Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR KEDUDUKAN DAN PENDEKATAN

ILMU POLITIK

Johan Septian Putra


UIN Imam Bonjol Padang
Email: johan.albusyro@gmail.com

PENDAHULUAN
Seyogyanya manusia diberikan kesempurnaan, sebagai makhluk
yang selalu berpikir setiap saat dalam kehidupannya. Melalui proses
berpikir tersebut, manusia mengamati, menyimpan apa yan telah
dilihat dalam ingatan atau otak dan proses itu membuahkan
pengetahuan (knowledge). Selain menghasilkan pengetahuan melalui
proses berpikir manusia juga menghasilkan ilmu. Sebagai suatu ilmu,
pada dasarnya politik memiliki ruang lingkup yang sangat luas tidak
hanya suatu cara untuk mewujudkan tujuan, tetapi juga ia
membicarakan negara, karena mempelajari politik pasti juga akan
menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi
hidup masyarakat. 1
Bersambung ide pada paragraf yang di atas, mengikuti pada
pembahasan dua materi sebelumnya, menyuguhkan pemahaman yang
konseptual bagi tambahan wawasan kaum intelektual terkhusus bagi
mereka yang berada di lokal SPI-B, yang mana materi sebelumnya
membahas mengenai pengertian dan ruang lingkup ilmu politik.
Kedua materi tersebut setidaknya sudah memberikan ‘kulit-kulit’ dari
pemaknaan bagaimana politik itu yang seharusnya dipahami oleh
kaum akademisi di jurusan Sejarah Peradaban Islam.
Ilmu politik telah mengalami perkembangan yang menarik
sebagai sebuah disiplin ilmu. Perkembangan tersebut diwarnai ol eh
adanya perdebatan diantara ilmuwan politik yang berbeda pandangan
tentang apa yang seharusnya menjadi objek utama dalam kajian ilmu
politik dan bagaimana cara mempelajari objek tersebut. 2 dalam
rentetan perkembangannya mengalami perbedaaan pandangan

1 Efriza. Ilmu Politik: dari Ilmu Politik sampai Sistem Pemerintahan (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 1.
2 Miriam Budiarjo dan Trinuke P. Astuti. Teori Politik Dewasa Ini, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1996,) h. 57.

0
kefaedahan esensial dari ilmu politik tersebut, ini terkait langsung
bagaimana perbedaan pahaman isi dari ilmu politik seriring mengikuti
perkembangan zaman yang bakalan terus menerus mengalami
perubahan.
Untuk selanjutnya, dalam memperdalam pengetahuan bersama,
adapun dalam materi makalah yang diamanahkan pada kelompok tiga
pada saat ini, sesuai dengan ketentuan yang sudah disepakati
bahwasanya kelompok tiga membahas tentang teori dan pendekatan ilmu
politik. Dengan beberapa subjudul, yaitu: 1) defenisi teori dan fungsi
ilmu politik, 2) kedudukan, cakupan, konsep dan metode ilmu politik,
3) beberapa pendekatan dalam ilmu politik. Yang mana akan
diekplanasikan dengan cara seksama, yang insya Allah bisa
menambahkan pengetahuan para pembaca dalam memahami ilmu
politik sedikit lebih mendalam lagi.

PEMBAHASAN
TEORI DAN PENDEKATAN ILMU POLITIK
Defenisi Teori dan Fungsi Politik
Teori menurut KBBI adalah pendapat didasarkan pada
penelitian dan penemuan, didikung oleh data dan argumentasi.
Sedangkan politik adalah segala urusan dan tindakan (kebijakan,
siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap
negara lain. 3 Menurut Gibson, teori adalah suatu system yang logis,
yang saling berhubungan bervariasi dan kompleks. Kemudian Isaak
(1981) mengatakan, teori adalah sejumlah generalisasi tentang suatu
aspek politik tertentu. Sebagai contoh, hukum atau kaidah yang
muncul tentang perilaku voting (pemberian suara dalam pemilu).
Karena setiap hukum atau kaedah politik menggambarkan adanya
hubungan antara latar belakang sosial, ekonomi dan politik dengan
perilaku memilih (voting act). Oleh karena itu teori politik dapat
diartikan sekumpulan generalisasi empiris tentang bidang atau subjek
politik tertentu. 4

3 Kamus Besar Bahasa Indonesia V (daring), Kemdikbud Republik Indonesia.


4 Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 37.

