Anda di halaman 1dari 45

BAB IX

Model-model Behavioral dan Tindakan Politik

Dalam bab sebelumnya kami menjelaskan bagaimana behavioralisme berkembang dari


institusionalisme. Di kala demokrasi menjadi makin representatif, kepentingan tumbuh dalam
karakter pemilih. Lembaga-lembaga pemerintah, birokrasi, konsep isi, kebebasan sipil, partai
politik, dan hubungan internasional semakin kurang menjadi fokus ilmu politik. Pertanyaan-
pertanyaan baru muncul dengan adanya teori-teori baru mengenai tingkahlaku individu dan
kelompok.Bagaimanakah warga negara memahami politik? Bagaimana kah sosialisasi nilai-nilai
politik? Sejauh mana para pemilih mengikuti kepentingan mereka sendiri?

Kaum behavioralis tidak menolak konsep-konsep institusionalisme begitu saja.Tetapi


pada umumnya mereka terutama berusaha meminta perhatian pada metode empiris dan teknik
pengumpulan data yang dapat digunakan untuk menentukan kegiatan politik. Kalau model-
model yang digunakan oleh kaum institusionalis menggolongkan negara ke dalam pemerintahan
oleh satu orang, beberapa orang, atau banyak orang, (monarki, oligarki, atau demokrasi), model-
model behavioral, yang sama dengan yang digunakan oleh para ahli psikologi dan ahli ekonomi,
mencerminkan bagaimana orang-orang menentukan kebutuhan dan prioritas mereka atau dalam
pengertian yang lebih tegas, bagaimana mereka berusaha memaksimalkan kesenangan dan
meminimalkan penderitaan. Dengan perspektif seperti itu tujuan ilmu politik itu menjadi
berubah. Tiba-tiba saja perhatian utama yang bersifat tradisional terhadap tujuan moral (sejak
orang-orang Yunani mendefinisikan tujuan politik) dan idealisme pemikir politik gerejawi atau
reformis berubah secara mendadak. (Dapat dibayangkan kecemasan di kalangan banyak ilmuwan
politik dari mazhab-mazhab yang lama. Secara mendadak juga, pengkajian politik itu sendiri
menjadi bersifat politis: konflik timbul mengenai kuriku lum, isi mata pelajaran, dan penentuan
tujuan).

Kaum behavioralis menanggapi celaan para analis politik filosofis dan institusional
dengan kilah positivisme. Sebagai contoh, dalam menjawab pertanyaan mengenai tujuan moral
yang lebih tinggi dari politik salah seorang pemikir positivisme yang lebih keras mengatakan
sebagai berikut: "Apakah penilaian politik menyatakan sikap moral?" Weldon berkata bahwa
perhatian yang pada dasarnya bersifat institusional ini diutarakan secara tidak baik, yang
mengandung anggapan salah bahwa "akhlak" dan "politik" merupakan dua lingkungan yang
berbeda, dan juga menunjukkan, bahwa tindakan-tindakan yang dilukiskan sebagai "bermoral"
selalu lebih penting daripada tindakan-tindakan yang digambarkan sebagai "politis".

Sangat menyesatkan dan mudah menimbulkan kebingungan yang tidak perlu. Sudah
tentu kaidah-kaidah yang dibuat oleh para politisi bukan satu-satunya kaidah yang kita kenal; di
antara kaidah-kaidah yang formal politik terdapat kelompok kaidah penting, yang biasanya
dinamakan yang terdiri dari 1. kaidah-kaidah formal yang diletakkan oleh para penguasa arogan,
dan 2. konvensi konvensi yang diakui oleh kelompok orang yang yang mungkin, tetapi tidak
harus terorganisir dalam asosiasi-asia tertentu

pengertian analisis kelas dan yang lebih penting, tingkah laku bermoral kaidah-kaidah,
dan karenanya tidaklah berguna mengatakan bahwa kidab politik bergantung kepada kaidah
moral. Tetapi adalah berada mereka yang cenderung bertindak secara tidak memikirkan dari diri
atau mungkin mendukung langkah-langkah yang masih yang tidak mengganggu baik dalam
undang undang politik maupun dala kode tingkah laku konvensional. Dengan kata-kata lain,
dalam pengertian ini mayoritas mempunyai pengaruh tertentu meski jarang menentukan baik
terhadap moralitas dalam pengertian lain maupun terhadap kaidah-kaidah yang eksplisit dari
jenis asosiasi

Seberapa jauh, sebagai kelompok-kelompok yang berpengaruh secara politik, mereka


diharapkan akan berusaha (dan sedikit banyak akan berhasil) untuk memasukkan kode-kode
mereka dalam hukum Negara. Dalam pengertian ini adalah tepat mengatakan bahwa kaidah-
kaidah politik diambil dari kaidah kaidah moral, meskipun akan lebih tepat mengatakan bahwa
kode-kode tingkahlaku dan minoritas yang berpengaruh cenderung dipaksa kan kepada
mayoritas oleh undang-undang karena pemakaiannya mungkin cocok mungkin tidak. Di negara-
negara yang menerima institusi perwakilan, dapat juga diamati proses sebaliknya, yang berarti
konvensi-konvensi yang di rasakan cocok oleh mayoritas dapat dipaksakan kepada minoritas-
minoritas yang berpengaruh melalui hukum.Jika moralitas tidak menentukan, maka demikian
juga dengan kaidah-kaidah Demikianlah kesenjangan antara apa yang seharusnya dan kenyataan
politik. Demikian juga dengan perhatian empiris terhadap tingkahlaku politik. Jika bukan
moralitas dan kaidah, lalu faktor apa yang menentukan tindakan, atau bagaimana keduanya
bertemu?
Teori politik behavioral semakin banyak disebarluaskan karena pembaruan pembaruan
kelembagaan tidak berhasil memecahkan masalah-masalah tertentu yang dihadapi pemerintahan.
Undang-undang yang dirancang untuk melindungi berbagai kepentingan mengurangi kebebasan
individu dan memperbesar birokrasi sehingga kebutuhan akan pemerintahan yang lebih aktif di
imbangi oleh antagonisme yang tumbuh terhadapnya. Semakin besar partisipasi, isu-isu itu
semakin membingungkan .Dengan semakin pekanya pengambilan keputusan politik terhadap
pendapat umum, maka pengambilan.1tindakan dan tindakan keputusan menjadi kurang bijaksana
dan kurang seimbang. Jika para pemilih tak dapat membedakan jawaban jawaban yang "benar"
terhadap isu-isu tersebut, kegagalan ini menimbulkan manipulasi, oportunisme, dan asutan
terhadap rakyat. Bagi behavioralis skenario seperti ini meramalkan akan kembalinya asas-asas
suatu orde baru.

Teori Sistem Umum

Model kegunaan (utility) dalam politik terdiri dari suatu hubungan antara input, tuntutan,
dan output sebagai kebijaksanaan pemerintah.Dorongan awal terhadap tindaka politik adalah
hasrat untuk memperbesar manfaat.Dalam ekonomi, sistem seperti itu diukur dengan uang,
persamaannya dalam politik adalah kekuasaan. Untuk menerangkan hasil suatu pemungutan atau
pentingnya suatu isu, orang perlu meneliti "harga" seorang milih-prioritas gagasan-gagasan
keyakinannya sebagai fungsi bebeapa variabel (misalnya, pendapatan dalam kaitan dengan
inflasi). Teori-teori digunakan mewakili tingkahlaku politik seperti ekonomi politik dari pilihan -
pilihan dan kesempatan-kesempatan. Variabel-variabel itu merupakan faktor baik untuk
meramalkan bagaimana individu akan berinteraksi, membentuk koalisi dan aliansi, serta
memaksimalkan kepentingan pribadi melalui kerjasama kelompok. Orang dapat mengharapkan
kenaikan secara mendadak biaya hidup yang akan tercermin pada pergeseran dukungan terhadap
partai atau pemerintah. Pengaruh pokok terhadap tingkahlaku adalah perubahan dalam
perekonomian. Jika perubahan-perubahan ekonomi ini dapat digunakan untuk meramalkan
dengan tepat tingkahlaku politik yang akan terjadi, maka perubahan-perubahan itu dapat
dinamakan variabel idikator, serupa dengan indikator-indikator ekonomi yang digunakan oleh

1
(London: Penguin Books, 1955), ha 188-89.
para ahli ekonomi. Semakin baik indikator itu, semakin tepat pula ramalan atas dukungan publik
dan pendapat umum.

Model psikologi, yang tidak begitu berbeda dengan model kegunaan membicarakan dorongan
dan tanggapan, bukannya input dan output. Namun, variabel-variabel penting yang berlainan
psikis bukannya ekonomi, mempnyai hubungan dengan identitas, harga diri, kesejahteraan
pribadi, ke efektifan pribadi, dan bagaimana hal-hal ini mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk menyesuaikan tanggapannya terhadap ketidakpastian, kemampuan untuk belajar,
kemampuan untuk mengambil resiko, dan sebagainya.

Pengertian keseimbangan adalah hal biasa baik bagi model kegunaan maupun model
psikologi.Suatu tanggapan yang tepat menghilangkan dorongan yang mengganggu. Dalam model
kegunaan, misalnya input inflasi yang penting dan dampaknya terhadap para pemilih akan
mencetuskan kebijaksanaan yang, jika berhasil mengatasi inflasi, akan menghilangkan sumber
permasalahan. Kemudian, keberhasilan ini mungkin akan memperbesar dukungan terhadap
penguasa yang bertanggung jawab untuk kebijaksanaan itu.Keseimbangan politik itu ada bila
sistem politik dapat memberikan umpan balik yang sesuai.

Baik model kegunaan maupun model juga sama-sama mengandalkan pengertian


mengenai dorongan dan konsep psikologi atau input dan out put-konsep yang menghubungkan
umpanbalik dan keseimbangan. Jadi sistem politik merupakan hubungan yang terjadi antara
penguasa dan rakyat menurut kriteria tertentu. Pernyataan terbaik mengenai apa yang tertarik
dengan pendekatan sistem umum terhadap ilmu politik adalah pernyataan David Easton:

Semua riset ilmiah, demikian pembelaannya dan dengan pembenaran yang luar biasa
pada akhirnya berurusan dengan sistem sistem tingkahlaku yang sudah tentu. Dari dasar pikiran
ini, kesimpulan yang dikembangkan selanjutnya adalah bahwa karena semua sistem sudah tentu,
maka sistem-sistem itu harus memperlihatkan sifat berusaha untuk mencapai keseimbangan,
yang dapat dikatakan keadaan tetap (steady), home-ostatis, penyesuaian, seimbang dan
semacamnya. Karena alasan ini maka nampak logis bagi para penganjur posisi ini untuk per
tama-tama mengemukakan bahwa ilmuwan ilmuwan yang tertarik dalam mengembangkan
model atau teori yang paling umum untuk memahami semua macam tingkah-laku manusia
hendaknya memusatkan perhatian mereka pada kajian terhadap ciri-ciri yang sama dari semua
sistem yang diberi nama teori sistem umum dan kedua, bahwa penelaahan teori sistem ini harus
dituliskan dalam bentuk analisa keseimbangan."

"Sistem umum" lebih dari sekedar cara menyusun variabel-variabel. Sistem ini
menekankan hubungan antara model-model abstrak dan riset empiris maupun riset eksperimental
dalam berbagai bidang. Jika kita mempertimbangkan informasi sebagai input dan tindakan
pemerintah sebagai mekanisme untuk mengubah informasi menjadi output keputusan, maka
politik merupakan sebuah sistem umpanbalik, sebuah model sibernetik yang sama dengan
model-model teknik serta mekanisme.

Paradigma sistem umum: Semua masalah politik dapat dipelajari dari satu sudut
pandangan sistem umum. Kutipan di bawah ini dari salah satu kelompok ahli teori sistem yang
pertama meringkaskan ide itu: Definisi "sistem" kita sangat umum dan sepintas lalu tampaknya
dapat diterapkan pada hampir semua hal di dunia.Dan sudah tentu, fungsi teori umum adalah
mencakup semua hal. Tetapi, mungkin perlu untuk menunjukkan apa yang bukan termasuk
sistem. Separuh bagian dari Pied Piper yang dibatalkan karena berasal dari sistem. Garis-garis
yang berlawanan dengan latihan dari dua regu rugby yang sedang, terlepas dari garis belakang
mereka, biasanya sama sekali tidak dianggap sebagai sist Jika "Headles Horseman" (Penunggang
tak berkepala) karya Washington Irving fiksi, maka ia tidak dapat memegang kepalanya dalam
tangan 2 David Easton, "Batas Model Keseimbangan dalam Penelitian Sosial," Sim sium:
Keuntungan dan Masalah Model Homeostatik dalam Ilmu Perilaku.2

saya sendiri sambil bertingkah laku seperti sebuah sistem umum. Semua orang berambut
pirang di Amerika Serikat dengan sendirinya bukan sebuah sistem kecuali jika mereka
diorganisir melalui beberapa jenis komunikasi, seperti Red led League of A. Conan Doyle Jadi
dalam istilah-istilah sederhana, naif, praktis, sistem yang riil adalah keseluruhan dari sesuatu.
Meskipun mungkin membangun sebuah sistem konsep yang memasukkan kumis kakek, puisi
hokka dan Brooklyn Bridge, hal ini tidak memenuhi sistem rill dari teori sistem umum, karena
hal hal ini tidak dikelilingi oleh satu batas tunggal, tidak berkesinambungan dalam ruang waktu,
dan tidak mempunyai saling hubungan fungsional yang dapat dikenal.

2
(Publikasi Ilmu Perilaku Chicago, No. 1, 1953), hal, 27.
Sebagian orang mungkin bertanya-tanya apakah "sistem" tidak sama dengan "Gestalt".
Adakah hukum keseluruhan yang tidak dapat diterapkan pada bagian bagian khusus? Kami
berpendapat bahwa bagian, atau subsistem, dan keseluruhan berjalan menurut hukum-hukum
yang sama. Tetapi, kenyataan bahwa subsistem diseimbangkan bersama-sama melalui proses
pengorganisasian yang meliputi seluruh sistem (meskipun mekanisme ini dapat diterangkan
dengan tingkahlaku dari bagian-bagian komponen) berarti bahwa ada sifat khas dari keseluruhan
yang tidak cocok dengan bagian. Hal ini berlaku untuk sistem-sistem pada semua tingkatan. Jadi,
kita dapat menyatakan kembali karakteristik sistem-sistem itu sebagai berikut:

1. . Sistem memiliki batasan dalam mana terdapat saling fungsional yang didasarkan
terutama pada beberapa bentuk komunitas:
2. Sistem dibagi menjadi subsistem-subsistem, dan pertukaran-pertu karan yang terjadi
di antara subsistem-subsistem (seperti misalnya, antara sebuah kota dan negara
bagian, atau antara negara bagian dan pemerintahan nasional); dan
3. Sistem memiliki kemampuan untuk melakukan korelasi - yakni, sistem mengambil
input berupa informasi; dapat belajar dari input, dan menerjemahkan input menjadi
beberapa macam output.

