Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK

PENTINGNYA FORMULASI DALAM MENENTUKAN KEBERHASILAN


KEBIJAKAN PUBLIK
DOSEN : DR. Nurhannis, M.Si

NURHAYATI AMBO

STAMBUK B 10222013

PROGRAM STUDI

MAGISTER ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
PENTINGNYA FORMULASI DALAM MENENTUKAN KEBERHASILAN
KEBIJAKAN PUBLIK

A. Pengertian

Formulasi dan Implementasi kebijakan publik sebagai salah dua dimensi dalam proses
dan rangkaian kebijakan publik yang tentunya juga sangat menentukan apakah
kebijakan itu realistis antara sasaran kebijakan. Dalam hal ini, dapat ditegaskan bahwa
antara formulasi kebijakan (policy of formulation) dan Implementasi kebijakan harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya, sebab bisa jadi proses formulasi kebijakan benar tapi
jika pada tahapan implementasi tidak diperhatikan baik masalah teknis maupun non
teknis, maka dapat dipastikan produk kebijakan publik apapun akan mengalami
kegagalan dalam mencapai harapan dan tujuan yang telah ditetapkan.

Oleh karena itu, dipandang penting jika proses formulasi kebijakan sesuai isu publik
dan pada tahapan berikutnya yakni implementasi kebijakan publik tak terabaikan hanya
karena permasalahn teknis, dan kesemuanya itu menjadi solusi terhadap setiap
masalah publik.

Memahami perilaku manusia merupakan titik pangkal untuk dapat mengerti perilakunya
dalam organisasi. Suatu pandangan yang berorientasi kesisteman adalah jalan yang
paling mudah untuk mengerti perilaku manusia, yang dalam pandangan tersebut,
perilaku manusia ditentukan oleh proses masukan dan keluarannya. Hal ini berarti
harus menganggap bahwa perilaku manusia adalah sebagai suatu sistem yang terbuka,
bukan sesuatu yang dapat diisolasi dan manusia berintegrasi dengan lingkungannya
serta hidup dalam lingkungannya.

Perubahan perilaku anggota suatu organisasi dipengaruhi oleh pola hubungan yang
terjadi di dalam organisasi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Keeratan hubungan dalam suatu organisasi menentukan norma organisasi tersebut dan
mempengaruhi kinerja seseorang. Suatu norma kelompok yang berlaku akan
memberikan bimbingan dan arah bagi perilaku anggota organisasi, atau diharapkan
sebagai alat bagi para anggota organisasi agar berperilaku sesuai dengan norma yang
sudah ditentukan dan disetujuai bersama walaupun tidak semua anggota selalu
bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma tersebut. Pengaruh norma sangat
menentukan perilaku seseorang yang dapat berupa penyesuaian, kompliansi dan
akseptasi. Penyesuaian atau konformitas, menurut Indrawijaya (1989:119), adalah
suatu perubahan perilaku atau kepercayaan terhadap kelompok atau organisasi,
sebagai akibat tekanan kelompok, baik yang betul ada maupun yang dibayangkan ada.

Secara sosiologis, perilaku birokrasi dalam konteks pelayanan publik harus dipandang
sebagai usaha penataan masyarakat (Soemardjan, 1984:45). Artinya para administrator
sejauh mana mampu dalam mengadakan teknik pendekatan masyarakat. Sebaliknya
juga perlu dilihat sejauh mana rakyat bersedia dipimpin, diurus dan diatur dalam
hubungan antara manusia dalam masyarakat negara. Jadi dalam hal ini pemerintah
juga dianggap salah satu dari kelompok manusia. Hanya bedanya pemerintah
merupakan kelompok masyarakat yang memiliki kekuasaan untuk mengatur dan
memerintah. Secara psikologis, perilaku birokrasi akan berkaitan dengan perilaku
pribadi.

B. Penerapan Formulasi Kebijakan

Disiplin ilmu psikologi telah memberikan kontribusinya dan terus menambah


pengetahuan di bidang perilaku organisasi adalah ahli-ahli teori belajar, teori
kepribadian, psikologi bidang konseling, dan organisasi (Muklas, 2005:23). Awalnya
para psikolog organisasi ini terlibat dalam masalah-masalah kelelahan, kebosanan, dan
faktor-faktor lain yang relevan dengan kondisi kerja yang bisa mengganggu efisiensi
kerja. Akhirnya, kontribusi ini lebih meluas lagi, yang meliputi proses belajar, persepsi,
kepribadian, latihan, efektivitas kepemimpinan, pemenuhan kebutuhan dan motivasi,
kepuasan kerja, proses pengambilan keputusan, penilaian prestasi kerja, pengukuran
sikap, Teknik pemilihan pegawai, desain kerja, dan stres di tempat kerja.

Perilaku birokrasi merupakan interaksi antara individu dalam organisasi lingkungannya,


karena perilaku birokrasi ditentukan oleh fungsi individu dalam lingkungan organisasi,
atau perilaku birokrasi = fungsi (individu dalam lingkungan organisasi). Struktur birokrasi
banyak diwarnai oleh karakteristik dan kapabilitas dan kapasitas individu atau aparat
selaku abdi Negara atau pemerintah dan pelayan masyarakat yang secara hirarkhi
sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab dalam tata administrasi. Dengan demikian,
mereka diharapkan dan dituntut menampilkan perilaku yang sesuai dengan peranannya
selaku abdi Negara. Dalam kaitan itu Robbins (1998:1) menegaskan bahwa:
“organization behavior is the systematic of study that actions and attitudes of people
exhebit within organization”, sementara Schermerhorn et al. (1996:6) mengemukakan
bahwa: “organizational behavior is the study of individuals and groups in organization”.
Selanjutnya Kreitner and Kinicky (2001:10) mengatakan bahwa: ”an interdisciplinary
field dedicated to better understanding and managing people at work”, pada bagian lain
Newstrom and Davis (2002:35) mengemukakan bahwa: ”a collection of people working
together in division of labaour to achieve a common purpose”.

Pada dasarnya perilaku manusia terbentuk setelah melewati keseluruhan dari


aktivitasnya, selanjutnya oleh Ndraha (2003:33), bahwa: “Perilaku adalah
operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau suatu kelompok dalam atau
terhadap suatu (situasi dan kondisi) lingkungan (masyarakat, alam, teknologi, atau
organisasi), sementara sikap adalah operasionalisasi dan aktualisasi pendirian”.
Kebijakan publik merupakan bentuk intervensi pemerintah menyelesaikan masalah-
masalah publik dalam berbagai aspek kehidupan. Melalui kebijakan publiklah
pemerintah memiliki kekuatan dan kewenangan hukum untuk menata kehidupan
masyarakat dan sekaligus memaksakan segala ketentuan yang telah ditetapkan,
sehingga kebijakan publiK terkadang menuai pro kontra dari masyarakat.

Kebijakan publik merupakan kewenangan pemerintah menjalankan tugas dan fungsinya


dalam hubungannya dengan masyarakat dan dunia usaha. Pada dasarnya kebijakan
pemerintah dalam menata kehidupan masyarakat di berbagai aspek merupakan
kebijakan yang berorientasi pada kepentingan publik (masyarakat). Pengertian
kebijakan (policy) adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan
pengambilan keputusan. Dalam setiap penyusunan kebijakan publik diawali oleh
perumusan masalah yang telah diidentifikasi kemudian pelaksanaan kebijakan tersebut
ditujukan untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam masyarakat.

Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau definisi mengenai apa yang dimaksud
dengan kebijakan publik (public policy) khususnya dalam literatur ilmu politik. Masing-
masing definisi tersebut memberi penekanan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan
karena kebanyakan definisi dipengaruhi oleh masalah tertentu yang ingin ditelaah oleh
seorang analisis kebijakan. Sementara disisi lain, pendekatan dan model yang
digunakan para ahli akhirnya juga akan menentukan bagaimana kebijakan publik
tersebut hendak didefinisikan. Misalnya, apakah kebijakan dilihat sebagai rangkaian
keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau sebagai tindakan-tindakan yang
dampaknya dapat diramalkan.

Suatu kebijakan publik mempunyai hubungan erat antara pemerintah sebagai pembuat
kebijakan dengan masyarakat yang berkepentingan terhadap kebijakan tersebut.
Menurut M.Irfan Islamy bahwa dalam konsep demokrasi modern, kebijaksanaan negara
tidak hanya berisi cetusan pikiran atau pendapat para pejabat yang mewakili rakyat,
tetapi opini publik (publik opinion) juga mempunyai porsi yang sama besarnya untuk
diisikan (tercermin) dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan negara. Hal ini berarti pejabat
publik yang berwenang menyusun dan merumuskan kebijaksanaan yang menyangkut
public harus mendengar pendapat dan saran dari masyarakat serta mendasarkan pada
kepentingan umum, agar kebijakan tersebut dapat diterima dan sesuai dengan
kebutuhan yang diinginkan. Lebih lanjut M.Irfan Islamy menguraikan beberapa elemen
penting dalam kebijakan publik, yaitu :
a) Bahwa kebijakan publik itu dalam bentuk peraturannya berupa tindakan-tindakan
pemerintah
b) Bahwa kebijakan publik itu tidak cukup hanya dinyatakan sebagai wacana, tetapi
dilaksanakan dalam bentuk yang nyata
c) Bahwa kebijakan publik baik untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan
sesuatu itu mempunyai dan dilandasi maksud dan tujuan tertentu
d) Bahwa kebijakan publik itu harus senantiasa ditujukan bagi kepentingan seluruh
anngota masyarakat.

Dari keseluruhan konsep/definisi yang telah disebutkan dapat ditarik kesimpulan, ada
empat elemen utama dalam kebijakan publik yaitu :
a. Input, adalah hal-hal yang mempengaruhi kebijakan publik seperti manusia (aktor),
pengetahuan dan teknologi, informasi serta nilai- nilai yang berlaku di masyarakat.
b. Tujuan (goals), merupakan arah dari suatu kebijakan yang ingin dicapai oleh
pembuat kebijakan.
c. Perangkat (instruments), alat-alat yang digunakan dalam menjalankan suatu
kebijakan.
d. Dampak, hasil yang diperoleh dari suatu kebijakan baik yang diinginkan maupun
yang tidak.

C. Penutup
Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan pemerintah.
Kebijakan publik baik untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu itu mempunyai
tujuan tertentu. Kebijakan publik ditunjukan untuk kepentingan masyarakat. Kebijakan
publik menentukan bentuk suatu kehidupan setiap bangsa dan Negara. Semua Negara
menghadapi masalah yang sama, yang berbeda adalah bagaimana respons terhadap
masalah tersebut. Respon ini yang disebut sebagai kebijakan publik. Dan, karena
kebijakan publik adalah domain dari Negara atau pemerintahan, atau kekuasaan
pemegang Negara, maka kebijkan publik adalah bentuk factual dari upaya setiap
pemerintah untuk memanajemeni kehidupan bersama yang disebut Negara dan
bangsa. Keunggulan setiap Negara semakin ditentukan oleh kemampuan Negara
tersebut mengembangkan kebijakan-kebijakan publik yang unggul.

Anda mungkin juga menyukai