Anda di halaman 1dari 7

Diplomasi Publik Dalam Membangun Citra Negara

DIPLOMASI PUBLIK DALAM MEMBANGUN CITRA NEGARA

Asep Saefudin Ma’mun


Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Jakarta
Jalan Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
asp3_saefudin@yahoo.com

Abstrak
Diplomasi publik berhubungan dengan upaya memengaruhi sikap publik, meliputi dimensi-dimensi dalam
hubungan internasional. Dimensi-dimensi tersebut selain dimensi penanaman opini publik oleh
pemerintah kepada masyarakat di negara lain, juga termasuk interaksi kelompok kepentingan suatu negara
kepada kelompok kepentingan di negara lain. Dimensi publik sangat memiliki arti dalam suatu perubahan,
dan berpengaruh terhadap perilaku diplomasi. Tidak ada masalah besar luar negeri atau inisiatif dalam
negeri yang diambil saat ini tanpa pertama-tama diuji oleh opini publik, dan dimensi publik tidak hanya
menyangkut opini publik, tetapi juga konsultasi, keterlibatan, dan tindakan publik. Opini publik sangat
berhubungan dengan dukungan rakyat terhadap suatu kebijakan negara. Salah satu ciri perbawaan opini
publik adalah bahwa rakyat akan kurang melakukan penentangan terhadap keputusan-keputusan yang
diambil pimpinan negara, khususnya dalam keadaan krisis apabila dengan cara-cara tertentu mereka
merasa diikutsertakan dalam pengambilan keputusan-keputusan tersebut. Hubungan diplomasi publik
dengan citra suatu negara adalah, bahwa citra dibangun berdasarkan pengalaman yang dialami suatu
bangsa. Citra dapat berubah setiap waktu di saat orang menerima pesan baru. Citra adalah sebuah
kesatuan mental atau interpretasi sensual suatu bangsa didasarkan kepada bukti yang tersedia,
dikondisikan oleh adanya kesan, kepercayaan, gagasan, dan emosi. Dengan demikian citra yang baik dapat
menumbuhkan opini publik yang menguntungkan yang akan menjadi modal utama untuk melaksanakan
diplomasi publik yang menguntungkan pula.

Kata kunci: diplomasi publik, sikap publik, citra negara

Pendahuluan. misalnya dalam menghadapi perang. Tipe diplomasi


Terdapat banyak macam diplomasi melalui konperensi yang terorganisasi dan permanen
sebagaimana dikemukan Roy (1991) bahwa diplomasi dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa, dan setelah
dikategorikan menurut metode yang dipakai dalam perang dunia kedua dibentuk Perserikatan Bangsa-
hubungan diplomatik. Tipe-tipe diplomasi tersebut Bangsa (PBB). Diplomasi yang dilakukan PBB sering
yaitu : disebut diplomasi multilateral, diplomasi konperensi,
Diplomasi Komersial, yaitu diplomasi yang dan diplomasi publik, karena diplomasi konperensi PBB
didasarkan kepada anggapan bahwa penyelesaian sering dilakukan di depan penglihatan umum.
kompromi antara yang berselisih melalui negosiasi Diplomai Diam-diam, Merupakan pandangan
pada umumnya lebih menguntungkan daripada diam-diam oleh para wakil negara tanpa publikasi.
penghancuran total musuh. Dalam diplomasi Para wakil negara berunding diam-diam , baik secara
komersial dikenal diplomasi ekonomi dengan sebutan bilateral, maupun multilateral, di luar pandangan
diplomasi dollar. publik.
Diplomasi Demokratis, yaitu diplomasi yang Diplomasi Preventif, digunakan oleh negara-
harus dijalankan secara terus terang dan terbuka serta negara dunia ketiga dengan menjaga perselisihan di
memperoleh pengawasan penuh dari publik. Faktor dunia ketiga agar tetap bersifat lokal dengan mencari
penting untuk mewujudkan kontrol demokratis atas perlindungan di PBB karena tidak ingin terlibat ke
diplomasi adalah masalah ratifikasi perjanjian oleh dalam konflik negara-negara besar, yang
pihak legislatif. mengakibatkan menjadi negara satelit yang satu atau
Diplomasi Totaliter, pertumbuhannya lainnya.
disebabkan berbagai faktor antara lain ekstrimitas Diplomasi Sumber Daya, yaitu diplomasi yang
dalam nasionalisme dan dalam ekonomi. Menyangkut menggunakan sumber daya alam untuk mendukung
pemujaan patriotisme dan loyalitas kepada negara. kekuatan suatu negara. Bagi negara yang tidak
Nasionalisme ekonomi menguatkan kecenderungan memiliki sumber daya akan berusaha menguasai
kepada nasionalisme. wilayah yang mempunyai sumber daya tersebut.
Diplomasi Melalui Konperensi, menjadi model Selain macam-macam diplomasi di atas,
pada abad dua puluh. Diplomasi yang tidak mungkin menurut Deplu R.I (2004) dalam praktek, banyak
dilakukan dengan diplomasi biasa karena banyak berkembang metode diplomasi lain seperti:
masalah penting yang memerlukan keputusan yang Covert Diplomasi, yaitu diplomasi yang
tepat di antara negara-negara yang menjadi sekutu, dilakukan satu atau beberapa pihak untuk