Pendek kata, dalam sistem terdapat hubungan antara informasi dan pemakaian energi.
Hubungan antara korelasi dan pemakaian energi output -bersifat transformasi. Hasilnya adalah
sebuah paradigma sistem umum yang dapat diterapkan pada berbagai tingkat sistem yang
berbeda, masing-masing dengan batas-batasnya sendiri: sel, organ, individu, kelompok,
masyarakat, atau apa saja. Jadi, model sistem umum, mempergunakan energi dan input
informasi, mekanisme kontrol, bank memori, alat pengecek, alat penghitung, dan utpat yang
membangkitkan energi dan informasi baru.

Model Kegunaan sebagai sebuah Sistem Politik

Model kegunaan umum dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah sistem politik. Model ini
mengambil asas-asas teori sistem umum, seperti distorsi informasi, kecenderungan untuk
mengurangi ketegangan di dalam, kesenjangan dan kepuasan yang berlebihan. Model ini
memakai pengertian bahwa State of the Social Sciences, penyunting, Leonard D. White.3

semakin banyak energi yang diberikan kepada proses informasi dalam sistem, semakin besar
kemungkinan sistem itu tetap hidup. David Easton telah membangun sebuah model kegunaan
untuk politik.Model itu mengambarkan hubungan tertentu antara subsistem dan sistem-sistem
sebuah "satuan" (yang mungkin berupa sebuah masyarakat, sebuah serikat buruh, sebuah
organisasi administrasi, atau sebuah negara baru).Model politik Easton yang agak
disederhanakan, diperlihatkan dalam Gambar 9-1.

9-1 Sistem Politik.Gambar

LINGKUNGAN LINGKUNGAN

INPUT TUNTUTAN OUTPUT


KEPUTUSAN
Sistem Politik
Dan
TINDAKAN

LINGKUNGAN LINGKUNGAN

3
Chicago: The University of 3 James G. Miller, "Toward a General Theory for the Behavioral
Sciences," The Chicago Press, 1956), hal.35-34.
Input-input dalam sistem berupa tuntutan-tuntutan kepada pemerintah, dan dukungan
dukungannya yang berasal dari partai politik, warga negara, dan semacamnya. Sistem politik
sebagai sebuah subsistem pemerintah memberikan tanggapan kepada input dengan membuat
keputusan dan mengambil tindakan. Output-output ini "mengumpanbalik" dalam bentuk input,
yakni, tuntutan dan dukungan. Seluruh sistem politik dapat dioperasionalkan dengan
mempergunakan data pendapatan, pemberian suara, kelas, dan data lain yang tepat atau dapat
diukur. Dengan menghubungkan model umum dari sistem politik ini dengan model kegunaan
kita dapat memahami atau meramalkan relatif banyak tanggapan yang langsung atau tindakan-
tindakan dari publik dan pemerintahnya Fokus sentral dari model kegunaan adalah pada pilihan
rasional, dalam hal mana rasionalitas merupakan fungsi informasi. Informasi tercermin dalam
jadwal tuntutan-tuntutan politik, dengan dukungan mewakili tingkat pilihan untuk partai dan
politisi. Pasar politik jauh lebih rumit daripada pasa ekonomi, Keinginan lebih beraneka
ragam.Kebijaksanaan yang memuaskan sebagian orang, menyakitkan hati yang lain-
lain.Menemukan keseimbangan yang tepat menjadi masalah utama.4

Banyak penjelasan mengenai tingkah laku cocok di dalam profil ekonomi politik
daripada tingkahlaku, yang salah satu perkembangan daripada adanya alah polimetri, yaitu kajian
mengenai pemungutan suara. Kegunaan dan kebijaksanaan publik: Polimetrik menunjukkan
dalam partai politik, bagaimana dengan penghitungan suara, kegunaan publik dan swasta
dihubungkan. Kegunaan swasta perorangan tidak dapat diwujudkan jika manfaat dimaksimalkan
tanpa meminimalkan biaya-biaya kemasyarakatan. Hal-hal ini hanya berupa manfaat potensial,
jika dimantapkan tanpa menyediakan kegunaan publik sosial; setiap peningkatan dalam
pergantian publik sosial meningkatkan kesempatan untuk kegunaan swasta, perorangan, tetapi
dengan biaya. Keseimbangan terjadi jika biaya kegunaan publik sosial yang meningkat seimbang
dengan biaya kegunaan swasta perorangan pada titik tuntutan politik yang efektif. Di luar titik
ini, kegunaan sosial menjadi lebih mahal daripada kegunaan perorangan dan manfaat individual
lebih kecil daripada manfaat sosial (lihat Gambar 9-2).

4
World Politics Vol. 9 (1957), hal.583-400, 5 Lihat Anthony Downs, An Economic Theory of
Democracy (New York: Harper dan Brothers, 1957).KELUARAN haroral dan Tindakan. 255
Dalam gambar 9-2, kecuali jika ada perluasan kegunaan publik sosial (SU-E), kegunaan
perorangan tidak dapat dipuaskan. Kegunaan sosial adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan publik
yang ditujukan untuk memperluas biaya atas keuntungan yang diperolehs dari individu-individ
kegunaan social adalah seperti pajak yang harus dibayar sebelum kegunaan perorang diadakan.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang memperbesar kegunaan perorangan akan memenangkan
dukungan bagi para politisi; tetapi kebijaksanaan yang memperbesar kegunaan sosial publik atas
pengorbanan kegunaan swasta perorangan akan mengurangi dukungan kepada mereka.

Gambar 9-2 Model Kegunaan

KS=Kegunaan Sosial
KP=Kegunaan Perorangan

Manfaat
Keuntungan potensial
KP

E Tuntutan Efektif

KS

Biaya

Model ini mengandalkan akibat-akibat yang menguntungkan bagi kebijaksanaan publik,


dan karenanya tidak begitu sejajar dengan model teori umum mengenai persaingan ekonomi dari
ekonomi. Namun, model ini mengabarkan teori mengenai hubungan yang menentukan kapan
koalisi terbentuk dan kekuasaan terpusat. Setiap hubungan ditarik sebagai perbandingan ke
Analisa Politik
untungan terhadap biaya. Bagi "polimetrisi" organisasi kekuasaan politik adalah sama
dengan pertumbuhan bagi ekonomi. Dalam pengertian ini demokrasi dilihat sebagai sebuah
metode untuk mendamaikan keinginan-keinginan perorangan dan tujuan-tujuan publik dalam
pengertian biaya relatif masing-masing.Kebijaksanaan adalah usaha pencarian strategi yang
dapat meminimalkan biaya dan memaksimalkan hasil. Meminimalkan strategi yang tepat dan
meminimalkan biaya mendorong parah pemilik untuk memaksimalkan kepentingan-kepentingan
atas suara-suara mereka dan mendorong para politisi untuk memaksimalkan akses kekuasaan
atas segala hadiah yang diberikannya.Rasionalitas dan tingkat tinggi informasi yang tersedia
tentang kepentingan dan kebijaksanaan diandaikan pada Minat dan dukungan yang diperbesar
yang tercermin oleh suara-suara menampilkan sebuah sistem mengenai dorongan yang
lengkap.Teori ini menghasilkan seperti ramalan mengenai tingkah laku kegiatan partai,
pembentukan koalisi, dan sebagainya.

Penghalusan dalam usaha untuk memperhitungkan kegunaan di atas dasar pertimbangan


ekonomi mengarah pada pemelihan variabel-variabel ekonomi yang strategis seperti indeks biaya
hidup, tingkat inflasi, dan angka-angka pengangguran. Variabel-variabel itu dapat digunakan
untuk menghitung perubahan dalam dukungan suara, atau efek perubahan persentase pada
jumlah kursi yang dimenangkan atau yang hilang dalam badan legislatif, dan dengan demikian
memungkinkan para peneliti menghubungkan kondisi ekonomi dengan tingkahlaku pemberian
suara, Banyak data kuantitatif dibutuhkan untuk menghidupkan model-model,khususnya data
yang dapat disimpan, dikeluarkan, dan dikorelasikan setiap saat. Semakin banyak pusat regional
atau konsorsium (seperti University of Michigan Survey Research Center) menyimpan angka-
angka mengenai pemungutan suara, baik pada tingkat nasional maupun negara bagian dalam
bank-bank data. Ketika bahan dari semakin banyak tempat di dunia terhimpun, maka menjadi
mungkin untuk menghubungkan pergeseran dalam sikap, ideologi, pemberian suara, dan
tingkahlaku lain, tidak saja denga perubahan-perubahan kondisi ekonomi, melainkan juga
dengan variabel variabel seperti pendidikan, sex, pendapatan, pekerjaan, pilihan agama ras, usia,
dan sebagainya, yang kesemuanya mempengaruhi tanggapan publik. Dengan demikian variabel-
variabel ekonomi bukan satu-satunya dasar untuk menjelaskan model-model kegunaan meskipun
variabel-variabel itu menonjol.Namun demikian, variabel-variabel ekonomi merupakan peranan
baik untuk tingkahlaku politik. Pilihan pemberian suara mungkin berganti Lihat Robert A. Dahl
dan Charles F..Lindblom, Politics, Economics and We (New York: Harper and Row, 1953).
Lihat Heinz Eulan, "Pembuatan Kebijakan di Kota-Kota Amerika: Perbandingan dalam Qua
Longitudinal, Quasi-Experimental Design," Eksperimen dan Simulasi . 5

selama masa krisis ekonomi perubahan dalam dukungan terhadap partai atau calon dapat
diramalkan ketika pengangguran meningkat. Bagaimanapun juga kondisi-kondisi ekonomi dan
kesetiaan kepada partai saling berkaitan.Tetapi dalam beberapa hal semua ini terlalu mudah.
Marilah kita memperkenalkan sebuah contoh untuk menentukan sifat pembentukan model ini:
Apakah militansi serikat-serikat buruh naik turun sesuai dengan keuntungan ekonomi? Ya dan
tidak. Dalam tahapan awal organisasi akan, ketika serikat buruh masih ilegal, militansi kaum
buruh secara langsung berkaitan dengan kelemahan mereka. Apa yang dibutuhkan dari mereka
agar berorganisasi secara efektif adalah perang yang tegas menentang koalisi pemerintah dalam
menghadapi serikat buruh. Polisi, dalam persekutuan dengan para majikan, menentang serikat-
serikat buruh dan para organisator mereka. Militansi lebih banyak hubungannya dengan
perjuangan ketimbang dengan fluktuasi dalam siklus bisnis (meskipun sudah tentu aktuasi itu
merupakan sebab pertama yang penting dari organisasi) koalisi antara bisnis dan pemerintah
melemah, dan pemerintah kadang- kadang bersekutu dengan serikat buruh. Sebagai contoh, di
bawah National Labor Relations Act di Amerika Serikat (tahun 1935) pemerintah lindungi hak
berserikat yang sebelumnya ditentangnya. Pemilihan memungkinkan serikat-serikat buruh
disahkan sebagai agen untuk tawar-menawar dan mengharuskan bisnis mengakui serikat buruh
dan mengadakan tawar-menawar dengan mereka.

Dewasa ini militansi buruh mengambil bentuk lain. Di beberapa negara kaum buruh ingin
ikut serta secara langsung dalam pengelolaan. Bagaimana tuntutan yang baru ini akan
mempengaruhi partai partai, perekonomian. dan pengambilan keputusan pemerintah, belum jelas
seluruhnya. Variabel-variabel yang relevan sedang ditelaah melalui apa yang dinamakan
polyvalent modeling. Dibutuhkan informasi mengenai sebab suatu isu atau tuntutan menjadi
menonjol dan koalisi-koalisi baru apakah yang akan terbentuk. Namun ramalan yang tepat
mengenai masalah-masalah ini juga merupakan fungi variabel-variabel lain seperti bagaimana
pengelolaan kaum buruh sendiri dapat mempengaruhi keamanan pribadi para partisipan. Faktor-
5
Pa Science, J.P. Laponce dan Paul Smoner (Toronto: University of Toronto Press, 1973
hal. 93.
faktor ini dan sejumlah faktor lainnya yang berkaitan dengan psikologi proses belajar bagaimana
orang menanggapi bahaya, kapan mereka meminimalkan resiko, kapan mereka cenderung
bertindak secara perorangan ketimbang secara kolektif model psikologi. Pembentukan
kepribadian, gaya nasional, kebudayaan, bahkan melampaui model kegunaan hingga mencakup
model storiterianisme, sifat memikirkan kepentingan umum, semuanya merupakan
pengelompokan lain dari variabel-variabel behavioral yang penting. Dan keuntungan apakah
mengemukakan isu-isu itu ataukah meninggalkan arena politik, Hubungan antara manfaat dan
dukungan dapat dinilai dalam pengertian biaya dengan meninggalkan komunitas, menjadi
seorang revolusioner, atau sebaliknya menarik mundur dukungan kepada mereka yang dikuasai.
Pilihan ini dianggap sebagai salah satu keadaan khusus pluralisme, atau polyarchy, yang akan
kami bahas lebih lanjut dalam Analisa Politik

Model-model Psikologi

Model-model psikologi berlainan dari model-model teori sistem umum yang, meskipun
tidak bertentangan sepenuhnya dengan teori-teori kegunaan, mempergunakan variabel-variabel
berbeda dan menekankan jenis yang berlainan. Jika model teori sistem umum mengandaikan
dorongan, model psikologi berusaha menerangkan tingkah laku. Dengan demikian tekanannya
pada proses belajar bermasyarakat. Perhitungan kegunaan menempatkan motif berkaitan dengan
keinginan, barang dan jasa, pekerjaan dan uang, atau kebutuhan rasional lain yang dapat
diukur.Model-model psikologi, yang memperhatikan efek motivasi kepribadian menggantikan
kekuasaan dalam perhitungan kegunaan dengan ide mengenai transformasi energi. Proses belajar
dan diperkuatnya proses belajar berkaitan langsung dengan ide ini karena ketegangan energi
menciptakan kebutuhan dan belajar memuaskan kebutuhan merupakan kegiatan manusia untuk
tujuan interaksi antara di kalangan orang-orang. Ketika kebutuhan pribadi diubah ke dalam
bentuk interaksi publik, maka tingkah laku individual menjadi bersifat politis.

Kebanyakan teori psikologi mempergunakan beberapa variabel-variabel independen


berikut:

1. situasi rangsangan yang membangkitkan tindakan dalam lingkungan (Rangsangan


ini mungkin merupakan akibat beberapa tindakan yang segera, seperti gagal
dalam ujian atau terlibat dalam perkelahian, atau sesuatu yang lebih umum seperti
usaha memperoleh akses untuk kekuasaan dengan memasuki partai politik)
2. situasi-situasi tanggapan yang memuaskan timbulnya dorongan seperti keinginan
(Dalam kehidupan politik imbalan untuk kesetiaan kepada partai, kepuasan yang
diperoleh karena memegang jabatan publik, dan rasa harga diri atau pencapaian
yang diperoleh dari kekuasaan untuk membuat kebijaksanaan, semuanya
merupakan cara memuaskan bangkitnya dorongan) dan
3. variabel-variabel individu. seperti keturunan, usia, jenis kelamin, dan kondisi
fisiologis, yang kesemuanya menentukan cara orang memahami kesempatan-
kesempatan dan alternatif-alternatif yang tersedia bagi mereka (Variabel
dependen, jika diterapkan kepada politik, berupa tindakan politik tertentu seperti
pemberian suara memasuki sebuah partai, atau beraktivitas dengan kepentingan
yang aktif atau kelompok penekan).

