Anda di halaman 1dari 21

RIVIEW BUKU

“DASAR-DASAR ILMU POLITIK”

Mata Kuliah:Dasar-dasar Ilmu Politik


Dosen Pegampu : Ismail, S Pd. M Pd

DI SUSUN OLEH:
ISNAENI_A31122069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2024
BAGIAN A

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Dasar-dasar ilmu politik

Pengarang : Prof. Miriam budiardjo

Kategori : -

ISBN : 978-979-22-3494-7

Ukuran : 15 x 23

Jumlah halaman : 515

Harga : 132.000

Tahun terbit : 2008

Penerbit dan tempat terbit : Gramedia pustaka utama kompas gramedia building blok I Lt. 5 jl.
Palmerah barat 29-37, jakarta 10270
BAGIAN B

HASIL RIVIEW

BAB I

SIFAT, ARTI, DAN HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU PENGETAHUAN


LAINNYA

o Perkembangan dan Definisi Ilmu Politik


Ilmu Politik merupakan sebuah kerangka atau cabang-cabang dari ilmu ilmu sosial
lainnya yang memiliki dasar, rangka, fokus, dan ruang lingkup yang jelas.Ilmu politik bisa
dikatakan masih memiliki usia yang masih muda dikarenakan ilmu politik baru lahir pada akhir
abad ke-19. Pada tahap itu ilmu politik berkembang secara pesat berdampingan dengan cabang-
cabang ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, dan psikologi, dan dalam
perkembangan ini mereka saling berhubungan satu sama lain.
Perkembangan Ilmu Politik juga sudah cukup maju dari mulai lahirnya pada akhir abad
ke-19 ilmu politik diberbagai Negara belahan dunia seperti Yunani Kuno pemikiran mengenai
Negara sudah dimulai pada tahun 450 S.M., yang pada saat itu sudah dijumpai berbagai karya-
karya ahli sejarah Herodotus, atau filsuf-filsuf seperti Plato, Aristoteles, dan sebagainya. Di
Indonesia itu sendiri perkembangan seperti itu banyak dijumpai melalui beberapa karya tulis
yang membahas masalah sejarah dan kenegaraan, seperti Negarakertagama yang ditulis pada
zaman kerajaan Majapahit sekitar abad ke-13 dan ke-15 Masehi dan Babad Tanah Jawi. Dan
karya karya tersebut semenjak adanya imprealisme maka karya tersebut terdesak oleh pemikiran-
pemikiran bangsa barat yang berada di sekitar kawasan Asia sehingga karya sastra tersebut
mengalami kemunduran.
Sedangkan di Negara-negara yang terletak di Benua Eropa Ilmu Politik seperti di Negara
Jerman, Austria, dan Prancis pada abad ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum
dan karena itu fokus perhatiannya adalah Negara semata-mata.
Setelah perang dunia ke-2 perkembangan ilmu politik semakin pesat lagi.Seperti di
Indonesia kemajuan tersebut ditandai oleh banyak didirikannya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik seperti di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia .
Pesatnya perkembangan ilmu politik sesudah Perang dunia ke-2 tersebut juga disebabkan
karena mendapatkan dorongan kuat dari beberapa badan internasional, terutama UNESCO.
o Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan
Ilmu Politik memiliki syarat sebagai ilmu pengetahuan karena ilmu politik sampai
sekarang belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu. Karena manusia makhluk yang
kreatif yang selalu menemukan hal-hal baru sebagai ide kreatifnya sampai tidak dapat
diramalkan. Dan manusia bersifat kompleks dan perilakunya tidak selalu didasarkan atas
tindakan – tindakan yang rasional dan logis sebagai pertimbangannya. Dan pada dasarnya bahwa
ilmu pengetahuan adalah keseluruhan dari pengetahuan adalah keseluruhan dari pengetahuan
yang terkoordinasi mengenai pokok pemikiran tertentu, Apabila perumusan ini dipakai sebagai
patokan.
o Definisi Ilmu Politik
Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan.Politik
adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Dan pada umumnya dapat dikatakan bahwa
politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh
sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan yang harmonis.
Untuk melaksanakan kebijakan – kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan
alokasi dari sumber daya alam ,perlu dimiliki kekuasaan (power) serta wewenang ( authority).
Konsep-Konsep Pokok Politik :
1. Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang
sah dan ditaati oleh rakyatnya.
2. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi perilaku
seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain,
sesuai dengan keinginan para pelaku.
3. Keputusan adalah hasil dari membuat pilihan diantara beberapa alternatif, sedangkan istilah
pengambilan keputusan menujuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai.
4. Kebijakan Umum adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang pelaku atau
kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu.
5. Pembagian atau Alokasi ialah pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat.

o Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lain


Ilmu Politik sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan yang lainnya yang pada
khususnya berbau ilmu sosial seperti Ilmu Sejarah, Filsafat, Sosiologi, Antropologi, Ilmu
ekonomi, Psikologi Sosial,Geografi,Ilmu Hukum.