1
Berdasarkan fungsinya, David Easton mengatakan, yakni
sebagai berikut: 5
 Untuk mengenali variabel-variabel politik yang penting dan
menerangkan hubungan-hubungannya masing-masing. Kita harus
mempunyai kerangka teori yang memberikan pedoman, maka kita
dapat memberi arti pada riset kita dan mengatur fakta-fakta supaya
membantu kita mencapai generalisasi.
 Adanya kerangka teori yang diterima secara luas oleh pelaku riset,
akan diadakannya perbandingan antara macam-macam hasil riset.
Orang tidak hanya dapat memeriksa kesimpulan yang diambil oleh
pelaku riset terdahulu, tetapi juga dapat menunjukkan wilayah
riset yang masih membutuhkan tambahan pekerjaan empiris.
 Adanya kerangka teori setidak-tidaknya sekumpulan konsep yang
relatif konsisten, juga menolong untuk membuat riset yang lebih
diandalkan. Tingkatan ini orang boleh tidak mengakui bahwa
kerangka teori juga dapat membantu membuat ramalan yang
kadang-kadang dianggap sebagai tugas suatu teori ilmiah. Akan
tetapi jika fakta dapat dikumpulkan menurut sebuah kerangka,
kalau riset yang telah dilakukan oleh petugas riset yang berlainan
pada saat dan tempat yang berlainan dapat diperbandingkan
menurut kerangka teori ini. Bisa ditarik kesimpulan yang bisa
diandalkan maka kita telah mencapai suatu dimana ramalan-
ramalan dapat dibuat dengan sukses.

KEDUDUKAN, CAKUPAN, METODE DAN KONSEP POLITIK


Kedudukan pada konvensi 1961, Political Theory didudukkan
sebagai subfield yang berdiri sendiri, sedangkan pada tahun 1968,
Political Theory sudah disatukan dengan philosophy dengan tiga
cakupan pengertian, yaitu Political Theory and philosophy (empirik);
Political Theory and philosophy (Historik). Political Theory and philosophy
(Normatif). Pada konvensi 1973, Political Theory sebagai subfield
mencakup system of political ideas in history, ideologi system, politcal
philosophy (general), metodological and analitical system. Kemudian
Cakupannya, berhubungan tentang masyarakat, kekuasaan, negara,
sistem pemerintahan atau politik, kelas sosial, keadilan, kedaulatan,

5 Ibid., h. 40-41.

2
hak dan kewajiban, perubahan sosial, modernisasi, pembangunan
politik dan lain sebagainya. 6
Metode teori klasik umumnya menggunakan metode penjelasan
deduktif-rasional dengan fokus perhatian tentang hakikat manusia,
jastifikasi nilai-nilai, realisasi hak dan kewajiban serta kemerdekaan
yang ditarik dalam kerangka norma-norma moral. Sedangkan teori
polittik modern, di satu pihak ada yang menggunakan metode
desktriptif-historis, di lain pihak ada yang memakai metode hipotesis-
empiris. Dalam metode yang disebut pertama biasanya teori politik
akan melihat sejarah dari ide-ide politik dan selalu dihubungkan
situasi atau peristiwa khusus. Konsep politik yang dikembangkan
para ilmuwan meminjam Jenkin misalnya, meliputi tiga kelompok
konsep, yaitu: 1) konsep-konsep yang berhubungan dengan entitas
politik, 2) konsep-konsep yang berkaitan dengan hubungan-hubungan
antara entitas politik tersebut, 3) konsep-konsep yang berhubungan
dengan institusi-institusi politik. Konsep pertama, mencakupi: negara,
masyarakat, komunitas, keluarga, kelas-kelas sosial, kelompok
fungsional-kultural, kantong-kantong internasional, dan diri manusia
itu sendiri. Konsep kedua, mencakup: Kerangka kekuasaan (concept of
social and political power, concept of authority), formula distribusi (status
and contract; concern and compromis; right, liberty and equality; equality and
human rights; property right; right of revolution; obligation of obedience to
the state) dan perubahan sosial (pluralistik of change; phylosopi history;
progress; dialtectical necessary; revolution). Konsep ketiga, institusi
pemerintahan atau politik ialah konsep yang berkaitan personil,
kekuasaan, lokasi, komunitas dan fungsi intitusi politik. 7

