TUGAS KELOMPOK
TEORI PERILAKU
A. Latar Belakang
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam
melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena
adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh
interaksi manusia dengan lingungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.Niat adalah sebagai keinginan yang berasal dari dalam diri individu untuk
mendapatkan atau melakukan sesuatu yang hendak dilakukan. Ini merupakan
penggerak utama dalam terbentuknya perilaku.
2.Pengetahuan dipahami sebagai segala sesuatu yang dipahami. Prosesnya
dilakukan dengan mencari tahu dan melalui pengalaman.
3.Sikap dipahami sebagai pernyataan dalam diri individu untuk melakukan
sesuatu. Pendirian atau keyakinan yang muncul karena adanya pengetahuan
akan hal tersebut. Inilah yang akan termanifestasi dalam bentuk perilaku (Saleh,
2018).
Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu juga tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang
mengenai individu itu. Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban atau respons
terhadap stimulus yang mengenainya.
B. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami teori
perilaku baik secara umum, psikologi, islam, dan dalam kepemimpinan.
C. Rumusan Makalah
1. Apakah teori perilaku itu?
2. Bagaimana konsep perilaku kepemimpinan?
3. Bagaimana teori perilaku dalam psikologi kepemimpinan?
4. Penerapan Teori Perilaku Kepemimpinan Pendidikan Islam.?
5.Penelitian Teori Perilaku (Behavioral Theories) dalam Teori
Kepemimpinan
BAB II
A. Teori Perilaku
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang bendasarkan
teori perilaku ini, memiliki kecenderungan kearah 2 hal, yaitu:
1. Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh
gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
2. Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah
bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada
bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin
biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-
macam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah
mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku
kepemimpinan ini, yaitu
1) Berorientasi pada tugas (task oriented)
2) Berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented)
Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada
penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai
sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan
yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu.
Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan cenderung
lebih mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih
memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat
sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada
gaya kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam hati.
Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku
pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan
orientasi tugas yang tinggi juga.
2. High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang
tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
3. Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan
dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut
dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
4. Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan
juga lemah.
Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling
fatal akibatnya adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin
dengan gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya
sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut.
Dilihat dari segi efektifitasnya, tiap- tiap gaya kepemimpinan dapat
dikelompokkan menjadi dua macam yaitu kepemimpinan yang kurang efektif
dan kepemimpinan yang efektif. Kelompok yang kurang efektif terdiri atas
gaya kepemimpinan deserter, missionary,
autocrat,dan compromisser. Sedangkan kelompok yang efektif mencakup
gaya kepemimpinan compromisser, developer, benevolent, dan executive.
Dari kedelapan gaya kepemimpinan sebagaiamana yang diuraikan di
atas menunjukkan hasil dari kedelapan kemungkinan adanya adanya
gabungan antara orientasi tugas (taks oriented ); orientasi hubungan
(relationship oriented), dan orientasi hasil(effectiveness oriented). Orientasi
tugas terjadi apabila pemempin menggarahkan bawahannya untuk mencapai
tujuan organisasi melalui perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan.
Orientasi hubungan terjadi apabila pemimpin membina hubungan akrab dan
saling mepercayai bawahan, menghargai ide yang disampaikan bawahan dan
tengang rasa yang disampaikan bawahan. Orientasi hasil timbul apabila
pemimpin berhasil mencapai tujuan organisasinya sebagaimana telah
direnanakan dan sesuai dengan kedudukan sebagai pemimpin.
B. Konsep Perilaku Kepemimpinan
Perilaku kepemimpinan ada tiga dimensi, yang didasarkan pada
hubungan antara tiga faktor, yaitu perilaku tugas (Task behavior), perilaku
hubungan (relationship behavior) dan kematangan (maturity). Perilaku tugas
merupakan pemberian petunjuk oleh pemimpin terhadap anak buah meliputi
penjelasan tertentu, apa yang harus dikerjakan, bilamana, dan bagaimana
mengerjakannya, serta mengawasi mereka secara ketat. Perilaku hubungan
merupakan ajakan yang disampaikan oleh pemimpin melalui komunikasi dua
arah yang meliputi mendengar dan melibatkan anak buah dalam pemecahan
masalah. Adapun kematangan adalah kemampuan dan kemauan anak buah
dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan
kepadanya.
