Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MERIVIEW JURNAL

Nama Kelompok :

➢ Fanny Rahmah Chaerunnisa (19416261201341)


➢ Linda Rahmawati (19416261201318)
➢ Sari Nurseha Firdaus (19416261201301)

Kelas : MN19F

Mata Kuliah : Manajemen Mutu Terpadu

➢ Artikel 1 ( Dalam Negeri)

“ MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PROBLEM BASED


LEARNING DENGAN PEER FEEDBACK ACTIVITY ”

pertama adalah apakah dengan pembelajaran PBL dan peer feedback activity dalam forum diskusi
online dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa dalam menyelesaikan masalah pada
mata kuliah statistika pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata mahasiswa sebelum
dan sesudah adanya pemberian perlakuan pembelajaran PBL dan peer feedback activity dalam forum
diskusi onlinediperoleh mean untuk pra-tes adalah 79 dan mean untuk pos-tes adalah 85. Untuk
mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa meningkat secara signifikan, skor pra-tes dan
pos-tes dibandingkan dengan menerapkan uji t-sampel berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa skor rata-rata post-tes lebih tinggi dari skor rata-rata prates. Penerapan model PBL dengan
peer feedback activitydalam diskusi onlinemeningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan masalah. Pertanyaan penelitian yang kedua adalah apakah pembelajaran PBL dengan
peer feedback activity dalam forum diskusi online dapat meningkatkan sikap mahasiswa dalam
menyelesaikan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata-rata sikap pos-tes lebih tinggi
dari skor rata-rata pra-tes. Penerapan model PBL dengan peer feedback activitydalam diskusi online
juga meningkatkan sikap mahasiswa.

➢ Artikel 2 ( Dalam Negeri)

“ PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEPEMIMPINAN MANAJEMEN DAKWAH ”

Hadari Nawawi mendefenisikan bahwa keputusan pada dasarnya berarti hasil akhir dalam
mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan secara nyata. Keputusan juga dapat diartikan
sebagai hasil terbaik dalam memilih satu diantara dua atau beberapa alternatif yang dihadapi.
Sementara itu, pengambilan keputusan merupakan proses atau rangkaian kegiatan menganalisis
berbagai fakta, informasi, data dan teori/pendapat yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan yang
dinilai paling baik dan tepat. Proses pengambilan keputusan ini dapat dilakukan sendiri dan dapat
pula dilaksanakan dengan bantuan atau pengikutsertaan orang lain.
Pengertian Kepemimpinan Manajemen Dakwah Serta Hubungan Antara Kepemimpinan, Manajemen
Dakwah Dan Pengambilan Keputusan Manajemen adalah aktivitas untuk mengatur kegunaan sumber
daya bagi terciptanya tujuan organisasi secara efektif. Pemimpin yang mengatur aktivitas tersebut
disebut manager (manajer) dan anggota yang terlibat dalam pelaksanaan disebut management staff
(staf manajemen). Pencapaian tujuan organisasi ditempuh melalui pemanfaatan sumber daya dan
sarana serta kerjasama sejumlah orang sebagai pelaksana. Dalam manajemen, manusia merupakan
faktor tepenting karena pada dasanya manajemen dilakukan oleh, untuk dan dengan manusia. Dengan
motivasi yang tinggi manajer dapat mengerahkan sumber daya manusia dengan kapasitas penuh
untuk mencapai hasil maksimal yang diinginkan. Demikian pula dengan organisasi dakwah yang
dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen akan menjamin tercapainya tujuan dan
menumbuhkan citra profesionalisme di kalangan masyarakat, khususnya para pengguna jasa dari
profesi da‘i.7 Kepemimpinan manajemen dakwah adalah adalah suatu kepemimpinan yang fungsi dan
peranannya sebagai manajer suatu organisasi atau lembaga dakwah yang bertanggung jawab atas
jalannya semua fungsi manajemen mulai dari planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
actuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan).8 Hubungan antara kepemimpinan dan
manajemen dakwah merupakan hubungan yang sinergis. Hubungan yang terjalin dengan erat antara
kedua elemen ini karena keduanya merupakan suatu proses yang melibatkan usaha kerjasama antara
dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam setiap kegiatan organisasi
dakwah dalam tingkat dan jenis apapun peranan manajemen dan kepemimpinan akan saling terkait di
dalamnya.

