Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL DASAR-DASAR ILMU POLITIK

“TEORI POLITIK DAN KERANGKA KERJA ANALISIS POLITIK”

DISUSUN OLEH :

ADRINA USMAN- A31121O14

KELAS : B

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2023
PENGANTAR

Menurut saya bahwa teori politik dan kerangka kerja analisis politik ini adalah rangkaian
awal terpenting dari sebuah kegiatan penyusunan ataupun pengkajian sebuah ilmu pengetahuan
adalah menyajikan atau memahami konsep-konsep dasarnya.

Misalnya,Ketika kita hendak melakukan kegiatan kajian mengenai ilmu negara,rangkaian


awal kajian yang harus dilakukan adalah memahami konsep-konsep negara begitu pun,Ketika
kita hendak melakukan kajian terhadap ilmu politik yang harus segera dilakukan adalah
memahami konsep dasar politik.

Setelah itu, mencoba menemukan kerangka konsep operasional atau konsep kerangka kerja
sehingga dapat diterapkan,khususnya dalam kegiatan analisis politik. Untuk keperluan itu,pada
bab ini akan disajikan satu konsep dasar ,dari sekian banyak konsep politik,yakni teori
politik.Kemudian akan disajikan pula kerangka konsep analisis politik.

METODE PENULISAN

buku ini membahas tentang satu pola baru pendekatan teoritis terhadap kegiatan analisis
politik, yang mungkin dapat d sebut sebagai analisis system politik. seleksi analisis politik
sebagai satu pendekatan penting terhadap teori-teori politik hanya mengacu pada salah satu
kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam upaya merangka teori politik dan kerangka
kerja analisis politik.

Artikel yang saya tuliskan ini bukan terfokus pada rujukan yang kita gunakan tetapi kita juga
menggunakan metode added values dimana metode ini mengembangkan suatu informasi yang
dapat menjadi nilai tersendiri karena untuk mendapatkan informasi bukan hanya dari sebuah
rujukan tetapi bisa kita kembangkan melalui pengamatan tentang teori politik dan kerangka kerja
analisis politik.
BAB I

PEMBAHASAN

A. Teori politik

Teori politik sebagai produk terpenting dari konsep-konsep politik, sebagaimana telah
dikemukakan pada bab awal, merupakan salah satu bidang kajian ilmu politik. Teori itu sendiri
merupakan penjelmaan dari hubungan dua atau lebih konsep-konsep. Teori adalah generalisasi
yang abstrak mengenai beberapa fenomena. Dalam menyusun generalisasi itu, teori senantiasa
memakai konsep-konsep, sedangkan konsep itu lahir dalam pikiran (mind) manusia sehingga
bersifat abstrak, sekalipun fakta- fakta dapat dipakai sebagai batu loncatan.' Dengan pemahaman
seperti itu, dapatlah dikatakan bahwa setiap teori adalah konsep, tetapi tidak setiap konsep adalah
teori. Dari titik inilah, alasan terkuat mengapa teori politik menjadi bagian dari pembahasan
konsep-konsep politik

Miriam Budiardjo dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik mengemukakan bahwa teori politik
adalah bahasan dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Dengan perkataan lain, teori
politik ialah bahasan dan renungan atas a) tujuan kegiatan politik, b) cara-cara mencapai tujuan
itu, c) kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi
politik yang tertentu, dan d) kewajiban-kewajiban (obligations) yang diakibatkan oleh tujuan
politik itu.

Sementara itu, teori politik, dalam pandangan Thomas P. Jenkin, seperti dikutip Miriam
Badiardjo, dibedakan menjadi dua macam teori politik, sekalipun perbedaan antara kedua macam
teori politik itu tidak bersifat mutlak

1. Teori-teori yang mempunyai dasar moriel dan yang menentukan norma-norma politik
(norms for political behavior). Karena adanya unsur norma-norma dan nilai (value), teori-
teori ini boleh dinamakan valuational (mengandung nilai). Yang termasuk golongan ini,
antara lain adalah filsafat politik, teori politik sistematis, ideologi, dan sebagainya.

