Anda di halaman 1dari 23

TUGAS 1

MATA KULIAH : Psikologi Kepemimpinan


DOSEN PENGAMPUH : H. Ahmad Yasser Mansyur,S.Ag.,S.Psi.,M.Si.,P.hD.

TUGAS KELOMPOK
TEORI PERILAKU

1. RIZAL SYAHREZA A. AKMAL (230032301040)


2. ZHINDIA PERGISTA NUSANTARA (230032301004)
3. ZULKIFLI (230032301019)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PSIKOLOGI
2024
BAB I

A. Latar Belakang
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam
melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena
adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh
interaksi manusia dengan lingungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior) Merupakan respon seseorang terhadap


stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior) Merupakan respon seseorang terhadap


stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus ini
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dapat dengan mudah dilihat
oleh orang lain.

Perilaku merupakan sebuah tindakan yang di dalamnya membuuhkan


berbagai tindakan dan juga aktivitas manusia. Dimana cakupan pengertiannya pun
sangat luas, dalam hal ini akan berkaitan dengan cara seseorang tertawa, bekerja
dan juga berjalan. Dari adanya uraian yang telah dijelaskan pun dapat disimpulkan
adanya perilaku kehidupan manusia akan berkaitan dengan aktivitas manusia itu
sendiri
Perilaku manusia adalah gerakan yang dapat dilihat melalui indera manusia,
gerakan yang dapat diobservasi (Saleh, 2018). Artinya, berbeda dengan jiwa yang
abstrak dan tidak dapat diamati secara langsung, perilaku adalah hal konkret yang
dapat diamati karena bentuknya dapat dirasakan secara indrawi dan dialami secara
nyata (empiris). Dengan demikian, tidak heran apabila para behavioris hanya
mengakui perilaku sebagai objek yang dapat dianalisis oleh psikologi sebagai
ilmu pengetahuan yang memang harus bersifat empiris.
Sebagai makhluk yang kompleks, perilaku manusia tidak muncul begitu
saja. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Namun, secara
intrinsik, perilaku manusia secara umum muncul sebagai akibat dari sistematika
atau formulasi berikut ini.

NIAT + PENGETAHUAN + SIKAP = PERILAKU

1.Niat adalah sebagai keinginan yang berasal dari dalam diri individu untuk
mendapatkan atau melakukan sesuatu yang hendak dilakukan. Ini merupakan
penggerak utama dalam terbentuknya perilaku.
2.Pengetahuan dipahami sebagai segala sesuatu yang dipahami. Prosesnya
dilakukan dengan mencari tahu dan melalui pengalaman.
3.Sikap dipahami sebagai pernyataan dalam diri individu untuk melakukan
sesuatu. Pendirian atau keyakinan yang muncul karena adanya pengetahuan
akan hal tersebut. Inilah yang akan termanifestasi dalam bentuk perilaku (Saleh,
2018).

Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu juga tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang
mengenai individu itu. Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban atau respons
terhadap stimulus yang mengenainya.

B. Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami teori
perilaku baik secara umum, psikologi, islam, dan dalam kepemimpinan.
C. Rumusan Makalah
1. Apakah teori perilaku itu?
2. Bagaimana konsep perilaku kepemimpinan?
3. Bagaimana teori perilaku dalam psikologi kepemimpinan?
4. Penerapan Teori Perilaku Kepemimpinan Pendidikan Islam.?
5.Penelitian Teori Perilaku (Behavioral Theories) dalam Teori
Kepemimpinan
BAB II

