Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fayza Putri Saliha

Kelas/Jurusan : C-3/Hubungan Internasional


No. presensi : 19
NIM : 215120401111031

Definisi dan Sejarah Kebijakan Luar Negeri


Explanandum: Yang Akan Dijelaskan dalam FPA
Explanandum FPA yang harus dipahami adalah keputusan (action, inaction and
indecision) yang dibuat oleh manusia pembuat kebijakan yang mengetahui konsekuensi
entitas luar negara. Keputusan ini biasanya untuk menargetkan dan mempengaruhi entitas
eksternal bahkan aktor domestik, tetapi kadang keputusan yang menargetkan domestik
memiliki konsekuensi bagi entitas eksternal. FPA berfokus pada proses pengambilan
keputusan, mulai dari pengenalan masalah, framing, persepsi, prioritas tujuan, perencanaan
dan pertimbangan opsi yang dilaksanakan oleh seseorang dengan otoritas atau yang tidak.
Keputusan juga dianalisis dengan aksi yang dilakukan, keputusan belum tentu menghasilkan
aksi, jika ada aksi mungkin tidak diungkapkan, isu implmentasi kerap mempengaruhi aksi
keputusan sehingga arah aksi dapat berbeda dengan keputusan awal.

Exsplanans: Yang Akan Memberikan Penjelasan dalam FPA


FPA menggunakan tingkat analisis multi-level yang multifaktoral dari yang mikro hingga
makro dalam memandang proses pengambilan keputusan. Sehingga FPA multi- /
interdisipliner karena mengintegrasikan banyak ilmu lain, seperti, psikologi, sosiologi,
antropologi, ekonomi, dsb. FPA berfokus pada agen, yaitu manusia, negara bukan agen
karena bersifat abstrak. FPA menganggap semua sumber keputusan dan perubahan di politik
internasional sebagai seorang manusia spesifik yang menggunakan agennya untuk bertindak
secara individu atau berkeloompok.

Peran FPA Bagi IR


FPA melengkapi ilmu IR dengan menambahkan faktor manusia sebagai persimpangan
teoritis utama. FPA mengidentifikasi titik persimpangan teoritis antar faktor material dan
ideasional. Keuntungan FPA pertama adalah kemampuan untuk mengintegrasikan teori di
berbagai level dengan meletakkan manusia di pusat matriks teoritis dan menghubungkan
dengan konstruksi sosial. Kedua, FPA menggabungkan konsep agensi pada teori IR yang
berfokus pada wawasan struktur seperti faktor negara, institusi, dan struktur sistem. Fokus
struktur ini adalah halangan besar bagi IR karena akan susah untuk menjelaskan perubahan
signifikan dan kreativitas. Ketiga, FPA fokus pada kontribusi manusia dalam menjelaskan
perilaku negara sehingga analisis dapat melampaui deskripsi atau postulasi hukum alam
seperti generalisasi perilaku negara. Keempat, FPA berperan sebagai jembatan yang
menghubungkan ilmu IR dan ilmu non-IR, seperti comparative politics dan public policy.
FPA Klasik (1954–1993)
Group Decisionmaking

 Small group dynamics. Irving Janis menunjukkan bahwa kualitas pengambilan


keputusan menurun karena motivasi untuk mempertahankan konsensus penerimaan
pribadi kelompok.
 Organizational process and bureaucratic politics. Birokrasi mengutamakan survival
yang diukur dengan pengaruh relatif vis-à-vis organisasi lain, anggaran, dan moral
personel. Serta mempertahankan “essence” dan “mission”

Comparative Foreign Policy


Event dalam foreign policy dipandang sebagai “who does what to whom, how” di dunia
internasional.

 Events Data. Kumpulan data event berisi jutaan kode dalam foreign policy “event.”
 Integrated Explanations. Proposisi teoritis terkadang menggunakan persamaan
statistik dan matematika yang dihubungkan pada variabel penjelasan terpadu
independen.

The Psychological and Societal Milieux of Foreign Policy Decisionmaking


Proses pemikiran pembuat keputusan dipengaruhi oleh berbagai variable seperti budaya,
sejarah, ekonomi, dan geografis.

 Individual Characteristics. Karakteristik individu akan sangat berpangruh dalam


pilihan keputusan terutama dalam tekanan
 National and Societal Characteristics. Mencakup psikologis dan milieus sosial,
serta persepsi peran nasional dipengaruhi oleh masyarakat.