2. Teori-teori yang menggambarkan dan membahas fenomena dan fakta-fakta politik


dengan tidak mempersoalkan norma atau nilai. Teori-teori ini dapat dinamakan non-
saluational atau value free (bebas nilai). la biasanya bersifat deskriptif (menggambarkan)
dan komparatif (membandingkan). Ia berusaha membahas fakta-fakta kehidupan politik
sedemikian rupa sehingga dapat disistematisasikan dan disimpulkan dalam generalisasi-
generalisasi.

Teori-teori politik kelompok pertama mempunyai fungsi menentukan pedoman dan patokan yang
bersifat moral dan yang sesuai dengan norma-norma moral. Semua fenomena politik ditafsirkan
dalam rangka tujuan dan pedoman moral ini. Dianggap bahwa dalam kehidupan politik yang
sehat diperlukan pedoman dan patokan ini. Teori-teori semacam ini mencoba mengatur
hubungan-hubungan antara anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga di satu pihak memberi
kepuasan perseorangan, dan di pihak lain dapat membimbingnya menuju suatu struktur
masyarakat politik yang stabil dan dinamis.

Teori kelompok pertama, antara lain dibagi menjadi tiga kelompok.

1. Filsafat politik (Political philosophy)


Yaitu mencari penjelasan politik yang b berdasarkan ratio. Ia melihat jelas adanya hubungan
antara sifat dan hakikat dari alam semesta (universe) dengan sifat dan hakikat dari kehidupan
politik di dunia fana ini. Pokok pikiran dari filsafat politik ialah persoalan-persoalan yang
menyangkut alam semesta seperti metafisika dan epistemologi harus dipecahkan dulu
sebelum persoalan-persoalan politik yang kita alami sehari-hari dapat ditanggulangi. Fungsi
utama teori politik ini adalah mendidik warga masyarakat mengenai norma-norma dan nilai-
nilai itu.

2. Teori politik sistematis (Systematic political theory) Yaitu teori-teori yang tidak memajukan
suatu pandangan tersendiri mengenai metafisika dan epistemologi, tetapi mendasarkan diri atas
pandangan-pandangan yang sudah lazim diterima pada masa itu. Ia tidak menjelaskan asal-usul
atau cara lahirnya norma-norma, tetapi hanya mencoba untuk merealisasikan noram-norma itu
dalam suatu program politik. Teori politik semacam ini merupakan suatu langkah lanjutan dari
filsafat politik dalam arti bahwa ia langsung menerapkan norma-norma dalam kegiatan politik.
Misalnya, dalam abad ke-19, teori-teori politik banyak membahas hak-hak individu yang
diperjuangkan terhadap kekuasaan negara serta sistem hukum dan sistem politik yang sesuai
dengan pandangan itu. Bahasan-bahasan ini didasarkan atas pandangan yang sudah lazim pada
masa itu mengenai adanya hukum alam (natural law), tetapi tidak lagi mempersoalkan hukum
alam itu sendiri."

3. Ideologi politik (Political ideology) Yaitu himpunan nilai, ide, norma-norma,


kepercayaan, dan keyakinan, suatu "weltan schauung", yang dimiliki seorang atau
sekelompok orang, atas dasar dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema
politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya. Niali-nilai dan
ide-ide ini merupakan suatu sistem yang berpautan. Dasar ideologi politik adalah
keyakinan akan adanya suatu pola tata-tertib sosial politik yang ideal. Ideologi politik
mencakup pembahasan dan diagnosis, sena saran-saran (prescription) mengenai
bagaimana mencapai tujuan ideal itu. Ideologi berbeda dengan filsafat sebab filasfat
sifatnya hanya merenung-renung, sementara ideologi mempunyai tujuan untuk
menggerakkan kegiatan dan aksi (action-oriented). Dalam perjalanan dan
perkembangnnya, ideologi senantiasa bersentuhan dengan kejadian-kejadian dan
pengalaman-pengalaman dalam masyarakat tempat ia berada, dan karena itu, tidak jarang
ia harus mengadakan kompromi dan perubahan yang cukup luas. Contoh ideologi politik
ini adalah demokrasi, komunisme, liberalisme, dan sebagainya. Pembahasan lebih jauh
tentang ideologi akan diuraikan pada bab selanjutnya dari buku ini.