A. Teori Perilaku
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang bendasarkan
teori perilaku ini, memiliki kecenderungan kearah 2 hal, yaitu:
1. Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh
gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
2. Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah
bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada
bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
Dalam menggerakkan orang lain guna mencapai tujuan, pemimpin
biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan bermacam-
macam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah
mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku
kepemimpinan ini, yaitu
1) Berorientasi pada tugas (task oriented)
2) Berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented)
Gaya yang berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada
penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai
sesuai dengan keinginannya. Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan
yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat waktu.
Sebaliknya gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan cenderung
lebih mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih
memotivasi karyawannya daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat
sensitif dengan perasaan bawahannya. Jadi pada prinsipnya yang dipakai pada
gaya kepemimpinan yang ini bukan otak tapi rasa yang ada dalam hati.
Pemimpin berusaha keras tidak menyakiti bawahannya. Penjabaran perilaku
pemimpin terhadap bawahan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. High-high berarti pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan
orientasi tugas yang tinggi juga.
2. High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang
tinggi, tetapi rendah hubungan terhadap bawahan.
3. Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan
dengan bawahan, dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut
dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
4. Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan
juga lemah.
Dari keempat macam gaya kepemimpinan, kepemimpinan yang paling
fatal akibatnya adalah yang keempat. Seorang pemimpin apabila memimpin
dengan gaya yang keempat ini, lebih baik turun saja dari kepemimpinannya
sebelum hancur organisasi yang dipimpinnya tersebut.
Dilihat dari segi efektifitasnya, tiap- tiap gaya kepemimpinan dapat
dikelompokkan menjadi dua macam yaitu kepemimpinan yang kurang efektif
dan kepemimpinan yang efektif. Kelompok yang kurang efektif terdiri atas
gaya kepemimpinan deserter, missionary,
autocrat,dan compromisser. Sedangkan kelompok yang efektif mencakup
gaya kepemimpinan compromisser, developer, benevolent, dan executive.
Dari kedelapan gaya kepemimpinan sebagaiamana yang diuraikan di
atas menunjukkan hasil dari kedelapan kemungkinan adanya adanya
gabungan antara orientasi tugas (taks oriented ); orientasi hubungan
(relationship oriented), dan orientasi hasil(effectiveness oriented). Orientasi
tugas terjadi apabila pemempin menggarahkan bawahannya untuk mencapai
tujuan organisasi melalui perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan.
Orientasi hubungan terjadi apabila pemimpin membina hubungan akrab dan
saling mepercayai bawahan, menghargai ide yang disampaikan bawahan dan
tengang rasa yang disampaikan bawahan. Orientasi hasil timbul apabila
pemimpin berhasil mencapai tujuan organisasinya sebagaimana telah
direnanakan dan sesuai dengan kedudukan sebagai pemimpin.
B. Konsep Perilaku Kepemimpinan
Perilaku kepemimpinan ada tiga dimensi, yang didasarkan pada
hubungan antara tiga faktor, yaitu perilaku tugas (Task behavior), perilaku
hubungan (relationship behavior) dan kematangan (maturity). Perilaku tugas
merupakan pemberian petunjuk oleh pemimpin terhadap anak buah meliputi
penjelasan tertentu, apa yang harus dikerjakan, bilamana, dan bagaimana
mengerjakannya, serta mengawasi mereka secara ketat. Perilaku hubungan
merupakan ajakan yang disampaikan oleh pemimpin melalui komunikasi dua
arah yang meliputi mendengar dan melibatkan anak buah dalam pemecahan
masalah. Adapun kematangan adalah kemampuan dan kemauan anak buah
dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan
kepadanya.
Dari ketiga faktor tersebut, tingkat kematangan anak buah merupakan
faktor yang paling dominan. Karena itu, tekanan utama dari teori ini terletak
pada perilaku pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. Kegiatan
pemimpin dalam melakukan manajemen organisasinya mulai dari
pengambilan keputusan sampai pada pelaksanaan dan evaluasi kerja
menunjukkan suatu perilaku. Perilaku pemimpin dalam suatu organisasi
menjadi sorotan dan memengaruhi timbulnya perilaku anggota atau perilaku
kelompok. Apabila perilaku pemimpin, baik dalam memberikan instruksi,
mengawasi, maupun melakukan evaluasi, termasuk dalam mengemukakan
pikiran-pikirannya maka dapat menciptakan efektivitas organisasi.
Perilaku kepemimpinan tersebut, yaitu perilaku instruktif, konsultatif,
partisipatif, dan delegatif. Perilaku kepemimpinan tersebut, masing-masing
memiliki ciri pokok sebagai berikut:
a. Perilaku instruktif; terbangunnya komunikasi satu arah, pimpinan membatasi
peranan bawahan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi
tanggung jawab pemimpin, pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat.
b. Perilaku konsultatif; pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup besar
serta menentukan keputusan, telah diharapkan komunikasi dua arah dan
memberikan suportif terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar keluhan
dan perasaan bawahan dalam pengambilan keputusan, bantuan terhadap
bawahan ditingkatkan tetapi pelaksanaan keputusan tetap pada pemimpin.
c. Perilaku persuasif; control atas pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan antara pemimpin dan bawahan seimbang, pemimpin dan bawahan
sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan,
komunikasi dua arah semakin meningkat, pemimpin makin mendengarkan
secara intensif terhadap bawahannya, keikutsertaan bawahan dalam
pemecahan dan pengambilan keputusan makin betambah.
d. Perilaku delegatif; pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan
bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya
kepada bawahan, bawahan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah
bagaimana keputusan dilaksanakan, dan bawahan diberi wewenang untuk
menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan sendiri
Menurut Stogdill yang di kutip oleh Muwahid Shulhan, mengemukakan
bahwa untuk menilai perilaku kepemimpinan ada 12 faktor yang perlu di
perhatikan, yaitu:
1. Perwakilan (representation), pemimpin berbicara dan bertindak sebagai wakil
kelompok.
2. Tuntutan perdamaian (reconciliation), pemimpin mendamaikan tuntutan
konflik dan mengurangi ketidakteraturan dari sistem yang ada.
3. Toleran terhadap ketidakpastian (tolerance of uncertainty), pemimpin mampu
memberikan toleransi terhadap ketidak pastian dan penundaan tanpa
kekhawatiran atau gangguan.
4. Keyakinan (persuasiveness), pemimpin mampu menggunakan persuasi dan
organisasi secara efektif serta memperlihatkan keyakinan yang kuat.
5. Struktur inisiasi (inisiation of structure), pemimpin dengan jelas
mendefinisikan peranan kepemimpinan dan memberikan kesempatan
bawahan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka.
6. Toleransi kebebasan (tolerance of freedom), pemimpin membiarkan bawahan
berkesempatan untuk berinisiatif, terlibat dalam keputusan dan berbuat.
7. Asumsi peranan (role Assumption), pemimpin secara aktif menggunakan
peranan kepemimpinannya daripada menyerahkan kepemimpinan kepada
orang lain.
8. Konsiderasi (consideration), pemimpin memperlihatikan ketengan, kerjasama,
dan kontribusi (bantuan) bawahan.
9. Penekanan pada hal-hal yang produktif (productive emphasis), pemimpin
mementingkan atau menekankan kepada hal-hal yang bersifat produktif.
10. Ketepatan yang bersifat produktif (predictive accuracy), pemimpin
memperlihatkan wawasan kedepan dan kecakapan untuk memperkirakan
hasil yang akan datang secara akurat.
11. Integrase (integration), pemimpin memelihara secara akrab jaringan
organisasi dan mengatasi konflik antar anggota.
12. Orientasi kepada atasan (superior orientation), pemimpin memelihara
hubungan ramah-tamah dengan atasan yang mempunyai pengaruh terhadap
pemimpin, dan berjuang untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi.
Kedua belas faktor tersebut sangat membantu dalam menganalisa dan
memperbaiki perilaku pemimpin dalam organisasi apapun. Gaya
kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu pertama, gaya kepemimpinan
yang berpola mementingkan pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien, agar
mampu mewujudkan tujuan secara efektif dan efisien, agar mampu
mewujudkan tujuan secara maksimal; kedua, gaya kepemimpinan yang
berpola mementingkan pelaksanaan hubungan kerja sama; dan ketiga, gaya
kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai dalam
rangka mewujudkan tujuan organisasi. Di sini pemimpin menaruh perhatian
yang besar dan memiliki keinginan yang kuat, agar setiap anggota
berprestasisebesar-besarnya.
Ketiga pola dasar perilaku kepemimpinan dalam praktik tidak
berlangsung secara ekstrim terpisah-pisah. pemisahan sebagaimana tersebut
diatas dimaksudkan sebagai uraian teoritis, yang akan mengantarkan pada
katagori kepemimpinan. Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut, terbentuknya
perilaku kepemimpinan yang berwujud pada ketagori kepemimpinan yang
terdiri dari tiga tipe pokok kepemimpinan antara lain adalah;
a) Tipe kepemimpinan otoriter, tipe ini menempatkan kekuasaan di tangan satu
orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas
anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah bahkan
kehendak pimpinan.
b) Tipe kepemimpinan kendali bebas. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe
kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol.
Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang
yang dipimpinnya dalam mengambil keputusan atau melakukan kegiatan.
Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat.
c) Tipe kepemimpinan demokratis. Tipe ini menempatkan manusia sebagai
faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan
musyawaroh, yang diwujudkan dalam setiap jenjang dan di dalam unit
masing-masing.
Seorang pemimpin. Dalam melakukan tugas kepemimpinannya dengan
menggunakan gaya dan tipe kepemimpinan tertentu mempunyai karekteristik
terdendiri. Seorang pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen,
watak, dan kebiasaan sendiri yang khas sehingga dengan tingkah laku dan
gayanya sendiri membedakan dirinya dengan orang lain. Tipe
kepemimpinannya tersebut pasti akan mewarnai perilaku kepemimpinan.
C. Teori Perilaku dalam Kepemimpinan
Teori perilaku (behavior theories) Teori ini bertitik tolak dari pemikiran
bahwa kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi tergantung pada
perilaku dan gaya bersikap dan atau gaya bertindak sebagai seorang
pemimpin. Teori ini memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi
kepemimpinan dengan kata lain keberhasilan seorang pemimpin dalam
mengefektifkan dalam organisasi sangat tergantung pada perilakunya dalam
melaksanakan fungsi fungsi kepemimpinan didalam strategi
kepemimpinannya.
Perilaku dimaksud sebagai gaya kepemimpinan dalam
mengimplementasikan fungsi fungsi kepemimpinan yang menurut teori sangat
bear pengaruhnya dan bersifat sangan menentukan dalam mengefektifkan
organisasi dalam mencapai tujuannya.
Menurut Nawawi pendekatan teori perilau melalui gaya kepemimpinan dalam
realisasi fungsi kepemimpinan merupakan strategi kepemimpinan yang memiliki
orientasi yang terdiri dari:
a) Orientasi pada tugas
Mengawasi anggota organisasinya secara ketat untuk memastikan tugas
tugas dilaksanakan secara memuaskan. Pelaksannaan tugas lebih
diutamakan daripada pertumbuhan dan kepuasan pribadi anggota
organisasi.
b) Orientasi pada orang atau bawahan
Pemimpin dalam mewujudkan kepemimpinannya untuk mengefektifkan
organisasi dalam mencapai tujuan mengimplementasikan hubungan
bersahabat, saling percaya dan saling menghargai bawahan yang selalu
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan untuk
kepentingan organisasi. Pemimpin yang berorientasi orang atau bawahan
lebih mengutamakan melakukan memotifasi diri daripada mengendalikan
bawahan.