60 Jurnal Komunikologi Volume 9 Nomor 2, September 2012


Diplomasi Publik Dalam Membangun Citra Negara

menciptakan situasi dan kondisi yang menguntungkan menumbuhkan kepercayaan negara lain tentang
mereka sebelum melakukan perundingan. potensi dan prestasi negara yang bersangkutan
Machiavelli Diplomacy, yaitu diplomasi sehingga dapat memberikan keuntungan kepada
berdasarkan pengertian dihalalkan segala cara untuk negara lain apabila melakukan kerjasama dalam
mencapai suatu tujuan. berbagai bidang. Di samping sudah tentu
Gunboat Diplomacy, yaitu diplomasi dengan mendatangkan keuntungan pula bagi negara yang
menggunakan ancaman dan mengirim kapal perang. bersangkutan
Pingpong Diplomacy, yaitu cara pendekatan,
misalnya sebelum meningkat pada pembukaan Pembahasan
hubungan diplomatik, menyelenggarakan Penyelenggaraan diplomasi didasarkan kepada
pertandingan pingpong antara Amerika Serikat dengan perkembangan teori diplomasi yang sejalan dengan
RRC pada masa pemerintahan presiden Nixon. perkembangan sejarah penyelenggaraan diplomasi.
Humanitarian Diplomacy,yaitu kerjasama Sebagaimana dikemukakan Prof.Mowat (Nicolson,
antarbangsa dalam rangka PBB atau tidak, untuk 1988) perkembangan diplomasi dapat dibedakan
memberi bantuan kemanusiaan kepada bangsa yang dalam tiga (3) periode. Periode pertama tahun 476-
ditimpa musibah bencana alam, korban perang, para 1473, meliputi periode kegelapan ketika diplomasi
pengungsi, dan lain-lain. belum diorganisasikan secara baik. Periode kedua
Pertemuan Diplomatik (Encounter Diplomacy), tahun 1473-1914 merepresentasikan satu tahap dalam
yaitu diplomasi dalam sebuah seminar antarnegara sejarah ketika teori diplomasi mengikuti sistem
yang berkepentingan untuk melihat perundingan- kebijakan yang dikenal dengan “Sistem Negara
perundingan yang telah diselenggarakan dalam suatu Eropa”. Periode ketiga, diplomasi mengacu pada
konteks sejarah yang luas. pernyataan Presiden A.S Woodrow Wilson (1918)
Diplomasi kebudayaan, yaitu kegiatan untuk dalam sebuah pidato yang dikenal dengan “Diplomasi
lebih memperkenalkan tanah air melalui kebudayaan Demokratis”. Poin pertama pidatonya adalah
bangsa seperti menyelenggarakan pameran “perjanjian damai yang terbuka yang dicapai secara
kebudayaan, dan lain-lain. terbuka tak boleh diikuti dengan pengertian
Diplomasi Publik menurut uraian yang internasional secara tersendiri dalam bentuk apapun,
dikemukakan Roy termasuk ke dalam diplomasi tetapi diplomasi harus berlangsung secara terbuka dan
konperensi. Tetapi apabila aktor-aktor yang diketahui umum”.
melaksanakan diplomasi hanya terbatas kepada aktor- Jika dianalisis berdasarkan periode dan ciri
aktor negara, maka pengertian tersebut sudah tidak diplomasi dalam hubungan antarnegara, maka
memadai lagi apabila dihubungkan dengan diplomasi memiliki perkembangan yang cukup unik
kebangkitan pentingnya opini publik di negara-negara dan berpengaruh terhadap karakter diplomasi. Sebagai
demokratis mulai abad ke 19. Aktor yang misal analisis diplomasi ini dapat dimulai dari tinjauan
melaksanakan diplomasi publik tidak hanya aktor berdasarkan periode keberlakuan praktek diplomasi.
negara tetapi juga aktor non-negara, seperti anggota Periode diplomasi demokratis menandai transisi dari
masyarakat suatu bangsa, media, dan aktor non-negara diplomasi lama pada periode pertama dan kedua,
lainnya. Oleh karena itu selayaknya pembahasan dengan diplomasi baru. Diplomasi lama (Nicolson
tentang diplomasi publik memiliki arti penting dan 1988) disebut juga diplomasi rahasia yang tidak
strategis dalam menggerakkan segenap potensi bangsa mempunyai reputasi baik dalam pandangan moral.
menuju ke kesatuan pandangan, dan tujuan dalam “All really good speak of the old diplomacy as also her
kerangka memperjuangkan kepentingan bangsa dan disresputable friend secret diplomacy- in a tone of moral
negara. censure”.
Diplomasi public menurut Nancy Snow Era diplomasi lama (Roy, 1991) mengacu
(2009) adalah sesuatu yang tidak terhindarkan yang pada periode berkisar sejak munculnya negara bangsa
berhubungan dengan kekuasaan, terutama yang sampai pada Perang Dunia Pertama. Untuk
bersifat soft power yang tidak langsung memengaruhi memperoleh tujuan yang lebih besar, negara kadang-
seperti budaya, nilai, dan ideologi. kadang menggunakan ancaman atau penggunaan
Diplomasi publik juga sangat berhubungan kekuatan sesungguhnya tapi jarang menjadi ancaman
dengan pembentukan citra suatu negara. Citra dapat nyata. Sedangkan diplomasi demokratis, menurut
dinyatakan secara singkat sebagai “gambaran dalam Wilson (Roy 1991) atau disebut juga diplomasi baru,
benak kita”, seperti dikemukakan Walter Lippmann atau diplomasi terbuka, mengandung tiga gagasan
dalam bukunya Publik Opinion (1994, terjemahan) yaitu: pertama, harus tidak ada perjanjian rahasia;
Sudah tentu termasuk gambaran tentang keadaan kedua, negosiasi harus dilakukan secara terbuka;
suatu negara. Gambaran yang diterima sebagai ketiga, apabila suatu perjanjian sudah dicapai, tidak
kenyataan, sekalipun bukan kenyataan apa adanya. boleh ada usaha di belakang layar untuk mengubah
Adalah suatu hal yang ideal apabila citra suatu ketetapannya secara rahasia.
negara yang dibangun oleh diplomasi publik dapat