Banyak cara untuk meneliti variabel-variabel seperti itu. Strategi pertama adalah
menentukan dari observasi terhadap banyak kasus, sampel-sampel tindakan politik, dan
pengelompokan penduduk, alasan-alasan khas mengapa sebagian orang lebih banyak
berpartisipasi ketimbang yang lain-lain, faktor faktor yang menimbulkan kepemimpinan, siapa
yang bertindak. Suatu pernyataan yang lebih canggih mengenai hubungan behavioral yang telah
kami bahas baru-baru ini adalah rumusan Albert O. 6

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu diabaikan oleh model model kegunaan, yang


mengandaikan adanya pimpinan yakni bahwa sebagian orang akan mengontrol yang lain-lain.
Sementara model kegunaan lebih menaruh perhatian pada perindustrian surplus-surplus yang
dapat di buang, dan sumber-sumber daya ekonomi, kondisi pasar ekonomi (depresi, reses,
inflasi), atau bagaimana distribusi kemampuan individual dalam populasi (tingkat melek huruf,
jangkauan komunikasi, tingkat pertukaran barang dan jasa), dengan mengubah kecenderungan-
kecenderungan ini penjadi dasar penyebab bagi strategi pemberian suara dan kekuasaan, model
6
Hirschman, Exit, Voice, and Loyal (Cambridge, Massa Harvard University Press, 1972),
dan "Exit, Voice and Loya Further Reflections and A Survey of Recent Contributions," Social
Science Informa Vol. 13 (1) 1974, hal, 2-26.
sikologi memperhitungkan juga keefektifan individu, kemampuan orang untuk menciptakan,
kemampuan atau kelemahan psikis mereka, serta pengambilan resiko. Kedua model itu bersama-
sama merupakan faktor obyektif dan faktor subyektif dalam politik behavioral.Sebagai contoh,
faktor Faktor obyektif adalah depresi, inflasi, dan ketidakmampuan pemerintah untuk
mengendalikan situasi itu. Faktor-faktor subyektif berfungsi menetapkan bagaimana ketegangan
meningkat selama krisis dan bagaimana hal ini kemudian mempengaruhi tindakan-tindakan
individu untuk mencari pencegahanya.

Variabel-variabel intervening yang digunakan oleh kedua model juga memakai .Model-
model kegunaan dari politik mencakup di antara variabel intervening yang mungkin, institusi-
institusi atau prosedur-prosedur politik yang aktual seperti pengambilan suara dalam apel atau
koalisi-koalisi antara kelompok-kelompok politik. Teori-teori psikologi dibangun di atas
interaksi antara variabel-variabel kualitatif yakni variabel-variabel neurofisiologis, seperti
lapangan otak dan jejak genetika; variabel-variabel holistik seperti pengertian Freud mengenai
id, ego, superego, dan libido; dan sistem-sistem sosial atau sistem relasi, seperti psikologi
topologi, atau psikologi vektor dari Lewin. Yang disebut terakhir juga menjurus kepada penelaan
aspek-aspek biologis kepribadian, yang dijalankan melalui pengkajian terhadap struktur genetik
untuk menemukan sejauh mana kecenderungan seperti permusuhan dan keagresifan, atau
kerjasama dan penyesuaian diri ditentukan secara biologis.Banyak pengetahuan eksperimen
mengenai tingkahlaku manusia dicapai melalui pengkajian terhadap tingkahlaku binatang di
dalam laboratorium terhadap tikus, misalnya), tetapi teknik-teknik mutakhir telah memungkin
pengamatan terhadap tingkahlaku kolektif dari binatang menyusui dalam situasi alamiah.
Ditambah dengan isolasi eksperimental terhadap genetika yang sesungguhnya, hal ini merupakan
dua wawasan penelaan yang semakin penting bagi ilmuwan politik. Dalam analisa behavioral,
pengkajian terhadap koloni-koloni binatang telah menggantikan jenis penelaan yang pernah
diwakili oleh kajian terhadap masyarakat primitif oleh para ahli antropologi, yang mengkaji
politik komunitas-komunitas seperti itu untuk menemukan ciri-ciri "dasar" yang sama bagi
semua: Apakah perbedaan dan persamaan tingkahlaku komunitas-komunitas yang lebih
sederhana jika dibandingkan dengan komunitas kita sendiri? Ahli-ahli ethologi, dan yang lain-
lain misalnya, kawasan ambon dalam keadaan alamiah, demi tujuan-tujuan ilmiah yang hampir
sama. Berbuat seperti itu membantu kita memahami naluri-naluri akan wilayah, agresi, kasih-
sayang, kerjasama, dan pola tingkahlakunya "tidak dipelajari" atau yang genetis, yang sebagian
dari padanya dapat di terapkan pada tindakan politik manusia. Ethology, atau pengkajian jejak
genetika pada hirarki-hirarki organisasi dan kekuasaan, merupakan sebuah bidang penelaahan
politik yang subur.

Tetapi ethology merupakan bidang yang sangat khusus. Kebanyakan tingkah laku
psikologis memperlakukan gejala politik sebagai akibat tingkahlaku individu yang punya tujuan,
yang menekankan hubungan antara persepsi dan motivasi, sambil menentukan misalnya,
bagaimana suatu rangsangan, yang timbul dalam situasi tertentu, menggerakkan tindakan
individu di dalam jaringan penentuan tanggapan rumit dan yang menjurus kepada tindakan
tindakan tertentu (pengeluaran energi), yang bertujuan untuk memuas kebutuhan yang
dibangkitkan oleh rangsangan itu. Bagaimana hal-hal membentuk menjadi tindakan maupun ide?
Hal-hal ini mengakibatkan proses belajar, kognisi, simbolisasi, dan pemahaman.

Sebagian teoritis juga menekankan faktor-faktor genetika, ketegangan gerak dan seksual,
teori-teori represi, dan valensi-valensi positif atau negatif (seperti kasih sayang dan restu
penghargaan atau kurangnya penghargaan).Sebagian menerjemahkan motivasi-motivasi individu
menjadi motivasi kelompok, khususnya dalam kajian-kajian mengenai organisasi-organisasi
informal.Yang lain-lain menggambarkan kemampuan manusia untuk mengubah situaasi menjadi
absolute yang abstrak atau kultural, atau proyeksi proyeksi simbolis atau ideologis.

Model psikologi membuat asumsi-asumsi biaya keuntungan tertentu sama dengan


asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori-teori kegunaan tetapi variabel-variabel kunci dalam teori-
teori ini adalah pendorong atau rangsangan dan tanggapan. Model stimulus-response (S-R) yang
terkenal itu Lihat Lionel Tiger dan Robin Fox, The Imperial Animal (New York: Holt, Rinchart
& Winston, 1971). Tiger dan Fox berpendapat bahwa adalah: alamiah bagi manusia untuk
menciptakan hirarki-hirarki, untuk melekatkan dirinya kepada sebab-sebab simbolis, menguasai
dan memaksa yang lain-lain, mengambil jalan kekerasan baik yang sistematis maupun yang
fanatik, menegaskan, berkomplet merayu, atau memanfaatkan. Satu-satunya utopia yang
mungkin, dalam perspektif kami, terletak pada kembalinya kepada suatu eksistensi pemburuan
sederhana Tetapi hal ini tidak mungkin. Kita telah melintasi batas dalam artian penduduk
Masyarakat-masyarakat kita di masa mendatang akan merupakan tempat-tempat yang harus
menghadapi ketegangan yang berlanjut antara kebutuhan berburu binatang di satu pihak, dan
kondisi-kondisi yang telah diciptakannya untuk dirinya di pihak lain, yaitu kondisi yang sering
justeru meniadakan kebutuhan-kebutuhan ya menggerakkannya untuk pertama kali. Negara
maupun birokrasi tidak akan lebih dan kita tidak berkembang untuk mengatasi kedua hal itu.7

Lihat juga Derek Freeman,.8tingkatan terhadap mana stimulus, misalnya makanan yang
diberikan pada anjing Pavlov, akan menimbulkan response yaitu keluamya air liur. eksperimen
itu diulangi dalam jumlah yang memadai di saat lonceng Katedral St. Basil di Moskow
berbunyi, maka bunyi lonceng St. akan menghasilkan mengalirnya air liur tanpa kehadiran
makanan. Berapa lama keadan ini akan bertahan tanpa makanan, bergantung pada kemapuan
anjing itu untuk hidup tanpa makanan dan sejauh mana relfeks mengalirnya air liur telah
dikondisikan (dan daya tahan lonceng St. Basil), Apapun bentuknya baik teori kegunaan maupun
teori psikologi mengadakan apa yang mungkin dapat kita namakan sebuah model umum. Teori
ini bersifat eksperimental, induktif, dan menaruh perhatian pada pengangan hasil-hasil
eksperimental di bawah keadaan terkontrol.Bentak paling umum model psikologi dasar
menghubungkan frustrasi sebagai suatu bentuk ketegangan dengan pertanyaan mengenai
kapankah ini memberikan tanggapan kepada rangsangan dengan mengatasi atau jadi agresif?
Karena mengatasi merupakan tanggapan yang "damai", sedangkan agresi bukan, masalah ini
menjadi perhatian fundamental untuk jangan mengenal perang, damai, dan tingkahlaku koperatif
sebagai satu atematif politik potensial bagi politik konflik. Model dasar ini muncul dalam
Gambar 9-3,4

Gambar 9-3 Model Agresi Proses Belajar


R1 Proses belajar ( Learning )

S r- - - - - - - - - - - - - s R2 Agresi

7
(hal. 238-39).

8
"Human Nature and Culture," Man and the New Blo (Canberra, Australia: Australian National
University Press, 1970), hal.50-75.
Kedua garis penelaahan behavioral utama ini kegunaan lawan psikologi berada di belakang
analisa-analisa mengenai pendapat umum, ideologi, dan sosialisasi yang kami terangkan dalam
Bab VIII.

Pejabat pejabat Soviet sangat terkesan akan anjing Pavlov, Mereka sangat banyak
menggunakan usaha-usaha pendidikan dan propaganda mereka pada asumsi bahwa ini dapat
diajar untuk menanggapi dalam cara-cara serupa. Lagi pula, dalam penjara Soviet, metode ini
telah diterapkan dengan sangat cermat. Untuk memakanan yang lebih banyak, para tahanan harus
bekerja melebihi norma kerja, "Orang yang bekerja lebih keras, makan lebih baik." Namun, kerja
itu kadang kadang sangat keras sehingga orang benar-benar bekerja sampai mati. Terlatih untuk
bekerja lebih dari kewajiban, dan jika tidak, akan berada di ambang mati kelaparan, para
ditempatkan dalam kategori dari anjing Pavlov yang diperbanyak hingga tingkat Mereka
mengeluarkan air liur, bekerja lebih keras, dan mati. Lihat Aleksandr L heiten, The Gulag
Archipelago, 1918-1956 (New York: Harper & Row, 1973-4). Lihat Ernest R. Hilgard, Theories
of Learning (New York: Appleton-Century Krat, 1956); dan BF Skinner, Science and Human
Behavior (New York: Macmillan, Preachs to the Study of Politics, penyunting, Roland Young
(Evanston, IL North 12 Diolah dari Charles Osgood.9

Perbandingan Model-model

Kedua model itu dapat digunakan secara terpisah atau bersama-sama, karena mereka
menghampiri masalah dari sudut yang berlainan. Misalnya, sebagian orang, yang ketika
dihadapkan dengan masa meningkatnya inflasi dan pengangguran, mengencangkan ikat
pinggang mereka, bekerja lebih keras menjadi lebih aktif dalam serikat buruh, dan meningkatkan
kegiatan partai politik mereka, terlibat dalam usaha-usaha pemecah masalah yang lebih besar
atas nama mereka sendiri dan dalam kerjasama dengan orang-orang lain. Yang lain-lain menjadi
patah semangat; kelelahan timbul bersama dengan apatis terhadap kekurangan
pribadi.Pemecahan-pemecahan yang tersedia menghindar dari orang-orang seperti itu. Sebuah
model kegunaan, yang membantu menghubungkan biaya-biaya material dengan tanggapan
kelompok, mungkin paling cocok untuk contoh pertama. Model psikologi mempergunakan

9
, "Behavior Theory and the Social Sciences," Ap University Press, 1958 ), hal.515-44.
faktor-faktor kepribadian untuk membedakan di antara kelompok untuk memecah tingkahlaku
kolektif, dan seharusnya digunakan dalam contoh kedua. Sebuah contoh lain: Orang-orang
melihat tabungan mereka lenyap karena inflasi yang meningkat, uang pensiun mereka menjadi
tidak cukup, dengan ongkos pengobatan meningkat luar biasa. Kita dapat mengukur tanggapan
dalam pergeseran dukungan politik melalui pengumpulan pendapat dan cara cara lain. Tetapi hal
ini tidak akan menjawab pertanyaan mengenai mengapa sebagian orang melihat situasi itu
dengan putus asa, sementara yang bisa terdorong untuk mencari strategi-strategi bagi
kelangsungan hidup, dan yang lain lagi memahami situasi itu berdasarkan kesempatan-
kesempata baru yang dapat dimanfaatkan. Bagaimana tanggapan individual ini dapat dipastikan,
bahkan diramalkan, dan mungkin dikompensasikan?

Sulit diketahui faktor-faktor apakah yang mengakibatkan depresi, dan apatis, serta apa
yang mengakibatkan kegiatan yang lebih besar, hasrat untuk mengendalikan situasi, atau untuk
mendominasi yang lain-lain. atau untuk melembagakan suatu pemecahan yang bersifat
otoritarian. Mengapa seseorang belajar (atau ingin) memanipulasi yang lain? Kapankah untuk
keamanan yang lebih besar diterjemahkan kedalam komitmen dengan tujuan-tujuan moral yang
lebih tinggi? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu adalah fundamental dalam memahami tindakan
politik.Adalah menarik untuk dicatat, bahwa justru dalam masyarakat yang terorganisir efisien
dalam memaksimalkan kegunaan yaitu, masyarakat industri.salah-satunya masalah psikologi
adalah yang paling besar. Dalam masyarakat mendorong orang-orang memandang ke masa
depan, untuk memotivasi . Tetapi banyak juga yang melihat kebelakang dan rindu kepada masa
lampau, merindukan zaman emas yang telah lampau atau sekedar masa yang lebih
bersahaja.Kadang-kadang negara nasional menjadi seperti sebuah sistem pemujaan politik.
Individu diharapkan memperoleh kepuasan melalui komitmen sepenuh hati kepada negara
kemudian frustrasi pribadi dan Tindakan

pindahkan kepada obyek-obyek publik, dan politik menjadi sebuah keterampilan


membawa kita kepada kontradiksi yang menarik antara kedua model Menurut model kegunaan,
memperbesar arus manfaat ekonomi dan memperluas tersedianya kegunaan-kegunaan
seharusnya memperbesar kepuasan, yang memungkinkan sistem politik mencapai suatu
keseimbangan yang stabil selama pertumbuhan yang terus menerus diubah dengan suatu politik
yang sesuai menjadi distribusi yang adil. Dengan demikian negara yang stabil menjadi mungkin,
Inilah inti behavioral dari model politik liberal. Orang-orang yang puas akan memperlihatkan
sifat-sifat yang lebih baik kepada dunia dan kepada satu sama lain, dengan bertindak sebagai
pribadi-pribadi yang makin bermoral jika kepuasan mereka diperpanjang. kaidah-kaidah yang
mengatur negara, hubungan hak milik, dan kekuasaan dan kekayaan akan ditunjang. Orang-
orang akan mendukung kaidah kaidah.

Dewasa ini, dari pendirian model psikologis, asumsi-asumsi ini terbuka untuk
pertanyakan. Tidak begitu jelas apakah kegunaan yang meningkat akan akibat kepuasan psikis
yang lebih besar, sekalipun dalam kondisi distribusi yang adil. Kecemasan biasanya nampak
meningkat (baik ketegang konflik, maupun ketidakpuasan) selama masa meningkatnya
kemunduran ekonomi, bukan dalam masa menurunnya kemakmuran ekonomi/ Dalam masa
kemakmuran, harapan-harapan mulai meningkat dengan cepat, membuat apa yang sebelumnya
dianggap suatu keadaan wajar yang memuaskan seperti pekerjaan yang baik, sebuah rumah,
kesempatan kesempatan pendidikan yang wajar, misalnya secara tiba-tiba berubah. Pekerjaan
nampak membosankan. Rumah tiba-tiba menjadi terlalu kecil atau jorok, berada dalam
lingkungan tetangga yang salah. Sekolah tidak lagi menjadi sarana untuk perbaikan diri tetapi
sebuah pusat konflik, persaingan dan pilih kasih.Ke masalah sosial seperti itu menumpuk, maka
tingkat ketegangan meningkat. Individu menjadi picik, agresif, dan sempit, Ketika sikap mereka
yang tidak toleran meningkat, pemecahan masalah utama dari kehidupan sosial yang biasa
menjadi lengkap.berbalik kepada diri mereka seolah-olah sebagai sumber masalah yang pernah
dipikirkan untuk dihindari.

Bagaimana menemukan pemecahan atas masalah-masalah seperti itu barangkali menjadi


perhatian behavioral yang paling mendesak.Sebagian pemecahan itu tentu terletak pada tingkat
tingkah laku individu, yaitu, kita dapat mengatakan bahwa dengan memperbaiki kesehatan
mental dan psikis individu-individu, kita boleh berharap untuk mengatasi sebagian dari naluri
kita yang kurang diinginkan.Tetapi metode ini sangat mahal dan serta penuh resiko. Perbaikan
individual yang permanen tidak mudah Chicago Press, 1930). Dengan buku inilah hipotess
frustras agresi memasuki bidang ini Libat Harold D. Laswell, Prychopathology and Politic
(Chicago: University of terjadi dan tidak dapat dipaksakan, Kebutuhannya adalah pemecahan
publik yang hias, tetapi sudah tentu yang mekanis. Di antara kedua ekstrem, pertanyaan-
pertanyaan mendesak menuntut kita untuk menemukan jawaban tentang bagaimana orang orang
belajar politik dan mengapa mereka lakukan tindakan tertentu, Kini kita akan kembali ke pada
cara ilmuwan behavioral menghadapi sebagian pertanyaan itu.

Sosialisasi

Salah satu masalah behavioral terpenting adalah sosialisasi, atau proses belajar
bermasyarakat. Bagaimanakah hal ini terjadi?Kita cukup mengetahui hal ini. Misalnya, anak-
anak mengalami sosialisasi terutama dengan cara itu Mereka ingin memenuhi harapan-harapan
orangtua yang mencintai mereka dengan menandingi cita-cita mereka, dan pada usia yang sangat
dini mereka menyadari cita-cita atau pilihan-pilihan (termasuk politik) orang orang yang lebih
tua. Penjelasan-penjelasan psikokultural mengenal sila sila di awal masa kanak-kanak dengan
pilihan-pilihan orangtua, menunjukkan bagaimana sosialisasi awal diperkuat oleh teman-teman
sebaya di sekolah, dan oleh kelompok-kelompok acuan lain. Partisipasi politik mempengaruhi
sosialisasi. pengalaman mengambil tindakan politik, dari hasil memberikan suara hingga
mencalonkan diri, dibangun di atas pola para sosialisasi awal dan memberikan kesempatan untuk
proses belajar bermanysarakat. Pola keseluruhan interpersonal transference membentuk dan
mengatur jaringan kepercayaan tertentu, yang membatasi konformitas dan penyimpangan sosial.
Hubungan terakhir memperkuat sebagian besar kejadian belajar bermasyarakat sebelumnya.
Kajian mengenai sosialisasi menjadikan kaum behavioris dari kajian-kajian mengenai ideologi
kepada bagaimana orientasi ditanamkan oleh masyarakat pada individu. Orientasi-oriental yang
fundamental ini membantu menentukan kepribadian politiknya

tahapan pertama, kedua, dan ketiga: Banyak informasi mengenai pembetukan sikap
politik telah berkembang. Satu wawasan penelaan yang khusus adalah bagaimana kanak-kanak
mempelajari politik. Anak-anak mempersonalisasikan politik. Misalnya, mereka lebih tertarik
pada kepribadi 10

program individu, dengan mempengaruhi dirinya ke arah kelompok kedua dan ketiga itu
yang paling cocok dengan nilai-nilai yang diajarkan sebelumnya. Bersamaan dengan itu,
tahapan kedua, yang memperkenalkan jangka kontak yang jauh lebih luas, dapat menimbulkan
Robert D. Hess din Judith V. Tomey, The Development of P Altitudes in Children (Chicago:
10

Aldine, 1967); Herbert Hyman, Seciali Politik (Glencoe, 111: The Free Press, 1959); Wilbur
Schramm, Proses dan Efek Komunikasi (Urbana, 111.: University of Illinois Press, 1961); Fred
L. Ge Children and Politics (New Haven: Yale University Press, 1965), Robert Hess dan Easton,
"The Child's Changing Image of the President," Public Opinion Quart (1960): 632-44,
kejutan pada individu (seperti, misalnya, ketika seorang anak remaja meninggalkan rumah untuk
pertama kalinya dan memasuki perguruan tinggi).Sebagian individu berusaha melindungi diri
mereka dari kejutan tahapan kedua dengan menciptaka dunia yang tertutup. Mereka hanya
bergaul dengan orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama dengan mereka, dan dengan
demikian, memperkuat kecenderungan pertama. Individu-individu seperti hanya akan
memperkuat apa yang telah mereka ketahui dan menolak apa yang mereka rasakan. Aneh
Dengan demikian nilai-nilai yang diwujudkan dalam keluarga diperkuat kembali oleh afiliasi-
afiliasi di dalam gereja, partai politik, dan kelompok-kelompok lain. Namun yang lain-lain
berbeda reaksinya.Sebagian ketika dewasa bahkan secara sadar melepaskan apa atau ideologi
politik pokok atau bahkan identitas nasional atau etnis denga mana mereka dibesarkan," Riset
mengenai masalah-masalah ini masih terus berlanjut.Sejauh mana pendidikan menghasilkan
kekuatan. Kapankah nilai-nilai politik menjadi tetap dan lebih keras?

Validitas asumsi demokratis bahwa individu-individu selalu dalam keadaan belajar yang
didasarkan pada pengumpulan informasi adalah penting bagi penelaahan seperti itu. Cita-cita
liberal lama mengandaikan bahwa warga negara berusaha mendapat lebih banyak informasi dan
berusaha agar lebih mampu membuat keputusan berdasarkan masalah dan akal sehat. Hal ini
merupakan pasal keyakinan demokratis. sebagian pengalaman mengenai sosialisasi mengurangi
kemampuan itu, dan mengakibatkan kita bertanya, bagaimanakah orang membedakan belajar
politik dan indoktrinasi?

Proses belajar politik merupakan akibat pengaturan motivasi di sekitar persepsi terhadap
nilai afiliasi dan partisipasi yang sesuai. Proses ini tergantung dengan memasukkan anak-anak ke
dalam suatu kebudayaan politik dan mengubah mereka menjadi orang-orang dewasa yang
bertanggung jawab dan mampu melakukan penilaian dan menjalankan hak-hak yang relevan
terhadap kebudayaan itu. Keduanya berjalan bersama dalam masyaraka terbuka, tetapi hal ini
kemudian menuntut tindakan politik yang akan Partisipasi itu sendiri membawa pengaruh
sosialisasi, Setiap warga negara, setiap individu yang ikut berpartisipasi mempunyai profil
karakteristik politik. Profil ini meliputi pandangannya mengenal sesama manusia dan
kepastiannya mengenai bentuk-bentuk tindakan yang dapat diterima atas yang sesuai. Selama
profil setiap orang tipe-tipe yang dapat dikenal. cenderung Lihat ard E. Dawson dan Kenneth
Prewitt, Political Socialization..11maka profil itu membentuk konsisten

Beberapa hasil tertentu dari berbagai riset mengenai tahapan-tahapan sosial dapat
dikemukakan: Nampaknya ada kebutuhan di pihak individu untuk membuat persepsi-persepsi
mereka konsisten dan koheren, dan batas tingkat tertentu dan orang masih dapat menerima ini
konsisten. Jarang terjadi seseorang akan menerima persepsi persepsi yang berbeda terhadap
pengalaman-pengalaman yang sama). Jika seseorang tidak dapat menarik kesimpulan dari fakta-
fakta dalam realitas dunia politik, maka ingkat inkonsistensi akan menyusahkan. Jadi, sebagai
contoh, orang yang dapat diharapkan memberikan tanggapan yang sama atau serupa dengan
orang-orang lain yang juga "liberal", terhadap pokok soal pada skala pilihan dari liberal-
konservatif. Kita dapat mengharapkan adanya persepsi pendapat tertetu dalam hubungan dengan
sikap-sikap sosial maupun politik di antara mereka yang mengelompok di sekitar pokok
persoalan tertentu,Sudah tentu, tiada seorang pun dapat mencapai konsisten sempurna. Sebagian
orang bahkan memperbanyak inkonsistensi dalam pandangan politik mereka dengan
merumuskan teori-teori yang menjelaskan inkonsistensi, sambil membuat mereka konsisten di
dalam suatu kerangka acuan yang tertutup. Jadi semakin independen seorang pemilih, maka
makin besar kemungkinannya "canggih secara intelektual". Dalam hal ini kecerdasan berkaitan
erat dengan kemampuan untuk menyerap pengetahuan dan membuatnya logis serta konsisten di
dalam suatu kerangka acuan tertentu. Semakin suatu hal mengenai proses belajar yang tidak
dipertanyakan berulah berakar, semakin keras orang akan berusaha untuk membuatnya konsisten
dengan isu-isu serupa, dan bahkan dengan isu-isu mengganggu. Kita semua berusaha
merasionalisir prasangka-prasangka kita.

Kita juga mengetahui bahwa penyesuaian kepribadian meluas kepada afiliasi kelompok.
Karena tidak pernah ada persesuaian yang sempurna antara kepribadian dan afiliasi, maka adalah
mungkin mengukur tingkat kesesuaian menurut variabel-variabel seperti kelas sosial, pekerjaan,
lokasi regional, agama, pendidikan, tempat tinggal, kelompok bahasa (atau etnis), dan
sebagainya.Sosialisasi masa kanak-kanak Tetapi marilah kita melihat secara lebih terperinci
bagaimana sosialisasi dalam bentuk proses belajar politik terjadi. Robert D. Hess dan Judith V.
Tomey, dalam The Development of Attitudes Children, sangat menaruh perhatian pada cara
(B Little, Rown, 1969). Lahat jugs Edward Shila dan Michael Young, "The Meaning of th
11

Coronation," Sacialogs al Reries, Vol. 1, 1955, hal, 63-81


anak-anak dipersiapkan sebagai individu bagi keanggotaan dalam komunitas politik orang
dewasa dan Dengan mempergunakan sampel anak-anak sekolah negeri, Hess dan Torney
mencoba menghubungkan kesadaran politik dengan kematangan Allains, The Public Opinion
Quarterly 12
Libat Charies E. Osgood, "Cognitive Dynamics in the Conduct of Human
Publishing Co, 1969), passim. Lahat Hess dan Tomney, op. kutip

sosial. Hipotesa mereka adalah bahwa dengan kematangan sosial (yaitu, dari tingkat
rendah ke tingkat yang lebih tinggi) terjadi juga kematangan pertimbangan, dan terutama
meningkatnya ketajaman berpikir mengenal dunia politik nyata. Mereka berusaha
memperlihatkan bahwa kematangan seperti itu tidak sekedar masalah mengetahui lebih banyak,
tetapi suatu cara anak akibat perubahan-perubahan yang terjadi dalam cara belajar mereka. He
dan Torney menjelaskan empat model yang mengidentifikasikan anak yang penting dalam
belajar membuat pertimbangan-pertimbangan politik.Mereka menemukan bahwa variabel-
variabel utama yang menentukan tingkat kematangan sosial adalah rangsangan atau dorongan
yang diterima dari keluarga dan sekolah yang memperkuat sifat-sifat tertentu pada usia-usia
tertentu. Afiliasi agama, partisipasi kelompok sebaya, kelas sosial, kecerdasan, dan orientasi seks
adalah variabel-variabel antara, atau contingent, yang mempengaruhi tetapi tidak menentukan
sikap politik seperti yang ditentukan oleh keluarga, sekolah, dan tingkat kelas yang dicapai.