B. Sistem, Struktur, dan Fungsi

Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu "sistem". Susten sangat terkait dengan
"struktur" dan "fungsi". Selain terkait denga struktur dan fungsi setiap sistem, juga terdiri dari
tiga elemen, yakni sistem nilai, struktur, dan strategi menangani proses kebijakan. Dalam sistem
na politik terkandung tujuan negara dan prioritas pemerintahan, hak-hak warga negara, persepsi
mengenai dunia (world view), dan aturan main politik. Struktur kekuasaan ialah pengaruh
infrastruktur (meliputi berbagai kelompok sosial, keagamaan, dan partai politik) dan
suprastruktur (meliputi berbagai karakteristik distribusi dan pelaksanaan kekuasaan oleh
lembaga-lembaga pemerintah, seperti dimensi kekuasaan pelaksanaan kekuasaan, dan intensitas
kekuasaan) dalam proses kebijakan Sementara strategi memenangi proses kebijakan ialah cara
memilih berbagai alternatif untuk menangani permasalahan pokok kebijakan.
Adapun sistem, struktur, dan fungsi dalam kajian ilmu politik khususnya perbandingan politik,
menjadi suatu pendekatan dan alat analisis yang penting, karena ketiganya saling berkaitan satu
sama lainnya Setidaknya, hal itu bisa dilihat dari beberapa penjelasan dari berbagai ilmuwan
politik, di antaranya David Easton dan Gabriel Almond. Paling tidak, penjelasan itu dapat terlihat
pada uraian berikut.

Dalam mendiskusikan sistem, struktur, dan fungsi, sebagai langkah pertama, terlebih dahulu
perlu diuraikan bagaimana konsep dari sistem in, yakni, apakah sistem itu? Dalam buku Modern
Political Theory, SP Virma menyebutkan bahwa pengertian sistem telah didefinisikan secara
bervariasi, seperti: "sekumpulan unsur yang berada dalam keadaan berinteraksi", "sekumpulan
objek yang mencakup hubungan di antara objek tersebut, serta hubungan antara sifat yang
mereka miliki", dan "suatu keseluruhan yang dibentuk dari banyak bagian." Semua definisi ini,
menurut SP. Varma, mengandung pemikiran tentang sekelompok objek yang saling berhubungan
erat dalam beberapa ciri hubungan struktural dan berinteraksi di atas landasan proses-proses
yang mempunyai sifat-sifat dasar tertentu. Sementara itu, konsep sistem sebagai pendekatan,
dalam dua karya David Easton, A Systems of Political Life (1965) dan A Framework for
Political Life (1965), memperoleh bentuknya yang paling canggih. Easton mengemukakan
bahwa teori sistem ini merupakan kelanjutan tak terputus dari analisisnya mengenai pertanyaan
mengapa suatu pemerintahan mampu bertahan, dan bagaimana pemerintahan itu menanggapi
pengaruh ataa tekanan tekanan yang datang dari lingkungannya? Untuk itu, Easton mengajukan
metafora. Ia menggambarkan kehidupan masyarakat politik sebagai suatu sistem. Konsep sistem
yang diambil dari istilah biologi itu dipakainya untuk menunjukkan bahwa proses politik (yang
didefinisikan sebagai proses penjatahan nilai-nilai secara sah dalam masyarakat) yang terjadi
dalam semua masyarakat mengikuti pola yang seragam dan bersifat seperti sistem.

