Anda di halaman 1dari 3

Nama: Joy Abrian Lombok

NIM: 372020078

Pada awal pembahasan ini saya akan menjabarkan beberapa materi dalam bab tersebut
yang saya pahami. Dalam masa modern ini terdapat banyak jenis ancaman baru seperti
seperti teroris dan ancaman ekonomi. Sehingga para pemimpin negara perlu membuat
keputusan yang tepat dalam menangani masalah-masalah tersebut tanpa merugikan negara
sendiri maupun negara tetangga. Namun kita belum mengenal baik negara tetangga kita yang
dimana hal tersebut bisa menjadi masalah tersendiri di zaman sekarang. Apakah mereka akan
melihat tindakan negara kita sebagai tindakan yang agresif atau tidak ?. Dalam bab 1 tersebut
kurang lebih dibahas secara mendalam dan mendetail tentang menganalisis kebijakan luar
negeri menggunakan pendekatan Behavorial Internasional Relation. Menganilisis kebijakan
luar negeri ini diperlukan untuk lebih mengenal apa yang dilakukan negara tetangga dan
bagaimana negara tetangga bisa menilai tindakan kita.

Seperti yang telah dikatakan tadi salah satu aktor utama dalam pembentukan kebijakan
luar negeri yaitu pemimpin negara. Seperti yang kita ketahui pemimpin negara merupakan
manusia seperti kita semua yang memiliki akal dan emosi. Dibagian awal bacaan ini,
disampaikan tentang bagaimana kita bisa menganalisis suatu pengambilan keputusan dengan
mengidentifikasi proses penting yang di dalamnya terdapat proses psikologis dan proses
sosial dalam dunia politik. Kita juga bisa melihat hubungan antara sistem kepercayaan politik
para pemimpin, keputusan kebijakan luar negeri negara, dan hasil internasional dari
kerjasama, konflik, dominasi, dan penyerahan dalam politik dunia. Semua hal eksternal
tersebut bisa memengaruhi unsur internal maupun sebaliknya.

Dalam pembuatan kebijakan luar negeri biasa 1 orang atau sekelompok kecil elite yang
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam hal tersebut. Perilaku dari individu-indvidu
tersebutlah yang perlu dilihat. Menganalisis perilaku jangka pendek skala kecil yang
menghasilkan pola kontinuitas dan perubahan dalam sistem politik yang lebih besar seperti
dalam kasus ini yaitu kebijakan luar negeri. Sehingga dalam buku ini dibahaslah tentang
“Behavioral IR” dalam konteks operational code research program dalam analisis kebijakan
luar negeri. Analisis kode operasional merupakan cara baru dalam pendekatan perilaku yang
berfokus menjelaskan keputusan kebijakan luar negeri dan konsekuensi dari tindakan tersebut
dengan merefrensikan 2 dunia politik yaitu peristiwa dunia eksternal atau luar yang lahir
karena keberadaan, kekuatan dan perilaku dari aktor lain dan kepercayaan dalam dunia
internal yang lahir karena kognitif, emosi, dan motivasi dari para pemimpin. Kedua dunia ini
bisa terhubung karena kode operasional atau sistem kepercayaan seorang pemimpin yang
mewakili dunia eksternal sebagai keyakinan filosofis tentang dunia politik dan menetapkan
strategi, taktik dan gerakan berdasarkan keyakinan instrumental. Yang saya pahami yaitu
pandangan pemimpin tercermin dalam bagaimana pemimpin tersebut memandang politik
berarti ideologi pemimpin itu sendiri lalu penetapan strategi, taktik dan gerakan berdasarkan
keyakinan pemimpin tersebut, misalnya keyakinan akan sesuatau yang dia yakini berbahaya.
Pendekatan kode operasional sebagai suatu pendekatan perilaku baru memang menyajikan
perpaduan antara pemikiran rational dan kekuatan seorang pemimpin.

Terdapat juga pembahasan tentang pendekatan lama terhadap analisis kebijakan luar
negeri yang mengfokuskan pada interaksi antar negara dan menaruh perhatian penuh kepada
negara sebagai aktor utama, kurang lebih memiliki pemikiran yang lebih condong ke
realisme. Dan individu sebagai aktor hanyalah individu yang membuat keputusan
berdasarkan pengaruh dari berbagai pihak. Lalu dibicarakan apakah Behavorial IR hanyalah
kepopuleran sementara, imajinasi atau merupakan salah satu sub bidang dalam Hubungan
Internasional. Akan lebih tepat untuk menyebut Behavorial IR sebagai salah satu bidang
penelitian dalam Hubungan Internasional atau sub bidang dalam Hubungan Internasional.
Karena Behavorial IR tidak secara sepenuhnya masuk masuk kedalam salah satu bidang,
karna Behavorial IR bisa dipakai di berbagai sub bidang Hubungan Internasional dalam
menjelaskan alasan atau proses dibalik tindakan seorang individu ataupun sekelompok kecil
elit dalam hubungan internasional. Namun BIR (Behavorial IR) sebagai bidang penelitian
memerlukan semacam “penanda” dalam memasukan hal tersebut ke berbagai sub bidang
yang ada. Penanda yang dimaksud diambil dari 6 karakteristik BIR itu sendiri yaitu asumsi,
aktor, konsep, tingkat analisis, metode, dan pertanyaan yang dijabarkan.

Terdapat kritikan yang cukup besar dari beberapa pihak mengenai pendekatan perilaku
dalam politik yang meniru ilmu fisika untuk memahami politik dengan metode ilmiah.
Terdapat 3 alasan atas kritikan ini yaitu pertama, manusia tidak bisa dipelajari dengan metode
ilmiah yang sama yang dipakai oleh ilmu fisika, kedua, perilaku manusia lebih kompleks
daripada perilaku peristiwa fisika dan tidak bisa diamati dengan ketelitian yang sama. Ketiga,
pada dasarnya tujuan dari ilmu fisika yaitu untuk memperkirakan, dimana sangatlah ambisi
jika ingin mempelajari perilaku manusia. Menggunakan metode yang memperkirakan
pergerakan benda mati untuk memperkirakan pergerakan mahluk hidup yang dalam konteks
ini manusia yang memiliki akal budi dan emosi merupakan langkah yang jika dipikir dengan
logika, cukup tidak masuk akal. Namun pemikiran tersebut dipatahkan oleh seorang ilmuwan
bernama Richard Feynman. Para ilmuwan bertanya tentang bagaimana kita mengetahui apa
yang kita ketahui, secara sederhana jawaban Feynman terhadap pertanyaan tersebut yaitu
fokus terhadap hal yang penting atau spesifik yang ingin kita ketahui. Menurut pemahaman
saya, berarti hal kita ketahui itu didapatkan dari observasi terhadap hal-hal yang bukan simple
namun sesuatu yang ingin kita fokuskan perhatian kita untuk mendapatkan hal yang dicari.

Kekuatan dan rasionalitas merupakan konseptualisasi dari kognisi dan perilaku yang
secara sistemasi terhubung dan menawarkan penjelasan yang jelas mengenai pola yang
berkelanjutan serta berubah seiring berjalannya waktu. Jadi kekuatan dan rasionalitas yang
ada terbangun atas dasar perilaku individu serta kognisi yang membantu terbentuknya
rasionalitas yang ada. Lalu konseptualisasi kebijakan luar negeri sebagai keputusan dari
pemimpin-pemimpin saat interaksi antar negara mengarahkan ke teori rasionalitas dalam
rangka untuk menggambarkan apa yang dimaksud dengan rasionalitas. Rasional itu sendiri
secara umum merupakan sikap yang paling sesuai untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Rasional sendiri memiliki 2 bentuk yaitu rasionalitas substantif global yaitu perilaku dinilai
secara objektif untuk disesuaikan secara optimal dengan situasi atau secara sederhana
bersikap baik disaat hal tersebut menguntungkan serta rasionalitas terikat procedural yaitu
perilaku yang adaptif dalam batasan yang dipaksakan baik oleh situasi eksternal maupun oleh
kapasitas pembuat keputusan jadi secara sederhana menyesuaikan diri dengan keadaan di
dalam Batasan yang ada. Penampilan kekuatan bisa mengambil berbagai macam bentuk
namun, tiap negara berusaha untuk membentuk sikap negara lain dengan kebijakan luar
negeri mereka secara positif maupun negatif.

Anda mungkin juga menyukai