➢ Artikel 3 ( Luar Negeri )


“ Politik Luar Negeri dan Proses Pengambilan Keputusannya ”

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan politik luar negeri dan faktor-faktor apa yang dipakai
oleh para pemimpin dan pejabat sebuah negara dalam membuat dan menetapkan kepentingan
negaranya tersebut ? Dalam review kali ini, penulis akan membahas tentang politik luar negeri
dan faktor-faktor apa yang dipakai oleh para pemimpin dan pejabat sebuah negara dalam
membuat dan menetapkan kepentingan negaranya tersebut.

Politik luar negeri adalah sebuah aktifitas dimana negara sebagai aktor melakukan aksi dan
reaksi. (Graham Evans & Jeffrey Newnham, 1998:179). Politik luar negeri merupakan sintesis
dari tujuan-tujuan (kepentingan nasional) dan alat-alat negara (power dan kapabilitas). Jika
dilihat dari pengertian dan unsur-unsur fundamentalnya, politik luar negeri terdiri dari dua
elemen yaitu : tujuan nasional yang akan dicapai dan alat-alat untuk mencapainya. Interaksi
antara tuuan nasional dengan sumber-sumber untuk mencapainya merupakan subjek kenegaraan
yang abadi. Dalam unsur-unsurnya itu terdapat politik luar negeri semua negara, besar atau kecil,
semuanya bersifat sama. (Theodore A.Coulumbis & James Wolfe, 1990:126) Politik luar negeri
sendiri bisa dibagi atas empat kategori, sebagai contoh, kita bisa membedakannya menurut
keputusan-keputusan yang kritis, penting, dan rutin. Kita juga bisa membedakan keputusan-
keputusan tadi menurut kategori isu, seperti isu-isu militer, politik, ekonomi, lingkungan,
sumber-sumber (misalnya energi), teknik, kultural, dan humaniter (kemanusiaan). (Theodore
A.Coulumbis & James Wolfe, 1990:128)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan politik luar negeri, diantaranya adalah faktor
individual (ideosinkretik), kelompok, birokratis, nasional, dan global.

Faktor individual (ideosinkretik) : faktor ini berkaitan dengan persepsi, image, dan karakteristik
pribadi si decision maker, antara lain: ketenangan vs ketergesagesaan, kemarahan vs prudensi,
pragmatism vs ideologi yang bersifat pembasmian atau pemberantasan (crusadism). Keunggulan
vs keterbelakangan, kreatifitas vs penghancuran, ketakutan vs sikap percaya diri yang berlebihan,
dan lain-lain. (Theodore A.Coulumbis & James Wolfe, 1990:129-130) Terlepas dari itu,
seseorang bisa mengatakan bahwa faktor individual ini lebih mudah menjelaskan keputusan-
keputusan di negara otoriter dan otoliter ketimbang di negara-negara demokrasi yang bersifat
kompetitif.

Faktor kelompok: Faktor kelompok ini berasal dari kelompok-kelompok masyarakat atau
individu-individu yang mempunyai ide-ide atau peranan besar dalam suatu negara sehingga
mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemimpin dan para pejabat di suatu negara
dalam menetapkan kebijakan politik negaranya tersebut.

Faktor birokrasi: Faktor ini menyangkut struktur dan proses pemerintahan serta efeknya terhadap
politi luar negeri. Menurut Graham Alison dan Morton Halperin telah menganggap secara
mendetail tentang kompleksitas dan nuansa politik birokratis (bureaucratic politics). (Theodore
A.Coulumbis & James Wolfe, 1990:131) Mereka juga mengemukakan bahwa faktor dan
kompleksitas dari birokritas sendiri merupakan karakteristik normal yang terdapat hampir di
semua negara. Sebagai contoh, para penstudi politik birokratis berpikir bahwa daripada
mempelajari “kebijaksanaan-kebijaksanaan” Amerika di Eropa dan Uni Soviet, lebih baik
berpikir menurut pandangan Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, CIA, dan
departemen luar negeri yang saling bersaing untuk mempengaruhi keputusan-keputusan presiden
Lyndon B. Johnson, Richard Nixon, Gerald Ford, Jimmy Carter, dan Ronald Reagan dalam
berbagai isu. Jika disimpulkan, faktor-faktor birokratis ini meliputi struktur organisasi
pemerintah, standar prosedur pelaksanaan perwakilan-perwakilan birokrasi yang besar, proses
pembuatan keputusan pada berbagai peringkat perumusan kebijaksanaan, berbagai teknik
implementasi keputusan-keputusan politik, dan sikap para pejabat yang menyangkut dampak
politik luar negeri terhadap politik domestic dan kesejahteraan umum negara. (Theodore
A.Coulumbis & James Wolfe, 1990:132)