Jurnal Komunikologi Volume 9 Nomor 2, September 2012 61


Diplomasi Publik Dalam Membangun Citra Negara

Menurut Nicolson (1988) perkembangan teori yang terlibat. Negara harus membagi masalah
diplomasi dalam negara-negara demokratis bersumber internasional seperti organisasi internasional yang juga
dari konsepsi hak-hak nasional secara eksklusif ke arah terlibat dalam diplomasi. Organisasi internasional
konsepsi kepentingan internasional bersama. Faktor terdiri dari dua tipe yaitu antarpemerintah dengan
besar selanjutnya dalam perkembangan teori diplomasi anggota hanya wakil-wakil pemerintah, dan non-
selama abad sembilan belas (19) adalah kebangkitan pemerintah dengan anggota secara individual dan
pentingnya opini publik. Menurut Palmerson kelompok. Kedua, mengubah lingkup kegiatan dan
(Nicolson, 1988), opini lebih kuat dari tentara. Opini memperluas ketentuan yang menyangkut kehidupan
publik yang didasarkan kepada kebenaran dan keadilan warga negara. Kepedulian yang lebih luas, semula
akan berhasil melawan bayonet infantri, tembakan hanya untuk keamanan fisik, kepada kesejahteraan
artileri, dan serangan kavaleri. Sedangkan faktor ketiga sosial dan ekonomi.
adalah perkembangan sistem komunikasi sehingga Perubahan kepentingan dari negara sebagai
dengan penemuan mesin uap, telegraf, pesawat aktor internasional dan pertumbuhan sejumlah aktor
terbang, telepon, telah banyak mengubah praktek- non-negara yang terlibat dalam perubahan ciri-ciri
praktek diplomasi lama. Sebagaimana dijelaskan “Diplomasi Baru” sebagai sebuah proses dalam
Nicolson (1988) : The second factor in the development of negosiasi. Dengan demikian kajian diplomasi sebagai
diplomatic theory during the nineteenth century was the growing suatu kegiatan yang kompleks yang melibatkan aktor
realization of the importance of public opinion. Palmerstone was yang berbeda, sangat nyata dalam menunjukkan arah
of the same view. “Opinions” he said are stronger than armies. perkembangannya.
Opinion if they are founded in truth and justice, will in the end “Diplomasi Baru” yang ingin menjadikan
prevail against the bayonets of infantry, the fire of artilery, and Perang Dunia Pertama sebagai akhir dari seluruh
the charges of cavalery.A third factor in this transition was the perang, ternyata tidak berhasil karena pecah Perang
improvement in communications. The steam engine, the Dunia Kedua. Selanjutnya, dengan berakhirnya Perang
telegraph, the aeroplane and the telephone have done much to Dunia Kedua, menurut Hamilton (1995)
modify the practices of the old diplomacy. mengukuhkan pelajaran bagi bangsa Eropa bahwa
Perkembangan sejarah penyelenggaraan tidak ada perbedaan antara politik internasional dan
diplomasi dikemukakan pula oleh Brian White, bahwa ekonomi internasional. Bertambahnya jumlah
diplomasi dapat dibedakan dari tingkatan “tradisional” permasalahan di bidang industri, sosial, dan teknologi,
kepada “baru”; dari “perang dingin” kepada “setelah dipersepsikan memiliki dimensi internasional, oleh
perang dingin”. Perbedaan pengertian “diplomasi karena itu juga memiliki dimensi diplomasi.
tradisional” dengan “diplomasi baru”, serta “diplomasi Sebagaimana halnya perang dalam abad ke-20,
perang dingin” dengan “diplomasi setelah perang diplomasi menjadi total dalam sasarannya dan masalah
dingin”, ditinjau melalui struktur, proses, dan pokoknya. Franklin Delano Roosevelt, mantan
agendanya. Presiden Amerika Serikat juga mendorong orang-
“Diplomasi tradisional” memiliki struktur orang dari dunia industri dan perdagangan untuk
yang menempatkan negara sebagai pusat kegiatan. melakukan misi diplomatik. White (Baylis and Smith,
Pejabat diplomatik bertindak atas nama negara yang 2001) mendefinisikan diplomasi “...as a key process of
kemudian menjadi suatu institusi bahkan menjadi communication and negotiation in world politics and as an
suatu profesi. Mengenai prosesnya, diplomasi important foreign policy instrument used by global actors”.
diorganisasikan secara luas dalam hubungan bilateral Memperhatikan luasnya cakupan masalah
dan biasanya dilaksanakan secara rahasia. Sedangkan dalam “diplomasi total” yang melibatkan banyak
“diplomasi baru” timbul karena kegagalan “diplomasi komponen masyarakat, maka dapat dipahami apabila
tradisional” mencegah Perang Dunia I sehingga pada tahun 1979 kongres Amerika mengubah nama
meluaskan keyakinan bahwa bentuk baru diplomasi United States Advisory Commission on International
diperlukan. “Diplomasi baru” timbul dari dua gagasan, Communication , Cultural, and Educational Affair yang
yaitu, pertama, diplomasi seyogyanya lebih membuka memiliki kewenangan dalam melayani berbagai
pengawasan dan penelitian publik. Kedua, pentingnya kepentingan publik, diubah namanya menjadi United
membangun organisasi internasional yang bermula States Advisory Commission on Public Diplomacy Komisi ini
Liga Bangsa-Bangsa yang dibentuk setelah perang berkewajiban untuk melaporkan kepada Presiden,
dunia pertama. Kongres, dan Menteri serta Direktur United States
Jika dianalisis berdasarkan struktur, Information Agency (USIA) yang bersangkutan dengan
“diplomasi tradisional” hampir sama dengan kegiatan diplomasi publik (Van Dinh, 1987).
“diplomasi baru”, yaitu kedua-duanya sama-sama Istilah diplomasi public menurut Hansen
menempatkan negara dan pemerintahan sebagai aktor (1984) menjadi popular saat ini dari sebelumnya
utama dalam sistem. Namun terdapat dua perubahan disebabkan revolusi teknologi komunikasi dan
penting yang mempunyai implikasi bukan hanya pertumbuhan secara dramatis kesalingtergantungan
terhadap struktur, tetapi juga terhadap proses, yaitu, dalam ekonomi internasional sehingga diplomasi
pertama, negara tidak lagi menjadi satu-satunya aktor