Dari ketiga faktor tersebut, tingkat kematangan anak buah merupakan
faktor yang paling dominan. Karena itu, tekanan utama dari teori ini terletak
pada perilaku pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. Kegiatan
pemimpin dalam melakukan manajemen organisasinya mulai dari
pengambilan keputusan sampai pada pelaksanaan dan evaluasi kerja
menunjukkan suatu perilaku. Perilaku pemimpin dalam suatu organisasi
menjadi sorotan dan memengaruhi timbulnya perilaku anggota atau perilaku
kelompok. Apabila perilaku pemimpin, baik dalam memberikan instruksi,
mengawasi, maupun melakukan evaluasi, termasuk dalam mengemukakan
pikiran-pikirannya maka dapat menciptakan efektivitas organisasi.
Perilaku kepemimpinan tersebut, yaitu perilaku instruktif, konsultatif,
partisipatif, dan delegatif. Perilaku kepemimpinan tersebut, masing-masing
memiliki ciri pokok sebagai berikut:
a. Perilaku instruktif; terbangunnya komunikasi satu arah, pimpinan membatasi
peranan bawahan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi
tanggung jawab pemimpin, pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat.
b. Perilaku konsultatif; pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup besar
serta menentukan keputusan, telah diharapkan komunikasi dua arah dan
memberikan suportif terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar keluhan
dan perasaan bawahan dalam pengambilan keputusan, bantuan terhadap
bawahan ditingkatkan tetapi pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin.
c. Perilaku persuasif; control atas pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan antara pemimpin dan bawahan seimbang, pemimpin dan bawahan
sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan,
komunikasi dua arah semakin meningkat, pemimpin makin mendengarkan
secara intensif terhadap bawahannya, keikutsertaan bawahan dalam
pemecahan dan pengambilan keputusan makin betambah.
d. Perilaku delegatif; pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan
bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya
kepada bawahan, bawahan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah
bagaimana keputusan dilaksanakan, dan bawahan diberi wewenang untuk
menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan sendiri
Menurut Stogdill yang di kutip oleh Muwahid Shulhan, mengemukakan
bahwa untuk menilai perilaku kepemimpinan ada 12 faktor yang perlu di
perhatikan, yaitu:
1. Perwakilan (representation), pemimpin berbicara dan bertindak sebagai wakil
kelompok.
2. Tuntutan perdamaian (reconciliation), pemimpin mendamaikan tuntutan
konflik dan mengurangi ketidakteraturan dari sistem yang ada.
3. Toleran terhadap ketidakpastian (tolerance of uncertainty), pemimpin mampu
memberikan toleransi terhadap ketidak pastian dan penundaan tanpa
kekhawatiran atau gangguan.
4. Keyakinan (persuasiveness), pemimpin mampu menggunakan persuasi dan
organisasi secara efektif serta memperlihatkan keyakinan yang kuat.
5. Struktur inisiasi (inisiation of structure), pemimpin dengan jelas
mendefinisikan peranan kepemimpinan dan memberikan kesempatan
bawahan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.
6. Toleransi kebebasan (tolerance of freedom), pemimpin membiarkan bawahan
berkesempatan untuk berinisiatif, terlibat dalam keputusan dan berbuat.
7. Asumsi peranan (role Assumption), pemimpin secara aktif menggunakan
peranan kepemimpinannya daripada menyerahkan kepemimpinan kepada
orang lain.
8. Konsiderasi (consideration), pemimpin memperlihatikan ketengan, kerjasama,
dan kontribusi (bantuan) bawahan.
9. Penekanan pada hal-hal yang produktif (productive emphasis), pemimpin
mementingkan atau menekankan kepada hal-hal yang bersifat produktif.
10. Ketepatan yang bersifat produktif (predictive accuracy), pemimpin
memperlihatkan wawasan kedepan dan kecakapan untuk memperkirakan
hasil yang akan datang secara akurat.
11. Integrase (integration), pemimpin memelihara secara akrab jaringan
organisasi dan mengatasi konflik antar anggota.
12. Orientasi kepada atasan (superior orientation), pemimpin memelihara
hubungan ramah-tamah dengan atasan yang mempunyai pengaruh terhadap
pemimpin, dan berjuang untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi.
Kedua belas faktor tersebut sangat membantu dalam menganalisa dan
memperbaiki perilaku pemimpin dalam organisasi apapun. Gaya
kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu pertama, gaya kepemimpinan
yang berpola mementingkan pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien, agar
mampu mewujudkan tujuan secara efektif dan efisien, agar mampu
mewujudkan tujuan secara maksimal; kedua, gaya kepemimpinan yang
berpola mementingkan pelaksanaan hubungan kerja sama; dan ketiga, gaya
kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai dalam
rangka mewujudkan tujuan organisasi. Di sini pemimpin menaruh perhatian
yang besar dan memiliki keinginan yang kuat, agar setiap anggota
berprestasisebesar-besarnya.
