Anda di halaman 1dari 4

Nama : Mar’atus Solikah

NIM : 190910302093

PERBEDAAN PENDEKATAN TRADISIONAL, PENDEKATAN BEHAVIORAL, dan

PENDEKATAN POST BEHAVIORAL

Dalam epistemologi (cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang objek tertentu)

ilmu politik terdapat konsep pendekatan, pendekatan merupakan bagaimana cara seseorang

melihat suatu permasalahan dalam dunia politik. Ilmu politik telah mengenal beberapa

pendekatan, antara lain pendekatan tradisional, pendekatan behavioral, dan pendekatan post-

behavioral. Dengan adanya ketiga pendekatan-pendekatan ini, ilmu politik telah banyak

mengalami perkembangan yang pesat.

Pendekatan tradisional, sering disebut juga pendekatan institusional atau legal-

institusional. Pendekatan ini berkembang pada abad 19, sebelum perang dunia 2. Pembahasan

dalam pendekatan ini menyangkut, misalnya : sifat-sifat dari undang-undang dasar, masalah

kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan lembaga kenegaraan formal serta yuridis dari lembaga-

lembaga kenegaraan seperti badan yudikatif, badan eksekutif, dan lain sebagainya. Negara

menjadi fokus kajian utama dengan menonjolkan segi konstitusional dan yuridis, oleh karena itu

pendekatan tradisional ini disebut sebagai pendekatan institusional atau legal-institusional.

Para ahli politik seperti Plato, Montesquieu, Jean Jacques serta John stuart mill

menggunakan pendekatan tradisional ini dalam mendekati berbagai permasalahan politik yang

ada pada saat itu. Pendekatan ini lebih bersifat statis (diam) dan deskriptif dibandingkan analitis,

serta bersifat normatif dengan mengasumsikan norma-norma demokrasi barat. Jika ingin

mempelajari ilmu politik dengan menggunakan pendekatan tradisional ini, maka yang dibahas
mengenai wewenang konstitusional yang terdapat dalam naskah undang-undang resmi. Karena

mengacu pada undang-undang dan ulasan sejarah, maka pendekatan ini tidak bersifat analitis.

Pendekatan tradisional ini kurang memuaskan, sehingga muncul berbagai kekecewaan

akibat pendekatan ini, seperti :

 Metode yang digunakan sangat terbelakang karena pembahasannya kurang analitis.

 Membahas stuktur lembaga Negara dan tidak membahas proses yang detail.

 Antara fakta dan norma kurang mampu dijelaskan.

 Tidak membahas perilaku individu.

Pendekatan behavioral atau pendekatan perilaku muncul karena ketidakpuasan pada

pendekatan sebelumnya. Pendekatan behavioralis ini mencoba memisahkan antara fakta yang

terjadi dengan nilai dalam menganalisis permasalahan dunia politik. Salah satu pemikiran pokok

dari pelopor-pelopor pendekatan perilaku (behavioralis) bahwa tidak ada gunanya membahas

lembaga-lembaga formal karena bahasan itu tidak banyak memberi informasi mengenai proses

politik yang sebenarnya terjadi. Akan lebih bermanfaat apabila mempelajari manusia itu sendiri

(kelompok elit, organisasi masyarakat, dll) serta perilaku dalam berpolitiknya, sebagai gejala

yang realita serta benar-benar dapat diamati.

Dengan adanya pendekatan perilaku ini, perkembangan ilmu politik semakin pesat. Para

sarjana tidak hanya mempelajari lembaga-lembaga Negara saja tetapi juga mempelajari perilaku

para politikus pada saat itu seperti perilaku presiden kepada parlemen dibawahnya, bagaimana

mereka melaksanakan tugasnya, dan lain sebagainya.

Pada pendekatan behavioralis ini juga belum sepenuhnya memuaskan, ada beberapa

kekecewaan dari pendekatan ini, seperti :


 Mementingkan pembangunan teori saja, tanpa mengindahkan kebutuhan aksi dan

relevansi.

 Dianggap terlalu menyederhanakan kesimpulan.

 Norma politik ditinggalkan oleh penganut perilaku.

Pendekatan post-behavioral atau neo kalsik ini mencoba menganalisis gejala politik

secara lebih komprehensif (luas dan lengkap) dengan memperhatikan karakteristik wilayah serta

kepentingan apa yang sesungguhnya melandasi sebuah tindakan politik. Pendekatan ini bersifat

deskriptif dengan dilengkapi analisis oleh pelakunya. Pada pendekatan ini, nilai-nilai dan norma

ditempatkan kembali pada tempatnya yang terhormat.

Pada dasarnya pendekatan ini merupakan “kesinambungan” sekaligus “koreksi” dari

pendekatan perilaku. Lahirnya sebuah istilah Post-Behavioral dalam rangka membentuk sebuah

paradigma baru terhadap fenomena yang sudah tidak relevan lagi apabila dikaji dengan

pendekatan behavioral. Karena kalangan post-behavioral memiliki penekanan terhadap dua nilai

yang menjadi landasan berfikir mereka, yaitu relevansi dan tidakan. Artinya ada dugaan bahwa

ilmu politik telah didefenisikan terlalu sempit dan relative diidentifikasikan terhadap tatanan

yang sudah mapan. Seharusnya para ilmuan politik tidak hanya mengurai teori yang ideal dalam

struktur masyarakat tetapi juga ikut andil dalam praktek di lapangan untuk membangun system

yang mapan.

Kesimpulan :

Pendekatan Tradisional Pendekatan Behavioral Pendekatan Post-Behavioral

Lembaga Negara (structural) Individu dan kelompok non Gejala serta masalah politik
formal
Mengacu pada undang-undang Mengacu pada perilaku dalam Mengacu pada gejala sosial
berpolitik
Sebelum perang dunia 2 Pasca perang dunia 2 Sekitar tahun 1960an

Plato, Montesquieu, Jean David Easton, Gabriel A. Andre Gunder Frank


Jacques serta John Stuart Mill Almond
Statis, deskriptif, dan normatif Analitis, sistematis, hipotesis, Komprehensif, konservatif,
dan empirik (berdasarkan
dan deskriptif
pengalaman)
Kualitatif Kuantitatif Kualitatif dan kuantitatif

Anda mungkin juga menyukai