62 Jurnal Komunikologi Volume 9 Nomor 2, September 2012


Diplomasi Publik Dalam Membangun Citra Negara

public menjadi penting untuk kepentingan nasional Kesamaan antara diplomasi dan public relations.
sama pentingnya dengan kesiapan di bidang militer. Kesamaan antara diplomasi dan public relations
Abad 21 menurut Riordan (2004) adalah abad menurut L’Etang ( Theaker, 2004) karena kedua-
Diplomasi public. Mengingat di abad ini isu-isu duanya ditunjukkan oleh kesamaan ketiga fungsi, yaitu
internasional seperti degradasi lingkungan, penyebaran fungsi representasi organisasi, fungsi dialog, dan
penyakit menular, ketidakstabilan keuangan, organisasi fungsi memberikan pertimbangan atau nasihat.
kejahatan, migrasi isu sumber daya dan energy saling Menurut Wiryono (2006) perkembangan
mengait. Tidak satupun Negara, bahkan kelompok teknologi informasi yang begitu cepat dan meluasnya
Negara-negara dari satu kawasan dapat mengawasi, isu internasional membutuhkan kemampuan
seperti mengawasi terorisme internasional, dan diplomasi yang kuat, maka diplomasi saat ini tidak lagi
kolaborasi antara pemerintah dan elit politik belum menjadi monopoli para diplomat. Munculnya praktek
cukup. diplomqasi public merupakan keterlibatan luar biasa
Menurut Riordan (2004) Tidak hanya dalam saat ini dari orang-orang professional public relations
kasus yang memerlukan keterlibatan masyarakat dan publicity dalam diplomasi. Dikemukakan contoh :
dengan jumlah yang terbatas, tetapi juga dalam :”…Under Secretary for Public Diplomasi of the United States
beberapa kasus yang kunci keberhasilannya bukan Department of State to day- Karen Huges, has been
terletak kepada pengawasan dan kompetensi. Seperti recruited from her job as head of a public relations/ advertising
mengurangi penyebaran penyakit menular, diperlukan agency.
kolaborasi dengan tenaga medis professional yang Hassan Wirayuda, mantan Menteri luar
tidak langsung berhubungan dengan pemerintah, dan Negeri Indonesia (Wasesa: 2005) mengemukakan
dapat mengubah sikap dan perilaku sosial dalam eratnya hubungan antara profesi diplomat dengan
populasi yang lebih luas. Sama halnya dengan public relations. Karena diplomat tidak sekedar
menangani kerusakan lingkungan memerlukan memproyeksikan kepentingan nasional, tapi juga
kolaborasi antara NGO’s dan perusahaan , juga sekaligus harus mengkomunikasikan secara
pemerintah Pemikiran bahwa diplomasi public tentang representative perkembangan-perkembangan di dunia
menjual kebijakan dan nilai-nilai serta citra nasional luar ke dalam negeri. Karena diplomasi hanya kata-
tetap utama, baik secara teoretis maupun praktis kata maka memerlukan sinergi dengan kemampuan
dalam penangananj isu. public relations , memerlukan aksi untuk menjadikan
Diplomasi public menurut Donald (Jelantik: kata-kata menjadi berarti..
2008) telah berkembang pesat dipicu oleh kenyataan Keeratan hubungan diplomasi public dengan
bahwa upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam public relations tidak hanya diketahui dari kesamaan
jalur pertama telah gagal mengatasi konflik antar pengertian, sasaran, dan tujuan yang hendak dicapai
Negara. Sehingga diplomasi public menjadi cara keduanya, tetapi juga dibuktikan melalui pengujian
alternative untuk menyelesaikan konflik-konflik tentang berlakunya studi public relations pada diplomasi
antarnegara. public yang didasarkan kepada teori public relations
Diplomasi sebagai mana dikemukakan Baylis .Empat model public relations sebagai representasi public
and Smith adalah kunci dalam proses komunikasi dan relations dalam praktek yang dikemukakan Grunig
negosiasi dalam dunia politik dan merupakan (1984) yaitu press agentry/publicity, public information, two-
instrument kebijakan luar negeri yang sangat penting way asymmetric model dan two-way symmetric model.
yang digunakan oleh para actor global. Dalam hal ini Pengujian penerapan studi unggulan menuju
diplomasi sangat menunjukkan keterpaduan dengan teori public relations berdasarkan studi diplomasi
yang menjadi kajian dalam Ilmu Komunikasi. public telah dikemukakan Hun Yun . (2006). Studi
Cincotta (1999) menyatakan bahwa diplomasi menguji model-model dengan mensurvey data praktek
khususnya diplomasi public telah dijadikan stereotype dan manajemen diplomasi public yang dikumpulkan
sebagai sebuah termonologi yang sedikit bergengsi dari 113 kedutaan di Washington DC. Penemuan
untuk public relations. Menurut Cincottta :Public menunjukkan bahwa kerangka kerja konseptual dan
Diplomacy is a government euphemism for public relations pengukuran studi unggulan dapat diaplikasikan.
(Disinfopedia:2004). Peninjauan kembali literatur diplomasi public
Cincotta (1999) merumuskan diplomasi public dan studi public relations telah menunjukkan terjadinya
sebagai : a set of skill and tools for any diplomat who must konvergensi konseptual antara praktek komunikasi
communicate with the vast and varied foreign publics that are dalam manajemen komunikasi antara diplomasi public
now players in international affairs; government certainly, but dan public relations. Studi menguji penerapan studi
also news media, academic, regional entities, private enterprises public relations untuk mengembangkan studi tentang
and a vast array of special interests and non governmental diplomasi public melalui penelitian empiris terhadap
organizations. diplomasi public didasarkan kepada teori public
relations. Kesesuaian indeks pada model menunjukkan
bahwa kerangka kerja public relations dapat diterapkan