BAB II
KONSEP-KONSEP POLITIK
o Teori Politik
Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenal beberapa fenomena.Dalam menyusun
generalisasi, teori selalu memakai dengan konsep-konsep. Teori Politik adalah bahasan dan
generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Dengan kata lain, teori politik adalah bahasan
dan renungan atas tujuan dari kegiatan politik, cara mencapai tujuan itu, kemungkinan-
kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang akan ditimbulkan oleh situasi politik tertentu dan
kewajiban-kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik itu. Ada dua macam teori dalam teori
politik yang bersifat mutlak, yang pertama teori yang memiliki dasar moral atau bersifat akhlak
dan yang menentukan norma-norma untuk perilaku politik teori tersebut seperti contohnya dibagi
menjadi 3 yaitu filsafat politik, teori politik sistematis, ideology politik. Dan teori yang kedua
teori yang menggambarkan dan membahas fenomena dan fakta-fakta politik dengan tidak
mempersoalkan norma-norma atau nilai.
o Masyarakat
Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antar manusia.Biasanya
anggota-anggota masyarakat menghuni suatu wilayah geografis yang mempunyai kebudayaan-
kebudayaan dan lembaga-lembaga yang kira-kira sama.
o Negara
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, Negara adalah organisasi pokok
dari kekuasaan politik Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan
untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat. Negara memiliki sifat memaksa, memonopoli dan mencakup
semua.Unsur- unsur Negara terdiri dari wilayah, penduduk,pemerintah dan kedaulatan.Tujuan
Negara tergantung kepada Ideologi, cita-cita dan undang-undang Negara masing-masing,
Indonesia tujuan negaranya terdapat dalam pembukaan UUD 1945.
BAB III
BERBAGAI PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK
o Pendekatan
Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan legal/institusional, yang sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai
berkembang abad 19 pada masa sebelum Perang Dunia II. Dalam pendekataan ini negara
menjadi fokus pokok, terutama segi konstitusional dan yuridisnya.
Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku timbul dan mulai berkembang di amerika pada tahun 1950-an seusai
Perang Dunia II. Adapun sebab-sebab kemunculannya adalah seabgai berikut. Pertama, sifat
deskriptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan, karena tidak realistis dan sangat berbeda
dengan kenyataan sehari-hari. Kedua, ada kekhawatiran bahwa, jika ilmu politik tidak maju
dengan pesat, ia akan ketinggalan dibanding dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti sosiologi dengan
tokohnya Max Weber (1864-1920) dan Talcott Parsons (1902-1979), antropologi, dan
psikologi.Ketiga, di kalangan pemerintah Amerika telah muncul keraguan mengenai kemampuan
para sarjana ilmu politik untuk menerangkan fenomena politik.
Teori Ketergantungan ( Dependency Theory )
Kalangan lain yang juga berada dalam rangka teori-teori kiri, yang kemudian dikenal
sebagai Teori Ketergantungan, adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada
hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga.
Pendekatan Pilihan Rasional ( Rational Choice)
Pendekatan ini muncul dan berkembang belakangan sesudah pertentangan antara
pendekatan-pendekatan yang dibicarakan di atas mencapai semacam konsensus yang
menunjukkan adanya pluralitas dalam bermacam-macam pandangan. Dalam ilmu politik pada
umumnya, dikenal nama Pendekatan Pilihan Rasional. Pengikut Pendekatan ini menimbulkan
kejutan karena mencanangkan bahwa mereka telah meningkatkan ilmu politik menjadi suatu
ilmu yang benar-benar science.
Pendekatan Institusionalisme Baru
Institusionalisme baru ( New Institutionalism ) berbeda dengan pendekataan-pendekataan
yang diuraikan sebelumnya. Ia lebih merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan
lain, bahkan merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan lain, bahkan beberapa
bidang ilmu pengetahuan lain seperti sosiologi dan ekonomi. Mengapa disebut institusionalisme
baru? Oleh karena itu ia merupakan penyimpangan dari institusionalisme lama. Seperti telah
diuraikan di atas, institusionalisme lama mengupas lembaga-lembaga kenegaraan (aparatur
negara) seperti apa adanya secara statis. Berbeda dengan itu, institusionalisme baru melihat
institusi negara sebagai hal yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu, seperti misalnya
membangun masyarakat yang lebih makmur.
BAB IV
DEMOKRASI
Kita melihat gejala bahwa secara formal demokrasi merupakan dasar dari kebanyakan
Negara di dunia, Demokrasi yang dianut di Indonesia adalah demokrasi berdasarkan pancasila ,
masih dalam tahap perkembangan dan mengenai sifat dan ciri cirinya terdapat pelbagai tafsiran
serta pandangan.
o Demokrasi Konstitusional
Ciri khas dari demokrasi konstitusional ialah gagasan bahwa pemerintah yang demokratis
adalah pemerintah yang tak terbatas kekuasaanya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-
wenang terhadap warga Negaranya.
Sebagai akibat dari keinginan untuk menyelennggarakan hak hak politik itu secara efektif
timbullah gagasan gagasan bahwa secara cara yang terbaik untuk membatasi kekuasaan