Ketiga pola dasar perilaku kepemimpinan dalam praktik tidak
berlangsung secara ekstrim terpisah-pisah. pemisahan sebagaimana tersebut
diatas dimaksudkan sebagai uraian teoritis, yang akan mengantarkan pada
katagori kepemimpinan. Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut, terbentuknya
perilaku kepemimpinan yang berwujud pada ketagori kepemimpinan yang
terdiri dari tiga tipe pokok kepemimpinan antara lain adalah;
a) Tipe kepemimpinan otoriter, tipe ini menempatkan kekuasaan di tangan satu
orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas
anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah bahkan
kehendak pimpinan.
b) Tipe kepemimpinan kendali bebas. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe
kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol.
Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang
yang dipimpinnya dalam mengambil keputusan atau melakukan kegiatan.
Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat.
c) Tipe kepemimpinan demokratis. Tipe ini menempatkan manusia sebagai
faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan
musyawaroh, yang diwujudkan dalam setiap jenjang dan di dalam unit
masing-masing.
Seorang pemimpin. Dalam melakukan tugas kepemimpinannya dengan
menggunakan gaya dan tipe kepemimpinan tertentu mempunyai karekteristik
terdendiri. Seorang pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen,
watak, dan kebiasaan sendiri yang khas sehingga dengan tingkah laku dan
gayanya sendiri membedakan dirinya dengan orang lain. Tipe
kepemimpinannya tersebut pasti akan mewarnai perilaku kepemimpinan.
C. Teori Perilaku dalam Kepemimpinan
Teori perilaku (behavior theories) Teori ini bertitik tolak dari pemikiran
bahwa kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi tergantung pada
perilaku dan gaya bersikap dan atau gaya bertindak sebagai seorang
pemimpin. Teori ini memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi
kepemimpinan dengan kata lain keberhasilan seorang pemimpin dalam
mengefektifkan dalam organisasi sangat tergantung pada perilakunya dalam
melaksanakan fungsi fungsi kepemimpinan didalam strategi
kepemimpinannya.
Perilaku dimaksud sebagai gaya kepemimpinan dalam
mengimplementasikan fungsi fungsi kepemimpinan yang menurut teori sangat
bear pengaruhnya dan bersifat sangan menentukan dalam mengefektifkan
organisasi dalam mencapai tujuannya.
Menurut Nawawi pendekatan teori perilau melalui gaya kepemimpinan dalam
realisasi fungsi kepemimpinan merupakan strategi kepemimpinan yang memiliki
orientasi yang terdiri dari:
a) Orientasi pada tugas
Mengawasi anggota organisasinya secara ketat untuk memastikan tugas
tugas dilaksanakan secara memuaskan. Pelaksannaan tugas lebih
diutamakan daripada pertumbuhan dan kepuasan pribadi anggota
organisasi.
b) Orientasi pada orang atau bawahan
Pemimpin dalam mewujudkan kepemimpinannya untuk mengefektifkan
organisasi dalam mencapai tujuan mengimplementasikan hubungan
bersahabat, saling percaya dan saling menghargai bawahan yang selalu
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan untuk
kepentingan organisasi. Pemimpin yang berorientasi orang atau bawahan
lebih mengutamakan melakukan memotifasi diri daripada mengendalikan
bawahan.
Tidak beriman orang yang tidak dapat menjaga amanah dan tidak beragama
orang yang tidak menepati janji. (HR. Ahmad)
Lalu dalam point kedua dari pendapat Nawawi diatas adalah terkait
tentang orientasi pada bawahan yang maksudnya adalah agar lebih bersahabat,
mendengar atau bahkan bermusyawarah dengan bawahan. Islam juga telah
memberikan ajaran itu kepada kita. Seperti dalam kisah sirah nabawi yang dimana
Rasulullah juga selalu melakukan musyawarah ketika ingin melakukan sesuati
seperti contoh dalam perang badan dan perang khaibar misalnya. Dalam Al-Quran
juga ada disebutkan terkait musyawarah ini seperti dalam potongan aayat Q.S As-
Syura ayat 38 yaitu:
ْوَ ىٰ لوَ ل يَ هُ هُ ي
ُ لَل يَْل هْ يْ ه
Artinya: “sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka”
Sedangkan Gary Yukl yang dikutip Mulyadi mengidentifikasi empat belas
perilaku kepemimpinanb yang dikenal dengan taksonomi nanajerial, yaitu:
1) Merencanakan dan mengorganisasi (Planning dan organizing)
Menentukan sasaran-sasaran dan strategi-strategi jangka pangjang,
mengalokasikan sumberdaya sesuai dengan prioritasnya, menentukan cara
menggunakan personil dan sumberdaya, dan menentukan cara
memperbaikikoordinasi, prodktivitas, serta efektivitas unit organisasi.
2) Pemecah masalah (Problem solving)
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pekerjaan, menganalisis
masalah untuk mengidentifikasi sebab-sebab dan mencari pemecah dan
mengimplementasikan solusi-solusi untuk mencegah masalah.
3) Menjelajah peran dan sasaran (clarifying roles and objectifies)
Membagi-bagi tugas, memberi arah tentang cara melakukan pekerjaan
tersebut, dan mengkomunikasikan mengenai tanggungjawab akan
pekerjaan, dan sasaran tugas, batas waktu, serta harapan mengenai kinerja.
4) Memberi informasi (informin)
Membagi informasi yang relevan tentang keputusan, rencana, dan
kegiatan-kegiatan kepada orang yang membutuhkannya, memberi material
dan dokumen tertulis, dan menjawab permintaan akan informasi teknis.
5) Memantau (monitoring)
Mengumpulkan informasi mengenai kegiatan kerja dan kondisi external
yang mempengaruhi pekerjaan tersebut , mengevaluasi kinerja para
individu dan unit-unit organisasi, dan meramalkan peristiwa-peristiwa
eksternal.
6) Memotivasi dan membri informasi (motivating and inspiring)
Teknik-teknik mempengaruhi yang menarik emosi atau logika yang
menimbulkan sengangat terhadap sasaran tugas, dan patuh terhadap
kerjasama, bantuan, dan dukungan.
7) Berkontribusi (consulting)
Memeiksa pada orang-orang sebelum membuat perubahan yang akan
mempengaruhi meraka, mendorong sasaran-sasaran untuk membuat
perbaikan, dan memasukkan ide-ide serta sasaran dari orang lain dalam
keputusan-keputusan.
8) Mendelegasikan (delegating)
Mengizinkan para bawahan untuk mempunyai tanggung jawab yang
substansial dan kebijaksanaan dalam melaksanakan kebgiatan-kegiatan
kerja, mengenai masalah, dan membuat keputusan penting.
9) Memberikan dukungan (supporting)
Bertindak ramah dan penuh perhatian, sabar dan memperlihatkan simpati
serta dukungan jika seorang bingung dan cemas, dan mendengarkan
keluhan dan masalah.
10) Mengembangkan dan membimbing (deviloping and mentoring)
Memberih pelatihan dan nasehat karir yang membantu, melakukan hal-hal
yang membantu perolehan keterampilan seseorang, ppengembangan
profesional dan kemajuan karir.
11) Mengelola konflik dan membangun tim (managing and team building)
Memudahkan pemecahan konflik yang konstruk, dan mendorong koperasi,
kerjasama tim, dan identifikasi dengan unit kerja .
12) Membangun jaringan kerja (networking) b
Bersosialisasi secara informal, mengambanngkan kontak-kontak dengan
orang-orang yang merupakan sumber informasi dan dukungan melakukan
kunjungan, korespondensi, dan dan kehadiran pada pertemuan-pertemuan
serta peristiwa sosial.
13) Pengakuan (recognizing)
Memberi pujian dan pengakuan bagi kinerja yang efektif, keberhasilan
yang signifikan dan kontribusi khusus.
14) Memberi imbalan (rewarding)
Memberi atau merekomendasikan imbalan-imbalan yang nyata seperti
penambahan gaji atau promosi bagi kinerja, keberhasilan signifikan dan
kompetensi yang terlihat.
Mendelegasikan
Mendukung
Mengembangkan dan membingmbing
Membangun hubungan
Membangun tim dan mngelola konflik
Membentuk jaringan
Menginformasikan
Memonitoring
b) Gaya autokrasi
b) Konsiderasi (consideration)
A. Kesimpulan
Teori perilaku adalah pendekatan dalam psikologi yang berfokus pada
pemahaman dan penjelasan perilaku manusia. Teori ini menekankan bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan
proses pembelajaran. Fokus utama teori perilaku adalah memahami
bagaimana lingkungan eksternal memengaruhi perilaku individu dan
bagaimana perilaku tersebut dapat diprediksi dan diubah melalui proses
pembentukan dan penguatan.
B. Saran
Penulis menyarankan agar penelis setelahnya bisa mengembangkan
materi teori perilaku ini secara luas baik dari perspektif psikologi dan juga
perspektif kepempinan dalam islam.
DAFTAR PUSTAKA