Jurnal Komunikologi Volume 9 Nomor 2, September 2012 63


Diplomasi Publik Dalam Membangun Citra Negara

atau sesuai terhadap konseptualisasi dan pengukuran Publik isu tunggal, yaitu publik yang aktif dalam satu
perilaku dan kualitas diplomasi public. atau sejumlah terbatas isu yang berkaitan. Keempat,
Menurut Hun Yun, kontribusi potensial teori publik isu hangat, yaitu publik yang aktif setelah media
public relations tidak diapresiasi oleh kebiasaan utama membongkar hampir setiap orang, dan isu tersebut
diplomasi public. Di Amerika Srerikat masalah dalam menjadi topik percakapan sosial yang tersebar luas.
diplomasi public dipandang tidak lebih hanya sebatas Orang tidak bisa melepaskan pengertian
masalah pemasaran karena kurang ekspos sehingga publik dengan opini publik. Tetapi menurut Ithiel de
dapat ditangani dengan advertensi sebagai sarana Sola Pool (1973) opini publik bukan sikap publik.
untuk mengekspos. Sebagai akibatnya permasalahan Opini adalah kognisi, sedangkan sikap adalah evaluasi.
diplomasi public tidak didekati melalui masalah public Sebuah opini adalah sebuah proposisi, sedangkan
relations yang berasal dari konsekwensi-konsekwensi sikap adalah sebuah kecenderungan untuk menyetujui
atau eksternalitas penampilan perilaku pemerintah atau anti terhadap sesuatu.. An opinion is a proposition,
terhadap pemerintahan global dan domestic pada while an attitude is proclivity to be pro or anti
public mancanegara yang terpengaruh. something..Opini publik menurut Sola Pool terdiri dari
sejumlah isu yang didiskusikan dalam pers, parlemen,
Tentang Publik dan Opini Publik. dan dalam berbagai forum publik. Lebih lazim lagi
Tentang definisi publik, John Dewey kata “opinion” digunakan sebagai sebuah situasi atau
((Cutlip.at.all.:2000, 2005) telah mendefinisikan kemungkinan yang menunjukkan ekspressi secara
“publik” sebagai berikut : “a public as an active social unit simbolik dari setiap macam yang dapat dibedakan
consisting of all those affected who recognize a common problem secara jelas dengan fisik, materi, atau aspek-aspek
for which they can seek common solutions”. Publik sebagai organisasi masyarakat. More usually the word opinion is
satuan sosial aktif yang terdiri dari semua pihak yang used as a catchall to designate symbolic expressions of any kind
berpengaruh, yang mengenali masalah bersama dan as contrasted with the physical, material, or organizational
untuk itu mereka mencari solusi bersama. aspects of society. Opini publik meliputi setiap pernyataan
John Dewey selanjutnya mengemukakan secara verbal, dapat berupa sesuatu yang sudah tentu
bahwa “publik” dibentuk oleh pengenalan terhadap atau yang belum tentu, yang faktual atau yang
konsekwensi buruk yang ditimbulkan oleh suatu normatif. Public opinion encompasses any verbal
kepentingan umum. Tanpa komunikasi, “publik” akan expression...it may be certain or uncertain, factual or normative.
tetap seperti bayangan dan tak berbentuk. “...publics Opini Publik menurut Cutlip ( 2005) mewakili
are formed by recognation of evil consequence brought about a lebih dari sekedar kumpulan pandangan yang dimiliki
common interest. Without communication, however it will oleh kategori individu tertentu pada satu titik waktu.
remain shadowy and formless...”. Opini publik tidak secara tepat didefinisikan sebagai
Grunig selanjutnya mengembangkan konsep keadaan kognisi individu, tetapi opini mencerminkan
John Dewey tentang publik supaya tidak terjadi proses dinamis dengan gagasan yang diekspresikan,
sebagai bayangan dan tak terbentuk, yaitu dengan disesuaikan, dan dikompromikan dalam perjalanan
menggerakkan publik bayangan menjadi publik aktif menuju penentuan kolektif dari serangkaian tindakan.
yang berkomunikasi melalui tiga faktor. Faktor pertama Oipini publik terjadi di kelompok orang-orang yang
adalah pengenalan masalah. Taraf ketika mereka sadar berkomunikasi, yang bersama-sama menetapkan
bahwa ada sesuatu yang hilang atau keliru dalam suatu isunya, yang membangkitkan kepedulian publik, dan
situasi sehingga memerlukan informasi. Faktor kedua membicarakan tentang apa yang dapat dilakukan
adalah pengenalan akan hambatan. Tarap ketika mereka terhadap isu itu. Proses tersebut jelas melibatkan
melihat diri mereka dibatasi oleh faktor eksternal versus kognisi individu. Sedangkan pendapat individu tentang
melihat bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang satu isu sosial sebagian besar bergantung pada diskusi
berhubungan dengan situasi itu. Jika mereka publik. Oleh karena itu, komunikasi sering
berpendapat dapat melakukan perubahan atau diumpamakan sebagai kognisi sebelah luar.
memberi efek pada situasi itu mereka akan mencari Sehubungan dengan pentingnya opini publik,
informasi untuk membuat rencana bertindak. Faktor jajak pendapat opini publik, menurut Cutlip (2005)
ketiga adalah tingkat keterlibatan. Taraf ketika mereka telah menjadi pedoman politik, program pemerintah,
melihat dirinya terlibat dan dipengaruhi oleh satu bahkan untuk bahan pengambilan keputusan
situasi. Semakin mereka terlibat terhubungkan dengan perusahaan. Namun, sebagaimana pendapat mantan
suatu situasi, semakin mungkin mereka wakil presiden AT&T yang dikutip Cutlip,
mengkomunikasikannya.. mengemukakan bahwa opini publik tidak selalu logis.
Grunig menemukan empat (4) jenis publik Opini tidak berbentuk, ambivalen, mudah berubah,
setelah menguji “:teori situasional” publik di sehingga konsekwensinya, yang berharap untuk
bermacam-macam isu lingkungan, Pertama, Publik memengaruhi opini publik hanya berharap dapat
semua isu, yaitu publik yang aktif dalam semua isu. membangkitkan konsensus menuju persepsi isu-isu
Kedua, Publik apatis yaitu publik yang tidak memiliki yang masuk akal.
perhatian dan tidak aktif dalam semua isu. Ketiga,