Faktor nasional: Yang termasuk ke dalam faktor-faktor nasional ini adalah meliputi variable
lingkungan (environmental variables) seperti luas, lokasi, geografis, tipe daerah, iklim, dan
sumber-sumber alam negara. Jika diilustrasikan maka seseorang akan mengharapkan suatu
negara kontinental yang batas-batasnya mudah diserang, dan yang lokasinya strategis untuk
membangun strategi ofensif (misalnya untuk mencari batas-batas yang lebih aman atau mencari
daerah-daerah penyanggah), atau untuk memperoleh perlindungan dari negara yang lebih kuat
dan lebih mobil. Selain itu, yang termasuk ke dalam variable nasinal yaitu atribut populasi suatu
negara, yang antara lain adalah jumlah dan densitas (kepadatan) penduduk suatu negara. Sistem
politik, ekonomi, dan sosial suatu negara juga merupakan salah faktor nasional yang berpengaruh
dalam pembuatan kebijakan politik luar negeri. (Theodore A.Coulumbis & James Wolfe,
1990:133)

Faktor sistem global: Faktor ini meliputi kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan negara lain
yang bisa merangsang respon politik negara yang dipelajari. Sebagai contoh serangan Vietnam
Utara terhadap Vietnam Selatan msialnya dipandang oleh para policy maker Amerika Serikat
sebagai usaha suatu negara yang didukung oleh Rusia dan Cina untuk menganggu eksistensi
keseimbangan Asia Tenggara. (Theodore A.Coulumbis & James Wolfe, 1990:136-137)

Proses pembuatan politik luar negeri. Menurut Lyod Jensen (1982) memaparkan lima model
dalam pembuatan kebijakan politik luar negeri. Pertama, model strategis atau rasional.
Pendekatan ini sering digunakan oleh sejarawan diplomatik untuk melukiskan interaksi politik
luar negeri berbagai negara atau tindakan para pemimpin negara-negara itu dalam merespon
negara lainnya. Negara dan pengambil keputusan dipandang sebagai aktor terpencil yang
memaksimalkan tujuannya dalam politik global. Pendekatan ini memiliki kelemahan adalah
asumsi kalkulasi rasional yang dilakukan para pengambil kebijakan dalam situasi ideal yang
jarang terjadi. Model kedua adalah pengambilan keputusan. Penulis terkenal kerangka analisa ini
adalah Richard C Snyder, HW Bruck dan Burton Sapin. Ia menggambarkan modelnya dalam
kerangka yang kompleks dengan meneropong jauh kedalam “kotak hitam” pengambilan
kebijakan luar negeri. Salah salah satu keuntungan pendekatan ini yakni membawa dimensi
manusia kedalam proses politik luar negeri secara lebih efektif. Jensen juga menyebutkan adanya
model lain yakni politik birokratik. Pendekatan ini menekankan pada peran yang dimainkan
birokrat yang terlibat dalam proses politik luar negeri. Keempat, model adaptif menekankan pada
anggapan bahwa perilaku politik luar negeri seyogyanya difokuskan pada bagaimana negara
merespon hambatan dan peluang yang tersedia dalam lingkungan internasional. Disinilah pilihan
politik luar negeri tidak dalam kondisi terbatas namun sangat terbuka terhadap segala pilihan.
Model kelima disebut Jensen sebagai pengambilan keputusan tambahan. Karena adanya
ketidakpastian dan tidak lengkapnya informasi dalam masalah-masalah internasional, disamping
banyaknya aktor-aktor publik dan privat yang terkait dengan isu-isu politik luar negeri, maka
keputusan tak bisa dibuat dalam pengertian kalkulasi rasional komprehensif.

