Anda di halaman 1dari 7

A.

    Pengertian Efektifitas


            Berdasarkan Ensiklopedi Umum Administrasi, Efektivitas berasal dari
kata kerja Efektif, berarti terjadinya suatu akibat atau efek yang dikehendaki
dalam perbuatan. Setiap pekerjaan yang efektif belum tentu efisien, karena
mungkin hasil dicapai dengan penghamburan material, juga berupa pikiran,
tenaga, waktu, maupun benda lainnya.

B.     Pengertian Kepemimpinan


                        Kepemimpinan adalah sebuah proses yang melibatkan seseorang
untuk   mempengaruhi orang lain dengan memberi kekuatan motivasi,   sehingga
orang            tersebut dengan penuh semangat berupaya menuju             sasaran.
Ahli manajemen, Peter F       Drucker secara khas memandang        kepemimpinan
adalah kerja.[2] Seorang pemimpin      adalah mereka yang    memimpin dengan
mengerjakan pekerjaan mereka setiap hari.             Pemimpin terlahir tidak hanya
dalam hirarki managerial, tetapi juga dapat   terlahir dalam kelompok kerja non
formal.
                                    Terry (1982:458) merumuskan kepemimpinan sebagai aktivitas
mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi.
Sementara      itu Stogdil (dalam Sutarto, 1998:13) memberikan pengertian
kepemimpinan sebagai       suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan
sekelompok orang yang terorganisir      dalam usaha mereka menetapkan dan
mencapai tujuan.
                                    Sedangkan Sutarto (1998:13) mendefinisikan kepemimpinan
sebagai rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku
orang lain       dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai
tujuan yang telah          ditetapkan.

C.     Prespektif Efektivitas


[
                                    Terdapat 3 perspektif yang utama didalam menganalisis apa yang
disebut efektivitas organisasi (Richard M. Steers, 1985;5-7), yaitu :
1.      Perspektif optimalisasi tujuan, yaitu efektivitas dinilai menurut ukuran
seberapa jauh suatu organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.
Pemusatan perhatian pada tujuan yang layak dicapai secara optimal,
memungkinkan dikenalinya secara jelas bermacam-macam tujuan yang sering
saling bertentangan, sekaligus dapat diketahui beberapa hambatan dalam usaha
mencapai tujuan.
2.      Perspektif sistem, yaitu efektivitas organisasi dipandang dari keterpaduan
berbagai faktor yang berhubungan mengikuti pola, input, konversi, output dan
umpan balik, dan mengikutsertakan lingkungan sebagai faktor eksternal. Dalam
perspektif ini tujuan tidak diperlakukan sebagai suatu keadaan akhir yang statis,
tetapi sebagai sesuatu yang dapat berubah dalam perjalanan waktu. Lagipula
tercapainya tujuan-tujuan jangka pendek tertentu dapat diperlakukan sebagai input
baru untuk penetapan selanjutnya. Jadi tujuan mengikuti suatu daur yang saling
berhubungan antar komponen, baik faktor yang berasal dari dalam (faktor
internal), maupun faktor yang berasal dari luar (faktor eksternal).
3.      Perspektif perilaku manusia, yaitu konsep efektivitas organisasi ditekankan
pada perilaku orang-orang dalam organisasi yang mempengaruhi keberhasilan
organisasi untuk periode jangka panjang. Disini dilakukan pengintegrasian antara
tingkahlaku individu maupun kelompok sebagai unit analisis, dengan asumsi
bahwa cara satu-satunya mencapai tujuan adalah melalui tingkahlaku orang-orang
yang ada dalam organisasi tersebut.

D.    Tingkat Efektivitas


                                    Gibson et al. (1994:30) mengemukakan masing-masing tingkat
efektivitas   dapat dipandang sebagai suatu sebab variabel oleh variabel lain (ini
berarti sebab        efektivitas). Sesuai pendapat Gibson tersebut diatas dapat
dijelaskan bahwa pada efektivitas individu terdiri dari sebab-sebab antara lain
kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, sikap, motivasi dan stress. Efektivitas
kelompok terdiri dari sebabsebab      keterpaduan, kepemimpinan, struktur, status,
peran dan norma-norma. Untuk         efektivitas organisasi terdiri dari sebab-sebab
lingkungan, teknologi, pilihan strategi, struktur, proses dan kultur. Semua ini
mempunyai hubungan sebab variabel dari             variabel lainnya.

