Anda di halaman 1dari 3

Nadhifa Khoirun Nisa

20512040111025
Kebijakan Luar Negeri/B
Review Week 2

Memahami Sejarah hingga Penyusunan Kebijakan Luar Negeri

Pada materi minggu ini, bahasan utamanya adalah mengenai pengenalan awal tentang
kebijakan luar negeri. Chapter 1 yang ditulis oleh Laura Neack memberikan beberapa insight
tentang apa itu kebijakan luar negeri serta beberapa penjelasan lainnya. Laura Neack memberi
salah satu studi kasus untuk menjelaskan topik tersebut dengan mengangkat kasus bagaimana
kebijakan Amerika Serikat terhadap China pada tahun 1989 semenjak terjadinya protes di
China yang melibatkan isu hak asasi manusia. Amerika Serikat membuat kebijakan yang
berbeda dalam kurun beberapa tahun karena terjadinya pergantian presiden yang tentunya
memiliki preferensi yang berbeda. Bush tetap mempertahankan kebijakan keterlibatan
konstruktif karena latar belakangnya sedangkan Clinton pada masa selanjutnya memiliki
kebijakan yang berbeda dengan Bush. Kebijakan Clinton memiliki keterkaitan dengan MFN
(Most-favored country) yang lebih merujuk ke arah perdagangan. Dengan contoh kasus
tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa kebijakan luar negeri memiliki arti sebagai sebuah
kebijakan yang mengatur bagaimana hubungan suatu negara dengan negara lain. Kebijakan ini
dibuat dalam lingkup domestik (dalam negeri) tetapi penerapannya ke arah eksternal (luar
negeri).

Dari contoh kasus tersebut terdapat beberapa fitur kebijakan luar negeri yang dapat
ditemukan. Fitur yang pertama adalah kebijakan luar negeri terjadi di persimpangan antara
lingkungan domestik dan internasional seperti yang telah digambarkan oleh Robert Putnam
mengenai Two-level Game. Fitur yang kedua adalah kasus tersebut mengilustrasikan bahwa
kebijakan luar negeri kebanyakan berupa hasil dari adanya politik yang melibatkan aktor
domestik dan grup serta aktor internasional. Fitur selanjutnya adalah dari studi kasus tersebut
menjelaskan bahwa bagaimana sulitnya menggambar garis yang jelas antara mana yang
permasalahan domestik dan mana yang permasalahan internasional. Garis tersebut masih abu-
abu dan banyak yang menyebutnya sebagai intermestic (international and domestic) untuk
mendefinisikan sebuah isu yang ambigu terletak di garis domestik atau internasional. Tidak
sedikit pimpinan negara yang menggunakan konteks intermestic sebagai alat promosi agenda
domestik melalui kebijakan luar negeri. Sebaliknya, aksi domestik juga dapat dijadikan sebagai
goal untuk mempromosikan kebijakan luar negeri.

Memasuki bahasan level of analysis, Laura Neack memulai dengan menjelaskan bahwa
kebijakan luar negeri membuat garis antara lingkup internasional dan domestik menjadi abu-
abu. Dalam menganalisis suatu kasus, penulis mengatakan bahwa akan lebih mudah
menggunakan level of analysis, terutama dalam pembelajaran di lingkup political science. Hal
tersebut disebabkan oleh setiap kasus memiliki beberapa aspek yang berbeda dan tidak dapat
dipukul rata dengan kssus yang lain. Oleh karena itu, perbedaan aspek tersebut dapat
mempersulit penganalisa. Dengan adanya level of analysis, penganalisa dapat memulai
analisanya dengan pertanyaan yang sederhana dan terus berlanjut hingga pertanyaan yang lebih
kompleks. Dalam penyusunan pertanyaan tersebut juga dipastikan akan timbul keingintahuan
yang mungkin akan menyebabkan analisa menjadi lebih rumit daripada yang dibayangkan.
Penulis juga menjelaskan apa itu teori di bagian terakhir chapter 1. Teori merupakan
sebuah penjelasan bagaimana sesuatu bisa terjadi atau bagaimana penganalisis berfikir sesuatu
bisa terjadi. Sedangkan a grand theory atau teori besar menjelaskan bagaimana sesuatu bisa
terjadi atau mungkin terjadi. Sebuah penjelasan dari insiden di masa lampau dapat menjadi
sangat menarik dan worth-it untuk diinvestigasi tetapi juga tidak selalu pasti dapat
memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Ini adalah masalah utama bagi scholar di
bidang political science. Ketidakpastian itu membuat para ahli menjadi bimbang. Sebagai
siswa di bidang political science, menganalisis suatu kasus dengan kritis dan perhatian serta
menggunakan teori yang telah ada merupakan sebuah kewajiban mengingat bidang political
science tidak mudah diprediksi kedepannya menggunakan penjelasan dari kasus sebelumnya.

