Isnaeni A31122069
Kelas C
Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
Email: Isnakanna23@gmail.com
Abstrak
Zaman Mesolitikum, atau Zaman Batu madya, adalah istilah arkeologis yang
menggambarkan budaya tertentu yang jatuh antara Zaman Paleolitikum dan Zaman
Neolitikum. Sementara tanggal mulai dan berakhirnya Periode Mesolitikum
bervariasi berdasarkan wilayah geografis, tanggalnya berkisar antara 10.000 SM
hingga 8.000 SM
Kata kunci: masyarakat mesolitikum masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut
Abstract
The Mesolithic Period was an important advancement for mankind in the Stone Age.
This Prehistoric Age covers the years between 10,000 BC and 6,000 BC. After the end
of the Ice Age, man had to change his life habits to adapt to the new ecosystem in
which he had to live. For this, he had to leave the cave and start developing
architecture to make their home outside the cave, making new tools out of stone,
bone and wood to feed the new animals that appeared in their territory and develop
their skills in fishing.
The Mesolithic Age, or middle Stone Age, is an archaeological term that describes
certain cultures that fell between the Paleolithic Age and the Neolithic Age. While
the start and end dates of the Mesolithic Period vary by geographical area, they
range from 10,000 B.C. to 8,000 B.C.
keywords: Mesolithic society a period of advanced hunting and gathering
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pada periode ini, kondisi alam sudah jauh lebih stabil, sehingga manusianya
dapat mengembangkan beberapa aspek kehidupannya.
Ciri utama peradaban pada periode ini adalah kehidupan semi nomaden, di mana
sebagian manusianya telah hidup menetap di goa-goa dan yang lainnya masih
berpindah-pindah. Goa-goa tempat tinggal manusia purba pada Zaman Mesolitikum
disebut abris sous roche. Permukiman yang lebih permanen cenderung dekat dengan
pantai. Oleh karena itu, banyak ditemukan peninggalan Zaman Mesolitikum di sekitar
tempat-tempat tersebut, salah satunya Kjokkenmoddinger atau tumpukan sampah
dapur berupa kulit siput dan kerang. Manusia yang hidup pada periode ini mencari
makan dengan cara berburu dan meramu atau food gathering. Selain itu, sebagian
masyarakatnya mulai mengenal tradisi bercocok tanam. Peralatan dan senjata yang
digunakan pada periode ini masih berbentuk kasar dan belum dihaluskan, seperti
contohnya kapak genggam (pebble) dan kapak pended berbentuk setengah
lingkaran (hachecourt). Masyarakatnya juga telah mengenal sistem organisasi sosial,
pembagian kerja, dan kepercayaan terhadap roh nenek moyang.
Kjokkenmoddinger
Salah satu ciri kehidupan yang menonjol pada masyarakat zaman mesolithikum
atau zaman batu madya di Indonesia hidup dari berburu dan meramu. Kebanyakan
dari mereka hidup di gua-gua di tepi pantai. Hal ini terbukti dengan banyak
ditemukannya Kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa
Denmark, kjokken berarti dapur dan modding yang artinya sampah.
Kjokkenmoddinger adalah tumpukan sampah dapur berupa kulit siput dan kerang
yang menggunung dan tingginya bisa mencapai 7 meter. Peninggalan ini ditemukan di
sepanjang pantai timur Sumatera, antara Langsa di Aceh hingga Medan.
Diduga, Kjokkenmoddinger telah menumpuk dari generasi ke generasi karena
masyarakatnya mulai menetap di sekitar pantai.
Kapak genggam
Pada 1925, Von Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang yang
berada di sepanjang pantai timur Sumatera. Dari lokasi tersebut, ditemukan kapak
genggam yang berbeda dari chopper di periode Paleolitikum. Kapak genggam
tersebut kemudian diberi nama pebble, atau dikenal sebagai kapak Sumatera. Pebble
terbuat dari batu kalih yang pecah dan sisi luarnya di biarkan kasar. sementara bagian
dalamnya di kerjakan sesuai kebutuhan pemakainya.
Kapak pendek (hachecourt)
Kapak pendek juga ditemukan oleh Von Stein Callenfels ketika sedang
meneliti Kjokkenmoddinger. Bentuknya lebih pendek di banding kapak Sumatera,
sehingga dinamai kapak pendek.
Batu pipisan
Lukisan
Berburu dan meramu tingkat lanjut merupakan kelanjutan dari masa berburu dan
meramu tingkat awal atau sederhana.
a. Cara memperoleh makanan masih bersifat food gathering masih sangat bergantung
pada alam, yaitu iklim, cuaca, kesuburan tanah, dan kondisi bintang.
c. Selain berburu hewan di dekat, mereka juga makan hewan-hewan laut, misalnya
kerang yang kulitnya dibuang menjadi sampah bukit kerang (kjokkenmoddinger).
e. Masa ini belum mengenal perdagangan barter, yaitu tukar-menukar barang, karena
makanan yang mereka peroleh hanya sekadar untuk mempertahankan hidup.
a. Manusia pada masa ini sudah mulai hidup semisedenter, yaitu kadang menetap di
gua-gua alam dan berpindah lagi mencari gua lain yang di sekitarnya banyak tersedia
bahan makanan.
c. Munculnya gua-gua alam yang dinamakan abris sous roche yang merupakan tempat
tinggal sementara.
4. Hasil Kebudayaan Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, masyarakat
praaksara sudah menghasilkan berbagai budaya meskipun belum berkembang pesat.
Salah satu hasil budaya pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut adalah
digunakannya peralatan dari batu yang disebut chooper (kapak perimbas/pebble/kapak
sumatra), chooping tool (kapak penetak), anak panah, dan alat dari tulang atau tanduk
rusa (bone culture). Selain itu, ditemukan beberapa kesenian berupa lukisan-lukisan.
Berikut beberapa bentuk lukisan tersebut.
a. Lukisan pada kapak berupa garis sejajar dan lukisan mata. Makna lukisan tersebut
belum diketahui secara pasti.
b. Lukisan di dinding-dinding gua, seperti yang terdapat di Gua Leang-Leang,
Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut berupa gambar babi hutan sedang berlari. Di Gua
Leang-Leang juga ditemukan lukisan cap tangan berwarna merah. Heekeren
mengatakan bahwa gambar tersebut dimungkinkan telah berumur lebih dari 4.000
tahun, atau pada zaman peralihan dari Mesolitikum ke Neolitikum. Alat-alat
kebudayaan Teknik pembuatan alat pada masa ini melanjutkan tekik pembuatan pada
masa sebelumnya. Namu dalah hal bentuk yang lebih maju dalam berbagai corak
untuk beragam kegunaan.Ada beberapa jenis alat baru dan modifikasi alat yang di
gunakan pada masa sebelumnya.Pada masa berburu dan mengumpulkan tingkat lanjut
ini . di antaranya : A.serpih billah Serpih bilah merupakan batu yang terlepas dari batu
induknya dalam bentuk pecahan yang lebih kecil. Pecahan tersebut di modifikasi
sesuai dengan kegunaan dengan cara di asah alat inilah yang di sebut serpi billah. Di
indonesia serpih bilah di temukan di gua-gua daerah sulawesi selatan. gambar: alat
serpih B.kapak Genggam Kapak genggam merupakan alat yang di gunakan untuk
memukul hewan buruan,Alat ini aslinya berasal dari hoabin (daerah di vietnam)
Kemudian di bawa oleh iigrasi masarakat dataran asia ke daerah sumatra dan jawa.
Hal ini di asumsikan berdasarkan temuan arkeologi yang terdapat di sumatra dan
jawa.
KESIMPULAN
Di masa ini, manusia diyakini sudah mulai hidup menetap. Bukti yang
mendukung hal tersebut adalah dengan ditemukannya Kjokkenmoddinger (sampah
sisa-sisa makanan seperti kulit kerang) dan juga Abris sous Roche (cerukan atau gua
yang digunakan manusia purba sebagai tempat tinggal).
Sumber:http://www.artikelsiana.com/2014/09/kehidupan-masyarakat-prasejarah.html
http://www.sridianti.com/kehidupan-masyarakat-berburu-dan-meramu.html
http://blogzulkifly.blogspot.co.id/2013/08/masa-berburu-dan-mengumpulkan-
makanan.html http://ipspa.blogspot.co.id/2015/05/masa-berburu-dan-meramu-
tingkat-lanjut. Buku LKS Sejarah kelas X