Tentu saja tidak mungkin meringkas berbagai penemuan Hess dan Torney.Tetapi, satu
hal yang sangat menarik adalah bahwa anak-anak keluarga yang Berkedudukan tinggi
menganggap ayah mereka lebih berkuasa ketimbang anak-anak dari keluarga yang berkedudukan
rendah. Karena menghormati kedudukan ayah mereka dalam masyarakat, anak-anak seperti ini
juga menjadi sadar akan perbedaan-perbedaan prestise dan kekuasaan yang kemudian akan
mereka proyeksikan pada lingkup pemerintahan dan politik (biasanya dalam konsepsi yang sama
mereka berhubungan dengan pandangan-pandangan ayah mereka). Dalam keluarga yang
berkedudukan rendah, anak-anak kurang mengandalkan ayah mereka sebagai sumber informasi
untuk masalah-masalah seperti itu. Tetapi dalam kedua contoh itu, mereka yang mempunyai
ayah yang "kuat" lebih mudah mengaitkan diri mereka dengan tokoh-tokoh atau institusi-institusi
dalam sistem politik (terutama Presiden dan polisi) dibandingkan dengan anak-anak yang
ayahnya dianggap relatif "lemah"

12
(Summer 1960), hal 341-65
Mengenai proses belajar politik dan tingkat sekolah, asumsinya adalah bahwa ketika
seorang murid meningkat sekolahnya, minat politik berkembang dan sikap terhadap hal-hal yang
politis dan terhadap diri sendiri sebagai warga negara menjadi semakin terumus dan terbatas
dengan jelas. Sebagai contoh, Hess dan Tomey menemukan bahwa di antara anak-anak yang
lebih kecil, citra mengenai Presiden adalah lebih positif: "Dari 51 anak-anak kelas dus 60 persen
memandangnya sebagai 'orang terbaik di dunia', dan 75 persen mengatakan bahwa mereka pikir
Presiden menyukai hampir semua orang" Dengan kematangan sosial yang lebih besar gambaran
itu menjadi makin rumit dan berbeda. Kepresidenan misalnya, menjadi semakin kurang personal
dan lebih dipersepsikan sebagai "sekelompok atribut yang saling bersaing13

katakan dengan jabatan atau tuntutan bagi peran kepresidenan. Jadi hipotesa itu
nampaknya berlaku, Kemampuan untuk membedakan kualitas pribadi dari standar dan
kebutuhan akan peran dan jabatan membesar ketika anak maju melalui sistem pendidikan.
Sebaliknya, ditemukan bahwa sementara anak belajar membedakan antara yang ideal dan yang
riil, proses ini tidak berlangsung otomatis Menurut hipotesa itu, seorang anak di sekolah
menengah pertama se harusnya mempunyai pengertian politik yang lebih baik daripada anak
sekolah dasar, dan proses belajar politik mestinya maksimal pada tingkat sekolah menengah atas.
Sesungguhnya, ditemukan bahwa sebagian besar proses belajar politik terjadi pada tingkat
sekolah pra menengah atas. Sebuah kajian perintis memperlihatkan bahwa suatu tingkat proses
belajar dan pengalaman politik yang tidak terduga telah terjadi pada tingkat sekolah pra
menengah atas. Dibandingkan dengan murid murid kelas 3 SMA, murid-murid kelas satu SMA
relatif maju dalam sikap mereka dan mereka memperlihatkan pendapat mengenai masalah politik
dalam lingkup yang luas. sikap yang telah diperoleh sebelum kelas satu SMA dan kestabilannya
selama masa sekolah menengah atas mengarahkan usaha-usaha riset kami kepada kajian
mengenai sosialisasi politik pada tahun-tahun sekolah dasar, Pada sebagian besar isu yang
ditelaah khususnya kecintaan kepada "sistem" dan rasa hormat terhadap hukum ditemukan
bahwa murid-murid antara kelas enam dan delapan paling peka dan menyadari terhadap isu-isu.
Setelah itu, sikap dan pengetahuan mengeras. Kemampuan untuk berubah, untuk memahami

13
20 Ibid..hal. 101. 21 Ibid., hal. 11. Lihat juga David Easton dan Robert Hess, "The
Child's Politic World," Midwest Journal of Political Science, 6 (1962): 22946.
keluwesan hukum, kedudukan pimpinan, dan sikap-sikap dasar lainnya terhadap masalah
kewarganegaraan dan politik, selama periode ini.

Model-model sosialisasi: Mengatakan bahwa perubahan-perubahan terbesar dalam pemahaman


politik terjadi antara masa sekolah rendah dan menengah tidak berarti bahwa setiap orang belajar
dengan cara yang sama. Hess dan Tomey membedakan beberapa cara belajar. Antara kelas
empat dan lima, misalnya, laju proses belajar adalah yang paling cepat, tetapi cara belajar yang
terjadi tidak begitu canggih. Jadi ada dua masalah, yaitu tidak hanya berapa cepat proses belajar
terjadi, tetapi juga cara anak-anak belajar: Orang yang belajar paling banyak tetapi kurang
matang mungkin mendapat banyak informasi, tetapi ia tidak dapat mempergunakan pengetahuan
itu dengan cerdik. Masalah itu membawa Hess dan Torney untuk menyusun empat buah model
sosialisasi:

1. Model akumulasi (accumulation model). Tambahan harapan terhadap peran politik


dilanjutkan dengan penambahan unit-unit pengetahuan. Model Hess dan Tomey, proses
belajar ini adalah yang paling tegas; model ini menyatakan semakin banyak informasi
yang dimasukkan kepada seorang anak, semakin banyak pengetahuan yang diperoleh
anak itu. Hal ini bergantung apa diperolehnya pokok pokok informasi yang spesifik
Apakah Articles of Confederation itu? Apakah keputusan Dred Scott itu? Model ini d
mencakup konseptualisasi.
2. Model alih antar pribadi (interpersonal transfer model), Anak berkat asosiasi keluarga
dan yang lain, mengembangkan bermacam-macam hubungan dengan tokoh tokoh
penguasa. Anak ini memperluas hubungan itu berdasarkan pada pengalaman, hingga
mencakup hubungan Kekuasaan Presiden, misalnya, dapat dipahami sebagai proyeksi
kekuasaan yang sama yang diwakili dalam tokoh seorang bagian Pembentukan sikap
politik dengan cara ini sangat sedikit bergantung pada informasi khusus
3. Model identifikasi (identification model). Anak-anak mengambil dari orang-orang
penting yang lebih tua, biasanya ayah atau guru. Anak yang memihak pada tokoh-tokoh
seperti itu, mempergunakan mereka untuk membentuk suatu citra-diri yang, jika kukuh,
akan memberikan bagi afiliasi dan kaitan kelompok. Demikianlah, anak-anak mengangap
pilihan partai politik orangtua mereka, dan banyak di antara mereka ber pegangan terus
pada afiliasi-afiliasi itu selama sisa hidup mereka meski mereka tidak mempunyai banyak
pengertian mengenai apakah yang diwakilkan oleh afiliasi-afiliasi ini ketika pertama kali
diindoktrinasi.
4. Model perkembangan kognitif (cognitive development model). berpikir anak didasarkan
pada pemahaman konseptual mengenai kriteria yang mengizinkannya untuk
menerjemahkan pengertian mengenai tokoh individual menjadi suatu pengertian
mengenai individu-individu yang mengenai peran mereka dalam seluruh sistem
politik.Menjamin pertumbuhan dalam pengertian konseptual, merupakan masalah
pendidikan warga negara, yang seharusnya tidak sekedar mengindoktrinasi murid dengan
sikap yang benar" terhadap pemimpin-pemimpin politik, terhadap warga negara, atau
masyarakat tetapi terutama dalam sebuah masyarakat demokratis, adalah memperbesar
kemampuan kognitif untuk memahami isu-isu dan politik dalam pengertian jaringan.
Model ini tergantung pada perkembangan kemampuan akan abstraksi. Mungkin dapat
diambil perkecualian dari sebagian hasil kajian Hess dan Tomey; tetapi, hal ini
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan behavioral tentu yang pokok. Jika kebanyakan
sikap politik dibentuk pada kelas lima atau enam, sebelum bentuk perkembangan kognitif
dalam proses setelah sangat maju, berapa bagusnya pengetahuan itu? Memang, tidak itu
merupakan indoktrinasi? Hess dan Torney mengemukakan bahwa antara model alih antar
pribadi mewakili cara dalam mana anak mungkin belajar dari kontak pertama dengan
sistem politik, adalah,Perilaku dan Tindakan

kini membangun di atas pengetahuan seperti itu. Meskipun orang tidak dapat mengukur
pengetahuan konseptual sebelum mempunyai pengetahuan yang terperinci mengenai sistem itu,
dan kendati fakta bahwa banyak afiliasi dibentuk bukan di atas dasar kognitif tetapi menurut
prinsip identifikasi, kita boleh mengemukakan bahwa sikap-sikap politik dibentuk tanpa
pengertian politik. Hal-hal ini dengan cepat mengeras menjadi ideologi yang menentukan
sebelumnya cara orang menyerap dan mendefinisikan isu-isu politik di masa mendatang. Tetapi
gambarannya sudah tentu jauh lebih rumit.Karena satu hal, proses belajar dapat terjadi di luar
sekolah dan tanpa tekanan. Abstraksi timbul dari proses belajar bahasa, imitasi dan pembentukan
kaitan-kaitan simbolis. Anak-anak dengan mudah belajar memisahkan diri dari alam mereka dan
melihat alam semesta lebih besar dari diri mereka. Jadi perkembangan intelektual dalam banyak
cara merupakan proses terus menerus. Perkembangan ini berlanjut selama kehidupan dewasa
sebagai akibat partisipasi di dalam kerja, dalam politik, dalam kampanye-kampanye politik,
dalam organisasi serikat buruh, dan dalam banyak sekali kegiatan dan hubungan yang lain.
Pendeknya, proses belajar politik merupakan fungsi pengalaman politik, Tetapi bagaimana
dengan partisipasi? Mengapa partisipasi terjadi, dan dalam keadaan serta cara apakah anak-anak
atau orang-orang dewasa dibujuk untuk berpartisipasi? Kita harus juga mengemukakan isu
mengenai macam-macam partisipasi apakah yang memperluas kemampuan kognitif individu.
Apakah proses belajar merupakan fungsi partisipasi tingkat tinggi? Apakah partisipasi tingkat
rendah mempunyai akibat yang sama, atau apakah benar bahwa apa yang dibutuhkan pada
tingkat-tingkat yang lebih rendah adalah sebuah bentuk organisasi dalam mana para partisipan
tidak dianjurkan atau diharap kan untuk berpikir sendiri melainkan melakukan seperti yang
diperintahkan? Memang, ada beberapa bukti bahwa partisipasi harus bersifat egaliter di dalam
kelompok-kelompok kecil, dan dilaksanakan melalui pembahasan yang terus menerus, jika ingin
bermakna secara kognitif.

Bahkan di samping perhatian-perhatian ini, kriteria lain perlu diperhitungkan untuk


menjelaskan gejala sosialisasi. Sebagai contoh, telah ada karya untuk menetapkan bagaimana
individu mengembangkan suatu kepribadian moral.Kendati fakta bahwa anak-anak nampak tidak
bermoral, sepenuhnya hanya memikirkan diri mereka dan keinginan-keinginan mereka sendiri
kecuali jika secara terang-terangan diajarkan sebaliknya, lebih dari sekedar itu.Dengan mengikuti
karya Piaget mengenai perkembangan kognisi, Lawrence Kohlberg dan teman-teman sejawatnya
menemukan tidak hanya bahwa mereka matang, tetapi juga bahwa mereka mengembangkan
tingkat anak-anak benar-benar belajar dari pengajaran, dan bahwa cara-cara belajar pemikiran
moral. Tidak semua kemampuan menimbang dihayati dari orang.14.

guru atau bahkan sahabat, sebagian ada di dalam diri individu itu sendiri. Kohlberg
mengidentifikasi suatu pola kesadaran moral tertentu yang terdi dari tiga tingkat yaitu
"prekonvensional", "konvensional", dan "postkonven sional" atau otonom. Anak-anak yang
prekonvensional menafsirkan tingkah laku dalam pengertian konsekuensi fisik ketimbang asas-
asas moral, yang sebagai imbalan dan hukuman. Hal ini terjadi antara usia empat sampai sepuluh
tahun. Kemudian tiba masa bersandar pada sikap-sikap konvensional yang pada dasarnya
14
Vol, 4 penyunting, David L. Sills (New York: Macmillan 25 Lihat Jean Piaget,
"Developmental Psychology: A Theory," International Ency Free Press, 1968), hal, 140-47.
konformis, selama mana anak berusaha memenuhi harapan untuk memenangkan dan memelihara
nama baik keluarga atau kelompok. Pada tingkat konvensional terdapat pergeseran kepada
pertimbangan yang lebih independen mengenai yang benar dan yang salah Tingkat terakhir ini
dapat juga dibagi dalam dua tahapan.Yang pertama adalah orientasi "kontrak sosial" dengan nada
tambahan legalistis dan tarian.Tindakan yang benar cenderung didefinisikan dalam pengertian
hak-hak untuk dan patokan yang telah ditelaah secara kritis dan disetujui oleh seluruh
masyarakat, Ada kesadaran yang jelas mengenal relativisme nilai-nilai dan pendapat pribadi dan
tekanan yang bersamaan pada aturan-aturan prosedur untu mencapai konsensus,

Tahapan kedua lebih abstrak.Di sini tekanan tidak hanya pada asas-asas moral, tetapi juga
pada dapat dipahaminya asas-asas itu secara logis (seperti prinsip-prinsip dari Golden Rule
atanTen Commandments). Hal ini membawa kita kembali kepada perlunya konsistensi dalam
bentuk prinsip-prinsip universal yaitu pengakuan terhadap perlunya keadilan, hubungan timbal
balik dan persamaan hak-hak manusia, serta martabat manusia. Prinsip-prinsip seperti itu dapat
dinyatakan dalam banyak cara. Mereka menjadi dasar bagi teori politik filosof maupun dari
"orang awam", pada siapa keyakinan keyakinan ini menggerakkan hasrat bagi pembaruan,
perbaikan, dan keadilan, yang usaha pencapaiannya mungkin terjadi di dalam atau tanpa saluran-
saluran politik yang diorganisir secara teratur. Kohlbe mengemukakan bahwa gerak maju ini
sama bagi semua orang. Gerak maju menjangkau hingga di luar bangku sekolah dan tidak
terbatas kepada suatu kelas atau elit tertentu.Ia meluas melampaui satu kebudayaan politik.

Hal ini disebabkan karena asas-asas yang ideal dari struktur sosial pada dasarnya sama,
jika bukan semata-mata karena tidak cukup banyak asas yang cukup jelas komprehensif dan
terpadu untuk memuaskan intelek manusia. Dan sebagian besar asas ini telah dilaksanakan atas
nama keadilan..15

15
26 Lawrence Kohlberg, "The Child as a Moral Philosopher," Prychology Ton
(September, 1968): 25-30.27 Ibid.28 Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai masalah ini lihat
D.E. Apter d Charles Andrain, penyunting, Contemporary Analytical Theory (Englewood Cliffs,
NJ Prentice Hall, 1975), hal. 459682. Lihat juga, Charles F. Andrain, Children and C Awareneur
(Columbus, Ohio: Charles E. Merrill Company, 1971).
Tindakan berpusat pada bagaimana individu dimasukkan dan dijadikan bagian sebuah
masyarakat yang berjalan terus, dan bagaimana ia belajar berfungsi di dalamnya. Hal ini
sebagian merupakan masalah mengorganisir teman dan perorangan sehingga dalam proses
belajar bertindak, dan orang menjaga belajar bagaimana mempelajari, atau memberi kesempatan
dan memanfaatkannya. Asumsinya adalah masyarakat menawarkan lingkup kesempatan luas
kepada individu dan dengan tersosialisasi dalam berbagai peranan individu menyatu dan
masyarakat dan memungkinkannya menikmati manfaat-manfaatnya. Namun ada keadaan-
keadaan dalam mana hal ini tidak terjadi. dimana orang-orang yang karena berbagai alasan,
dapat disosialisasikan dalam budaya-kontra tetapi tidak dapat menjadi bagian dari jaringan
kesempatan yang ada

karna banyak orang menolak bercampur gaul menurut konvensi yang ada, dan akan ingin
mengubah masyarakat, maka pemerintah dihadapkan pada masalah berapa banyak kontrol atau
berapa banyak penyesuaian dan bukan untuk menjaga agar masyarakat itu tetap berfungsi dengan
lancar. Tingkat kecenderungan ke arah perubahan di pihak individu dan pemerintah ditandai oleh
ketegangan di kedua pihak.Isu-isu menjadi bermakna, tuntutan yang biasa dapat dianggap
membahayakan. Berhadapan antara tuntutan individual (atau sub-kelompok) dan tuntutan
pemerintah bukan apa yang dinamakan isu sok menonjol.