Bahan referensi selanjutnya yang saya gunakan adalah tulisan Hudson mengenai review
dari analisis kebijakan luar negeri. Hudson menjelaskan di awal tulisannya bahwa biasanya
sebuah kebijakan memiliki target langsung ke entitas eksternal berupa sebuah pengaruh, begitu
juga sebaliknya. Keputusan dapat dimodifikasi seiring berjalannya waktu dan membutuhkan
banyak percobaan untuk sebuah keputusan itu sendiri. Langkah yang diperlukan untuk
membuat keputusan juga tidaklah sendiri, banyak pertimbangan sebelum sebuah pihak
memutuskan. Bagaimana nasib dari sebuah keputusan tidak selalu sama. Pertama, ada
keputusan yang tidak dilaksanakan sebagai sebuah aksi karena memang tidak untuk dilakukan
sebagai sebuah aksi atau ada keterbatasan konsesus dari anggota pembuat kebijakan. Kedua,
keputusan dapat dilaksanakan sebagai sebuah aksi tetapi berbeda dengan apa yang ditunjukkan,
dengan tujuan untuk menutupi keputusan yang sesungguhnya. Yang terakhir, implementasi
dari sebuah keputusan dapat mempengaruhi pelaksanaan keputusan yang lebih penting lainnya
sehingga menimbulkan kebingungan.

Beberapa studi membuktikan bahwa pembuatan keputusan dipengaruhi oleh ruang


dimana keputusan itu dibuat. Jika penelitian terkait FPA terlalu sulit untuk dilakukan, maka
dapat menggunakan teori alternatif tradisional. Penjelasan mengenai kebijakan luar negeri oleh
ahli FPA memang benar dipandang sebagai multi-factorial dan menggunakan banyak variabel
(multilevel). Sebagai hasilnya, banyak pertimbangan yang terlibat dan dapat digunakan dalam
pembuatan kebijakan atau keputusan seperit psikologi, sosiologi, organizational behavior,
antropologi, ekonomi dan sebagainya atau disebut sebagai multi-/interdisciplinarity dalam
FPA. Selanjutnya, FPA dikenal bersifat intregatif dan menekankan pada teori yang agent-
oriented. Negara bukanlah agen, melainkan hanya manusia yang dapat menjadi agen. FPA juga
menggunakan actor-spesicific dalam orientasinya.