pemerintah yaitu dengan suatu konstitusi. Konstitusi menjamin hak-hak politik dan
menyelenggarakan pembagian kekuasaan Negara sehingga kekuasaan eksekutif diimbangi oleh
kekuasaan parlemen dan lembaga-lembaga hukum.
Masa-masa demokrasi di Indonesia telah melewati fase-fase yang merupakan berbagai
jenis demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia antaralain masa Republik Indonesia 1
(1945-1959) yaitu masa demokrasi konstitusional yang diterapkan , masa Republik Indonesia 2
(1959-1965) merupakan masa demokrasi terpimpinnya yang diterapkan Presiden Soekarno dan
setelah itu lahir Masa demokrasi Pancasila (1965-1998) pada era pemerintahan rezim Orde Baru
yaitu Presiden Soeharto dan hingga saat ini pada era Reformasi demokrasi Pancasila terus
dikembangkan sesuai dengan UUD 1945 dan kultur budaya Indonesia.
BAB V
KOMUNISME, DEMOKRASI MENURUT TERMINOLOGI KOMUNISME, DAN
PERKEMBANGAN POST KOMUNISME
Terjadi karena banyak ketimpangan-ketimpangan sosial dalam kehidupan bermasyarakat
oleh Karena itu Marx ingin mempersamakan derajat pada setiap golongan masyarakat dalam
ajaran Marxisme yang lebih mengarah kepada komunisme , perkembangan teori ini sangat
berkembang secara pesat hingga berkembang pula Marxisme-Leninisme di Uni Soviet jika
Marx mengedepankan kepada kaum buruh sedangkan Lenin megedepankan kaum petani yang
memimpin para kaum proletar yang ada untuk bersaing dengan kaum kapitalis atau borjuis.
Namun, keduanya tidak memperselisihkan hal tersebut karena mereka ingin ideologi komunisme
tetap dijalankan.
Runtuhnya Komunisme karena banyak Negara Negara yang masyarakatnya tidak
menyukai paham Komunis karena mereka sudah dapat berpikir dan bertindak secara rasional dan
menggunakan logika dan mereka juga menginginkan sebagian besar kebebasan dalam sebuah
Negara yang teratur oleh karena itu dengan runtuhnya Uni Soviet memberikan dampak yang
buruk bagi perkembangan paham paham komunisme di berbagai belahan dunia untuk
meninggalkan ajaran-ajaran komunisme yang mereka pernah terapkan ,Tetapi, hingga saat ini
masih menerapkan komunisme tersebut antara lain Negara Rusia yang dahulu bekas Uni Soviet
tetap memberlakukannya dan China hingga Korea Utara.
BAB VI
UNDANG-UNDANG DASAR (UUD)
Undang undang sering kita biasakan dalam istilah konstitusi dalam bahasa Inggris
constitution yang berartikan menjadi Undang-Undang Dasar (UUD). UUD tidak hanya tertulis
namun juga ada yang tidak tertulis . Sifat dan fungsi UUD merupakan suatu perangkat
peraturan yang menentukan kekuasaan dan tanggung jawab dari berbagai alat kenegaraan. UUD
juga menentukan batas-batas berbagai pusat kekuasaan itu dan memaparkan hubungan-hubungan
diantara mereka.
o Konstutisionalisme
UUD sebenarnya tidak dapat dilihat lepas dari konsep konstitusionalisme, suatu konsep
yang telah berkembang sebelum UUD pertama dirumuskan. Ide pokok dari konstitusionalisme
adalah bahwa pemerintah perlu dibatasi kekuasaanya, agar penyelenggaraanya tidak sewenang-
wenang.
o Ciri-Ciri Undang-Undang Dasar
Walaupun UUD satu Negara dengan Negara lain berbeda tetapi UUD memiliki ciri-ciri
yang beberapa sama , yaitu biasanya memuat ketentuan-ketentuan mengenai soal-soal seperti
Organisasi Negara, Hak Asasi Manusia (HAM), Prosedur mengubah UUD (Amandemen) dan
adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD. Dan merupakan aturan
hokum yang tertinggi yang mengikat semua warga Negara dan lembaga Negara tanpa terkecuali.
Selain itu dalam mukadimah atau pembukaan UUD sering memuat cita-cita rakyat dan asas-asas
ideology Negara.
o UUD dan Konvensi
Konvensi adalah aturan perilaku kenegaraan yang didasarkan tidak pada undang-undang
melainkan kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan dan presiden. Konvensi ada dalam semua system
UUD , dan biasanya memberikan panduan ketika aturan formal tidak memadai atau tidak jelas.
Dalam Konteks UUD tidak tertulis, konvensi merupakan hal yang signifikan karena ia
memberikan arahan tentang prosedur, kekuasaan dan kewajiban dari institusi –institusi utama
Negara.
o Pergantian, Perubahan dan Supremasi UUD
UUD dapat diganti dengan UUD baru apabila UUD yang ada tidak lagi mencerminkan
konstelasi politik atau tidak lagi memenuhi harapan dan aspirasi rakyat. Di Indonesia kita telah
melalui lima tahap perkembangan UUD . Selain penggantian secara menyeluruh, tidak jarang
pula Negara mengadakan perubahan sebagian dari UUD-nya. Perubahan ini dinamakan
amandemen. Wewenang mengamandemen UUD ada prosedur-prosedurnya dan ditangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan ketentuan bahwa kuorum adalah 2/3 dari
anggota MPR, sedangkan usul perubahan UUD harus diterima oleh 2/3 dari anggota yang hadir
(pasal 37). Sejak tahun 1999, setelah Orde Baru berakhir, UUD 1945 telah mengalami 4 kali
amandemen. Banyak perubahan yang substantial yang berubah akibat dari adanya amandemen
tersebut bagi Negara ini. Karena UUD merupakan sumber hokum tertinggi disebuah Negara
maka perlu adanya penguatan-penguatan untuk UUD itu tersebut agar keberadaan UUD tidak
mudah dipermainkan oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan keberadaan sebuah UUD itu.
Oleh karenanya perlu adanya tindakan supremasi UUD agar kedudukan UUD tetap sebagai
sumber hukum yang tetap dan tertinggi.
BAB VII
HAK-HAK ASASI MANUSIA (HAM)
o Perkembangan Hak Asasi manusia di Eropa