PENDEKATAN ILMU POLITIK


Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional adalah kumpulan dari beberapa
pendekatan yaitu pendekatan historis, pendekatan legalistik atau
yuridis dan pendekatan institusional. Pada awal abad ke 19, ilmu
politik Amerika dianggap oleh para praktisi sebagai disiplin ilmu
sejarah. meskipun tidak persis sama,hanya sdikit perbedaan antara

6 Ibid. h. 41.
7 Ibid. h. 49-50.

3
sejarah dengan ilmu politik dianggap sebagai bagai dari sejarah.
menurut Richard Jensen,motto ilmuan politik pada masa itu adalah
“history is past politics and politics is present history”.artinya,sejarah
adalah politik masa lalu, politik adalah sejarah masa kini,jadi ilmu
politik adalah sejarah politik termasuk kedalammya sejarah partai
politik hubungan luar negeri,dan ide-ide politik besar.
Pendekatan legalistik atau yuridis termasuk pendekatan
tradisional dalam studi ilmu politik. Salah satu alasan penggunaan
pendekatan ini karena studi ilmu politik tidak dapat dipisahkan dari
sistem hukum. Kondisi ini memberikan landasan pada studi ilmu
politik ingin lebih jelas karena sifat legalistiknya,maka para ilmuwan
politik perlu berkontraksi secara khusus pada aspekk hukum sistem
politik. Amerika Serikat tidak terlepas dari pengaruh perkembangan
ilmu politik di Eropa.pada abad ke 19 banyak sarjana politik Amerika
belajar ke Eropa, khususnya beberapa universitas di Jerman. Guru
besarnya adalah staf pengajar fakultas hukum, sehingga dapat
dipastikan besarnya pengaruh aliran legalistik dalam kajian ilmu
politik Jerman. Kenyataan ilmu politik dan filsafat politik selalu di
pengaruhi aliran legalistik.
Pendekatan institusional muncul sebagai reaksi terhadap
pendekatan historis dan legalistik. Di sadari oleh ilmuwan politik,
politik bukan hanya sekedar masalah konstitusi dan perundang,
sejarah dan manifestasinya. Realitas politik yang paling nyata adalah
lembaga-lembaga politik, seperti lembaga pembuat undang-undang
(legislatif), pelaksana (eksekutif),danlembaga-lembaga pengadilan
(yudikatif). Tujuan utama pendekatan ini bukan menjelaskan sistem
politik, tetapi untuk mendeskripsikan lembaga-lembaga politik secara
detail, sehingga dapat di identifikasi dan dideskripsikan kekuasaan
presiden.8 Sistem politik tradisional dalam bentuk dan cakupan yang
serba ragam, seperti demokrasi desa, negara kota, kerajaan suku-suku,
negara patromonial, pemerintahan feodal, kerajaan birokrasi,
aristokrasi, oligarki dan teokrasi.9

8 Ibid., h. 51-54.
9 Samuel P. Huntington. Tertib Politik pada Masyarakat yang sedang berubah.
Terj. Sahat Simamora dan Suryatim (Jakarta: Raja Grafindo. 2004), h. 172.