➢ Artikel 4 ( Luar Negeri)

“ MANAGEMENT GUIDANCE AND COUNSELING

THE IMPLEMENTATION CURRICULUM 2013 ”

bahwa manajemen bimbingan konseling memberikan pelayanan bimbingan dan konseling siswa
pada sistem kerja yang tersusun secara sistematis dan terencana sesuai dengan kurikulum
pendidikan yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu, guru bimbingan konseling menerapkan
program layanan bimbingan konseling pada sistem manajemen secara bermutu dengan memiliki
perencanaan program, pelaksanaan program dengan struktur organisasi yang dideskripsi pada
tugas dan tanggung jawab para personil, serta evaluasi program layanan dengan mengidentifikasi
keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah direncanakan. Secara
khusus, hasil penelitian ini menyimpulkan tiga hal terkait dengan sub fokus penelitian, yaitu : (1)
Tugas dan fungsi BK di dalam pelayanan masih kurang efektif pada sistem manajemen
bimbingan dan konseling disekolah, seharusnya perencanaan bimbingan dan konseling di
sekolah dibuat berdasarkan tugas dan tanggung jawab para personil layanan bimbingan dan
konseling, salah satunya kordinator BK dan konselor yang bertugas membuat perencanaan
program layanan bimbingan dan konseling yang telah disepakati oleh penyelenggara personil
lainnya. Perencanaan tersebut di buat berdasarkan alur perkembangan program layanan
bimbingan dan konseling. Berdasarkan kurikulum perencanaan bimbingan dan konseling juga
dilengkapi dengan pelayanan peminatan siswa di bidang kejuruan/keahlian, mata pelajaran,
ekstrakurikuler, pekerjaan dan perguruan tinggi. (2) Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling pada peserta didik masih belum maksimal dikarenakan sistem penerimaan peserta
didik yang masih kurang sesuai dengan kebutuhan minat siswa, sehingga pelaksanaan peminatan
tidak sesui dengan jadwal yang di sudah direncanakan. (3) Penanganan penyimpangan prilaku
peserta didik yang begitu kompleks, sehingga melibatkan ahli tangan kasus lainnya dan
penyimpangan prilaku tersebut juga di pengaruhi oleh faktor lingkungan di luar sekolah,
sehingga terkadang konseling pada penanganan BK belum berjalan secara maksimal.

Rekomendasi: (1) Kualitas pelayanan bimbingan dan konseling harus lebih di tingkatkan
kembali dengan sistem manajemen bimbingan dan konseling yang bersifat teknologi komputer
dengan sistem jaringan internet agar mempercepat pelayanan dan kerjasama kepada orang tua
secara online, (2) Personil guru bimbingan dan konseling disekolah seharusnya mengikuti
kriteria rasio bimbingan 1 : 150 siswa, agar bimbingan berjalan dengan efektif sehingga di
perlukan penambahan guru bimbingan dan konseling, (3) Pehatian Pemerintah dan Dinas
Pendidikan memberikan bantuan kepada guru bimbingan dan konseling berupa peningkatan
keahlian di bidang konseling sangat diperlukan, sehingga guru bimbingan konseling dapat terus
meningkatkan keilmuannya sesuai dengan karakteristik siswa pada perkembangan jaman yang
modern, (4) Khususnya guru bimbingan konseling disekolah agar memberi layanan konseling
keluarga kepada orang tua dan masyarakat serta memberikan bimbingan pengajaran pola asuh
anak remaja yang baik kepada para orang tua, (5) Guru bimbingan konseling juga memberikan
layanan konseling kelompok di luar ruangan BK agar tercipta perbedaa dan situasi yang
menyenangkan kepada siswa, contohnya di taman, di tepi laut atau di restoran yang bisa
terjangkau.

