Anda di halaman 1dari 3

Resume Diplomasi : Bilateral dan Multilateral serta Perbedaannya

Secara umum diplomasi merupakan praktek politik luar negeri yang bertujuan untuk berinteraksi
dengan luar negeri melalui komunikasi, yang dilakukan oleh berbagai perwakilan resmi dan
meliputi keseluruhan proses hubungan luar negeri serta formasi kebijakan. Dan dalam diplomasi
terdapat berbagai pola seperti pola bilateral dan pola multilateral. Oleh karena itu, dalam resume
ini penulis akan membahas tentang pola bilateral dan pola mulitilateral terlebih dahulu kemudian
menjelaskan apa yang membedakan kedua pola tersebut secara fungsi untuk menjawab apa yang
diinstruksikan di silabus.

Pada umumnya, pola bilateral merupakan diplomasi yang dilakukan oleh dua aktor dalam satu
waktu, sedangkan pola multilateral adalah ketika diplomasi dilakukan oleh 3 aktor atau lebih,
maka dalam satu waktu berbagai perwakilan aktor akan berinteraksi satu sama lain. Sehingga,
akan muncul pertanyaan mengapa ada berbagai pihak berniat untuk melakukan pola multilateral
yang terkesan rumit dibandingkan terlibat dalam pola bilateral yang lebih harmonis untuk
menjalin persahabatan antar aktor.

Diplomasi bilateral pada dasarnya memiliki hubungan yang bersifat timbal balik antar kedua
negara. Dan dalam unsur bilateral terdapat dua hal, yaitu konflik dan kerja sama. Kerja sama
yang dimaksud bisa dalam hal ideologi, hukum, politik, ekonomi, dan keamanan. Sedangkan
multilateral pada dasarnya merupakan sarana bagi negara-negara dunia untuk menyelesaikan
suatu isu. Dan seperti yang dinyatakan oleh Ronald A.Walker, hanya terdapat empat faktor yang
mempengaruhi keberhasilan diplomasi multilateral yaitu informasi, perjanjian multilateral,
negosiasi dan delegasi.

Menurut Ronald A. Walker, setidaknya terdapat 9 alasan atau tujuan yang mendorong
pemerintah untuk melakukan diplomasi secara multilateral maupun bilateral. Pertama adalah
untuk mengumpulkan dan menggabungkan informasi terkait tema diplomasi dilakukan.
Tentunya pemerintah dimana pun akan tertarik untuk mengakses berbagai informasi. Seperti
bidang ekonomi dan pertahanan dan keamanan, pemerintah dari negara berkembang pasti ingin
sekali untuk menerima bimbingan dari pengalaman negara maju agar mampu mengindentifikasi
mana yang menjadi peluang dan mana yang menjadi ancaman terhadap negara nya sendiri.
Kedua adalah untuk melakukan proyek bersama. Mengapa? Karena ketika dua aktor atau lebih
melakukan kerja sama dalam suatu proyek maka tujuan pun akan mudah untuk mencapainya.
Contohnya adalah pesawat supersonik yang dilakukan Inggris dan Prancis, Pemberantasan cacar
yang dilakukan WHO, dan pengelolaan SDA yang tidak memiliki klaim eksklusif dari negara
manapun. Singkatnya, jika suatu proyek kerja sama dilakukan dengan banyak partisipasi, maka
manfaat pun akan semakin luas dan tujuan masing-masing yang satu arah akan mudah tercapai.
Ketiga adalah untuk mengelola lingkungan eksternal, eksternal dalam arti wilayah kedua
negara yang berdekatan atau lebih dalam arti regional. Alasan mengelola lingkungan eksternal
adalah untuk memberikan rasa aman dan kondusif secara regional. Keempat adalah untuk
mempengaruhi perilaku. Singkatnya, ketika ada 2 negara dalam organisasi regional ataupun
global terlibat dalam suatu isu, maka organisasi tersebut berperan sebagai penengah. Katakan
negara A dan negara B, ketika negara A mengalami isu lingkungan yang dilakukan oleh negara
B secara tidak sengaja, maka melalui keputusan organisasi global sebelumnya, maka negara B
harus melakukan apa yang diinginkan oleh negara A, yaitu memperbaiki dan bertanggungjawab.
Contoh yang bisa diambil adalah negara Inggris dan negara Swedia ketika masalah hujan asam,
yang diselesaikan dalam forum Uni Eropa. Kelima adalah untuk mencapai kesepakatan yang
saling menguntungkan, yang artinya kesepakatan ini menekankan kepada karakterisitik suatu
perjanjian antar dua pihak. Karakteristik yang dimaksud adalah bahwa yang diminta atau
ditukarkan adalah harus bernilai sebanding atau sama. Contohnya adalah perjanjian ekstradisi,
ketika penduduk negara A melakukan kejahatan dan melarikan diri ke negara B dan ditangkap di
negara B, maka negara B akan mengembalikan penjahat tersebut ke negara A. Melalui perjanjian
ekstradisi, maka negara A juga harus melakukan hal yang sama jika memiliki warga negara B
dalam penahanan. Keenam adalah adanya Agenda Domestik, agenda domestik yang dimaksud
adalah ketika perwakilan resmi berupa diplomat melihat arah politik internasional sebagai
kepentingan politik domestik. Dengan kata lain, diplomat tersebut cermat dalam mengambil
keuntungan dan peluang di kancah internasional. Ketujuh adalah untuk bersifat secara reaktif.
Secara garis besar, alasan ini lebih melibatkan pihak-pihak yang tidak terlibat dalam suatu isu
internasional sama sekali. Contohnya adalah ketika negara A dan B memiliki isu yang
bersangkutan dan harus diselesaikan bersama-sama di forum organisasi regional ataupun
internasional, maka negara C, D, dan E harus mengirim perwakilan mereka hanya untuk hadir
demi memastikan kepada anggota forum lainnya bahwa komitmen mereka jelas dan kepentingan
mereka tidak terpengaruh sama sekali dalam isu yang terjadi. Kedelapan adalah sebuah rutinitas
atau rutin. Singkatnya, masalah internasional merupakan masalah yang harus diselesaikan
secara holistik. Dan disaat yang sama, setiap tahunnya selalu terjadi masalah yang baru maka
pertemuan pun harus diadakan secara terjadwal atau rutin dalam satu waktu. Yang terakhir
adalah idealisme, yang artinya secara umum adalah keyakinan yang dimiliki setiap aktor atas
suatu hal. Secara garis besar, nilai-nilai seperti HAM dan perdamaian dijadikan motivasi para
diplomat untuk dikejar tanpa pamrih. Para pelaku diplomasi melakukan kegiatan diplomasi atas
dasar nilai-nilai tersebut. Kenapa? Sebab perdamaian dan kerja sama internasional merupakan
cita-cita tertinggi dalam dunia internasional.

Dari berbagai alasan sebelumnya, kita dapat menyimpulkan bahwa diplomasi dengan pola
multilateral dan bilateral mampu menyelesaikan berbagai masalah terutama masalah lokal
dengan alasan untuk mencapai cita-cita tertinggi yaitu perdamaian dan kerja sama internasional.
Jika dalam masalah lokal, orang-orang biasa menyebutkannya dengan “menyelesaikan masalah
lokal dengan cara global”. Mengapa perlu repot untuk menyelesaikan masalah lokal secara
bilateral apalagi multilateral? Sebab solusi yang dihasilkan lebih konkret dan substantif karena
memiliki mekanisme yang teratur dan terarah. Begitu juga dengan masalah global, tidak hanya
memberikan hal yang solutif namun mampu memperkuat hubungan antarnegara, sehingga
prinsip perdamaian yang dimiliki mayoritas negara di dunia pun akan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai