Anda di halaman 1dari 11

PERILAKU ORGANISASI

“Kepemimpinan dan Pengawasan”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Suparno Eko Widodo, S.Pd, MM

Disusun oleh Kelompok 2:

Listy Salsabila Tazkia - 1801618015

Nabela Bunga Pryhansah - 1801618125

Nawal - 1801618029

Puti Zanayya Desprianti - 1801618142

Kelas Perilaku Organisasi Kamis Pukul 08.00

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021
1. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Syahril (2019), kepemimpinan sendiri merupakan proses yang dialami


seseorang dapat mempengaruhi bawahannya untuk melakukan suatu hal hingga dapat
mencapai visi, misi juga tugas yang sudah di sepakati di awal. Kepemimpinan sendiri
merupakan proses yang dialami sehingga dapat mendistribusikan suatu pengaturan atau
situasi pada waktu yang tertentu. Kepemimpinan juga merupakan suatu aktivitas yang
dapay mempengaruhi orang lain dengan cara memotivasi seseorang atau satu kelompok
hingga dapat mencapai visi dan misi. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (dalam
Syahril, 2019), kepemimpinan adalah seni dimana seorang pemimpinan dapat
mempengaruhi bawahannya sehingga ada muncul keinginan untuk bekerja sama secara
produktif dengan tujuan dapat mencapai tujuan organisasi.

Menurut Chester Irving Barnad (dalam Syahril, 2019), kepemimpinan merupakan


kemampuan seseorang untuk menegakkan sebuah keputusan yang dapat mencapai tujuan
bersama atau tujuan sebuah organisasi. Menurut Ordway Tead (dalam Syahril, 2019),
kepemimpinan sendiri merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang agar dapat
bekerja sama hingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan di awal. Menurut William G.
Scott (dalam Syahril, 2019), Kepemimpinan merupakan proses kegiatan yang dilakukan
sebuah organisasi dalam melakukan suatu usaha agar dapat mencapai tujuan yang sudah
ditentukan.

2. Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan sendiri memiliki beberapa dasar teori yang digunakan hingga hari
ini. Ada bermacam-macam teori tentang kepemimpinan yang dikemukakan banyak
ilmuwan namun, terdapat enam teori yang merupakan dasar dari teori-teori yang muncul
belakangan ini. Keenam teori tersebut, yaitu :

1. Teori Sifat

Teori sifat ini biasa juga dikenal dengan teori genetik. Hal ini disebabkan
bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk.

2. Teori Perilaku
Teori ini berusaha menjelaskan apa yang dilakukan oleh seorang
Pemimpin yang efektif, bagaimana Mereka mendelegasikan tugas,
berkomunikasi dan memotivasi bawahan. Menurut teori ini, seseorang
bisa belajar dan mengembangkan diri menjadi seorang pemimpin yang
efektif, tidak tergantung pada sifat- sifat yang sudah melekat padanya.
Jadi seorang pemimpin bukan dilahirkan untuk menjadi pemimpin,
namun untuk menjadi seorang pemimpin dapat dipelajari dari apa yang
dilakukan oleh pemimpin yang efektif ataupun dari pengalaman. Teori
ini mengutarakan bahwa pemimpin harus dipandang sebagai
hubungan diantara orang-orang, bukan sifat-sifat atau ciri -ciri seorang
individu.

3. Teori Great Man

Menurut teori ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang
memiliki berbagai ciri-ciri individu yang sangat berbeda dengan
kebanyakan manusia lainnya. Ciri-ciri individu tersebut mencakup
karisma, intelegensi,kebijaksanaan, dan dapat menggunakan
kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat berbagai keputusan
yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia.

3. Jenis atau tipe kepemimpinan

Menurut (As’ad, 1991 dalam Burhanudin, 2018), terdapat beberapa gaya


kepemimpinan dalam sebuah organisasi, antara lain :

1. Tipe Otokratik

Individu yang dapat menunjukkan sikap yang dirinya merasa hal tersebut pantas,
merasa bahwa dirinya akan selalu benar dalam hal memberikan ide – ide,
sedangkan ide – ide yang diberikan karyawan tidak dianggap. Dapat dikatakan
sebagai pemimpin yang cukup egois.
2. Tipe Karismatik

Individu yang mempunyai daya tarik yang tinggi dalam mempengaruhi individu
lain.

3. Tipe Paternalistik atau Maternalistik

Individu yang menunjukkan dengan sifat kebapakan atau keibuan.

4. Tipe Militeristik

Individu yang dapat menerapkan sistem perintah dari pemimpin tertinggi dan
bawahan (karyawan) harus melaksanakan aturan yang sudah ditentukan.

5. Tipe Demokratis

Individu yang selalu mengutamakan individu lain, seperti berdiskusi dan


bermusyawarah sehingga dalam proses memimpin demokratis ini akan
melibatkan seluruh karyawan dalam perusahaan tersebut.

6. Tipe Laissez Faire atau Delegative

Individu yang menggunakan tipe ini akan bersifat permisif dan memberikan
pekerjaan sepenuhnya kepada bawahan atau kepada karyawan – karyawan dalam
perusahaan tersebut

4. Karakter sebagai kepemimpinan

Menurut (Soemarno Soedarsono dalam Sahadi, dkk., 2020), mengungkapkan


bahwa karakter dapat dikatakan sebagai sekumpulan nilai – nilai yang moral yang berada
dalam diri individu, nilai moral tersebut dapat muncul dari pengalaman – pengalam
semasa individu tersebut hidup di mana nilai moral tersebut menjadi nilai instrinsik
dalam pikiran individu untuk dirinya berperilaku. Terdapat karakter individu yang
memimpin secara ideal, antara lain sebagai berikut :

1. Kecerdasan
2. Bertanggung jawab
3. Jujur
4. Dapat dipercaya
5. Inisiatif
6. Konsisten dan tegas
7. Adil
8. Lugas
9. Kebijakan, kepedulian pada kepentingan bersama dan didukung oleh hati nurani
yang bersih, tulus dan ikhlas.

5. Teori Pengawasan

Menurut Sondang P. Siagian menyatakan bahwa pengawasan merupakan metode


pengamatan dalam seluruh kegiatan organisasi. Hal tersebut dikarenakan agar seluruh
pekerjaan yang sedang dikerjakan dapat sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Mc. Farland menyatakan pengawasan merupakan “suatu proses di mana
dipimpin ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahannya sesuai dengan rencana, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan”. Menurut
Sujamto menyatakan pengawasan merupakan seluruh upaya untuk mengetahui serta
menilai kenyataan lapangan sebenarnya terkait pelaksanaan kegiatan seperti mengawasi
apakah telah sesuai atau tidak. Pengawasan merupakan aspek dalam pengendalian serta
aspek pembatasan menurut Bagir Manan.

Pengawasan menurut Suyatno “pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan


untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas
atau kegiatan apakah sesuai dengan semestinya atau tidak”. Menurut Manulang
(2006:176) menyatakan bahwa pengawasan yaitu adanya kaitan dengan usaha untuk
menyelamatkan arah perusahaan kepada tujuan yang telah direncanakan. Iman dan
Siswandi (2009:195) menyatakan pengawasan ialah metode jaminan pada tujuan
organisasi serta manajemen agar tercapai dengan baik dan sesuai rencana. Menurut
Reksohadiprodjo (2008:63) menyatakan “Pengawasan merupakan usaha memberikan
petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana”.
Pengawasan menurut Sarwoto (2010:94) adalah kegiatan manajer dalam mengupayakan
pengawasan saat pekerjaan sedang dilaksanakan agar sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.

6. Pengertian Pengawasan

Menurut Handoko (2003) menyatakan bahwa “Pengawasan sebenarnya


mengandung arti penjagaan stabilitas dan equilibrium”. Ketika ingin mencapai
keseimbangan, di sisi lain manajer harus merubah atas hal yang dikerjakannya dan
merubah standar yang dikenakan guna mengukur pelaksanaan. Kemudian terkait teknik-
teknik dan metode pengawasan sebaiknya digunakan dengan simultan dan tidak dalam
kondisi berdiri sendiri. Menurut Sule (2008) menyatakan bahwa pengawasan merupakan
metode untuk menetapkan terkait ukuran kinerja serta pengambilan tindakan di mana
menunjang hasil dalam pencapaian yang diharapkan dengan kinerja yang telah
ditetapkan. Menurut Fahmi dikutip oleh Erlis Milta Rin Sondole dkk, menyatakan bahwa
pengawasan merupakan “cara suatu organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan
efisien, serta lebih jauh mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi”.

Pengawasan biasa diketahui pada ilmu manajemen dan ilmu administrasi


merupakan salah satu unsur pada kegiatan pengelolaan. Pengawasan diartikan juga
sebagai metode dalam menjamin tujuan organisasi dan manajemen yang dapat dicapai.
Pengawasan yaitu metode menilai kemajuan hingga kemunduran pelaksanaan pekerjaan.
Kemudian, dari seluruh pengertian yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan
bahwa pengawasan merupakan salah satu fungsi dari manajemen.

7. Jenis atau tipe Pengawasan

Jenis-Jenis Pengawasan Kerja menurut Holmes (1978) dalam Marsaoly & Nurlaila
(2016),

a. Dasar waktu pengawasan

Pengawasan dilakukan berdasarkan waktunya yaitu pengawasan preventif,


dimana pengawasan ini dilakukan sebelum adanya kejadian tertentu dalam suatu
organisasi seperti masalah-masalah dan penyelewengan. Lalu yang kedua adalah
pengawasan represif, dimana pengawasan ini dilakukan setelah program
dilakukan, pengawasan ini dilihat dari perbandingan pencapaian antara hasil
dengan program yang dilakukan.

b. Dasar obyek pengawasan

Obyek pengawasan merupakan bagian bagian pada organisasi yang akan diawasi
misalnya seperti keuangan, manusia, dan kegiatan waktu produksi. Contoh pada
keuangan adalah pemakaian ongkos produksi dimana ongkos produksi harus
dipergunakan sesuai dengan prinsip ekonomi agar pemakaiannya dapat maksimal.
Lalu pengawasan produksi melihat kualitas hasil kerja. Terakhir pengawasan
dalam waktu produksi melihat kesesuaian waktu yang diguakan dengan proses
yang dilakukan.

Tipe-tipe pengawasan menurut Handoko (2003),

a. Pengawasan Pendahuluan (Freed Forward Control)

Pengawasan ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penyelewengan aata


masalah dari suatu standar yang telah ditetapkan. Pengawasan ini dilakukan
dengan lebih aktif dan agresif agar dapat melihat masalah-masalah yang mungkin
terjadi dan mengambil tindakan sebelum masalah tersebut benar-benar terjadi dan
membesar.

b. Pengawasan selama kegiatan berlangsung (Concurrent Control)

Pengawasan ini dilakukan saat kegiatannya terjadi. Pengawasan ini menjadi


metode untuk melakukan double check sebelum kegiatan dilanjutkan dengan
tujuan untuk menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.

c. Pengawasan umpan balik (Feedback Control)

Pengawasan tipe ini dilakukan untuk melihat hasil-hasil dari suatu kegiatan yang
sudah selesai, penyebab dari penyimpangan dari kegiatan yang telah dilakukan
dan penemuan yang akan diterapkan untuk kegiatan verikutnya. Pengawasan ini
dilakukan secara historis dimana akan dilakukan setelah program dilakukan
8. Karaktertistik Pengawasan

Menurut Handoko 2010 dalam Syafitra 2019 terdapat beberapa karakteristik sistem
pengawasan yang efektif 1) melakukan pengawasan dengan tepat, 2) tepat waktu, 3)
penggunaan anggaran dengan efektif, 4) tepat akurat, 5) disetujui oleh semua pihak yang terlibat.
Penjelasan mengenai karakteristik pengawasan yang efektif adalah

a. Akurat

Informasi yang didapatkan dari sistem pengawasan harus tepat dan akurat agar
perusahaan tidak mengambil tindakan perbaikan yang keliru atau membuat
masalah yang sebenarnya tidak ada.

b. Tepat Waktu

Informasi yang didapatkan, disampaikan, dan dievaluasi harus dilakukan segera


agar perbaikan dapat cepat dilakukan

c. Obyektif dan menyeluruh

Informasi harus mudah dipahami dan obyektif serta lengkap

d. Terpusat pada titik pengawasan yang strategis

Sistem pengawasan harus terpusat pada bagian-bagian yang paling


memungkinkan terjadinya penyelewengan atau masalah-masalah

e. Realistik secara ekonomis

Biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah atau sama dengan
anggaran yang ditetapkan

f. Realistik secara organisasional

Sistem pengawasan harus sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada di


organisasi

g. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi.


Sistem pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi agar proses
kerja dalam organsisasi berjalan dengan lancar dan tidak terdapat kegagalan
dalam keseluruhan operasi. Selain itu informasi mengenai pengawasan juga harus
disampaikan kepada seluruh pihak yang memerlukan.

h. Fleksibel

Sistem pengawasan harus fleksibel dengan lingkungan yang terus berubah, sistem
pengawasan fleksibel dalam memberikan respon atau reaksi terhadap masalah
atau kesempatan dari lingkungan

i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional

Sistem pengawasan harus dapat menjadi petunjuk dalam pelaksanaan pekerjaan


dan dapat mengoreksi hal yang tidak sesuai serta apa yang harus diambil

j. Diterima oleh anggota organisasi.

Sistem pengawasan harus bisa mengarahkan pelaksanaan kerja semua pegawai


dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan keinginan untuk
berprestasi
DAFTAR PUSTAKA

Sondole, E.M.R., dkk. (2015). Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan Pengawasan
terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran VII Pertamina
BBM Bitung, Vol. 3, hlm. 652.

Sahadi, dkk. (2020). Karakter Kepemimpinan Ideal dalam Organisasi. Jurnal


MODERAT,Volume 6, Nomor 3.

Faturahman, B.M. (2018). Kepemimpinan dalam Budaya Organisasi. MADANI Jurnal


Politik dan Sosial Kemasyarakatan, Vol 10 No. 1 2018.

Gebby Puja Syafitra, (2019) PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP KINERJA


PEGAWAI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.
Skripsi(S1) thesis, PERPUSTAKAAN.

Syahril, S. (2019). Teori-teori Kepemimpinan. Riayah : Jurnal Sosial dan Keagamaan,

4(2), 208-215. Retrieved September 5, 2021, from: https://e-

journal.metrouniv.ac.id/index.php/riayah/article/view/1883

Marsaoly, Kurshin, M. S. & Nurlaila. (2016). Pengaruh Pengawasan dan Disiplin Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai Pada Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional Provinsi Maluku Utara. Jurnal Manajemen Sinergi. 2 (2).

Dikutip pada 11 September dari

http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/JMS/article/view/478

Anda mungkin juga menyukai