Dari pendapat Nawawi diatas yaitu orientasi pada tugas, Kami


menambahkan dalil yaitu Q.S Al-Anfal Ayat 8 yang berbunyi:
‫لي َ ي نُوُنوَ يَ آ يَُنوَ َّل ذََِي أيَي يَا َيا‬
‫ُو يَ ل‬ ‫َ ي مَْي نُوَي يوأ ي مُُ ن مْ أ ي يَاُياَذ نُ مْ يوَ ي نُوُنوَ يو ل‬
‫َّّ ن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Apabila nilai amanah ini tidak direalisasikan, maka akan berdampak buruk
terhadap tananan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sehingga Rasulullah
Saw., menekankan dalam petikan khutbah pada setiap khutbahnya dengan
kalimat:

َ‫ِلُه َ ل لَاَلَل لَ إِ لَ يْ إِ يْ لَاَل ل‬، َ‫ِل يُ لَ يَْل لَ إِ لَ يْ إِْيْل لو ل‬

Tidak beriman orang yang tidak dapat menjaga amanah dan tidak beragama
orang yang tidak menepati janji. (HR. Ahmad)

Lalu dalam point kedua dari pendapat Nawawi diatas adalah terkait
tentang orientasi pada bawahan yang maksudnya adalah agar lebih bersahabat,
mendengar atau bahkan bermusyawarah dengan bawahan. Islam juga telah
memberikan ajaran itu kepada kita. Seperti dalam kisah sirah nabawi yang dimana
Rasulullah juga selalu melakukan musyawarah ketika ingin melakukan sesuati
seperti contoh dalam perang badan dan perang khaibar misalnya. Dalam Al-Quran
juga ada disebutkan terkait musyawarah ini seperti dalam potongan aayat Q.S As-
Syura ayat 38 yaitu:

ْ‫وَ ىٰ لوَ ل يَ هُ هُ ي‬
‫ُ ل‬‫َل يَْل هْ يْ ه‬
Artinya: “sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka”
Sedangkan Gary Yukl yang dikutip Mulyadi mengidentifikasi empat belas
perilaku kepemimpinanb yang dikenal dengan taksonomi nanajerial, yaitu:
1) Merencanakan dan mengorganisasi (Planning dan organizing)
Menentukan sasaran-sasaran dan strategi-strategi jangka pangjang,
mengalokasikan sumberdaya sesuai dengan prioritasnya, menentukan cara
menggunakan personil dan sumberdaya, dan menentukan cara
memperbaikikoordinasi, prodktivitas, serta efektivitas unit organisasi.
2) Pemecah masalah (Problem solving)
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pekerjaan, menganalisis
masalah untuk mengidentifikasi sebab-sebab dan mencari pemecah dan
mengimplementasikan solusi-solusi untuk mencegah masalah.
3) Menjelajah peran dan sasaran (clarifying roles and objectifies)
Membagi-bagi tugas, memberi arah tentang cara melakukan pekerjaan
tersebut, dan mengkomunikasikan mengenai tanggungjawab akan
pekerjaan, dan sasaran tugas, batas waktu, serta harapan mengenai kinerja.
4) Memberi informasi (informin)
Membagi informasi yang relevan tentang keputusan, rencana, dan
kegiatan-kegiatan kepada orang yang membutuhkannya, memberi material
dan dokumen tertulis, dan menjawab permintaan akan informasi teknis.
5) Memantau (monitoring)
Mengumpulkan informasi mengenai kegiatan kerja dan kondisi external
yang mempengaruhi pekerjaan tersebut , mengevaluasi kinerja para
individu dan unit-unit organisasi, dan meramalkan peristiwa-peristiwa
eksternal.
6) Memotivasi dan membri informasi (motivating and inspiring)
Teknik-teknik mempengaruhi yang menarik emosi atau logika yang
menimbulkan sengangat terhadap sasaran tugas, dan patuh terhadap
kerjasama, bantuan, dan dukungan.
7) Berkontribusi (consulting)
Memeiksa pada orang-orang sebelum membuat perubahan yang akan
mempengaruhi meraka, mendorong sasaran-sasaran untuk membuat
perbaikan, dan memasukkan ide-ide serta sasaran dari orang lain dalam
keputusan-keputusan.
8) Mendelegasikan (delegating)
Mengizinkan para bawahan untuk mempunyai tanggung jawab yang
substansial dan kebijaksanaan dalam melaksanakan kebgiatan-kegiatan
kerja, mengenai masalah, dan membuat keputusan penting.
9) Memberikan dukungan (supporting)
Bertindak ramah dan penuh perhatian, sabar dan memperlihatkan simpati
serta dukungan jika seorang bingung dan cemas, dan mendengarkan
keluhan dan masalah.
10) Mengembangkan dan membimbing (deviloping and mentoring)
Memberih pelatihan dan nasehat karir yang membantu, melakukan hal-hal
yang membantu perolehan keterampilan seseorang, ppengembangan
profesional dan kemajuan karir.
11) Mengelola konflik dan membangun tim (managing and team building)
Memudahkan pemecahan konflik yang konstruk, dan mendorong koperasi,
kerjasama tim, dan identifikasi dengan unit kerja .
12) Membangun jaringan kerja (networking) b
Bersosialisasi secara informal, mengambanngkan kontak-kontak dengan
orang-orang yang merupakan sumber informasi dan dukungan melakukan
kunjungan, korespondensi, dan dan kehadiran pada pertemuan-pertemuan
serta peristiwa sosial.
13) Pengakuan (recognizing)
Memberi pujian dan pengakuan bagi kinerja yang efektif, keberhasilan
yang signifikan dan kontribusi khusus.
14) Memberi imbalan (rewarding)
Memberi atau merekomendasikan imbalan-imbalan yang nyata seperti
penambahan gaji atau promosi bagi kinerja, keberhasilan signifikan dan
kompetensi yang terlihat.

Keempatbelas kategori perilaku kepemimpinan diatas dapat digambarkan sebagai


berikut
Tabel Taksonomi Perilaku Manejerial
Memotivasi dan memberi informasi
Memotivasi dan memberi inspirasi
Membuat keputusan
Mengakui
Memberi imbalan
Mempengaruhi orang Merencanakan
Memecahan masalah
Berkonsotasi

Mendelegasikan
Mendukung
Mengembangkan dan membingmbing
Membangun hubungan
Membangun tim dan mngelola konflik
Membentuk jaringan

Menginformasikan

Memberi mencari I nformasi Menjelaskan

Memonitoring

D. Penerapan Teori Perilaku Kepemimpinan Pendidikan Islam.

Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan gaya yang


dapat mewujudkan sasarannya, misalnya dengan mendelegasikan tugas,
mengadakan komunikasi yang efektif, memotivasi bawahannya,
melaksanakan kontrol dan seterusnya. Kepemimpinan yang efektif merupakan
kepemimpinan yang mampu menggerakkan pengikutnya untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan bersama. Hasil kajian terhadap beberapa
referensi menemukan 6 karakteristik kepemimpinan yang baik. Keenam
karakter tersebut antara lain:
a. Pemahaman otentitas sejarah keberadaan organisasi.
b. Memahami otentitas sumber-sumber organisasi.
c. Memahami otentitas struktur organisasi.
d. Memahami otentitas kekuatan organisasi.
e. Memahami otentitas misi organisasi.
f. Memahami otentitas makna organisasi.
Dalam upaya menuju kepemimpinan pendidikan Islam yang efektif,
setidaknya para pemimpin harus dilatih sesuai dengan corak pendekatan
perilaku. Nabi Muhamad SAW telah mengajarkan akhlak Islam kepada
semua umatnya untuk dijadikan landasan bagi pengembangan
profisionalisme seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya.
Dan hal ini dapat dilihat pada pengertian sifat sifat akhklah nabi
Muhammad SAW:
1) Sifat kejujuran.
Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling penting untuk
membangun seorang pemimpin yang baik. Hampir semua usaha yang
dikerjakan bersama menjadi lancar, karena adanya kejujuran. Oleh karena
itu kejujuran menjadi sifat wajib bagi Rasulullah SAW. Dan sifat ini pula
yang selalu diajarkan oleh Islam melalui Al-quran dan sunnah Nabi.
Kegiatan yang dikembangkan didunia organisasi , perusahaan dan
lembaga moderen saat ini sangat ditentukan oleh kejujuran. Begitu juga
tegaknya negara sangat ditentukan oleh sifat jujur para pemimpinnya.
Ketika para pemimpinnya tidak jujur dan korup maka negara
itu menghadapi problem nasional yang berat, dan sangat sulit untuk
membangkitkannya kembali.
2) Sifat tangung jawab.
Sikap tanggung jawab juga merupakan sifat ahklaq yang sangat
diperlukan untuk membangun profesionalisme. Suatu perusahaan
/organisasi/lembaga apapun pasti akan hancur bila orang orang yang
terlibat didalamnya tidak amanah.
3) Sifat komunikatif.
Salah satu ciri komunikatif dan transparan. Dengan sikap komunikatif,
seorang penaggung jawab suatu pekerjaan akan dapat terjalin kerjasama
dengan orang lain akan lebih lancar. Ia dapat juga meyakinkan rekanannya
untuk melakukan kerjasama atau melakukan visi dan misi yang
dasampaikan. Sementara dengan sikap transparan. Kepemimpinan diakses
semua pihak tidak ada kecurigaan, sehingga semua masyarakat anggotanya
dan rekan kerjasamanya akan memberikan apresiasi yang tinggi kepada
kepemimpinannya. Dengan begitu, perjalanan sebuah organisasi akan
berjalan lebih lancar, serta mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak.
4) Sikap cerdas.
Dengan kecerdasan seorang professional akan dapat melihat dan
menangkap peluang dengan tepat dan cepat. Dalam sebuah organisasi,
kepemimpinan yang cerdas akan cepat dan tepat dalam memahami
problematika yang ada di lembaganya. Ia akan cepat memahami aspirasi
anggotanya, sehingga setip peluang dapat segera dimanfaatkan secara
optimal dan problem dapat dipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran.
5) Berfikir positif dan bersikap positip.
Berfikir positif akan mendorong setiap orang melaksanakan tugas
tugasnya lebih baik. Hal ini disebabkan dengan bersikap dan berfikir
positif mendorong seseorang untuk berfikir jernih dalam menghadapi
setiap masalah. Khusnudzon tersebut, tidak saja ditujukan kepada sesama
kawan dalam bekerja, tetapi yang paling utama adalah bersikap dan
bersikap positif kepada Allah SWT. Dengan pemikiran
tersebut,seseorang akan lebih bersikap objektif dan optimistic. Apabila ia
berhasil dalam usahanya tidak menjadi sombong dan lupa diri, dan
apabila gagal tidak mudah putus asa, dan menyalahkan orang lain. Sukses
dan gagal merupakan pelajaran yang harus diambil untuk menghadapi
masa depan yang lebih baik, dengan selalu bertawakal kepada Allah SWT.
6) Memperbanyak silaturahmi.
Dalam Islam kebiasaan silaturrahim merupakan bagian dari tanda
tanda keimanan. Namun dalam dunia profesi, silaturahim sering dijupai
dalam bentuk tradisi lobi. Dalam tradisi ini akan terjadi saling belajar.
7) Disiplin waktu dan menepati janji.
Begitu pentingnya disiplin waktu, al-quran menegaskan makna waktu
bagi kehidupan manusia yang telah menjadi seorang pemimpin wajib
menghargai dan menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin.
8) Bertindak efektif dan efisien.
Bertindak efektif artinya merencanakan, mengerjakan dan
mengevaluasi sebuah kegiatan dengan tepat sasaran. Sedangkan efisien
adalah penggunaan fasilitas kerja dengan cukup, tidak boros dan memenuhi
sasaran, juga melakukan sesuatu yang memang diperlukan dan berguna.
Islam sangat menganjurkan sikap efektif dan efisien.
9) Memeberikan upah secara cepat dan tepat.
Ini sesuai dengan hadits nabi, yang mengatakan berikan upah
kadarnya, akan mendorong seseorang pekerja atau pegawai dapat memenuhi
kebutuhan diri dan keluarganya secara tepat pula. Sementara apabila upah
ditunda, seorang pegawai akan bermalas malas karena ia harus memikirkan
beban kebutuhannya dan merasa karya karyanya tidak dihargai secara
memadai.
Salah satu bentuk kepemimpinan dalam lembaga pendidikan Islam
adalah kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu
lembaga pendidikan. karena ia merupakan pemimpin dilembaganya,
Mulyasa mengatakan, kegagalan dan keberhasilan sekolah banyak
ditentukan oleh kepala sekolah.karena mereka merupakan pengendali dan
penentu arah yang hendak ditempuh sekolah menuju tujuannya.sekolah
yang efektif , bermutu, dan favorit tidak lepas dari peran kepala
sekolahnya.maka ia harus mampu membawa lembaganya kearah
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,ia harus mampu melihat adanya
perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang
lebih baik.kepal sekolah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan
keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah secara
formal kepada atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang telah
menitipkan anak didiknya.
E. Penelitian Teori Perilaku (Behavioral Theories) dalam Teori
Kepemimpinan
1. Universitas Lowa
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Lowa ini dilakukan di Amerika
Serikat, Penelitian ini mencakup tiga gaya kepemimpinan yang efektif
dilakukan oleh pemimpin. Gaya gaya kepemimpinan yang dimaksud yaitu
gaya demokratis, autokrasi dan gaya laissez-faire.
a) Gaya demokratis

Gaya kepemimpinan yang pertama berdasarkan kajian dari


universitas lowa adalah gaya demokratis. Merupakan model atau gaya
kepemimpinan yang mana keputusan yang dibuat oleh seorang manajer atau
pemimpin melibatkan karyawan, mendelegasikan kewenangan dan
mendorong partisipasi dari para karyawan (bawahannya).Intinya, karyawan
yang berada dibawahnya ikut berpartisipasi atau menyumbangkan
suara/pendapat dalam pengambilan keputusan manajer.

b) Gaya autokrasi

Universitas lowa kemudian menyebutkan gaya kepemimpinan setelah


gaya demokratis adalah gaya autokrasi yaitu gaya kepemimpinan yang
mendikte metode kerja, membuat keputusan sepihak dan membatasi
partisipasi dari karyawan atau bawahannya.

c) Gaya laissez faire

Gaya kepemimpinan yang terakhir berdasarkan kajian yang


dilakukan oleh Universitas Lowa yaitu Gaya Laissez faire yaitu gaya
kepemimpinan dengan memberikan kebebasan kepada kelompok untuk
membuat keputusan dan menyelesaikan tugas.

2. Penelitian Ohio Sate


Penelitian yang dilakukan oleh Ohio State ini diselenggarakan di
Amerika Serikat, yang mana mengidentifikasi dua dimensi penting dalam
perilaku seorang pemimpin. Awalnya terdapat 1000 dimensi perilaku
pemimipin, yang kemudian dipersempit lagi sehingga hanya terdapat dua
dimensi perilaku utama seorang pemimpin. Berikut dua dimensi tersebut :

a) Inisiasi struktur (initiating structure)

Mengacu pada sejauh mana pemimpin menentukan perannya dan


peran anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Ini bertujuan untuk
mencakup perilaku yang berusaha mengorganisasi pekerjaan, hubungan
kerja dan tujuan.

b) Konsiderasi (consideration)

Sejauh mana pemimpin memiliki hubungan kerja dengan


karakteristik saling percaya dan hormat terhadap gagasan dan perasaan
anggota kelompok dengan masalah pribadinya, bersahabat dan mudah
didekati dan memperlakukan seluruh anggota kelompok dengan setara.

3. Penelitian Universitas Michigan


Penelitian terkait gaya kepemimpinan dilakukan oleh Universitas
Michigan, yang terletak di Amerika Serikat. Universitas Michigan juga
melakkan penelitian perilaku pemimpin yang berkaitan dengan efektivitas
kerja seorang pemimpin.

Group michigan menyimpulkan ada 2 dimensi perilaku seorang


pemimpin, yang pertama adalah pemimpin yang berorientasi kepada
karyawan, dan yang kedua adalah berorientasi pada produksi.

a) Pemimpin yang berorientasi karyawan

Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin menekankan pada


hubungan interpersonal dan memenhi kebutuhan karyawan.

b) Pemimpin yang berorientasi pada produksi


Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin menekankan pada
aspek tugas dan teknis kerja. Tidak seperti penelitian lainnya, penilitian
Michigan berkesimpulan bahwa pemimpin yang berorientasi pada
karyawan mampu mencapai produktivitas dan kepuasan anggota kelompok
yang tinggi.
BAB III

A. Kesimpulan
Teori perilaku adalah pendekatan dalam psikologi yang berfokus pada
pemahaman dan penjelasan perilaku manusia. Teori ini menekankan bahwa
perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan
proses pembelajaran. Fokus utama teori perilaku adalah memahami
bagaimana lingkungan eksternal memengaruhi perilaku individu dan
bagaimana perilaku tersebut dapat diprediksi dan diubah melalui proses
pembentukan dan penguatan.

Dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang teori perilaku


memiliki implikasi yang signifikan dalam pendidikan, pekerjaan, dan
hubungan sosial. Dengan memahami bagaimana lingkungan memengaruhi
perilaku manusia, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pembelajaran, meningkatkan motivasi dan produktivitas di tempat kerja, serta
membangun hubungan sosial yang positif dan sehat. Dengan menggali lebih
dalam tentang teori perilaku, kita dapat memperoleh wawasan yang berharga
tentang sifat dasar manusia dan bagaimana faktor-faktor eksternal
mempengaruhi cara kita bertindak dan bereaksi terhadap dunia di sekitar kita.

Pada dasarnya perilaku dibentuk oleh penghayatan dan pembelajaran


individu. Oleh karena itu, perilaku dapat dibentuk oleh suatu pendekatan,
model, atau pembelajaran tertentu sesuai dengan kebutuhan. Beberapa
pendekatan pembentukan perilaku ini misalnya dapat dilakukan melalui
pembiasaan atau conditioning, pengertian atau insight, dan role model atau
tokoh yang menginspirasi.

B. Saran
Penulis menyarankan agar penelis setelahnya bisa mengembangkan
materi teori perilaku ini secara luas baik dari perspektif psikologi dan juga
perspektif kepempinan dalam islam.
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an dan Terjemahannya, Departeman Agama RI Jakarta, 2000.

Baharuddin dan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara teori


dan Praktik, Jogjakarta : Ar Ruzz Media, 2012.

Baharuddin. Manajemen Pendidikan Islam, UIN Maliki Press, 2010.

Djalaluddin, Ahmad. Manajemen Qur’ani, Malang : Malang Press. 2007.

Marno, Triyo Suppriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan


Islam. Bandung: Refika Aditma, 2008.

Mujamil, Qomar. Manajemen Pendidikan Islam., jakarta: Erlangga, 2009.

Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Professional, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2004.

Rivai,Veithzal. Islamic Leadership. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Winardi, J. Manajemen Prilaku Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group, 2007.

Anda mungkin juga menyukai