FPA Self-Reflection tahun 1970s and 1980s


Tahun 1980 CPF mengalami pangkasan teoritis maupun metodologis. Studi decision
making melambat karena pertimbangan metodologi. Analisis grup yang berkualitas
memerlukan banyak informasi, tetapi karena keamanan banyak informasi tidak dapat
disediakan. Analisis FPA mempertanyakan kemungkinan studi kasus yang melebihi 20 tahun
menjadi relevan secara teoritis. Sarjana menjawab dengan proses pola birokrasi/dalam
kelompok dapat diisolasi dengan studi kasus historis. Maka dari itu prediksi atau
rekomendasi umum untuk ni pengambilan keputusan kebijakan asing dapat dilakukan. Dan
indikator inovatif level kelompok/birokrasi tertutup dapat dikembangkan. Sehingga
penjelasan dan prediksi dapat lebih spesifik. Kerja FPA di tingkat psikologis sebenarnya
diperluas, tetapi pekerjaan di level societal dikontrak penelitian kedepan. Mungkin salah satu
alasan bifurcation dalam genotipe ini metodologis.
Perubahan Generasi dalam Analisis Kebijakan Luar Negeri
Dalam upaya menganalisis kebijakan luar negeri, terjadi perpindahan generasi seiring
berjalannya waktu. Generasi kedua (Second Generation Scholarship) melangkapi
pembahasan yang belum dibahas oleh generasi pertama.

Generasi Pertama: "Kebijakan Luar Negeri Komparatif"


Generasi pertama menggunakan CFP atau Comparative Foreign Policy. Tujuan utama
analisis ini adalah untuk menjauh dari studi kasus nonkumulatif deskriptif dan menjelaskan
tentang faktr pendorong perilaku kebijakan luar negeri negara. CFP menggunakan teknik
ilmu sosial modern dan metode komparatif. Generasi pertama menggunakan teori dan
metodologi model kuantitatif positivis (ilmiah) dengan mengumpulkan “data” kebijakan luar
negeri negara.

Positivisme mendominasi politik internasional selama tahun 1950-an dan hingga 1960-an,
seiring dengan kemunculan FPA komparatif. Penelitian kuantitatif masih dilakukan hingga
akhir tahun 1970. Pada tahun 1980 sarjana FPA mulai mangadopsi berbagai teori dan
metodologi. Pengaruh positivisme pada studi kebijakan luar negeri semakin menurun seiring
lengsernya hegemoni positivisme dalam ilmu HI pada tahun 1970 dan 1980. Setelah perang
dunia II studi FPA dipengaruhi oleh perkembangan teoritis dan konseptual di bidang HI dan
politik komparatif.

Generasi Kedua: “Multi-level dan Kerangka Kerja Multi-variabel”


Banyak sarjana FPA mulai menyadari bahwa teori kebijakan asing sangat bergatung pada
konteks dan harus dibangun dengan analisis yang empiris, sedangkan mayoritas ilmuwan
FPA masih menggunakan metoda kuantitatif. Karena itu model pembelajaran ilmu sosial
bergesar dari “ilmu fisika kimia” menjadi “ilmu biologi” yang memerlukan

Sarjana generasi kedua menggunakan berbagai macam metodologi penelitian kuantitatif


dan kualitatif. Generasi ini menggunakan prespektif teori kritis dan metodologi. Sumber inti
metodologi paradigmatik diaanggap tidak lagi diperlukan. Generasi kedua
mempertimbangkan interaksi kompleks, dan faktor-faktor lain dalam menganalisis FPA.
Sumber domestik dan proses FPA generasi kedua mengambil dari ilmu dari komparativis dan
spesialis dalam bidang-bidang tertentu. Mereka juga memberi perhatian yang lebih sistematis
dan konsisten terhadap kasus non-Amerika. Sarjana generasi kedua sadar atas batasan
kontekstual dalam penelitian, sehingga mereka berusaha menghubungkan penelitian dengan
substansi utama dalam FPA.

Referensi:
Hudson, V. M., & Day, B. S. (2014). Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary
Theory. The Rowman & Littlefield Publishing Group, Inc.

Neack, Laura. (1995). Foreign Policy Analysis: Continuity and Change in Its second
generation. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersay

Anda mungkin juga menyukai