4
Pendekatan Tingkah Laku
Pendekatan tingkah laku atau behavioralisme merupakan
kecendrungan intelektual dan gerakan akademik yang berkembang
dalama kalangan ilmuan politik. Pendekatan Behavioral ini secara khas
menekankan individu sebagai unit dasar dari analisa dan dirasakan
perlunya memisahkan fakta dengan nilai-nilai, serta perlunya
membuat generalisasi yang sudah diverifisikan. Behavioralisme itu
niscaya membawa orang pada sikap yang lebih kaku dalam
penganalisaan politik dan penganalisaan sosial karena orang
menggunakan standar-standar yang tinggi. 10
Behavioralisme lahir karena ketidakpuasan terhadap prosedur
atau cara melakukan studi politik yang tradisional. Para pendukung
behavioralisme tidak puas dengan analisis politik yang sifatnya
deskriptif, padahal ilmuan politik ketika itu sudah banyak yang
menguasai tata cara atau prosedur keilmuan dari disiplin ilmu lain.
Albert Somit dan William Tanenhous (1982) menunjukkan basis
keyakinan atau kredo para sarjana ilmu politik yang menganut
paradigma behavioralisme, antara lain: 11
 Ilmu politik pada akhirnya dapat menjadi suatu ilmu yang
sebenarnya (sains) yang mampu memberikan prediksi dan
eksplanasi, sebagaimana dengan ilmu-ilmu alamiah.
 Ilmu politik haruslah semata-mata mempedulikan gejala-gejala
yang secara aktual dapat diamati, yaitu apa yang dikerjakan dan
apa yang diucapkan.
 Data harus dikuantifikasi, dan temuan-temuan haruslah
didasarkan kuantifikasi.
 Riset seharusnya berorientasi dan diarahkan oleh teori.
 Ilmu politik hendaklah memilih penelitian yang murni.
 Lebenaran atau kesalahan sejumlah nilai (seperti demikrasi,
kebabasan,persamaan, dan lain-lain) tidaklah dapat dibentuk
secara ilmiah dan bahkan berada diluar cakupan suatu penelitian
yang ilmiah.

10 Micheal Rush dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta:

RajaGrafindo Persada. 2007), h. 17.


11 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 54-57.

5
 Ilmu politik haruslah bersifat intidisipliner. Ilmu politik dapat
mengambil manfaat dari ilmu-ilmu lain guna menjelaskan gejala
perilaku politik.
 Ilmu politik hendaknya menjadi sadar diri dan kritis terhadap
metodologinya.

Pendekatan Pasca Tingkah Laku


Ilmu politik tidak akan menjadi sains yang sebenarnya
sebagaiman ilmu alamiah, karena ilmu politik berhubungan gejala
manusia yang selalu berubah sikap, motif dan prilakunya. Karena itu
tidak mungkin ilmu politik menjadi yang murni karena terlalu banyak
variabel yang akan di control.
Pendekatan ini lahir untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
pendekatan behavioralisme. Para ahli politik mengemukakan berbagai
kelemahan pendekatan behavioralisme (Gaffar, 1990) yaitu sebagai
berikut:12
 Perilaku politik yang nampak hanyalah memperkuatkan sebagian
dari gejala. Individu yang bebeda dapat memperlihatkan gejala
yang sama akan tetapi dengan arti atau makna yang berbeda.
 Kehebatan kuantifikasi tidak mungkin membuat pengukuran yang
sebenarnya, karena kuantifikasi masyarakat konsep dan alat
pengukur yang dapat di percaya, sedangkan ilmu politik tidak
memiliki keduanya.
 Pendukung behaviriolisme terlalu jauh melangkahi data karena
adanya alat analisis yang kuat, tetapi tidak mungkin menciptakan
teori umum, sementara data tercecer dari penelitinya.
 Penelitian terapan, terutama yang berkaitan kepentingan
perumusan kebijaksanaan sangat di perlukan, bahkan di jamin.
 Beberapa isu politik mempunyai dimensi moral yang sangat
signifikan. Ilmu politik tidak dapat menghindarkan diri dari hal itu
karena pengalaman sudah menunjukkan demikian.
 Ada beberapa aspek di mana penelitian interdisipliner sangat di
perlukan, tetapi ada pula saatnya ilmu politik harus menjaga
identitas dirinya.