Di Eropa barat pemikiran mengenai hak asasi berawal dari abad ke-17 dengan
timbulnya konsep Hukum Alam serta hak-hak alam. Akan tetapi, sebenarnya beberapa abad
sebelumnya, yaitu zaman Pertengahan, masalah hak manusia sudah mulai mencuat di Inggris.
o Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan awal abad ke-21
Dalam perkembangan berikutnya terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai hak
asasi, antara lain karena terjadinya depresi besar sekitar tahun 1929 hingga 1934, yang melanda
sebagaian besar dunia. Depresi ini, yang mulai di amerika dan kemudian menjalar ke hampir
seluruh dunia, berdampak luas.
o Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948)
Deklarasi Universal dimaksud sebagai pedoman sekaligus standar minimum yang dicita-
citakan oleh seluruh umat manusia. Maka dari itu berbagai hak dan kebebasan dirumuskan secara
luas, seolah-olah bebas tanpa batas.
o Dua Kovenan Internasional
Tahap kedua ditempuh oleh Komisi Hak Asasi PBB adalah menyusun “seseuatu yang
lebih mengikat dari pada deklarasi belaka dalam bentuk perjanjian”. Untuk mencapai konsesus
agar Sidang Umum PBB menerima baik kovenan Internasional Hak Ekonomi, sosial dan budaya,
kovenan internasional hak sipil dan politik,serta tentang pengaduan perorangan.
o Masalah Ratifikasi
Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa negara yang bersangkutan mengikat diri
untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa ketentuan-ketentuan itu menjadi
bagian dari hukum nasionalnya. Jika jalannya ratifikasi dua konvensi PBB menyita waktu lama,
di tingkat regional, terutama di eropa barat yang masyarakatnya lebih homogen, pelaksanaan hak
asasi lebih berhasil.
o Hak Asasi Manusia pada awal abad ke-20
Pada awal abad ke-20 suasana yang melatar belakangi kampanye internasional untuk
memajukan hak asasi secara global, kadang-kadang dinamakan revolusi hak asasi, telah
mengalami pukulan berat, terutama sesudah peristiwa 11 September 2001 di New York, perang
terhadap Argentina, dan invasi tentara kolaisi Amerika serikat dan Inggris terhadap irak.
o Hak-Hak Asasi Manusia di Indonesia
Hak asasi Manusia di Indonesia telah mengalami pasang surut. Sesudah dua periode
represi ( rezim soekarno dan rezim soeharto), reformasi berusaha lebih memajukan hak asasi.
o Hak Asasi Perempuan
Konsep Hak Asasi Perempuan ( HAP ) sedikitnya dua makna yang terkandung di
dalamnya. Yang pertama, hak asasi perempuan hanya dimaknai sekadar berdasarkan akal sehat.
Logika yang dipakai adalah pengakuan mereka juga memiliki hak asasi. Hak asasi Perempuan di
indonesia cukup menonjol. Menurut UUD 1945 secara formal tidak ada perpedaan antara laki-
laki dan perempuan.
BAB VIII
PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA SECARA VERTIKAL DAN HORISONTAL
Pembagian kekuasaan dapat dibedakan menjadi 2 cara yaitu secara vertikal yang berarti
membagi kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan atau dapat dinamakan pembagian
kekuasaan secara teritorial, dan yang kedua secara horisontal yaitu pembagian yang menunjukan
pembedaan antar fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif,eksekutif, yudikatif yang
dikenal sebagai trias politika atau pembagian kekuasaan.
o Konfederasi
Konfederasi merupakan gabungan beberapa negara yang berdaulat penuh untuk
mempertahankan kemerdekaan secara internal dan eksternal , bersatu negara –negara tersebut
diatur dalam perjanjian internasional.
o Negara Kesatuan
Negara kesatuan negara yang terdiri dari banyaknya wilayah namun yang menjadi pusat
pengatur dalam negara tersebut yaitu pemerintah pusat sebagai penguasa atas negara itu.
o Negara Federal
Negara yang menyesuaikan dua konsep yang bertentangan , yaitu kedaulatan negara
federal dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Kedaulatan keluar diserahkan