Mendefinisikan sok menonjol Sifat sok menonjol dikaitkan dengan paham ekstrim dan
radikalisasi (yaitu, penolakan terhadap peran peran yang berlaku dan penolakan untuk
diikutsertakan). Isu-isu politik yang sok menonjol adalah isu-isu yang paling banyak
mengandung ketegangan. Tetapi radikalisasi cenderung menjadi gejala yang bertentangan
.Radikalisasi di penting secara politik hanya ketika cukup banyak individu yang berhasil
menetapkan kedudukan mereka dalam pengertian nilai-nilai yang dimiliki kedua pihak. Gerakan-
gerakan radikal, apatisme, atau kemarahan sosial yang kejam kekerasan serampangan, kekerasan
di jalan, dan bentuk bak tingkahlaku antimasyarakat lainnya, mempengaruhi kehidupan terjadi
sebagai insiden insiden yang terpencil, tetapi berkaitan dengan sehari-hari maupun
kebijaksanaan pemerintah.Hal-hal itu tidak butuh menyeluruh demi kebijaksanaan
perbaikan.Apakah program program kesejahteraan masyarakat yang meningkat yang tersedia
bagi orang miskin cukup memperbaiki sosialisasi dari mereka yang paling sedikit bermasyarakat,
atau yang paling banyak dihukum? Ada banyak bukti yang Warren E, Miller dan Teresa E.
Levitin, Leadership and Change The New Politics the American Electorate16

mengingatkan bahwa hal ini tidak akan memberikan pemecahan penyelesaian atau
mungkin meningkatkan biayai ekonomi sedemikian rupa sehingga lapisan atas masyarakat
bagian masyarakat yang berfungsi paling baik mungkin akan menderita alienas reaktif.
Kecenderungan resim otoriter, korporatis, dan fasis untuk memperbaiki keadaan dengan
mengadakan koreksi berlebihan terhadap ketimpangan diikuti pergeseran seperti ini.

Isu mana yang akan menonjol dan bagaimana mereka mempengar politik berkaitan erat
dengan masalah sosialisasi yang tidak memadai dan juga dengan cara-cara individu
mengembangkan kepribadian yang bermoral Jadi kepentingan diri sendiri bukan satu-satunya
dasar sifat sok menonjol implikasi kajian Piaget dan Kohlberg, bahwa sifat sok menonjol
terutama merupakan fungsi pentingnya moral. Sebagai contoh, orang dapat mempersepsikan
suatu ide lawan yang dapat dikuasai dengan suatu kekuatan jahat, dan persepsi seperti itu, salah
atau benar akan memberikan inspirasi banyak orang untuk mengorbankan kepentingan diri
sendiri demi mendukung tujuan yang berarti dalam melawan musuh seperti itu. Tetapi jika tuju
moral perlawanan meragukan dan isunya menjadi kabur, maka kepentingan diri sendiri mungkin
akan dipertegas kembali. Kepentingan diri sendiri dan moralitas merupakan unsur sifat sok
menonjol sejauh ini jelas. Tetapi isu apa yang menonjol dan di bawah kondisi yang
bagaimanakah, tidak jelas. Beberapa kondisi harus dipenuhi sebelum suatu isu menjadi perhatian
masyarakat yang menonjol dalam pengertian moral maupun praktis.Bentuk paling nyata
kepetingan diri sendiri yang menonjol adalah ekonomi.Berikut ini sebuah contoh
sederhana.Misalkan, bagian-bagian komunitas yang luas menyaksikan kemampuan ekonomi
mereka menurun, jaminan hari tua mereka terjadi penurunan nilai, atau pendapatan mereka
merosot. Mereka mengalami kegelisahan. Kegagalan kebijaksanaan untuk memperbaiki
kemiskinan akan mengakibatkan keputusasaan, dan agresi, unsur-unsur timbuhnya ideologi
yang menawarkan pemecahan cepat dan manjur. (Bang kitnya Nazisme di Jerman merupakan
contoh klasik).

16
. (Cambridge Winthrop Publishers, Inc. 1976).271
isu-isu paling umum yang menonjolkan moral adalah perang, resolus dan pembaruan
mendasar. Isu isu ini seringkali bergabung (sebagai contoh ketika korupsi moral dalam perang
dan kepentingan diri sendiri untuk berlindung menjadi dua sisi dari kepingan uang yang sama
tatkala keterlibatan Amerika Serikat di dalam perang Vietnam, maka kekalahan mundur
Amerika akhirnya terjadi). Namun, dengan menggabungkan model yang dikembangkan Hras,
Tomey dan Kohiberg, kita dapat menyusun hipotesa isu sifat sok menonjol dan penafsiran
terhadap kecenderungan behavioral menurut salah satu posisi. Hal ini bergantung pada model
pro belajar manakah yang dianut orang Jika cara belajar dan sosialisas yang menonjol adalah
melalui model akumulasi, maka semakin banyak informasi isu itu diberikan kepada publik, hal
dan Tindakan.

makin menonjol isu itu, Tingkat menonjolnya akan ditentukan oleh sumber informasi
yang paling penting dalam mana publik mempunyai akses. Mereka yang bergantung pada surat
kabar sebagai sumber informasi akan mendapat pengertian mengenai sifat yang menonjol berita
utama (headlines) atau artikel artikel yang menonjol dalam media. Mereka yang memperoleh
infor masi dari jurnal-jurnal profesional atau dagang, pamflet-pamflet serikat buruh, dan organ
serupa akan menganggap informasi yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dari sumber-sumber
ini sebagai yang paling menonjol. Dengan demikian, Isu sok menonjol ditentukan oleh
kepentingan. Jika cara belajar yang utama adalah melalui model alih antar pribadi, maka sifat sok
menonjol akan ditentukan oleh tokoh-tokoh publik penting dan terhormat. Pendirian-pendirian
yang dibuat oleh pemimpin-pemimpin politik terkenal dan populer akan mengidentifikasikan isu-
isu kunci bagi yang bersandar pada otoritas dalam penilaian. Di bawah model ini fakta sok
menonjol sangat banyak merupakan masalah siapa mengatakan apa. Jika proses belajar terjadi
menurut model identifikasi, maka sebagian besar isu yang dianggap menonjol akan merupakan
isu-isu yang didukung oleh partai politik seseorang dan kepentingan-kepentingan yang diwakili
oleh ideologinya, serta pertanyaan kebijaksanaan dari afiliasi-afiliasi lain yang dianut oleh
individu itu. Tekanan utama diletakkan pada penafsiran, yang diberikan oleh mereka yang
pekerjaannya adalah membuat penafsiran-penafsiran seperti itu, yaitu para pejabat partai atau
pemimpin gereja, serikat buruh, atau kelompok lain. Model identifikasi adalah model yang
berusaha mempromosikan ideologi yang koheren.la juga merupakan cara belajar, yang dalam
istilah Kohlberg, akan merupakan tingkat tingkahlaku konvensional, karena keanggotaan dalam
kelompok memperkuat konformitas dengan mempromosikan hasrat untuk dihargai oleh anggota-
anggota lain: dengan kata lain, melalui tekanan kelompok seangkatan.

Jika kita mengambil model perkembangan kognitif sebagai dasar untuk proses belajar,
sifat sok menonjol akan bergantung pada pengetahuan umum dan kemampuan berpikir abstrak
yang telah dicapai oleh seorang individu. Apa yang menonjol tidak harus apa yang masuk dalam
halaman muka surat kabar, melainkan penafsiran seseorang mengenai kecenderungan jangka
panjang, pola perubahan sistem politik, kegiatan organisasi dan kelompok, dan sebagainya.
Model ini paling mendekati pemahaman profesional ".Model ini juga cocok dengan pola
perkembangan moral dari Kohlberg.genal masalah politik dan memang merupakan pemahaman
masalah "dimana dalam mana sifat menonjol ditentukan oleh rasa keadilan atau ketidakadilan
seseorang. Pendeknya, isu-isu paling menonjol adalah isu-isu yang mempengaruhi asas-asas
keadilan dalam artian perintah-perintah abstrak mengenai hal yang "benar" dan yang "salah", Isu
paling menonjol adalah isu yang paling melukai atau paling menghakimi akhlak.

1. sok menonjol dan cara-cara belajar tidak terpisahkan. Semua orang belajar
mengikuti kombinasi hal-hal ini; lagi pula, meskipun dari pendirian Menganalisis
tingkah laku politik, perpindahan dari tipe satu ke tipe empat perbaikan dalam
tingkat pemahaman politik, atau dalam kemampuan untuk memahami dan
membuat pertimbangan, namun penghayatan dan kepercayaan tertentu tidak
mengikuti gerak maju serapih itu.Jika sikap sikap dasar sebagian besar ditentukan
oleh sosialisasi pada masa awal kanak-kanak, maka sifat sok menonjol akan
berbeda-beda menurut jauh mana publik telah mengalami perubahan tingkahlaku
dari yang prekonvensional kepada yang konvensional. Tingkahlaku konvensional
menyatakan dirinya dalam rasa hormat terhadap otoritas dan nilai-nilai moral
yang bak Tetapi, berhubung kegiatan intelektual semasa evolusi ini terjadi
bersama dengan kegiatan intelektual yang terjadi juga dalam model-model
akumulasi dan alih proses belajar politik, maka dapat dikatakan bahwa sebagian
besar proses belajar terjadi sebelum evolusi pengertian moral dan kognitif.
Demikianlah, banyak "proses belajar" hanya terjadi dari pematangan alasan
seseorang untuk memegang nilai-nilai dan kepercayaan yang terbentuk belumnya.
Kita dapat mengatakan bahwa:
1. .sosialisasi pertama, melalui cara-can belajar politik akumulasi dan alih antar
pribadi, berkaitan dengan maksimum pembentukan kepribadian politik, yaitu,
masa waktu selama mana orang paling menghayati nilai-nilai politik.
2. Nilai-nilai seperti itu merupakan "struktur dalam" yang kukuh dan sulit
berubah.
3. Mereka membantu menentukan ideologi mana yang lebih kita sukai dan
dalam urutan pilihan yang bagaimana. Sistem-sistem peringkat membantu
mengenbangkan baik kepribadian moral anak-anak maupun kemampuan
kognitif orang dewasa.
4. Akhirnya, ketika perkembangan moral, kemampuan kognitif, dan
diperkuatnya kelompok menurut afiliasi-afiliasi kedua dan ke tiga
berkembang hingga titik tertentu, maka isu-isu, meskipun ditentukan
berdasarkan nilai-nilai, ideologi, dan pilihan-pilihan, diterjemahkan oleh
individu-individu menurut cara-cara belajar yang lebih canggih. Kami
membuat diagram proses ini dalam Gambar 9-4.
Gambar 9-4 Hubungan antara Sosialisasi dan Orientasi Politik

Sifat sok menonjol


Ketiga
Yang rendah

Kedua
Sifat sok menonjol
Sosialisasi yang sedang
Pertama

Sifat sok
menonjol
yang tinggi

Nilai-nilai Ideologi Pendapat


Pola sosialisasi

Gambar 9-4 mengemukakan bahwa kepribadian manusia membutuhkan kosten Nilai-nilai


politik membantu pemilihan ideologi mana yang akan lebih disukai. Ideologi membentuk
pendapat pendapat politik dan menetapkan pilihan sifat sok menonjol. Jika ketidakcocokan
timbul antara nilai dan ideologi, konflik akan tercetus dalam berbagai bentuk kegelisahan dan
alinasi. Misalnya, anak-anak yang menjadi "radikal" di sekolah sehingga ideologi yang
mewakili nilai yang berbeda dengan nilai yang ditentukan oleh keluarga mereka, mungkin akan
memperlihatkan tingkahlaku yang benci, rasa bersalah tuduhan yang aneh, dan membuat
penilaian terhadap kriteria "moral" ekstrim.