12 Ibid., h. 58.

6
 Kesadaran diri tentang metodologi telah terlampaui berlebih-
lebihan, tetapi terlalu kritis atau mempertinggikan prasyarat
sehingga dapat menghambat perkembangan ilmu pengetahuan.
Jadi pada dasarnya post behavioralisme muncul sebagai reaksi
terhadap ketidakpuasan yang mendalam terhadap arah penelitian
politik pada masa lau. Ada dua tuntunan utama post behavioralisme
yaitu relevansi dan tindakan.

KESIMPULAN
Teori Politik adalah pendapat atau argumen yang logis serta
didukung oleh fakta-fakta tertentu dalam menentukan segala urusan
dan tindakan mengenai kebijakan pemerintahan atau dalam arti lain
dapat diartikan sekumpulan generalisasi empiris tentang bidang atau
subjek politik tertentu. Fungsi Politik, Davis Easton, yaitu 1) untuk
mengenali variabel-variabel politik yang penting dan menerangkan
hubungannya masing-masing. 2) Perbandingan antara macam-macam
hasil riset. 3) untuk menolong untuk membuat riset yang lebih
diandalkan.
Kedudukan Political Theory didudukkan philosophy dengan tiga
cakupan pengertian, yaitu Political Theory and philosophy, Political Theory
and philosophy, Political Theory and philosophy. Pada konvensi 1973,
Political Theory sebagai subfield mencakup system of political ideas in
history, ideologi system, politcal philosophy (general), metodological and
analitical system. Cakupan yaitu masyarakat, kekuasaan, negara, sistem
pemerintahan atau politik, kelas sosial, keadilan, kedaulatan, hak dan
kewajiban, perubahan sosial, modernisasi, pembangunan politik dan
lain sebagainya. Metode teori klasik umumnya menggunakan metode
penjelasan deduktif-rasional dengan fokus perhatian tentang hakikat
manusia, jastifikasi nilai-nilai, realisasi hak dan kewajiban serta
kemerdekaan yang ditarik dalam kerangka norma-norma moral.
Konsep yaitu: 1) konsep-konsep yang berhubungan dengan entitas
politik, 2) konsep-konsep yang berkaitan dengan hubungan-hubungan
antara entitas politik tersebut, 3) konsep-konsep yang berhubungan
dengan institusi-institusi politik.
Pendekatan tradisional adalah kumpulan dari beberapa
pendekatan yaitu pendekatan historis (sejarah politik termasuk

7
kedalammya sejarah partai politik hubungan luar negeri,dan ide-ide
politik besar), pendekatan legalistik (Salah satu alasan penggunaan
pendekatan ini karena studi ilmu politik tidak dapat dipisahkan dari
sistem hukum), dan pendekatan institusional (legislatif, eksekutif,
yudikatif).
Pendekatan tingkah laku atau behavioralisme merupakan
kecendrungan intelektual dan gerakan akademik yang berkembang
dalama kalangan ilmuan politik. Behavioralisme itu niscaya membawa
orang pada sikap yang lebih kaku dalam penganalisaan politik dan
penganalisaan sosial karena orang menggunakan standar-standar yang
tinggi.
Pendekatan Pasca Tingkah Laku atau post behavioralisme pada
dasarnya muncul sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan yang
mendalam terhadap arah penelitian politik pada masa lau. Ada dua
tuntunan utama post behavioralisme yaitu relevansi dan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Miriam dan Astuti, Trinuke P.. Teori Politik Dewasa Ini.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.1996.

Efriza. Ilmu Politik: dari Ilmu Politik sampai Sistem Pemerintahan.


Bandung: Alfabeta. 2009.

Huntington, Samuel P.. Tertib Politik pada Masyarakat yang sedang


berubah. Terj. Sahat Simamora dan Suryatim. Jakarta: Raja
Grafindo. 2004.

Kamus Besar Bahasa Indonesia V (daring), Kemdikbud Republik


Indonesia.

Rush, Micheal dan Althoff, Phillip. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:


RajaGrafindo Persada. 2007.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 2007.

Anda mungkin juga menyukai