Dalam hal ini, Easton melihat sistem politik sebagai serangkaian struktur dan proses yang saling
berkaitan. Jadi, kegiatan-kegiatan lain yang tidak termasuk dalam sistem politik dan yang tidak
bersangkut-paut dengan proses itu dianggap sebagai variabel eksternal. Variabel eksternal
terdapat dalam lingkungan yang melingkari sistem politik itu. Lingkungan bisa dibagi menjadi
lingkungan dalam negeri dan lingkungan internasional, juga terdiri dari berbagai sistem, antara
lain sistem ekologis, biologis, dan sosial. Sistem politik memengaruhi dan sekaligus dipengaruhi
oleh lingkungannya. Menggunakan istilah Easton, sistem politik itu sendiri dipandang sebagai
proses konversi atau perubahan, yaitu meraih impar menjadi eurpur dan kemampuan untuk
memproses perubahan inpar menjadi output inilah yang menjamin kemampuan suatu
pemerintahan untuk bertahan. Hubungan input-output antara sistem politik dan lingkungannya
dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut. Ada dua jenis input yang masuk ke dalam, yaitu
tuntutan dan dukungan. Input-input ini merupakan bahan, dasar atau informasi yang harus
diproses oleh sistem politik, sekaligus juga merupakan energi yang memungkinkan hidupnya
sistem politik itu. Adapun ourpur dari sistem politik berwujud keputusan-keputusan. Input dan
output pada sebuah sistem dapat dilihat juga pada struktur dan fungsi. Keterkaitan antara sistem,
struktur, dan fungsi, seperti yang disebutkan di atas, perlu diuraikan di sini, misalnya, dari
tesisnya Gabriel A. Almond (1960:12) bahwa, struktur selalu dilengkapi dengan sejumlah fungsi.
Itulah sebabnya, pendekatan Almond disebut struktural-functional Menurut SP. Varma10,
analisis struktural fungsional (atau functional structure) pada prinsipnya berkisar pada beberapa
konsep, dan yang paling penting adalah fungsi dan struktur. Berangkat dari hal ini, ada tiga
pertanyaan: (a) fungsi dasar apa yang harus dipenuhi dalam setiap sistem, (b) oleh struktur yang
bagaimana, dan (c) di bawah keadaan apa. Di sini disebutkan, suatu fungsi secara umum
didefinisikan sebagai hasil yang dituju dari suatu pola tindakan, yang diarahkan bagi kepentingan
sistem (dalam hal ini sistem sosial atau politik). Jadi, pada akhirnya suatu fungsi selalu berurusan
dengan akibat-akibat dari suatu pola tindakan yang ditujukan bagi suatu sistem.Selain konsep
tentang fungsi, konsep lain yang penting dalam analisis struktural fungsional adalah struktur.
Sementara fungsi berurusan dengan akibat atau konsekuensi yang melibatkan tujuan serta proses
dari suatu pola tindakan, struktur pada susunan dalam sistem yang melakukan fungsi-fungsi.
Hubungan antara fungsi dan struktur, bagi Merton sebagaimana yang dikutip SP. Varma," tidak
selalu harus bersesuaian satu per satu antara fungsi dan struktur. Suatu fungsi tunggal bisa saja
dipenuhi oleh kombinasi yang kompleks dari berbagai struktur, sebagaimana halnya suatu
susunan struktur tertentu dapat melakukan berbagai fungsi, yang mungkin mempunyai berbagai
jenis akibat yang berbeda terhadap struktur tersebut.

