demand, pada sisi penawaran (supply),
terdapat dua subjek yang berperan dalam formulasi kebijakan, yakni
pusat kekuasaan yang dipilih dan pusat kekuasaan ynag tidak dipilih.
Pada sisi permintaan (demand), aktornya juga bisa dipilah dalam dua
kategori yakni pemilih (voters) dan kelompok-kelompok penekan.
Pemilih akan mengontrol suara untuk mendapatkan kebijakan yang
diinginkan, sedangkan kelompok-kelompok penekan akan mengelola
sember daya yang dipunyai untuk memperoleh keuntungan yang
diharapkan.
• 2. Mendefenisikan Teori Rent-seeking ,

• Teori rent seeking pertama kali di perkenalkan oleh Anne O.Krueger


pada tahun 1974. Pada saat itu Krueger membahastentang praktik
untuk memperoleh kuota impor, dimana kuota imporsendiri dimaknai
sebagai perbedaan perbedaan antara harga batasdan harga domestik
(Yustika, 2012).
• Menurut Yustika (2012),ada tiga penjelasan mengenai rent seeking
behavior. Pertama,masyarakat akan mengalokasi sumber daya untuk
menangkappeluang hak milik yang ditawarkan oleh pemerintah. Pada
titik ini,munculnya perilaku mencari rente sangat besar. Kedua,
setiapkelompok atau individu pasti akan berupaya
mempertahankanposisi mereka yang menguntungkan. Implikasinya,
keseimbanganekonomi tidak akan dapat tercapai dalam jangka
panjang karenaadanya kelompok-kelompok penekan yang
mencobamendapatkan fasilitas. Ketiga, dalam pemerintahan sendiri
terdapatkepentingan-kepentingan yang berbeda. Dengan kata
lain,kepentingan pemerintah tidaklah tunggal.
• Menurut Nicholson dalam Deliarnov (2006), yangdimaksud dengan rente
adalah kelebihan pembayaran atas biayaminimum yang diperlukan untuk
tetap mengkonsumsi faktorproduksi tersebut. Nicholson memberikan
contoh laba yangditerima perusahaan monopoli dalam jangka panjang
karena adanya kekuatan monopoli atas faktor produksi tertentu yang
menyebab kantingginya pembayaran terhadap perusahaan lain, dan
keuntungantersebut disebut dengan laba super normal.
• 3. Mendefenisikan teori redistributive combines dan keadilan
• Dikalangan perumus kebijakan, ada tradisi untuk menggunakan hukum
sebagai alat untuk membagi-bagikan kekayaan yang ada dan bukan
untuk mendorong terciptanya kekayaan baru. Bagi suatu negara yang
tidak menyadari bahwa kekayaan dan sumber daya dapat
bertambah besar bila ada dorongan untuk menciptakannya dari
suatu sistem kelembagaan yang tepat dan bahwa anggota masyarakat
yang paling papa sekalipun dapat menghasilkan kekayaan, maka
redistribusi langsung merupakan cara satu-satunya yang terbayangkan
oleh pengambil kebijakan. Cara pandang ini sama sekali tidak
mempertimbangkan realitas bahwa suatu peraturan dapat mengubah
keputusan yang diambil oleh orang dibidang ekonomi dan
mengubah peluang ekonomi yang terbuka baginya.
• Masalah pemanfaatan hukum bagi kepentingan kelompok tertentu,
saat ini perkembangannya sudah sedemikian memuncak sehingga
pembentukan organisasi untuk memeroleh pendapatan dengan
cuma-cuma (unearned income) yang dibagikan oleh negara atau
disalurkan melalui sistem hukum, atau setidaknya untuk melindungi
diri sendiri dari proses tersebut dengan membentuk apa yang
dinamakan teori “redistributive combines”(kelompok redistribusi),
yang tidak terbatas pada bidang-bidang yang lazimnya erat
berhubungan dengan kegiatan politik-partai politik, media massa,
atau organisasi informal-tetapi meluas sampai ke perusahaan-
perusahaan dan bahkan pada keluarga-keluarga. Perubahan-
perubahan pada susunan dan pimpinan puncak direksi perusahaan
sering disebabkan oleh perubahan dalam pemerintah. Kelompok-
kelompok iniselalu bertarung satu sama lain untuk menjaga jangan
sampai suatu peraturan baru mengancam kepentingan mereka, tetapi
juga dapat menguntungkan. Akibatnya, pihakyang berwenang di
negara jika membuat peraturan hukum hampir selalu semata-
matauntuk tujuan membagi-bagi pendapatan tanpa kerja dan
menjadikan negara sebagai sebuah demokrasi kelompok-kelompok
kepentingan.
• Teori redistributive combines mengandaikan adanya otoritas penuh
dari Negara/pemerintah untuk mengalokasikan kebijakan kepada
kelompok-kelompok ekonomi yang berkepentingan terhadap
kebijakan tersebut. Akibatnya kebijakan yang muncul sebagai hasil
dari interaksi antara kelompok kepentingan ekonomi dan pemerintah
kerap kali Cuma menguntungkan salah satu pihak dan merugikan
pihak yang lain, jadi disini muncu isu ketidakadilan.
• Kelompok kepentingan ekonomi yang eksis tidak selamanya
mengandaikan tingkat kemerataan seperti yang diharapkan,
khususnya masalah kekuatan ekonomi.

• Terlepas dari perbaikan kondisi sosial yang ada, pasar bebas akan
melahirkan kepincangan karena perbedaan bakat dan kemampuan
alamiah antara satu orang dengan yang lainnya. Oleh karena itu bagi
rawls pasar justru merupakan pranata yang tidak adil.
•  
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai