Anda di halaman 1dari 11

Critical Review: Metodologi Ilmu Politik

Identitas Reviewer
1. Nama : Septiadi
2. NIM : 201186918017
3. Alamat : Jl. Remaja. Rt.06/01 No.11. Mampang, Pancoran Mas, Depok
4. Jurusan : S2 Ilmu Politik / Kelas C Regular.
5. Matakuliah : Metodologi Penelitian
6. Dosen : DR. Asran Jalal
Data/Identitas Buku
1. Nama Penulis : Ichlasul Amal dan Budi Winarno
2. Judul Buku : Metodologi Ilmu Politik
Bagian yang direview : Bagian V & VI: Teori dan Model dalam
Ilmu Politik & Jenis-Jenis Teori Pendekatan Dalam Ilmu
Politik
3. Penerbit : PAU Studi Sosial, Universitas Gajah Mada
Tinjauan

Pada Bab V membahas teori dan Model dalam Ilmu politik. suatu hal yang menarik

bagi ilmuwan politik yakni pembuata model dan pembentukan teori. Sangat penting dalam

membedakan metodologik antara teori dan model karena selama teori dan model dipakai oleh

ilmuwan politik, maka teori dan model memiliki tujuan berbeda dan kegagalan untuk

menyadari perbedaan dapat menimbulkan kebingungan bahkan kekecewaan. Perbedaan

antara teori dan model bukanlah hal mutlak.

Berikut perbedaanya. Pertama, teori politik dipertimbangkan telah sama dengan

kegiatan yang terhormat, disebut dengan filsafat politik. Kedua, perbedaan yang

menyesatkan, seringkali dibuat ataran teori dan praktek. Ada ungkapan “ bagus dalam teori,

tapi prakteknya tidak akan jalan”. Hal ini dimaksud bahwa teori atau pemikiran teoritik tidak

benar atau realistik.

Arnold Brecht menjelaskan hubungan antara praktek dan teori ditunjukkan dengan

baik dalam perkataan yang populer bahwa kita belajar dari mencoba-coba (trial and error).
Trial merupakan praktek, kesalah (error) menunjukkan teori. Jika teori menemukan

kegagalan dalam praktek maka kesalahan perlu diperbaiki. Teori membantu dalam

menjelaskan dan meramalkan fenomena politik, oleh karea itu menentapkan keputusan-

keputusan praktis sebuah keniscayaan.

Teori tidak harus salah, karena penafsiran sebeanyra teori merupakan sebuah hipotesa

terperinci, kumpulan dugaan yang harus diuji. Sehingga teoritik harus hipotetik yang benar.

Quentin Gibson menjelaskan teori sebagai seperangkat atau sistem-sistem pernyataan yang

saling berhubungan secara logik dalam berbagai cara yang kompleks. Nelson Polsby

menjelaskan, sebuah teori ilmiah merupakan kerangkan kerja generalisasi-generalisasi secara

deduktif yang berasal dari penjelasan atau prediksi terhadap tipe-tipe tertentu dari peristiwa-

peristiwa yang diketahui.

Teori politik sebagai kumpulan generalisasi-generalisasi empirik tentang sebuah

bidang tertentu merupakan bidang yang populer oleh banyak ilmuwan politik. ide teori politik

merupakan sebuah versi yang sederha tentang penafisran teori yang diterima secara umum.

Teori ilmiah memiliki dua ciri, yaitu ciri struktural dan ciri substansif. Ciri struktural

menujukkan hubungan antara konsep-konsep. Sedangan ciri substansif menunjukkan pada is

empiriknya. Carl Campble menjelaskan teori ilmiah terdiri atas sebuah sistem yang

dikembangkan secara deduktif yang tidak dapat ditafsirkan dan sebuah penafsiran empirik

pada istilah dan kalimat pernafsiran.

Suatu cara mengevaluasi teori dengan menentukan bagaimana teori dapat berfungsi

dengan baik dan apa yang diharapkan dari teori itu. Intinya teori adalah penjelasan dari fakta-

fakta tunggal dan kejadian-kejadian generalisasi empirik. Teori dapat menjelaskan

generalisasi-generalisasi empirik karena teori lebih bersifat umum, inklusif daripada


generalisa empirik. Teori tidak dinyatakan benar atau tidak benar, melainkan menjelaskan

hukum-hukum empirik.

Ilmuwan menggunakan teori-teori untuk mengorganisasikan, mensistematikan, dan

mengkoordinasikan pengetahuan yang ada dalam bidang atau lapangan tertentu. Teori-toeri

menjelaskan dan mengorganisasikan pengetahuan yang ada. Teori-teori menyarankan

pengetahuan dengan membentuk hiptesa-hipotesa. Tanpa memiliki teori ilmiah yang masuk

akal, ilmuwan politik akan efektif dalam pembentukan teori.

Isomorphisme merupakan istilah sederhana yang menunjukkan kepada kesama antara

sesuatu dan sesuatu lain (model). Isomorphisme membutuhkan adanya persesuaian antara

unsur-unsur dari model dan hubungan antar model. Jika unsur-unsur dari sebuah teori sesuai

dengan unsur-unusr dari teori yang lain dan hubungan-hubungan yang diperlukan tetap ada

maka dinamakan sebuah model dari jenis lain. May Brodbeck menjelaskan suatu teori yang

belum diuji atau tidak dapat diuji dapat diberi model. Model dapat menunjukkan teori-teori

yang diringkaskan. Teori-teori idela dinamakan model. Bila angka-angka dapat dilekatkan

pada konsep dari teori. Maka teori itu menjdi model. Modeltidak sama dengan teori karena

model tidak menjelaskan perwakilan aritmetik atau teori yang diidealkan dalam pengertian

umum yang digambarkan.

Teori merupakan isomorpik, karena ilmuwan politik mencoba menghubungkan

hukum-hukum tentang perilaku pemberian suara. L.S. Shapley dan Martin Shubik membuat

teori kekuasaan modal partai politik. Anthony Dawns, dalam modelnya ukan merupakan

usaha untuk menggambarkan realitas secara akurat. Dawns mengatakan model mengusulkan

hipotesa tunggal untuk menjelaskan pembuatan keputusan pemerintah dan perilaku partai

politik secara umum.


Teori-teori yang masuk akal secara empirik menunjukkan pengalaman, sehingga teori

itu dapat menjelaskan pengalaman. Sebuah model matematik merupakan isomopik yang

benar dengan fenomena politik,maka model ini memiliki keterangan empirik dan dapat

menjelaskan. Jika model adalah penafsira realitas sederhana. Model didasari pada teori

formal seperti game theory, peneliti memiliki hubungan yang dapat diuji. Model politik

didasarkan pada sebuah struktur atau teori dalam bidang lain. Model merupakan isopropik

yang muncul. Model dalam ilmu politik bersifat menganjurkan, karena model merupakan

perwakilan.

Donald Scon mengatakan teori-teori masuk dalam satu dari dua kategori; teori

membaut proses secara misterius dan dapat menjelaskan secara instrinsik atau teori

memandang sesuatu yang baru secara ilusif dan memerlukan penjelasan. Kenneth Soniliding

telah menyelidik beberapa model konflik sosial. Ia menamakan dua dari model-modelnya

sebagai ekologik dan epidemielogik.

William C. Mitchell mengatakan memperkenalkan skema konseptual “struktural-

fungsional” adalah sebuah skema atau kerangka kerja konseptual yang penting dalam

penyelidikan ilmiah, karena semua kerangkan kerja konseptual memberikan konsep dasar,

asumsi, dan penafsira fakta-fakta.

Sebuah alat heuristik adalah pemahaman empirik (Verstehen). Verstehen

mengusulkan kemungkinan hubungan spekulasi. Tehnik ilmiah menunjukkan kepada

ilmuwan politik bahwa hasil politik tertentu secara logik memungkin dan secara potensial

merupakan ekspalanda. Analisa-analisa bertujuan menarik perbedaan antara teori-teori yang

dapat menjelaskan model-model heuristik, suatu perbedaan yang didasarkan pada perbedaan

antara pembenaran ilmiah dan penemuan.


Di Bab VI membahasa Jenis-Jenis Teori dan Pendekatan dalam Ilmu Politik. ada tiga

cabang pemikiran politik,yaitu teori normatif, behavior, dan struktur.Teori Normatif pada

dasarnya cenderung memusatkan perhatian mereka pada tujua-tujuan masyarakat. Mereka

tidak hanya tertarik menemukan paket tujuan untuk diri mereka. Mereka juga ingin

memengaruhi orang lain. Karena itu, mereka harus membuat suatu contoh yang

menyakinkan.

Para pemikir normatif memulai penyelidikanya agar dapat menyelidiki nilai-nilai

moral dari politik. maksudnya fakta-fakta yang digunakan teoritikus normatif untuk

berpendapat dan memerlukan fakta-fakta lain. Teoritisi normatif memilih diantara fakat-fakta

untuk menenkankan kebebasan dari pada persamaan. Ia cenderung membicarakan tanggung

jawab atau keadilan. Tugas utama pemikir normatif adalah mengorganisasi dan menyusun

nilai-nilai. Mereka mengembangkan hirarki tujuan atau mengembangkan suatu prinsip umum

baru untuk mengorganisasikan bermacam-macam tujuan.

Ada tiga unsur berbeda dalam pendekatan pemikir normatif; pertama, unsur pribadi

(personal) yang murni. Kedua, dalam pendekata normatif adalah peranan pengalaman.

Pemikir politik dikelilingi oleh peristiwa-peristiwa politik. para ilmuwan politik sangat

dipengaruhi oleh pengetahuan tradisi inteletual dalam studi nilai-nilai. Ada kemungkinan

ilmuwan politik tidak memiliki ketetapan hati, keberanian atau kenaifan untuk dapat

merekonstruksikan prinsip-prinsip bagaimana umat manusia harus mendasarkan tindakan-

tindakan politiknya. Faktor emosi dan empirik lebih berpengaruh dalam menentukan garis

yang diambil oleh para pemikir politik. setiap pemikir politik memiliki rasa tersentuh oleh

kebebasan.

Sumber-sumber intelektual dari teori normatif kadang kabur dan membingungkan.

Sumber tersebut meliputi berbagai pengalaman dari pemikir individu yang berjuang dengan
realitas yang semuanya tidak dapat direduksinya dalam beberapa kotegori. Sumber dari teori

normatif tidak membingungkan sehingga tidak menimbulkan skeptisisme. Para pemikir

normatif menginginkan keyakinan masyarakat untuk bergerak dalam arah yang mereka

anggap benar. Karenanya, mereka berusaha menggabungkan tiga cara berbeda,yaitu;

Pertama, mereka mengembangkan tingkah laku mereka menjadi prinsip-prinsip yang dipilih

dan menghilangkan kontradiksi antar nilai-nilai. Kedua, mereka harus menilai mayarakat.

Ketiga, mereka harus memperhitugkan potensi umat manusia untuk menjalankan prinsip-

prinsip mereka yang tidak dijalankan.

Langkah pertama dalam proses pengembangan teori normatif meliputi menjelaskan

bermacam-macam nilai. Para pemikir normatif tifak mendekati masalah dengan cara sambil

lalu. Mereka tidak mengharapkan dengan menimbang keuntungan dan kerugian dari dua

tujuan agar dapat menggunakan gabugan yang mamasukkan sifat-sifat netral terhadap tujuan,

prinsip, nilai dan tujuan.

Aspek kedua proses pemikiran politik analitik adalah mengevaluasi masyarakat

sekaran dalam hal sistem prinsip-prinsip. Evaluasi mencakup penggabungan gambaran dan

perimbangan nilai yang memberikan ciri semua pemikiran politik. proses abstraksi dan

realitas yang dipakai teoritikus normatif. Evaluasi tentang masyarakat terletak pada

pembicaraan prinsip. Analisa konsep dan hubungan berbeda secara logik dari evaluasi tentag

masyarakat, namun analisa seperti itu bersifat parasit terhadap hasil kerja teori normatif.

Teoritikus normatif mengambil gambaran atau analogi yang memiliki sifat puitik

yang tinggi, namuntidak mendukung analisa. Ilmuwan politik empirik menggeneralisasikan

dalam menganalisa masyarakat. Setelah mengevaluasi masyarakat, teoritis normatif

berkesimpulan masyarakat adalah baik atau cukup tidak berkaita dengan potensinya.

Ilmuwan politik menemukan proses yang menimbulkan penelitian kedalam masalah,


peneltian didasarkan pada perbedaan antara manusia dan masyarakat yang tidak dapat diuji

secara empirik. Tidak mengherankan, para teoritis normatif diarahkan untuk menyelidik sifat

biadab mulai atau adab emas.

Deskripsi dan evaluasi masyarakat meminjam dari sejarah empirisme dalam analisa

politik. penyelidikan potensi manusi seringkali menyangkut sejumlah hukum-hukum tentang

sifat manusia. Hal ini dianggap tanpa pengakuan secara sadar sehingga hukum tidak terbukti

dan sangat sulit dibuktikan. Ilmuwan politik mencoba menunjukkan apakan nilai-nilai

tertentu dapat diimplementasikan dan dengan cara apa. Hal ini memang sulit dan tidak ada

penghargaan. Berbeda dengan kesenangan aestetik yang dimiliki ilmuwan lain.

Perlunya menyelidiki beberapa sifat teori normatif dalam hal dasr pemikiran penulis-

penulisnya dalam hal pengaruh mereka terhadap penerima, yaitu kita semua.cara paling baik

untuk memulaiya adalah dengan melihat sifat-sifat dari kebanyakan model yang lengkap dan

dianggap memberikan gambaran lengkap tentang masyarakat. Teeroritis normatif tak hanya

membuat utopia. Pembuatan utopia digolongkan secara sadar atau tidak sadar, langsung atua

tidak langsung dalam berbagai analisis ilmu politik.

Kelompok pragrmatis nampaknya mendekati pandangan campuran normatif dan

desktiptif dan bertentangan dengan pembuatan utopia. Teoritis normatif yang menentang

pembanguan utopia pada dasarnya berpandangan menolan gagasa ada masyrakat baik yang

jauh. Sama halya megatakan masyarakat baik atau masyarakat paling baik dapat ditemukan

atau diorganisas. Suatu prinsip tidak mengenyampingkan semua keadaan.

Setiap oran memiliki pandangan dan ideologi, sehingga terjadi interaksi antara teori

normatif dan hasil karya empirik. Ideologi merupakan sekumpulan tingkah laku yang saling

berhubungan yang menunjukkan pendekatan spesifik terhadap masalah dalam masyarakat.

Ideologi luas digunakan, bahkan di luar ilmu politik dan politik profesional. Tidak
sempurnanya ideologi, bidang-bidang ideologi tetap penting karena sumbangannya terhadap

pemahaman politik secara umum dan terhadap prediksi perilaku seseorang. Ideologi bergitu

pentig karena menggabungkan teori normatif dengan gambaran duia empirik. Teori normatif

menjangkau banyak tingkatan dari utopia yang praktis, sampai pada digunakan seseorang

dalam memilih kebijakan.

Teori politik normatif bukan superstruktur analisis politik karena secara konstan

mengembalikan kepada kehidupan praktis. Teori politik normatif tidak memberikan harapan

secara tepat karena membutuhkan landasan yang realistis. Para teoritis normatif terpecah

karena ideologi-ideologi dan tipe pendekatan intelektual mereka terhadap masalah

masyarakat yang baik.

Studi perilaku pada awalnya sangat spesifik karena studi itu berhubugan dengan

tindakan-tindakan dari perdana menteri atau kabinet dengan munculnya para pemimpin partai

dan dengan anatomi fenomena besar. Teori perilaku telah berkembang lebih lanjut dengan

melakukan studi-studi proses politik. Di bawah pengaruh ilmuwan ekonomi, para teoritikus

politik analitis telah mencoba menemukan prinsip dan hukum yang menjelaskan perkembang

politik dalam setiap tipe situasi dan bentuk lingkungan.

Studi perilaku pada umumnya akan membantu mendekatkan studi struktur dengan

studi tentang perilaku. Perbedaan antara seorang sejarahwan politik yang mempelajari suau

peristiwa dan seorang teoritis perilaku yang berharap menemukan hukum kegiatan politik.

kegiatan politik merupakan persoalan tingkat da pengakuan yang sadar terhadap kebutuhan

untuk membatasi elemen-elemen dari kehidupan politik.

Waktu merupakan faktor yang bergerak, keputusan adalah hasil akhir, tetapi tindakan

atau tindakan yang timbul dihasilkan oleh orang. Tidak ada peristiwa politik yang terjadi

dalam pengertian fisik yang murni, politik menunjuk tindakan orang. Untuk menentukan
siapakah para aktor adalah tidak cukup. Kita harus megatakan mengapa berbagai faktor

sampai pada keputusan tertentu.

Untuk mengatakan bahwa aktor-aktor berperan dalam penentuan keputusan. Hal ini

menyatakan kebutuhan akan teori hubungan antar perseorangan. Mereka yang berpikir politik

dapat menjelaskan keseluruhan politik dengan menghubungkan setiap tindakan individu

dengan kekuatan yang lebih luas dan akhirnya menolak eksistensi politik. sebelum

menyelidiki usaha-usaha yang dilakukan untuk menjelaskan cara yang dipergunakan aktor

dalam berinteraksi, maka harus meneliti karateristik waktu dan keputusan-keputusan. Waktu

adalah dimensi terjadinya proses politik. waktu memungkinkan untuk menyusun peristiwa

secara berurutan. Waktu adalah subjektif, lebih dari sekadar sifat antar personal.

Untuk mengetahui keputusan mengikuti tindakan dan reaksi selama waktu tertetu,

maka timbul masalah, yaitu. Tidak ada cara dalam menjelaskan keputusan dari sekumpulan

tindakan sebelumnya,karena keputusan merupakan urutan yang berbeda. ada cara untuk

menjelaskan mengagap suatu keputusan diambil dalam saat tertentu,akan ada suatu pilihan

tentang masalah tersebut. Cara yang lain, yakni penjelasan psikologi melalui ketegangan

yang meningkat yang timbul dari serangkaian aksi dan reaksi.

Keputusan dalam analisis tentang ganjaran dalam suatu persaingan, tak hanya penting

karena keputusan merupakan benda-benda politik yang menyebabkan para pemikir politik

harus kembali menganalisi rantai peristiwa-peristiswa yang mendahului keputusan. Orang

tidak dapat mengisolasi suatu keputusan dan mempelajari aktor-aktornya secara bebas dari

keputusan lain dalam seluruh rantai. Ilmuwan politik menghadapi permasalahan pada waktu

mereka mendeskripsian suatu peristiwa atau menganalisas elemen-elemen kehidupan politik.

Analisa kondisi-kondisi untuk pemelihraan sistem politik merupakan bagian yang

penting dari teori struktur. Teori struktur masih dalam tahap permulaan. Beberapa ilmuwan
mengatakan bahwa telah lama sehingga tidak mungkin untuk memperbaiki secaa dramatis

dalam waktu beberapa tahun mendatang. Sekalipun teori struktur dimanapun belum

memberikan sumbangan pada pemahaman kondisi perubahan. Ia membantu dengan

menentukan perubahan yang terjadi tanpa perubahan-perubahan yang membutuhkan

penggantian konfigurasi struktur jika perubahan dilakukan. Struktur hanya merupakan sarana

untuk mengenalkan norma-norma baru atau mempertahankan norma lama. Struktur juga

dipertahankan oleh norma-norma dengan alasan kemerosotan sistem-sistem.

Tanggapan dan kesimpulan.

Teori (Mas'oed, 1990) merupakan bentuk penjelasan paling umum yang memberitahu

mengapa suau terjadi dan kapan sesuatu bisa diduga akan terjadi. Teori selain dipakai untuk

eksplanasi, teori juga bbisa menjadi dasar bagi prediksi. Ilmuwan menggunakan konsep

untuk mengorganisasi dan mengidentifikasi fenomena yang menarik perhatian. Teori

menggabungkan serangkaian konsep menjadi suatu penjelasan yang menunjukkan bagaimana

konsepitu secaa logis salingberhubungan.

Dalam keseharian timbul perbedaan pengertian mengenai teori bahkan terdapat

kerancuan. Antara lain, pertama, dalam ilmu politik terdapat kekacauan pengertian antara

teori politk dengan filsasfat politik. kedua, kita dibingungkan oleh perbedaan tentang teori

dan praktek. Ketiga, ada kecenderungan untuk menyamakan teori dengan dugaan. Seperti apa

tingkat kerancuan itu?

Dalam ilmu politik terdapat bidang studi,yaitu teori politik. Studi ini bersifat normatif.

Seringkali kita mendengar orang mengatakan “ teoritis memang begitu, tapi bagaimana

prakteknya?” seolah teori tidak realistis. Teori yang baik berbasis pada pengembangan

pengetahuan yang layak dan dipercaya dan berdasarkan empirik. Kita juga sering mendengat

orang berkata:” menurut teori saya, penjahatnya si Anu.” Hal ini sebenarnya dugaan bagi
pelaku kejahatan. Dalam percakapan sehari-hari memang banyak yang menggunakan kata

“teori”, padahal sebenarnya dugaan.

McCain dan Segal mendefinisikan teori sebagai serangkaian statemen yang saling

berkaitan yang terdiri dari kalimat-kalimat yang memperkenalkan istilah-istilah yang merujuk

pada konsep-konsep dasar teori itu. Kalimat-kalimat yang menghubungkan beberapa statem

teoritis itu dengan sekumpulan kemungkinan objek pengamatan empiri, yaitu hipotesa. Jadi

teori harus diuji dengan bukti-bukti yang sistematis.

Ukuran kebaikan suatu model adalah kemampuan menunjukan adanya isomorfi antara

model itu dengan fenomena yang diwakilinya. Menurut Isaak, model dalam pengertian

isomordi yaitu memuat kemiripan antara dua hal, kecuali game theory, hampir tidak ada

dalam ilmu politik. Pada umumnya, model dalam ilmu politik adalah setiap teori yang belum

diuji atau tidak bisa diuji. Teori abstrak seperti perilaku manusia. Teori menggunakan sesuatu

yang ideal. Teori konsepnya diwakili oleh angka-angka. Semua itu disebut model oleh

ilmuwan politik.

Ada beberapa penilaian model. Pertama, kemampuan untuk menata dan

menyederhanakan fenomena. Kedua, kemampuan mengidentifikasi segi-segi yang penting

dari fenomena. Ketiga, model sebaiknya cocok dengan kenyataan. Keempat, model harus

bisa mengarahkan perumusan hipotesa.

Daftar Pustaka:

Amal, Ichlasul dan Budi Winarno, Metodologi Ilmu Politik, PAU Studi Sosial, Universitas
Gajah Mada
Mas’oed, Mohtar, Ilmu Hubugan Internasional Disiplin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta,

1990

Anda mungkin juga menyukai