Tingkah laku menyesuaikan diri: Meskipun hipotesa-hipotesa ini mengandung bahwa


sosialisasi pertama lebih kuat dan lebih mendasar daripada yang kedua, dan yang kedua lebih
kuat dan lebih mendasar daripada yang ketiga, jelaslah bahwa nilai-nilai yang pernah dipelajari
mungkin ditinggalkan atau dapat dipelajari kembali. Kemungkinan besar nilai-nilai yang
ditanamkan pada masa awal tetap merupakan sumbangan permanen bagi kepribadian
individu.Tetapi semasa ketegangan pribadi atau pergolakan politik yang besar, nilai dan ideologi
dapat diubah. Memang, pada puncak pergolakan, mungkin nampak bahwa semua nilai yang ada
sebelumnya dapat disingkirka, tapi cukup sering orang-orang mendamaikan juga apa yang
diajarkan kepada mereka semasa sosialisasi pertama, sekalipun bertentangan dengan yang
sebaliknya. (Kami membahas dorongan bagi pembenaran diri ini sebelumnya).Inilah, misalnya,
alasan pemerintah Republik Rakyat Cinal terus menerus menyerang Konfusianisme. Sosialisasi
pertama tidak saja meninggalkan bekas yang tidak dapat dihapuskan pada wajah psikis nilai-nilai
ndividu yang tidak mudah berubah secara permanen, tetapi ia juga membantu menerangkan
mengapa ideologi begitu penting di mana perubahan radikal sedang diusahakan. Sosialisasi
digunakan untuk menyusun ide-ide moral untuk mengubah nilai. Hal ini membutuhkan
kepemimpinan dengan ideologi bersama dan keinginan maupun sarana untuk mengontrol proses
belajar politik, melalui penggabungan dengan "regenerasi" moral. Jadi, misalnya, definisi
kebebasan di Cina Komunis adalah "kebebasan terpimpin".dan demokrasi adalah "demokrasi di
bawah bimbingan pusat, bukan anarki. Anarki tidak sesuai dengan kepentingan atau keinginan
rakyat," Banyak metode revolusioner hanya merupakan penanaman nilai-nilai baru yang dibantu
perkembangannya melalui identifikasi kontradiksi-kontradiksi moral di dalam sistem
kepercayaan yang lama yang melanggar kebutuhan individu akan konsistensi, dan pemecahan
terhadap ketidakkonsistenan ini sesudah yang mungkin bertentangan. Semakin logis suatu
ideologi tersusun, semakin membantu menyelesaikan diskriminasi antara nilai dan kontakdiksi
ralyat 17

konsisten tingka laku politik individu itu. Tetapi semakin terbuka dan refleksif suatu
ideologi, semakin besar beban konsistensi, atau konformitas, diletakkan pada individu jika
dibandingkan dengan masyarakat sebagai keseluruhan. Kecenderungan: Salah satu usaha yang
lebih teliti untuk menetapkan bagaimana persepsi terhadap variabel-variabel sosialisasi dan sifat
sok menonjol, dilakukan oleh Fred Greenstein. Sambil menantang teori prediktif, Green stein
mempergunakan probabilita bukan untuk meramalkan tingkah laku, tetapi untuk
menggambarkan kaitan antara tingkah laku individu dan kelompok. Greenstein melakukan hal
ini dalam bentuk sebuah persamaan:Struktur struktur kepribadian Keyakinan politik dan

17
3Mao Tse-tung, Tentang Penanganan Pers Bahasa Asing Tking yang Benar, 1969), hal,
12. Kontradiksi di antara Rakyat
Tindakan. Struktur dan proses politik menyeluruh Tingkah laku individu politik Greenstein
memandang struktur kepribadian, misalnya, sebagai hasil banyak variabel, yaitu dari tingkat
otoriterianisme keluarga hingga cara kebutuhan psikis dinyatakan. Apa yang dapat dikatakannya
mengenai jenis-jenis struktur kepribadian tertentu adalah bahwa mereka menjuruskan orang-
orang pada keyakinan keyakinan politik tertentu. Mereka yang merasakan kebutuhan akan
stabilitas dan keamanan, dan mereka yang mengidentifikai dengan tokoh penguasa, mungkin
juga mendukung ideologi "hukum dan ketertiban" yang keras, atau ideologi yang lebih dogmatis,
dan mereka mungkin lebih menyukai pemecahan sederhana ketimbang yang rumit." Tetapi
kecenderungan seperti itu tidak memungkinkan untuk meramalkan secara mutlak apa yang akan
merupakan pilihan individu, politik ataukah yang lain. Struktur kepribadian dan keyakinan
politik dengan kuat menpengaruhi tingkah laku politik dengan menetapkan kecenderungan yang
membentuk semacam "kode", yaitu suatu kesan pada pikiran tentang kecenderungan-
kecenderungan yang dapat diamati melalui pemilihan partai oleh orang-orang, reaksi mereka
terhadap isu-isu, dan bagaimana mereka ingin diperhatikan. Koding semacam itu mempengaruh
cara kita memandang satu sama lain. (Di Afrika Selatan, di mana orang kulit paling berkuasa,
mungkin seorang kulit putih memandang seora kulit hitam bukan sebagai individu yang lain,
melainkan sebagai obyek barangkali obyek rasa takut atau obyek penghinaan.Bagi orang kulit
putih orang kulit hitam telah menjadi lambang orang tertindas, dari agresi, atau dari tanggapan
stereotip lainnya.Dalam contoh seperti itu or kulit putih telah bereaksi baik terhadap "isyarat-
isyarat" eksternal maupun yang nyata, yang menggerakkan rantai makna yang disandikan
sebelumnya. Di Irlandia Utara, orang-orang Katolik dan Protestan yang dikodekan18 Pola
Sosialisasi Pejabat Partai Kanada dan Amerika: Laporan Pendahuluan Studi Banding Organisasi
Partai, penyunting19 dan Tindakan seperti itu mungkin memperlakukan satu sama lain sebagai
tanda-tanda maktif yang memacu kekerasan). Istilah kunci adalah kecenderungan Kita ndak
dapat meramalkan kapan tanggapan yang disesuaikan sebelumnya Pemah dianggap bahwa
mereka yang paling menerima ideologi Nazi dan akan terjadi. Jerman adalah mereka yang
mempunyai kepribadian otoriter. Kini jelas bahwa sesungguhnya orang-orang ini lebih

18
31 Greenstein, hal. cit., hal. 123-27. 32 A. Komberg, J. Smith, dan David Bromley,
"Some Differences in the Politic

19
, William E. Wright (Columb Ohio: Charles E. Merrill, 1971), hal. 135-69
merupakan orang-orang pasif yang berusaha mengkambinghitamkan orang-orang Yahudi
(sebagai simbol korupsi dan subversi) karena ketidakmampuan mereka sendiri. Kelemahan-
kelemahan individual diubah menjadi tanggapan kelompok yang begitu kuat sehingga dapat
mengubah kepasifan individu menjadi kekuatan kolektif.Jadi, koding juga berkaitan dengan
kebutuhan, ketergantungan, dan kelemahan, dan kondisi-kondisi nyata dalam situasi
tertentu.Mengadakan generalisasi di atas dasar pembentukan kepribadian saja adalah salah.
Penelaahan empiris terhadap masalah-masalah ini merupakan bagian besar

behavioral dalam politik. Teori-teori behavioral berusaha menjelaskan bagaimana


menciptakan, mengubah, menyesuaikan, dan mempelajari sikap baru yang berkaitan dengan
tindakan politik.Jika menghubungkan sikap sosial dengan kelas sosial dan menelaah dampak
distribusi sikap terhadap misalnya pemungutan suara dan kebijaksanaan publik tidaklah
sulit.maka lebih sulit lagi menerangkan mengapa sebagian orang dengan satu dan cara lain,
bertindak secara berlainan pada keadaan ekstemal yang sama. Hal ini tetap merupakan dilema
bagi analisa behavioral.Kebudayaan Politik dan Kepribadian Pemberi Wujud Marilah kita
melihat sepintas masalah otoriter itu sendiri, dan masalah bagaimana kebudayaan politik yang
berlainan membentuk tipe-tipe kepribadian pemberi wujud yang berlainan. Pertanyaan lama
adalah: Mengapa sebagian orang ingin melakukan teror dan kekerasan terhadap orang lain?
Apakah yang menyebabkan kecenderungan seperti itu pada orang-orang tertentu, dan bukan
orang lain? Ya, setiap masyarakat mempunyai orang-orang yang menikmati penggunaan
kekuasaan thadap orang lain tetapi hal ini biasanya mungkin dilaksanakan secara bertanggung
jawab, demokratis, dan atas nama kemajemukan warga negara. Jadi kapankah kekuasaan
dijalankan atas nama beberapa orang yang disukai; secara tidak adil, atau untuk membalas
dendam dengan hukuman dan dengan kekerasan? Orang dapat juga bertanya: Mengapa penjara
dan lampu. 20
Lihat juga Herbert H. Human, "The Value Systems of Different Cas Pru,
penyunting, Reinhard Bendix dan Seymour Martin Lipset 21komentrasi memilih penjaga-penjaga
yang kejam atau orang-orang yang cenderung melakukan kekerasan pribadi, yang sebagian di

20
Sciences, penyunting, Leonard D. White (Chicago: University of Chicago Press, 1958) 34
Lihat Bernard Bereisun, "The Study of Public Opinion," The State of the Social 35 Lihat
Dawson dan Prewitt, op. est, hal. 81-97. 299-319.
21
(Glencoe, 111.The Social Psychological Contribution of the Analysis of Stratification, Class,
Stand Press, 1983), hal.426 -42. (Glencoe, 111.The Social Psychological Contribution of the
Analysis of Stratification, Class, Stand Press, 1983), hal.426 -42.
antaranya merasa senang memakai kekuasaan secara sadis? Dan, sejauh mana orang orang yang
bertingkah laku patologis dimasukkan di dalam masyarakat? Atau, jika kecenderungan-
kecenderungan seperti itu tetap ada dalam setiap masyarakat, kapan dan mengapa minoritas yang
sadis dapat merebut kekuasaan, seperti yang terjadi di Jerman Nazi atau Rusia Stalin, dan
menguasai organ-organ teror dan kontrol negara? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti ini dibutuhkan banyak riset behavioral. Berbagai pengajian yang didasarkan pada isolasi
sifat-sifat otriter telah dikembangkan.Seperti telah kami utarakan sebelumnya, beberapa tes ingin
mengukur kelompok sifat-sifat universal atau culture free, yang dapat menunjukkan
kecenderungan otoriter pada individu. Salah satu ukuran ini adalah Skala yang dapat dipakai
untuk mengukur kecenderungan otoriter, baik secara universal maupun dalam perbandingan.
Skala dapat digunakan untuk memanjukkan bagaimana tipe individu yang menganut pandangan
politik tertentu dan memegang pilihan ideologi apa. Sebagai contoh, Janowitz dan Marvick
menemukan bahwa di Amerika Serikat, pribadi-pribadi otoriter cenderung isolasionis dalam
urusan luar negeri.

Teori-teori mengenal karakter nasional juga digunakan untuk menjelaskankan tanggapan


otoriter terhadap kekerasan. Dalam masyarakat di mana budaya warganya adalah demokratis,
konflik lebih dapat ditengahi Perilakulaku gaya yang berlaku, mencegah konflik dan polarisasi
ideologi. Tercetusnya konflik nasional dapat dihindarkan.kesukaan ini kemu dian dapat
menyukai variabel-variabel lain yaitu jangkauan individu, atomisasi.Sebagian teori berusaha
menemukan tolerance thresholds (ambang pintu toleransi). Kapan dan dalam keadaan apakah
orang tidak lagi dapat menerima beban kehidupan moderen?Bentuk-bentuk irasionalitas apakah
yang langsung dapat ditelusuri dari tekanan-tekanan yang kita hadapi dalam pekerjaan kita?
Kapankah orang cenderung mengundurkan diri dari kehidupan sosial dan politik yang aktif, atau
menjadi apatis? Kapankah orang yang apatis dapat dibangkitkan dan atau di manipulasi oleh
pemimpin-pemimpin politik? Oleh pemimpin-pemimpin politik macam apa? Bukti dalam
semua kajian seperti itu memperlihatkan bahwa pilihan ideologi, isu sok menonjol, dan jenis
partisipasi, semuanya dipengaruhi oleh faktor-faktor kepribadian.Namun, kita harus hati-hati
dalam melakukan generalisasi. Alex Inkeles mengemukakan hal ini dengan sangat baik Morris
Janowity dan Dwaine Marvick, "Authoritarianism and Political Behavior," Public Opinion.22

22
Quarterly, No, 17 (1953): 185-201. 36
Lihat Masau Maruyama, "Pola Individuasi dan Kasus Skema Konseptual Japa," Mengubah Sikap
Jepang Menuju Modernisasi, peoyu ting, Marius B, Jansen23 Lihat Erich Fromm Melarikan diri
dari Kebebasan (New York: Rinehardt, bukti yang agak keras mengenai hubungan yang terahir
dan asas kepribadian dan cara partisipasi politik individu-individu serta kelompok Kempek di
dalam sistem politik manapun. Dalam hanyak lingkungan indo na yang berlainan dan banyak
tempat di dunia, mereka yang mengikuti posis politik yang lebih ekstrim mempunyai cirs
kepelbadian yang jelas, yang akan mereka dari orang-orang yang mengambill pous moderat
dalam Unggan yang sama, formal atau eksplisit orientasi politik geseorang akanan, konservatif
atau radikal, pro atau dapat ditentukan sama oleh ciri-ciri yang lebih sering seperti pendidikan
dan kelas sosial tapi bentuk atau gaya ekspresi politik mendukung pakaian atau paras atas
perintah yang terasa berprasangkah dalam kebijaksanaan atau kaku dogmatis nampaknya
sebagian besar di maknai kepribadian. Paling tidak, hal ini nampak jelas dalam hal-hal yang
ekstrim. Belum lagi pasti apakah sifat-sifat yang sama mendatangkan paham ekstrim dalam
semua kelompok nasional dan lingkungan instipanional, tetapi hal ini nampaknya juga sangat
mungkin.

Yang menanjanggal di antara sifat-sifat yang ekstrim yang tampak adalah sebagai
berikut: keyakinan yang melebihi-lebihan terhadap pemimpin yang kuat dan patuh pada ketaatan
terhadap mereka kebencian terhadap orang-orang luar dan orang-orang yang menyimpang pro
yaknih mengenai rasa bersalah dan rasa permusuhan yang melebihi-lebihkan tidak berdaya dan
tidak efektif (alienasi dan anomi) kecurigaan dan kepercayaan kepada orang lain; dan
dogmatisme serta kekakuan. sebagian istilah-istilah ini merupakan penunjuk alternatif untuk
gejala yang sama, tetapi sebagian besar sindroma otoriterisme, dogmatisme dan alienasi ini
sudah jelas merupakan akar psikologi seperti politik ekstrim yang membuat tipe dalam mobil
aktif atau berpotensi mengganggu sistem demokrasi. Jika palam politik, memang menyertai dan
bahkan merupakan mas produk-dari sindrom tertentu, dan jika sindrom ini menghasilkan pahat
yang seimbang dalam semua populasi dan kelompok-kelompok tertentu, maka fakta ini
mengharapkan tantangan besar bagi mereka yang mempelajari watak nasional dalam bersama
dengan sistem-sistem politik. Segera kita menghadapi pertanyaan ini: Apakah masyarakat yang
memiliki sejarah panjang mengetahui banyak orang yang memiliki kepribadian yang memiliki
demokrasi? Sebaliknya masyarakat yang telah mengalami pemerintahan otoriter, diktator atau
23
Jansen (Princeton, NJ Princeton University Press, 1965), hal, 489-331 37
totaliter berulang atau dalam jangka waktu lama-lama relatif banyak individu dengan ciri-ciri
kepri badian yang nampak berkaitan dengan paham ekstrim? Dengan kata lain, untuk menambah
generalisasi mengenai hubungan kepribadian dan sistem politik, dapat kita berpindah dari
tingkat individu dan kelompok kepada tingkat keKajian orixinal yang menonjol mengenai
kepribadian otoriter dilakukan oleh Adomo dan kawan-kawannya." Tekanannya diletakkan pada
bagaimana terbentuknya kepribadian, khususnya kepribadian yang kaku, selalu mengalah, dan
disiplin, yang hanya mampu memberikan kasih sayang dan Permintaan maaf bukti yang agak
keras mengenai hubungan yang terahir dan asas kepribadian dan cara partisipasi politik individu-
individu serta kelompok Kepentingan di dalam sistem politik manapun. Dalam hanyak
lingkungan indonesia dan yang berlainan dan banyak tempat di dunia, mereka yang mengikuti
posis politik yang lebih ekstrim mempunyai kepedulian yang jelas, yang akan mereka dari orang-
orang yang mengambill pous moderat dalam Unggan yang sama, formal atau eksplit orientasi
politik seseorang akan konservatif atau radikal, pro atau dapat ditentukan sama oleh ciri-ciri
yang lebih "sering seperti pendidikan dan kelas sosial tapi bentuk atau gaya ekspresi politik
mendukung pakaian atau paras serta perintah yang terasa berprasangkap dalam kebijaksanaan
atau kaku dogmatis nampaknya sebagian besar di makan sih kepribadian. Paling tidak, hal ini
nampak jelas dalam hal-hal pukuk yang ekstrim. Belum lagi pasti apakah sifat-sifat yang sama
mendatangkan paham ekstrim dalam semua kelompok nasional dan lingkungan ini nampaknya
juga sangat mungkin.