penuh oleh pemerintahan federal sedangkan yang kedalam dibatasi.
o Perkembangan Konsep Trias Politika
Konsep ini pembagian kekuasaannya secara horisontal , trias politika adalah anggapan
bahwa kekuasaan negara terdiri terdiri atas tiga macam kekuasaan yaitu legislatif kekuasaan
pembuat undang-undang, kedua eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-undang dan
ketiga kekuasaan yudikatif atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang-undang. Trias
politika adalah sutu prinsip kekuasaan-kekuasaan ini sebaliknya tidak diserahkan kepada orang
yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Dengan
diharapkan hak-hak asasi warga negara lebih terjamin.
BAB IX
BADAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF DAN YUDIKATIF
o Badan Eksekutif
Badan eksekutif terdiri atas kepala negara seperti raja atau presiden beserta menteri-
menterinya. Dalam arti luas pegawai negeri sipil serta militer juga termasuk kedalam badan
eksekutif. Badan eksekutif memiliki beberapa wewenang yang diantaranya mencakup berbagai
bidang yaitu Administratif, Legislatif, Keamanan, Yudikatif memberi grasi, amnesti, abolisi dan
sebagainya. Dan diplomatik untuk berhubungan dengan negara-negara lain.
o Badan Legislatif
Badan Legislatif yaitu pembuat undang-undang pada umumnya di berbagai negara
terdapat pada parlemen dalam negara itu, di Indonesia badan legislatif terdiri atas Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan badan-badan yang
memiliki wewenang legislasi, kontrol dan anggaran. Tentunya disetiap negara badan
legislatifnya tentu berbeda-beda ada yang menerapkan dengan sistem satu majelis dan dua
majelis. Majelis tersebut juga diklasifikasikan kembali menjadi majelis rendah dan majelis
tinggi.
o Badan Yudikatif
Badan Yudikatif biasanya identik dengan kehakiman dimana badan ini bertugas sebagai
mengadili dan memutuskan pelanggaran undang-undang. Diberbagai negara badan yudikatif
memiliki berbagai persamaan. Di Indonesia badan Yudikatif terdiri atas Mahkamah Konstitusi
(MK), Mahkamah Agung (Ma), serta Komisi Yudisial (KY). MK adalah lembaga yudikatif
tertinggi atas lembaga-lembaga yang lain setara dengan MA jika MA bisa digugat namun
keputusan MK tidak dapat diajukan banding dan sifatnya sudah final. Sedangkan, KY pada
dasarnya sebagai pengatur dari hakim-hakim konstitusi karena KY umumnya bersifat mengatur
kode etik para hakim-hakim agung agar dapat menjalankan tugas kehakiman secara baik.
BAB X
PARTISIPASI POLITIK
o Sifat Dan Definisi Partai Politik
Dalam analisis politik modern partisipasi politik merupakan salah suatu masalah yang
penting; dan akhir-akhir ini banyak dipelajari terutama dalam hubungannya dengan Negara-
negara berkembang. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik , antaralain dengan jalan memilih pimpinan
Negara; dan secara langsung dan tindak langsung , mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Di Negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa
kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan
tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan
memgang tampuk pimpinan.
Partisipasi Politik erat kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa
dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan
pemerintah. Orang yang memiliki kesadaran politik tentunya harus orang yang memiliki
pendidikan, yang kehidupannya lebih baik, dan orang-orang terkemuka. Jika Partisipasi Politik
disebuah Negara rendah pada umumnya sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat
ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap permasalahan Negara.
BAB XI
PARTAI POLITIK
Partai Politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau berpartisipasi
dalam proses pengelolaan Negara. Partai Politik pertama-tama lahir di Negara-negara Eropa