64 Jurnal Komunikologi Volume 9 Nomor 2, September 2012


Diplomasi Publik Dalam Membangun Citra Negara

Publik memiliki kemampuan mengejutkan experience of the possessor of image(1956). Pencitraan dapat
untuk mengabaikan fakta-fakta yang amat penting bila berubah setiap waktu di saat seseorang menerima
fakta-fakta itu tidak menarik perhatian mereka. pesan baru,kemudian mengubah pola-pola perilaku
Memperbesar pasokan informasi juga tidak selalu yang bersangkutan.”every time a message reaches him his
menambah pengetahuan publik.Tetapi bagaimanapun image is likely to be changed in some degree by it,and as his
opini publik menurut Cutlip, merupakan kekuatan image is his behavior patterns will be changed likewise”.
besar dalam masyarakat modern. Semua organisasi Citra menurut Bernays (Davis: 2004) adalah
harus menghadapi opini publik yang nyata dan dapat sebuah kesatuan mental atau interpretasi sensual,
dilihat pada saat organisasi membangun dan sebuah persepsi tentang seseorang atau sesuatu hal
mempertahankan hubungan dengan banyak publik yang dikonstruksi secara deduktif, didasarkan kepada
internal dan eksternal organisasi. bukti yang tersedia, secara nyata maupun dalam
imajinasi, dikondisikan oleh adanya kesan,
Opini Publik dan Citra Negara. kepercayaan, gagasan, dan emosi.
Setiap organisasi, termasuk organisasi negara, Realitas yang dipandang berbeda karena
dalam kerangka melaksanakan, mengembangkan perbedaan persepsi telah menimbulkan berbagai
program untuk mencapai tujuan organisasi, sangat macam citra seperti dikemukakan Jefkins (1984) citra
pasti memerlukan hubungan dengan publiknya, baik terdiri dari lima jenis, yaitu pertama: citra bayangan
publik internal maupun publik eksternal, dan (mirror image), yaitu citra yang meyakini kesan baik
memperhatikan opini publiknya. Opini publik pihak luar tentang organisasinya. Kedua: citra saat ini
membangkitkan kepedulian publik terhadap suatu isu (current image) yang dianut oleh pihak luar organisasi
dan membicarakan tentang apa yang dapat dilakukan karena miskinnya pengalaman atau pengetahuan
terhadap isu itu. mereka. Ketiga citra yang dikehendaki oleh pihak
Memahami opini publik, menurut Dennis L. manajemen (wish image) citra yang tidak sesuai dengan
Wilcox at.al (1992) dan bagaimana hal itu dibentuk kenyataan. Keempat citra dari organisasi itu sendiri atau
adalah hal yang fundamental dalam public relations. (corporate image). Kelima, citra yang dimiliki sejumlah
Sungguh pengetahuan yang memungkinkan praktisi individu, cabang atau perwakilan dari organisasi secara
untuk memonitor perubahan opini publik secara keseluruhan.
efektif ; menunjukkan dengan tepat pimpinan opini Baik mirror image, current image, maupun wish
formal dan informal yang dapat dijangkau dengan image, adalah citra yang tidak sesuai dengan realitas.
pesan-pesan tertentu; memahami bahwa penyebaran Citra yang baik menurut Jefkins(1984) adalah citra
informasi melalui media hanya dapat membangkitkan yang dibangun oleh kesan yang benar yang didasarkan
kesadaran, tidak mengatakan kepada orang apa yang kepada pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman
mereka perlu pikirkan. dari suatu fakta dan citra tidak bisa dipoles. Apabila
Orang PR dapat menggunakan sebuah dihubungkan dengan pengertian PR tidak berlebihan
metode untuk memonitor opini publik. Hal itu kalau dikatakan bahwa fungsi PR adalah membangun
melipuiti :kontak personal; Monitoring media; laporan citra yang baik sesuai realitas.
lapangan; melalui surat dan telepon; nasihat komite; Peranan NGOs dalam membentuk opini
pertemuan staf; dan jajag pendapat atau melalui public dan menimbulkan citra baik telah teralami
sampel. Kegagalan dalam memonitor sikap publik dan dalam proses pergantian rezim dari era Orde Baru ke
konsultasi dengan pemuka pendapat dapat era Reformasi di Indonesia. NGOs yang bergabung
menimbulkan sejumlah masalah dalam organisasi. dalam suatu Koalisi untuk kebebasan informasi yang
Bagaimana kaitan antara opini publik, citra memperjuangkan lahirnya sebuah Undang-undang
Negara, dan PR, dalam pendefinisian PR menurut untuk kebebasan informasi telah mendorong lahirnya
Dennis L. Wilcox (1992) terdapat sebuah definisi yang undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang
berlebihan sehingga Harlow menemukan definisi dari Keterbukaan Informasi Publik. Indonesia, selanjutnya
yang sederhana sampai mengandung pengertian yang disebut sebagai Negara demokrasi terbesar ketiga
komplek. Seperti PR didefinisikan kinerja yang bagus; setelah Amerika Serikat dan India.
apresiasi yang bersifat publik, kedudukan PR untuk Peranan organisasi massa (ormas) dalam
kinerja dan kemudian timbul pengakuan; tindakan pembentukan opini public dan sebaliknya, potensi
untuk mempromosikan hubungan yang opini public dalam pembentukan organisasi massa
menyenangkan dengan publik; sebuah upaya telah banyak dikaji. Potensi opini public bagi para
organisasi untuk memenangkan kerja sama dengan pelaku komunikasi merupakan salah satu aspek
kelompok orang-orang... penting yang paling banyak menentukan suksesnya
Keterkaitan antara opini publik,dan PR, maka komunikasi. Potensi opini public merupakan hal yang
sangat beralasan apabila dalam mempelajari PR, perlu perlu mendapat perhatian serius dalam
mempelajari pula citra, karena citra menurut Boulding berlangsungnya proses komunikasi (Mimbar XI No.I
dibangun sebagai sebuah hasil segenap pengalaman Januari- Maret 2003)
yang telah lalu : The image is built up as a result of all

Jurnal Komunikologi Volume 9 Nomor 2, September 2012 65


Diplomasi Publik Dalam Membangun Citra Negara

Kesimpulan of the Excellence Study”. Journal of Public


Diplomasi publik adalah jenis diplomasi yang Relations Research 18. 2006
bersangkutan dengan keterlibatan publik dalam
diplomasi. Pengikutsertaan publik dalam diplomasi Jefkins Frank, “Public Relations”, terjemahan. Erlangga
memerlukan upaya penerapan ilmu public relations yang Jakarta. 2004
mengkaji berbagai strategi untuk mengikutsertakan
aktivitas publik sesuai kehendak pihak yang Lippmann, Walter, “Opini Umum” terjemahan,
bersangkutan, apakah organisasi, atau negara. Yayasan Obor Indonesia Jakarta. 1994
Penerapan ilmu public relations dalam mengevaluasi
hasilnya sangat memerlukan kajian tentang kondisi Nicolson, Sir Harold, “Diplomacy”, Institute for the
opini publik, dan opini publik yang membangun Study of Diplomacy,Editio, Washington.
apresiasi, pengakuan terhadap suatu organisasi, atau 1988
negara, sungguh telah membangun citra yang baik
yang dibangun oleh kesan yang benar yang didasarkan Riordan, Shaun. “Discussion Papers in Diplomacy, Dialog
kepada pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman based Public Diplomacy”. A New Foreign
yang benar dari suatu fakta. Paradigm Clingendael: Netherlands
Instututeof International Relations nomor
Daftar Pustaka : 95. 2004
Baylis, J. and S. Smith (ed). “The Globalization of World
Politics, an Introduction to International Relations”. Roy, S.L. “Diplomasi”, terjemahan. Rajawali Pers
Second Edition. Oxford University. 2001 Jakarta. 1984

Boulding, Kenneth E. “The Image”, The University of Silih Agung Wasesa, “Strategi Public Relations”.
Michigan Press and Simultaneously, Toronto Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2005
Canada. 1961
Snow, Nancy (editor). “Routledge Handbook of
Cincotta, Howard, 1999. Thought on Public Diplomacy Diplomacy”, 270 Madison Avenue New York.
and Integration. Service Jurnal, Selected Article 2009
and Resources on Pubnlic Diplomacy. 1999

Cutlip, Scott at all.. “Efective Public Relations”. Sola Pool, Itheil de,(editor), “Hand Book of Public
Terjemahan, PT Indeks Kelompok Relations”, Rand M. Nally Publishing
Gramedia. 2005 Company, USA. 1973

Dinh, Tran Van. “Communication and Diplomacy in a Sukawarsini Djelantik. “Diplomasi antara Teori dan
Changing World”. Ablex Praktek”. Graha Ilmu Yogyakarta. 2008
PublishingCorporation Norwood. New
Jersey. 1987 Theaker, Alison. “The Public Relations Hand Book”,
Great Britain: MPG Books Ltd Bodmin. 2004
Disinfopedia, “Public Diplomacy” Center for Media &
Democracy. 2004 Wilcox Denis L at all. “Public Relations Strategies and
tactics”, Harpers Collins Publishers. 1992
Grunig, James, E. et al. “Excellence Public Relations and
Communications Management”. Makwah, New Wiryono, S. “Public Diplomacy: The Selling of a Country”.
Jersey: Laorence Ellbourn Associates Loka Karya Nasional Diplomasi Publik 6-7
Publishers. New Jersey. 1992 Desember 2006 Bandung. 2006

Grunig, James E. et al. Excellence Public Relations and


Effective Organizations Mahwah, New Jersey,
Laorence Ellbourn Associates Publishers.
2002

Hansen, Allen C. “Public Diplomacy in the Computer Age”


Praeger Special Studies, Praeger Scientific.
New York. 1984

Hun Yun, Seong. “Toward Public Relations Theory Based


Study of Public Diplomacy: Testing the Applicability

66 Jurnal Komunikologi Volume 9 Nomor 2, September 2012

Anda mungkin juga menyukai