Yang menjanggal di antara sifat-sifat yang ekstrim yang tampak adalah sebagai berikut:
keyakinan yang melebihi-lebihan terhadap pemimpin yang kuat dan patuh pada ketaatan
terhadap mereka kebencian terhadap orang-orang luar dan orang-orang yang menyimpang: pro
yeksi mengenai rasa bersalah dan rasa permusuhan yang melebihi-lebihkan tidak berdaya dan
tidak efektif (alienasi dan anomi); kecurigaan dan keslakpercayaan kepada orang lain; dan
dogmatisme serta kekakuan. sebagian istilah-istilah ini merupakan penunjuk alternatif untuk
gejala yang sama, tetapi sebagian besar sindroma otoriterisme, dogmatisme dan alienasi ini
sudah jelas merupakan akar psikologi seperti politik ekstrim yang membuat tipe dalam mobil
aktif atau berpotensi mengganggu sistem demokrasi. Jika paham politik, memang menyertai dan
bahkan merupakan masalah produk dari sindrom tertentu, dan jika sindrom ini menghasilkan
paham yang seimbang dalam semua populasi dan kelompok-kelompok tertentu, maka fakta ini
mengharapkan tantangan besar bagi mereka yang mempelajari watak nasional dalam bersama
dengan sistem-sistem politik. Segera kita menghadapi pertanyaan ini: Apakah masyarakat yang
memiliki sejarah panjang mengetahui banyak orang yang memiliki kepribadian yang memiliki
demokrasi? Sebaliknya masyarakat masyarakat yang telah mengalami pemerintahan otoriter,
diktator atau totaliter berulang atau dalam jangka waktu lama-lama relatif banyak individu
dengan ciri-ciri kepribadian yang nampak berkaitan dengan paham ekstrim? Dengan kata lain,
untuk membentuk generalisasi mengenai hubungan kepribadian dan sistem politik, dapat kah kita
berpindah dari tingkat individu dan kelompok kepada tingkat ke Kajian original yang menonjol
mengenai kepribadian otoriter dilakukan oleh Adomo dan kawan-kawannya."Tekanannya
diletakkan pada bagaimana terbentuknya kepribadian, khususnya kepribadian yang kaku, selalu
mengalah, dan disiplin, yang hanya mampu memberikan kasih sayang dan Permintaan maaf24

sedikit dan bersyarat, dan ditandai oleh suatu kecenderungan menuju kepe mimpinan
tokuh-bapak dan persetujuan diam-diam terhadap prasangk Menurut Adorno, ketika dihadapkan
pada masalah, individu-individu seperti itu mencari "kambing hitam"; mereka menghendaki
diperluasnya konformitas seperti militer kepada kegiatan sipil; mereka dengan sengaja
melepaskan kebebasan pribadi dan mendukung intervensi negara dalam semua aspek kehidupan.
Dalam artian ideologi dan pendapat, mereka memperlihatkan kesediaan untuk percaya pada apa
yang dikatakan kepada mereka oleh orang-orang yang memegang kekuasaan. Pendapat-pendapat
mereka mudah dibentuk oleh sentimen, Sifat-sifat seperti itu dapat dimaknai oleh para ideolog
dan teknik-teknik untuk mengubah pendapat umum yang ada. Adalah orang benar bahwa nilai-
nilai menonjol yang dapat diubah oleh propaganda dapat menimbulkan rasa tunduk kepada
pemimpin pemimpin otoriter melalui sarana-sarana selain dari paksaan.Melalui pro paganda
yang efektif, individu-individu dapat dijadikan teman-teman sekelompok. Sudah tentu jika
manfaat-manfaat pokok tidak disediakan, disintegrati sistem demokrasi merupakan lapangan
subur bagi altematif-alternatif otoriter. Tetapi kebutuhan akan otoritas dapat juga terungkap pada
masa-masa sulit atau kebingungan psikis ketimbang material, bahkan ketika manfaat

24
penyunting, Francis LK. Hau (Cambridge, Mass Schenkmin, 1972), al Nex Inkeles,
"Karakter Nasional dan Politik Modern 19 Lahat T.W. Adamo, dkk. The Authoritarian Prematy
(New York: Harper,Sistem," Prychological
manfaat Kajian-kajian mengenai akar-akar emosi tingkah laku politik mengemukakan
hubungan-hubungan penting antara harga diri dan rasa benci kepada diri sendiri, agresi dan
frustrasi, serta kekerasan, maupun gejala-gejala seperti penghayatan terhadap kemarahan sosial,
dan kebutuhan akan tingkahlaku tertib versus yang acak-acakan atau anarki. Banyak teori yang
menengani isu-isu seperti ini bersifat Freudian, atau dipengaruhi oleh doktrin-doktrin
Freud.Fokus eksplisit mereka terletak pada kepribadian dan patolog dari represi pemecahan
mereka terhadap tingkahlaku problematis adalah dengan mengurangi kegelisahan.Namun
individu yang tertekan, dapat juga dilihat sebagai produk sebuah masyarakat yang represif.
Dengan 25Dampak hubungan-hubungan ini seringkali diungkapkan sangat bagus dalam drama
atau fiksi kebudayaan. Untuk memahami pemeriksaan pengadilan Moskow yang terkenal di
masa memuncaknya penindasan Stalinis di URSS, dapat memperoleh lebih banyak pemahaman
dari karya Arthur Koestler, Dark Noon, jika dibandingkan dengan banyak laporan yang lebih
dengan, Demikian dengan karya Solzhenitsyn, First Circle, yang memberikan isi dan realitas
kepada lap analitis seperti kajian Nathan Leites dan Elsa Bernaut mengenai mengapa orang
mengaku, Ritual of Liquidation (Glencoe,: The Free Press, 1954). Lihat Sigmund Freud,
Cilization and is Discontents (New York: W.W. No1962). Lihat Irving Samoff, Personality
Dynamics and Development (New York 1962), Lihat juga Harold Lasswell,26pembebasan
individu mungkin membutuhkan, sebagai ubat, suatu ke has baratan suatu masyarakat baru yang
lebih sosial,Tingkahlaku Menyeluruh dan Kekerasan yang telah juga dilakukan untuk memakai
data menyeluruh demi bagaimana ketegangan menimbulkan konflik, dan frustrasi menyalakan
agresi. Sebagai contoh, jika orang diarahkan untuk bahwa mereka akan mencapai hasil-hasil
yang cepat di dalam mobilisasi asal berkat pendidikan, kesejahteraan, dan manfaat-manfaat lain
yang ketat, dan jika hasil-hasil ini terlalu lambat atau tidak datang, maka keluhan segera
berkembang hingga dapat menimbulkan tindakan tindakan agresif. Kesenjangan besar antara
aspirasi dan realisasinya mengandalkan apa yang dinamakan kerugian relatif. Ini merupakan
suatu keadaan dimana manfaat-manfaat yang diancangkan telah dikecewakan. Kerugian alteratif
cenderung meningkat secara eksponensial ketika kesempatan meningkat dalam integral yang
lebih sederhana. Di negara-negara sedang berkembang sindrom ini sering membangkitkan
25
Lihat L. Festinger, H.W. Riecken, Jr. dan S. Schachter, Ketika dibuat Gagal(Minneapolis:
University of Minnesota Press, 1958). 41 Lihat Hans Toch, The Social Psychology of Social
Movements (Indianap Ind.: Bobbs-Merrill, 1965).
26
Impact of Psychoanalytical Thinking on the Sec Sciences," dalam Leonard D. White, op. cit.,
hal, 84-115,
"revolusi dari harapan yang mengangkat Kepustakaan mengenai kerugian relatif menekankan
pada frustrasi daripada harapan.

konflik lebih mungkin terjadi ketika kondisi-kondisi membaik dan stablitas sosial
meningkat, bukan sebaliknya. Ini berarti, orang-orang yang benar-benar miskin jarang menjadi
kaum revolusioner.Ketika kondisi memihak, harapan-harapan meningkat dan kejannggalan
muncul di antara hierarki kedudakan sosial. Keganalan kedudukan Status incongruity) mengacu
kepada kondisi dalam dimana kedudukan dan imbalan tidak seimbang. Tetapi keganjalan
kedudukan bergandengan dengan teori-teori mengenai kerugian yang menyatakan bahwa ketika
kesempatan berkembang, maka demikian juga potensi konflik yang akan berkembang antara
mereka yang ketat kedudukannya versus mereka yang menurun kedudukannya. Status yang
menjurus kepada kekerasan (seperti yang dewasa ini terjadi di india Utara) terutama
menghadapkan kelompok-kelompok berkedudukan melawan mereka yang berkedudukan rendah.
Hal ini mengakibatkan prakan-gerakan sosial militan ketika kelompok yang berkedudukan lebih
dari, yang mempunyai kepentingan sama, yang kemudian bergabung untuk memasukkan ke
pihak mereka kelompok yang berkedudukan lebih rendah lawan pihak ketiga, yang paling sering
merupakan pihak minoritas. Kebanyakan gerakan keagamaan, etnis, dan rasial bersifat seperti
itu.27

paling ekonom mengarah kepada pembentukan partai partai di tentara pribadi Sebagai
contoh, gerakan gerakan ideologi radikal primend dari Jerman dan Fasis Italia, dan kader-kadar
kennis militan berdisiplin di Amerika Latin berusaha menggantikan satu sosial yang di
Kefanakan ideolog, dengan pemecahan pemecahan politik otoriter d yang menyertainya, dalam
banyak hal sama dengan gerakan keagamaa pada seribu tahun yang lalu. Kapankah keseluruhan
kecenderungan ke arah kekerasan mengakibatkan revolusi? Sementara banyak ukuran telah
disarankan untuk menjawab pertanyaan ini, salah satu yang paling menarik adalah J. yang
mengbarkan suatu sindrom atau pola revulsioner sebagai berikut:

27
Militansi 1962. Lihat juga Frantz Fanon, The Wretched of the Earth (New York: Grove Press,
HLihat Herbert Marcuse, Eros and Civilization (New York: Random House.RL: hersity of
Illinois Press, 1950), lihat juga W.C. Runciman, Relative Deprivation 43 hat Hadley Cantril,
penyunting, The Tensions that Caux War (Litbank, dial Justice (London: Routledge & Kegan
Paul, 1966)
Kemungkinan behavioralis terjadi pada harapan dan meningkatnya kepuasan dalam
waktu lama yang kemudian diikuti oleh sebaliknya yang tajam dalam waktu pendek, selama
mana antara harga dan dengan cepat melebar dan menjadi tidak dapat ditolerir. Frustasi yang
berkembang kuat dan tersebar luas dalam masyarakat, akan melepaskan dalam tindakan
kekerasan Ketika frustrai tertuju pada pemerintah. kekerasan itu akan menjadi sebuah revolusi
yang menggantikan pemerintah secara jelas dan secara nyata struktur kekuasaan dalam syarat,
Atas kekerasan akan terkandung di dalam sistem itu untuk memodifikasi tetapi tidak mengganti
sistem itu. Contoh terakhir ini pemberontakan.Di dalam sejarah terdapat banyak contoh
mengenai perkembangan seperti itu. Revolusi Perancis didahului oleh suatu periode pertama
berupa per bulan luar biasa dan kemakmuran pertanian dan kemudian suatu depresi tajam di
pedesaan. Demikian juga periode sebelum Revolusi Amerika adalah periode kemakmuran besar
yang mendahului krisis perdagangan yang Sejak Perang Dunia II, revolusi-revolusi nasionalis di
negara-negara berkembang paling sering terjadi ketika rezim-rezim kolonial mengundurkan
pengawasan mereka, sambil membangkitkan harapan harapan untuk kebebasan yang sudah
sering diikuti oleh pengawasan politik oleh sektor elit masyarakat kolonial. Banyak contoh yang
nampaknya mengikuti hipotesa kurva-J. Lagi pula, pengertian dapat diterapkan secara umum
pada mencetusnya kekerasan macam apa tidak hanya yang revolusioner..28

Dalam kondisi-kondisi tertentu, ideologi revolusioner merangsang diterima nya oleh


rakyat para pemimpin ekstrim yang menawarkan pemecahan sederhana. Permusuhan dapat
diubah menjadi kebencian, mereka yang menjadi "pasukan penggempur" bagi masyarakat baru.
Penyusunan kembali keyakinan-keyakinan yang berorientasi kepada nilai dapat terjadi, yang
dapat bersifat revolusioner atau mengambil bentuk nostalgia orang-orang yang bangkit kembali.
Jelas kita membutuhkan pemecahan. Kebanyakan dari kita ingin menemukan pemecahan
demokratis, tetapi jika demokrasi yang lama tidak cocok lagi, model-model behavioral lebih baik
untuk mengemukakan apa yang salah ketimbang menetapkan apa yang benar. Model-model itu
mendefinisikan masalah-masalah yang harus ditemukan pemecahan politiknya: mereka
28
Lahak 1.K. Yelerabend dik, Anger, Holence and Police (EnglewoodsNJ.: Prentice Hall, 1972)
48 Lihat AL Nirburg, Political Walence (New York: St. Martins Press, 1 hal.99-133, 1ihat juga
Seymor Martin Lipact dan Earl Itash, The Politics of D Right Wing Extr America, 1790 -1920
(New York: Harper and Xow, 197 22-811 dan Morris Janowitz, Polical Conflict (Chicagus
Quadrangle Books, 1 49 James C. Davies, "The J-Curve of Rising and Declining Satisfactions an
of Some Great Revolutions shil a Casttained Rebellion, dalam Hogh Ilavis tahan Ted Robert
Gum, The story of Palemon Anica (New York Mantam Books, 1 hal. 547.
menggambarkan mengapa sesuatu itu salah. "Jelas tidak akan ada persesuaian sempurna antara
kategori-kategori behavioral dan pemecahan politik. Bagaimanapun, teori-teori pluralisme
moderen, yang mengarahkan diri kepada masalah menengahi yang ekstrim-ekstrim, berusaha
menemukan jawaban sebagian terhadap ketegangan-ketegangan yang kami bahas, ketimbang
mencari jawaban-jawaban yang menyeluruh.29

250 Lahat Nell J. Smelser, Teori Rehartor Kolektif (New York: The Free Press Glencoe, 1963),
29

hal, 83.The Age of Reform (New York: Vintage Books, 1955), hal, 23-59. 31 Untuk pembahasan
mengenai "revivalist populisme" lihat Richard Hofstadter, 2hat Norman Frolich, Joe A.
Oppenheimer.dan Oran Young, Pemimpin Politik dan Tujuan Kolektif (Princeton: Princeton
University Press, 1971).

Anda mungkin juga menyukai