E.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen


Pendidikan
            Hasil penelitian yang dilakukan oleh Goldsmith, sebagaimana yang
dikutip oleh Aunurrahman (2009) menunjukkan bahwa pemimpin yang mampu
menumbuhkan suasana dialogis, kesetaraan, dan tidak arogan atau nondefensif
serta selalu berupaya mendorong sikap positif, akan dapat mendorong terjadinya
keefektifan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, pemimpin pendidikan ketika
mengaplikasikan gaya atau aktivitas kepemimpinannya sangat tergantung pada
pola organisasi yang melingkupinya. Dan juga dalam melaksanakan aktivitasnya
pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
            Faktor-faktor tersebut sebagaimana sebagaimana yang dikutip Nanang
fattah (2001), sebagai berikut:
1.      Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal
ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi
pilihan akan gaya kepemimpinan.
2.      Harapan dan perilaku atasan.
3.      Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa
gaya kepemimpinan.
4.      Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya
pemimpin.
5.      Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6.      Harapan dan perilaku rekan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan
pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat
menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan
akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi
yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar
belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi untuk beprestasi, kedewasaan
dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh
M. Ngalim Purwanto (2007), sebagai berikut:[4]
1.    Sebagai pelaksana (executive)
2.    Sebagai perencana (planner)
3.    Sebagai seorang ahli (expert)
4.    Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group
representative)
5.    Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of
internal relationship)
6.    Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards
and punishments)
7.    Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8.    Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9.    Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group)
10.                        Pemegang tanggungjawab para anggota kelompoknya (surrogate for
individual responsibility)
11.                        Sebagai pencipta/ memiliki cita-cita (ideologist)
12.                        Bertindak sebagai seorang ayah (father figure)
13.                        Sebagai kambing hitam (scape goat)

Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu


kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu

[
juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagai mana menurut M.
Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1.      Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2.      Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan
yang benar-benar dapat dicapai.
3.      Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka,
mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap
pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu
kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan,
membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-
perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang
pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang
pemimpin.  Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang
baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan
merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan
gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan

F.      Faktor- Faktor Efektivvitas Kepemimpinan


                        Ada beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan, diantaranya adalah:[5]
1.      Persepsi yang tepat.
Persepsi memainkan peran dalam mempengaruhi efektivitas kepemimpinan. Para
manajer yang memiliki persepsi yang keliru terhadap pegawainya mungkin
kehilangan peluang untuk mencapai hasil optimal. Oleh karenanya ketepatan
persepsi manajerial sangat penting, dan hal itu begitu penting pada setiap model
situasional.
2.      Tingkat kematangan.

[
Pemimpin dituntut untuk berkemampuan dan berkemauan mengambil tanggung
jawab untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri dengan memperhatikan tingkat
kematangan dalam pengetahuan, keahlian dan pengalaman untuk melaksanakan
pekerjaan tanpa pengawasan ketat dan juga kemauan untuk melaksanakan
pekerjaan itu. Bagaimana pun, bawahan harus diberi perhatian serius ketika
membuat pertimbangan tentang gaya kepemimpinan yang dapat mencapai hasil
yang diinginkan.
3.      Penilaian yang tepat terhadap tugas.
Para pemimpin harus mampu menilai dengan tepat tugas yang dilaksanakan oleh
bawahan. Dalam situasi tugas yang tidak terstruktur, kepemimpinan otokratik
mungkin sangat tidak sesuai. Para bawahan memerlukan garis petunjuk, bebas
bertindak, dan sumber daya untuk menyelesaikan tugas itu. Pemimpin harus dapat
dengan tepat menentukan kekurangan tugas bawahan sehingga pilihan gaya
kepemimpinan yang layak harus dilakukan. Karena tuntutan ini, seorang
pemimpin harus memiliki beberapa pengetahuan teknik tentang pekerjaan itu dan
syarat-syaratnya.
4.      Latar belakang dan pengalaman.
 Di sini ditegaskan bahwa latar belakang dan pengalaman pemimpin
mempengaruhi pilihan gaya kepemimpinan. Seseorang yang telah memperoleh
keberhasilan karena berorientasi kepada hubungan mungkin akan meneruskan
penggunaan gaya ini. Demikian juga, seorang pemimpin yang tidak percaya
kepada para bawahannya dan telah menyusun tugas bertahun-tahun akan
menggunakan gaya otokratik.
5.      Harapan dan gaya pemimpin.
Pemimpin senang dengan dan lebih menyukai suatu gaya kepemimpinan tertentu.
Seorang pemimpin yang memilih pendekatan yang berorientasi pada pekerjaan,
otokratik, mendorong keberanian bawahan mengambil pendekatan yang sama.
Peniruan model pemimpin merupakan kekuatan untuk membentuk gaya
kepemimpinan. Karena pemimpin memiliki berbagai landasan kekuasaan, maka
harapan mereka adalah penting.
6.      Hubungan seprofesi.
Pemimpin membentuk hubungan dengan pemimpin yang lain. Hubungan
seprofesi ini digunakan untuk tukar menukar pandangan, gagasan, pengalaman,
dan saran-saran. Teman seprofesi seorang pemimpin dapat memberikan dukungan
dan dorongan semangat bagi berbagai perilaku kepemimpinan, sehingga
mempengaruhi pemimpin itu pada waktu yang akan datang. Teman-teman
seprofesi merupakan sumber penting tentang perbandingan dan informasi dalam
membuat pilihan dan perubahan gaya kepemimpinan.

Anda mungkin juga menyukai