➢ Arttikel 5 ( Luar Negeri)

“ Pengambilan Keputusan Multi Kriteria: Kajian Teoritis Metode dan Pendekatan Dalam
Pemilihan Pemasok ”

Dalam lingkungan operasi yang kompetitif saat ini, tidak mungkin berhasil menghasilkan produk
berbiaya rendah dan berkualitas tanpa pemasok yang memuaskan. Jadi salah satu keputusan pembelian
yang penting adalah pemilihan dan pemeliharaan kelompok pemasok yang kompeten. Memilih
seperangkat pemasok yang baik untuk bekerja dengan sangat penting bagi kesuksesan sebuah perusahaan.
Dalam keputusan pemilihan pemasok, dua isu sangat penting. Salah satunya adalah metode apa yang
harus digunakan, dan pendekatan lainnya dapat digunakan untuk membandingkan pemasok. Tujuan
makalah ini adalah merangkum literatur tentang masalah pemilihan pemasok dari 86 artikel yang
diterbitkan pada tahun 1989 sampai 2016, terutama mengenai metode dan pendekatan pemilihan pemasok
yang banyak digunakan antara kualitatif dan kuantitatif. Metode pemilihan pemasok dijelaskan pada
bagian kedua. Kesimpulan dan penelitian masa depan diberikan di bagian akhir. Artikel yang dibahas
dalam makalah ini dicari dengan menggunakan kata kunci "pemilihan vendor" dan "pemilihan pemasok"
sebanyak 86 artikel. Selama bertahun-tahun, pentingnya pemilihan pemasok telah lama dikenal dan
ditekankan. Dari semua tanggung jawab yang berkaitan dengan pembelian, tidak ada yang lebih penting
daripada pemilihan sumber yang tepat. Pemilihan pemasok berpotensi memiliki dampak signifikan
terhadap kinerja berlangsungnya perusahaan (Herbon, dkk., 2012). Dampak yang signifikan dapat terasa
pada keuangan perusahaan. Hal ini tidak dapat dengan mudah diabaikan karena melakukan kontrak pada
pemasok yang tepat dan terbaik dapat menyebabkan pengurangan biaya yang signifikan (Asamoah, dkk.,
2012). Salah satu biaya utama dalam proses manajemen produksi adalah total omset pembelian yang
biasanya berkisar antara 50-90% (Mirabi, dkk., 2010). Oleh karena itu, pemiliahan pemasok juga
merupakan masalah yang penting bagi perusahaan (Gnanasekaran, dkk., 2006). Masalah tentang
pemilihan pemasok telah banyak diteliti, dipelajari dan diselidiki secara ekstensif oleh sejumlah peneliti
(Karsak & Ece, 2012). Meskipun penelitian pemasok berlimpah, namun terdapat perbedaan pada masing-
masing penelitian yang terletak pada metode yang digunakan. Metode yang digunakan disesuaikan
dengan tujuan dan objek yang diteliti. Keputusan dalam pemilihan pemasok merupakan komponen
penting manajemen produksi dan logistik bagi sebagian besar perusahaan. Berkenaan dengan keputusan
tersebut maka harus dilakukan seleksi pemasok untuk melaksanakan pekerjaan dan menentukan jumlah
pesanan yang diberikan kepada pemasok yang terpilih. Pemilihan pemasok yang tepat secara signifikan
akan mengurangi biaya pembelian material dan meningkatkan daya saing perusahaan (Xia & Wu, 2007).
Sedangkan pemilihan pemasok yang salah dapat memperburuk posisi seluruh rantai suplai, keuangan dan
operasional (Araz & Ozkarahan, 2007). Hal itu yang menyebabkan banyak ahli percaya bahwa seleksi
pemasok adalah aktivitas yang paling penting dari sebuah departemen pembelian (Xia & Wu, 2007).
Menurut Luo, dkk. (2009), ada 3 hal yang menyebabkan tugas seleksi pemasok termasuk kebutuhan
ekstrem, yaitu: (a). tipikal lingkungan bisnis saat ini adalah terlihat cenderung lebih tidak stabil karena
perubahan begitu cepat pada kondisi pasar, kebutuhan pelanggan, dan tindakan competitor, (b)
meningkatnya globalisasi perdagangan dunia dan tersedianya fasilitas komunikasi melalui internet
memberikan peluang kepada para pembeli untuk mencari sumber material di luar negeri, dan (c) pemasok
potensial perlu dinilai berdasarkan beberapa kriteria yang kadang saling bertentangan.

Anda mungkin juga menyukai