Selanjutnya, berbicara dari sudut struktural-fungsional, sistem politik dapat dilihat dari tiga
tingkatan, yaitu tingkat sistem, proses, dan kebijaksanaan (Almond dan Powell, 1978: 14-16).
Ketiga tingkatan ini bertalian erat dengan kapabilitas sistem politik, baik dalam arti struktural
maupun fungsional. Di sini, ketiga tingkatan dalam kaitannya dengan kapabilitas sistem politik
dapat diuraikan sebagai berikut: pertama, yang dimaksud dengan kapabilitas pada tingkat sistem
ialah kemampuan sistem politik secara keseluruhan, baik secara struktural maupun fungsional,
memelihara dan mengadaptasi diri. Dalam hal ini, untuk menjalankan fungsinya dengan baik,
sistem politik memiliki organisasi dan institusi yang memelihara atau mengubah struktur-struktur
politiknya, sehingga sistem politik secara keseluruhan dapat menanggapi perkembangan yang
terjadi dalam masyarakat. Dengan memakai tingkatan ini, pendekatan struktural-fungsional
masih relevan untuk digunakan sebagai alat analisis dalam ilmu politik. Kedua, pada tingkat
proses, kapabilitas sistem politik menyangkut kemampuannya untuk menjamin
terselenggarakannya fungsi pengolahan kepentingan-kepentingan. Dalam hubungan ini, struktur-
struktur politik harus berkemampuan untuk melaksanakan pengolahan kepentingan menjadi
kebijaksanaan. Untuk itulah, sistem politik harus berkapabilitas membentuk dan mengisi
struktur-struktur yang diperlukan, baik formal maupun informal. Aspek struktural ini membuka
kemungkinan bagi sistem politik untuk menyesuaikan struktur yang diperlukan dengan keadaan
lingkungannya. Dan ketiga, pada tingkat kebijaksanaan, kapabilitas sistem politik sangat
bergantung pada kapabilitas struktur untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh
pelaksanaan-pelaksanaan. Sampai titik ini, penulis ingin mengatakan bahwa pendekatan
struktural fungsional sangat relevan bagi setiap perkembangan zaman.

Hal itu dipertegas dari konteks kemunculan, yaitu pendekatan struktural fungsional terlahir
sebagai kritik atas pendekatan kelembagaan (seperti yang dibahas pada bab sebelumnya).
Perspektif mendasar pendekatan struktural fungsional ialah melihat struktur sebuah negara
dengan mengasumsikan apakah sesungguhnya struktur dari sebuah b seperti negara sudah
melaksanakan fungsinya atau belum? Atau lain, apakah setiap struktur sudah berfungsi atau
belum? Sejauh m fungsi itu telah berjalan dan bagaimana proses fungsional its tel dilakukan?
Semua itu menjadi penting karena banyaknya struktur ya terdapat dalam masyarakat bernegara,
tetapi justru sering tidak efektif. Analisis pendekatan itu membahas masyarakat politik deng
memperbandingkan struktur-struktur politik yang dimilikiny Pendekatan ini mendasarkan
anggapannya pada basis bahwa setiap siste politik pasti memiliki fungsi-fungsinya yang
mendasar. Dengan fung itulah, kehidupan sistem politik itu sendiri terpelihara. Tanpa fungsi-f
itu, tidak ada sistem politik yang pantas untuk diketengahkan. Pendeka ini memusatkan perhatian
bagaimana menemukan fungsi-fungsi polni yang ada dalam suatu sistem politik dan kemudian
menelaah struk politik apa yang dilaksanakan fungsi-fungsi tersebut.
Adapun fungsi-fungsi itu meliputi input dan output. Fungsi-fung input terdiri dari pendidikan
politik (political education), seleks kepemimpinan (political selection), artikulasi kepemimpinan
(intere articulation), agregasi kepentingan (interest aggregation), dan komunikas politik (political
communication). Adapun fungsi-fungsi oupur meliputi pembuatan aturan (rule making),
penerapan aturan (rule application), dan pemberian peradilan (rule adjudication). Untuk fungsi-
fungsi inpat Almond dan Coleman, yang dikutip Rusadi Kantaprawira" mengategorikannya pada
infrastruktur politik, sedangkan fungsi-fungs output terkategorikan suprastruktur politik. Struktur
politik yang menjadi mesin politik formal atau resmi di hampir setiap negara dapat diuraikan
sebagai berikut: pertama, meminjam teori Montesquieu (yang dikembangkan oleh Immanuel
Kant: Tr Political), kekuasaan negara dipisah-pisah sesuai fungsinya (1) kekuasaan lembaga
legislatif-pembuat aturan atau (2) eksekutif -pelaksana aturan atau undang-undang, dan (3)
yudikan atas undang-undang pelaksana atau pemberi peradilan. Dan kedua, meminjam teori
dikotomi hanya ada dua macam kekuasaan, yaitu kekuasaan, menetapkan Sebijaksanaan (policy
making) dan kekuasaan melaksanakan kebijaksanaa (policy executing) Dalam membahas
struktur politik pemerintahan, biasanya yang dibicarakan adalah sistem pemerintahan (sebagai
suatu subsistem). Menurut klasifikasi, ada dua jenis sistem pemerintahan, yaitu (1) sistem
pemerintahan parlementer (parliamentary executive) dan sistem pemerintahan presidensial (non-
parliamentary executive). Untuk memper- dalam kajian teori ini, alangkah baiknya dikupas pula
sisi empiris atau sisi kasus pemerintahan. Misalnya melalui studi kasus mengenai sistem politik
Cina. Di sini, penulis mencoba menggambarkan secara ringkas mengenai keberlangsungan
sistem, struktur, dan fungsi di negara tersebut.