Kontribusi utama FPA dalam studi hubungan internasional adalah FPA


mengidentifikasi poin dari interseksi teori di antara determinan dari sikap negara (materia dan
faktor ide). Human decisionmaker berperan sangat penting di sini. Jika tidak ada manusia,
maka tidak akan ada perubahan, kreatifitas, persuasi, dan akuntabilitas di dunia ini. Teori dari
Putnam, two-level game juga sekali lagi berperan dalam hal ini mengingat terdapat beberapa
level dalam pembuatan kebijakan. Pembelajaran dari fenomena seperi institusi, sistem,
dinamika grup, politik merupakan contoh dari teori yang telah dikembangkan di studi
hubungan internasional. Keuntungan yang selanjutnya adalah kemungkinan untuk
menggabungkan konsep agensi di hubungan internasional. Keuntungan ketiga ialah dapat
melampaui deskripsi dari hukum alami yang menyangkut sikap suatu negara ke penjelasan
yang lebih memuaskan. Social science sangatlah berbeda dengan physical science. Yang
dibutuhkan dalam social science adalah konsep agency-oriented seperti motivasi, emosi, dan
representasi masalah. Sedangkan keuntungan keempat dari penelitian FPA adalah adanya
jembatan yang secara natural menghubungkan ke bidang lain seperti politik komparatif dan
kebijakan publik.

Kritik dari FPA sangatlah sederhana, yaitu hanya manusia yang memiliki ide.
Selanjutnya, ada penjelasan mengenai mengapa negara tidak dapat menjadi sebuah agen
melainkan sebuah struktur, alasannya ialah tidak dapat menjelaskan identitas sosionational
hanya dengan fenomena system-level. Selain itu, tidak dapat menjelaskan formasi identitas
hanya dengan fenomena system-level juga dan tidak dapat menjelaskan adanya perubahan
identitas hanya dengan fenomena system-level.

Sejarah dari adanya FPA berawal mulai dari sejak adanya pemahaman mengapa
pemimpin negara harus memutuskan kebijakan. Tetapi FPA mulai tergabung dalam studi
hubungan internasional pada akhir 1950-an dan awal 1960-an. Pada tahun 1954-1993 (classic
FPA scholarship) terdapat beberapa jenis dari pembuat kebijakan. Yang pertama ialah
dinamika grup kecil (small group dynamics). Beberapa prosedur yang bersifat digunakan agak
lama berasal dari grup-grup kecil. Jenis yang selanjutnya adalah proses organisasi dan politik
birokratis (organizational process and bureaucratic politics). Periode ini melihat betapa
pentingnya agenda yang kuat untuk menguji pengaruh dari pembuatan kebijakan oleh proses
organisasi dan politik birokratis. Bahasan yang selanjutnya adalah comparative foreign policy
atau CFP. CFP merupakan golongan yang menerima tantangan James Rosenau untuk
membangun dan teori multilevel kebijakan luar negeri dan subjek teori itu untuk di uji secara
empiris agregat yang ketat. Dalam penelitian CFP, terdapat data event yang mulai digunakan
oleh pemerintah Amerika Serikat. Metode tersebut digambarkan secara umum dengan
pengumpulan koleksi melalui koran, kronologi dan sumber lain yang berakaitan dengan event
kebijakan dan akhirnya menggunakan pengolahan data dengan komputer. Metode selanjutnya
adalah integrated explanations yang kontras dengan tipe FPA sebelumnya.

Hudson selanjutnya menuliskan mengenai lingkungan sosial dan psikologi dari


pembuat kebijakan. Banyak yang mempengaruhi pembuat kebijakan luar negeri secara
psikologi dan sosial, seperti kepercayaan, sikap, nilai, pengalaman, emosi, style, ingatan dan
konsep nasional maupun mandiri. Selain itu, sejarah, budaya, geografi, ekonomi, institusi,
ideologi, dan demografi juga mengambil peran dalam hal ini. Karakter individual merupakan
aspek lanjutan dari bahasan ini. Kondisi psikis saat pembuatan juga akan memberi pengaruh
pada hasil akhir. Bagaimana konsep nasional dan sosial dari pembuatan kebijakan akan
memberi pembuat kebijakan bekerja melaksanakan tugasnya. Pada akhirnya, dapat
disimpulkan bahwa preferensi individu serta kondisi psikologi dapat memberi pengaruh dalam
pembuatan keputusan atau kebijakan luar negeri.

Pertanyaan: Selama ini, faktor apa yang sekiranya berperan paling dominan dalam
mempengaruhi pembuat kebijakan dalam melaksanakan tugasnya?

Anda mungkin juga menyukai