Barat dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang dapat diperhitungkan
serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik (parpol) telah lahir secara spontan
dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain.
(h.397)
o Definsi Partai Politik (Parpol)
Secara umum dapat dikatakan bahwa parpol adalah suatu kelompok terorganisir yang
anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok
ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dari dan merebut kedudukan politik (biasanya)
sdengan cara konstitusional-untuk melaksanakan program-programnya.
o Fungsi Partai Politik
Fungsi Parpol di Negara Demokrasi meliputi Parpol dapat sebagai sarana komunikasi
politik , sebagai sarana sosialisasi politik, sebagai rekrutmen politik dan sebagai sarana pengatur
konflik. Sedangkan, fungsi parpol di Negara otoriter yaitu untuk mencari dukungan masyarakat
untuk tidak kepuasan terhadap pemerintah dan bertujuan untuk mencapai kedudukan atau
kekuasaan yang dapat dijadikan batu loncatan guna menguasai semua parpol yang ada dan
menghancurkan sistem politik yang demokratis. Contohnya, seperti Partai Komunis. Sedangkan
fungsi parpol di Negara Berkembang yaitu selain sebagai penyambung aspirasi masyarakat
terhadap pemerintah tetapi yang lebih terpenting merupakan sebuah peran yang sangat
diharapkan dari parpol yaitu sebagai sarana untuk memperkembangkan integrasi nasional dan
memupuk identitas nasional, karena Negara baru atau berkembang sering dihadapkan dengan
masalah-masalah berbagai macam sumber perbedaan yang ada disebuah Negara itu.
o Klarifikasi Sistem Kepartaian ( Sistem Partai-Tunggal, Dwi Partai dan Multi
Partai)
Kategori-kategori tersebut dapat mewakili keberadaan sistem parpol disebuah Negara
dengan berdasarkan kepada ideologi sistem yang diterapkan disebuah Negara itu dan bergantung
yang nantinya mengarah kepada jumlah sebuah parpol itu sendiri nantinya, ada tiga kategori
sistem parpol disebuah Negara antaralain;
1. Sistem Partai Tunggal hanya terdiri dari satu partai politik di Negara tersebut tidak ada parpol
parpol lainnya pada umumnya (Contoh; di China hanya terdapat Partai Komunis China (PKC)
2. Sistem Dwi Partai hanya terdapat dua buah Parpol disebuah Negara dimana dalam pemilihan
umum mereka saling berkompetisi merebut hati rakyat kelak salah satu mereka dapat menjadi
partai pemerintah dan satu diantaranya menjadi partai penyeimbang pemerintah (Contoh di
Amerika terdapat dua partai besar yaitu Partai Demokrat dan Republik)
3. Sistem Multi Partai dalam sistem ini disebuah Negara banyak terdapat banyak parpol yang
hadir dalam menyelenggarakan kondisi perpolitikan disebuah Negara tersebut yang memiliki
banyak positif dan negatifnya bagi perpolitikan itu yang saling berhubungan satu sama lain
koalisi dan oposisi juga masuk kedalam sistem ini. (Contohnya di Indonesia pada masa saat ini
banyak Parpol Parpol bermunculan yang memenuhi syarat seperti Partai Golongan Karya,
Demokrat, Partai Gerakan Indonesia Raya dan lain-lain.
BAB XII
SISTEM PEMILIHAN UMUM
Dalam Ilmu Politik dikenal bermacam-macam sistem Pemilihan Umum (Pemilu) dengan
berbagai variasinya , akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu prinsip yang
pertama adalah Satu Daerah Pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut dengan sistem
distrik. Dan prinsip yang kedua yaitu Satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya
dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional. Berikut penjabaran
mengenai kelebihan dan kekurangan sistem distrik dan proporsional yang keduanya termasuk
sistem pemilu mekanis seperti yang dijelaskan di atas. Sistem perwakilan distrik (satu dapil
untuk satu wakil) Di dalam sistem distrik sebuah daerah kecil menentukan satu wakil tunggal
berdasarkan suara terbanyak.
o Keuntungan Sistem Distrik

 Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena kursi kekuasaan yang
diperebutkan hanya satu.
 Perpecahan partai dan pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat
mendorong penyederhanaan partai secara alami.
 Distrik merupakan daerah kecil, karena itu wakil terpilih dapat dikenali dengan baik oleh
komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih akrab.
 Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan mayoritas di parlemen.
 Jumlah partai yang terbatas membuat stabilitas politik mudah diciptakan

o Kelemahan Sistem Distrik

 Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah kursi di partai, hal ini
menyebabkan partai besar lebih berkuasa.
 Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem ini membuat banyak suara terbuang.
 Sistem ini kurang mewakili kepentingan masyarakat heterogen dan pluralis.
 Wakil rakyat terpilih cenderung memerhatikan kepentingan daerahnya daripada
kepentingan nasional.

o Sistem Proposional ( satu dapil memilih beberapa wakil )

Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda
dengan sistem distrik, wakil dengan pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda
gambar kertas suara saja. Sistem proporsional banyak diterapkan oleh negara multipartai, seperti
Italia, Indonesia, Swedia, dan Belanda.
Sistem ini juga dinamakan perwakilan berimbang ataupun multi member constituenty. ada dua
jenis sistem di dalam sistem proporsional, yaitu ;

 list proportional representation : disini partai-partai peserta pemilu menunjukan daftar


calon yang diajukan, para pemilih cukup memilih partai. alokasi kursi partai didasarkan
pada daftar urut yang sudah ada.
 the single transferable vote : para pemilih di beri otoritas untuk menentukan
preferensinya. pemenangnya didasarkan atas penggunaan kota.

o Keuntungan Sistem Proposional

 Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama dengan
persentase kursinya di parlemen.
 Setiap suara dihitung & tidak ada yang terbuang, hingga partai kecil & minoritas
memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen. Hal ini sangat mewakili
masyarakat majemuk(pluralis).

o Kelemahan Sistem Proposional

 Sistem proporsional tidak begitu mendukung integrasi partai politik. Jumlah partai yang
terus bertambah menghalangi integrasi partai.
 Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan partainya. Hal ini
memberikan kedudukan kuat pada pimpinan partai untuk menentukan wakilnya di
parlemen.
 Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu partai untuk menjadi
partai mayoritas.

Perbedaan utama antara sistem proporsional & distrik adalah bahwa cara penghitungan
suara dapat memunculkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam parlemen bagi masing-
masing partai politik.
BAGIAN C
KESAN, KELEBHAN DAN KEKURANGAN BUKU

a. Kesan pada buku

Setelah membaca buku "Dasar-Dasar Ilmu Politik" oleh Miriam Budiardjo, kesan
yang mungkin saya dapatkan adalah pemahaman yang lebih baik tentang konsep-
konsep dasar dalam ilmu politik. Dan juga merasa puas dengan penjelasan yang jelas
dan mudah dipahami, serta mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang
bagaimana sistem politik bekerja. Namun, saya juga mungkin merasa ingin tahu lebih
banyak tentang topik-topik tertentu atau merasa bahwa buku ini hanya memberikan
gambaran permukaan tanpa menyelami kedalaman yang diinginkan.

b. Kelebihan

Beberapa kelebihan dari buku "Dasar-Dasar Ilmu Politik" oleh Miriam Budiardjo:

1. Penjelasan yang Jelas: Buku ini dikenal karena penjelasannya yang jelas dan
mudah dipahami, sehingga cocok untuk pembaca yang baru mengenal ilmu politik.

2. Komprehensif: Menyajikan materi-materi dasar ilmu politik secara komprehensif,


mencakup berbagai topik penting seperti sistem politik, kekuasaan, pemerintahan, dan
lain-lain.

3. Pendekatan Sistematis: Buku ini menggunakan pendekatan sistematis dalam


menyajikan materi, sehingga membantu pembaca memahami hubungan antara
konsep-konsep politik yang berbeda.

4. Konteks Indonesia: Sebagai penulis Indonesia, Budiardjo sering memasukkan


konteks Indonesia dalam penjelasannya, sehingga pembaca dapat memahami
bagaimana konsep-konsep politik yang dijelaskan berlaku dalam konteks lokal.
5. Referensi yang Mencukupi: Buku ini juga dilengkapi dengan referensi yang
mencukupi, sehingga pembaca dapat melanjutkan penelitian lebih lanjut tentang
topik-topik yang diminati.