C. Sistem Politik Cina:

Contoh Kasus:

Republik Rakyat Cina (RRC) secara resmi diproklamasikan pada tanggal 1 Oktober 1949.
Dengan demikian, sistem politik Cina relatif baru. Pengaruh-pengaruh yang paling langsung
terhadap Komunisme Cina, yaitu lingkungan revolusioner,13 Komunisme Soviet, dan sejarah
Partai Komunis Cina (PKC)14 sendiri sebelum tahun 1949, umumnya merupakan fenomena-
fenomena abad kedua puluh. Di samping itu, pengaruh yang paling kuat lainnya terhadap
pemerintahan sekarang adalah berakhirnya tradisi politik pramodern Cina pada tahun 1911.

Dalam tradisi politik Cina, secara teori dan praktik, struktur kekuasaan politik, sistem politik
kekaisaran Cina membedakan secara tajam antara penguasa dan rakyat, pejabat dan warga
negara. Hasilnya adalah tertib sosial dua-kelas, yaitu elit dan massa. Elit meliputi para pejabat
birokrasi kerajaan dan para sarjana yang mempunyai gelar atau golongan keluarga baik-baik"
yang merupakan sumber calon pejabat.15 Perbedaan tajam antara elit yang mempunyai
kekuasaan dan massa penduduk yang tidak mempunyai kekuasaan merupakan sifat pokok da
sistem politik Cina tradisional. Struktur politik Republik Rakyat Cina sering berubah, bergantung
pada suasana politik yang berkembang. Misalnya, lembaga-lembaga penting di Cina pada tahun
1954 digambarkan sebagai "organ wewenang negara tertinggi" dan "pemegang wewenang
legislatif satu-satunya dalam negara adalah Kongres Rakyat Cina (KRN). KRN adalah
merupakan badan perwakilan yang besar (lebih dari 1.200 wakil pada tahun 1954, dan lebih dari
2.800 wakil pada tahun 1964), terdiri dari wakil-wakil yang dipilih oleh Kongres tingkat
provinsi, angkatan bersenjata, dan orang- orang Cina perantauan. KRN bersidang sekali setahun
dan anggota- anggotanya dipilih setiap empat tahun. KRN merupakan forum untuk mempelajari,
mendukung, dan mengesahkan tindakan-tindakan pimpinas pusat; melambangkan dukungan
rakyat.

Struktur organ administratif Cina adalah: pertama, Dewan Negara. Dewan negara ini, terdiri dari
perdana menteri, wakil-wakil perdana menteri, dan kepala-kepala dari semua kementerian dan
komisi, merupakan pusat kekuasaan negara yang sebenarnya. Kedua, Mahkamah Rakyat
Tertinggi dan Kejaksaan Rakyat Tertinggi merupakan bagian terakhir kerangka kerja
pemerintahan pusat. Konstitusi menentukan keduanya sebagai organ-organ pengadilan,
menyelidiki masalah-masalah dan memberikan putusan peradilan. Adapun struktur pemerintahan
daerah di Cina pada dasarnya terdiri dari tiga tingkat pemerintahan resmi, provinsi, kabupaten,
dan dasar, ditambah berbagai unit lain di bawah atau di antara tingkatan-tingkatan ini. Di
samping penguatan sistem dan struktur, Cina juga menjalankan fungsi-fungsi dari sistem dan
struktur politik yang telah dibuatnya. Sistem politik di Cina menekankan sebuah proses untuk
mengubah tuntutan. tuntutan dari kelompok kepentingan, tujuan dan keinginan, baik individu
maupun kelompok, menjadi keputusan politik. Keputusan tersebut kemudian diterapkan
berlakunya melalui struktur-struktur pemerintahan. Di Cina terdapat tiga peranan politik penting,
yakni para aktivis, kader, dan anggota partai. Kelompok terakhir inilah yang mendominasi
kepemimpinan dalam sistem politik Cina. Menjadi aktivis adalah langkah pertama dalam proses
menjadi pimpinan politik. Kampanye politik dan rekrutmen partai politik menggunakan tenaga
para a aktivis ini. Mereka diangkat atas dasar pilihan sendiri dan para pejabat lokal mengawasi
proses ini secara ketat. Kelompok kedua adalah penerimaan status menjadi kader. Para kader
yang memimpin di lembaga pemerintahan, partai dan struktur organisasi massa diangkat dari
dalam birokrasi melalui seksi-seksi personal dalam PKC (Partai Komunis Cina). Masalah
utamanya adalah pertikaian menyangkut kriteria. Ada yang menekankan keahlian profesional
dan ada pula yang menekankan otodoksi politik. Akan tetapi, kualifikasi keahlian merupakan
kecenderungan utama. Kelompok ketiga adalah masuk menjadi anggota partai (KPC). Ini
menjadi jalan utama menuju karier politik dengan kemungkinan- kemungkinan untuk
memperoleh promosi dan kekuasaan. Anggota partai merupakan kedudukan politis penting.
Dalam tahap berikutnya, kaum Komunis Cina berusaha keras membatasi penggunaan kekuasaan
birokrasi. Mereka menggunakan pengawasan yang ketat terhadap birokrasi. Karena itulah,
sejarah birokrasi di Cina sejak tahun 1949 penuh dengan usaha untuk memperluas kekuasaannya,
tetapi selalu mendapat tantangan kuat dari politisi partai. Kaum Komunis Cina yang mencurigai
birokrasi didasarkan dua prinsip pokok, yakni birokrasi walaupun pada tahap tertentu tidak dapat
dielakkan, ia harus dibimbing oleh penguasa politik. Tujuannya supaya birokrasi tetap berada di
bawah pimpinan politik dan sesuai dengan garis doktrin massa. Alasan lain adalah bahwa
birokrasi adalah suprastruktur yang tidak produktif, karena itu ruang lingkup birokrasi harus
dikurangi. Perlu disentralisasi dengan memindahkan kekuasaan administratif ke pemerintahan
daerah. Unit-unit lokal harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sumber-sumber dayanya
sendiri
KESIMPULAN

Teori politik sebagai produk terpenting dari konsep-konsep politik, sebagaimana telah
dikemukakan pada bab awal, merupakan salah satu bidang kajian ilmu politik. Teori itu sendiri
merupakan penjelmaan dari hubungan dua atau lebih konsep-konsep.

Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena. Dalam menyusun
generalisasi itu, teori senantiasa memakai konsep-konsep, sedangkan konsep itu lahir dalam
pikiran (mind) manusia sehingga bersifat abstrak, sekalipun fakta- fakta dapat dipakai sebagai
batu loncatan.' Dengan pemahaman seperti itu, dapatlah dikatakan bahwa setiap teori adalah
konsep, tetapi tidak setiap konsep adalah teori. Dari titik inilah, alasan terkuat mengapa teori
politik menjadi bagian dari pembahasan konsep-konsep politik

Miriam Budiardjo dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik mengemukakan bahwa teori politik
adalah bahasan dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik.
DAFTAR PUSTAKA

A.A Sahid Gatara, Fh, M. Si

“ Ilmu politik Memahami Dan Menerapkan “

Anda mungkin juga menyukai