Kelebihan-kelebihan ini membuat buku ini menjadi salah satu referensi yang berguna
bagi mereka yang ingin mempelajari dasar-dasar ilmu politik.

c. Kekurangan

Beberapa kekurangan dari buku "Dasar-Dasar Ilmu Politik" oleh Miriam Budiardjo:

1. Kedalaman Topik: Buku ini kurang dalam memberikan kedalaman pada beberapa
topik, terutama pada topik-topik yang lebih kompleks dalam ilmu politik. Pembaca
yang mencari pemahaman yang lebih mendalam mungkin perlu mencari sumber-
sumber tambahan.

2. Pembaruan Informasi: Karena buku ini mungkin telah diterbitkan beberapa waktu
yang lalu, informasi yang disajikan mungkin tidak sepenuhnya. Terutama dalam
politik yang terus berubah, beberapa informasi bisa menjadi usang atau tidak lagi
relevan.

3. Perspektif yang Terbatas:Mungkin pada mempresentasikan materi dari perspektif


atau sudut pandang tertentu, dan ini bisa menyebabkan beberapa sudut pandang atau
teori yang relevan tidak dipertimbangkan atau disajikan secara menyeluruh.

4. Tidak Memuat Semua Konteks: Meskipun buku ini memasukkan konteks


Indonesia dalam beberapa penjelasannya, mungkin tidak semua konteks politik lokal
atau global dipertimbangkan, terutama jika buku ini lebih difokuskan pada konsep-
konsep dasar.

5. Tidak Termasuk Isu Terkini: Karena buku ini mungkin tidak diperbarui secara
reguler, isu-isu politik terkini mungkin tidak termasuk dalam cakupan buku ini, yang
bisa membuatnya kurang relevan untuk pembaca yang ingin memahami konteks
politik saat ini.
BAGIAN D

TEKNIK DALAM PENULISAN BUKU

1. Menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas untuk menjelaskan konsep-konsep


yang kompleks dalam ilmu politik agar mudah dipahami oleh pembaca.

2. Pendekatan Sistematis buku ini mungkin disusun secara sistematis, dengan


memulai dari konsep-konsep dasar dan kemudian membangunnya secara bertahap,
sehingga pembaca dapat mengikuti perkembangan konsep dengan baik. Dan juga
menggunakan studi kasus untuk mengilustrasikan konsep-konsep politik yang
dijelaskan dalam buku tersebut, membantu pembaca untuk memahami bagaimana
konsep tersebut diterapkan dalam situasi nyata. Kemudian menggunakan Analogi dan
Perumpamaan untuk mempermudah pemahaman.

BAGIAN E

PENILAIAN BUKU

1. Kejelasan Penjelasan berhasil menyajikan materi dengan bahasa yang jelas dan mudah
dipahami, membuatnya cocok bagi pembaca yang baru mengenal ilmu politik.

2. Komprehensif Buku ini mencakup berbagai topik dasar dalam ilmu politik, namun
mungkin kurang dalam memberikan kedalaman pada beberapa topik yang lebih
kompleks.

3. Relevansi Konteks Dengan memasukkan konteks Indonesia dalam beberapa


penjelasannya, buku ini relevan bagi pembaca yang tertarik pada politik lokal. Namun,
konteks global mungkin kurang mendapat perhatian.
4. Ketersediaan Referensi Buku ini dilengkapi dengan referensi yang mencukupi, namun
beberapa pembaca mungkin menginginkan lebih banyak referensi untuk melanjutkan
penelitian lebih lanjut.

Secara keseluruhan, buku ini dapat dianggap sebagai sumber yang baik untuk memahami
dasar-dasar ilmu politik, tetapi pembaca mungkin perlu mengimbangi dengan sumber-
sumber tambahan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan relevan
dengan konteks politik yang terus berubah.

BAGIAN F

KESIMPULAN

Buku ini memberikan pemahaman yang baik tentang konsep-konsep dasar dalam ilmu
politik. Dengan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami, pembaca dapat memperoleh
gambaran yang komprehensif tentang sistem politik, kekuasaan, pemerintahan, dan topik-
topik lainnya yang relevan. Meskipun buku ini mencakup berbagai aspek politik,
pembaca mungkin perlu mencari sumber tambahan untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih mendalam tentang topik-topik tertentu. Namun demikian, sebagai pengantar yang
baik untuk memahami dasar-dasar ilmu politik, buku ini dapat menjadi sumber yang
berguna bagi mahasiswa, peneliti, dan siapa pun yang tertarik pada politik.

Anda mungkin juga menyukai