Anda di halaman 1dari 3

KONSEP DASAR DIPLOMASI DAN

SEJARAH PERKEMBANGANNYA
PENDAHULUAN
Kata “diplomasi” mungkin sudah tidak asing di telinga kita, kita sering mendengar kata
diplomasi baik itu dalam berita, surat kabar, ataupun selama perkuliahan. Kata diplomasi berasal
dari bahasa Yunani “diploun” yang artinya “melipat”. Kegiatan diplomasi sudah ada sejak
Kekaisaran Romawi, dan ternyata pada masa Kekaisaran Romawi tersebut, “diplomas” atau yang
dikenal dengan diplomasi diartikan sebagai surat-surat jalan yang melewati negara yang dicetak
pada piringan logam dobel, kemudian dilipat dan dijahit jadi satu dengan cara yang khas. Selain
itu diplomasi juga mencakup dokumen-dokumen resmi yang bukan logam seperti perjanjian-
perjanjian.
Di sini penulis akan menjelaskan mengenai konsep dasar diplomasi yang mencakup defenisi
diplomasi, tujuannya, ruang lingkup dan fungsi diplomasi itu sendiri, serta bagaimana sejarah
perkembangannya yang di ambil dari bahan rujukan karangan S.L. Roy yang
berjudul Diplomasi.
ISI
I.       Definisi, Tujuan, Ruang Lingkup dan Fungsi Diplomasi
·         Defenisi
Berbicara mengenai defenisi, tentu ada banyak defenisi yang dapat kita kutip dari para ahli ilmu
hubungan internasional mengenai diplomasi. Ada para ahli yang menghubungkan diplomasi
dengan perang, atau perang merupakan kelanjutan dari diplomasi dengan melalui sarana lain.
Akan tetapi kebanyakan para ahli lebih menekankan keterkaitan diplomasi dengan negosiasi,
seperti yang dikutip dari Harold Nicholson dalam buku Diplomasi karangan S.L. Roy,
“diplomasi merupakan cakupan dari lima hal yang berbeda yaitu; politik luar negeri, negosiasi,
mekanisme pelaksanaan negosiasi, cabang dinas luar negeri, dan interpretasi yang terakhir
merupakan kualitas abstrak pemberian yang mencakup keahlian dalam pelaksanaan negosiasi
internasional.”
Maksud dari negosiasi disini bukan berarti suatu usaha sedang dilakukan oleh dua pihak yang
sedang bersengketa untuk mencapai kesepakatan oleh masing-masing pihak yang bersengketa,
akan tetapi maksud dari negosiasi disini juga bertujuan untuk memelihara hubungan-hubungan
politik maupun nonpolitik yang akan meningkatkan nilai-nilai kepentingan bersama. Dan
berbicara mengenai diplomasi tidak akan jauh-jauh dari kata negosiasi, karena negosiasi adalah
bagian dari diplomasi.
Jadi defenisi diplomasi adalah sebuah hubungan yang dilakukan antar negara yang dilakukan
dengan cara negosiasi, dimana negosiasi tersebut bertujuan mengedepankan kepentingan suatu
negara dengan cara-cara damai, dan apabila cara-cara damai tidak berhasil dalam memperoleh
tujuan yang diinginkan, maka diplomasi mengizinkan penggunaan kekuatan untuk mencapai
tujuannya.
·             Tujuan
Jika diplomasi dilakukan, tentunya ada tujuan dari sebuah diplomasi itu. Nah, dalam bukunya
S.L. Roy yang berjudulDiplomasi, secara luas tujuan dari diplomasi dapat dibagi menjadi empat,
yaitu: politik, ekonomi, budaya, dan ideologi.
Setiap negara pasti memiliki tujuan utama diplomasinya, dan tujuan utama dari sebuah diplomasi
bagi setiap negara adalah pengamanan kebebasan politik dan integritas teritorialnya. Salah satu
tujuan pokok dari diplomasi yang bermanfaat adalah untuk mencegah suatu negara bergabung
dengan negara lain untuk melawan negara tertentu. Tujuan politik yang mendasar dari diplomasi
adalah untuk mencapai tujuan-tujuannya secara damai. Akan tetapi diplomasi sebagai sarana
untuk mencapai tujuan politik tetap operatif baik selama damai maupun perang. Dan tidak bisa
dipungkiri bahwa perang dan damai merupakan kondisi ekslusif yang hampir tidak
menguntungkan kedua belah pihak. Jadi dengan demikian, diplomasi bisa memenuhi tujuan
politiknya apabila didukung oleh kekuatan.
Selain politik yang menjadi perhatian utama diplomasi, ekonomi juga termasuk bagian penting
yang diperhatikan dalam tujuan diplomasi. Dengan lahirnya sistem perdagangan bebas serta
menimbulkan dampak atas penekanan ekonomi nasional, maka negara-negara maju maupun
terbelakang bisa menggunakan perdagangan dan keuangan sebagai alat utama kebijaksanaan
nasional. Dan akibatnya pencapaian perolehan-perolehan ekonomi telah menjadi tujuan penting
dari diplomasi. Dan untuk mencapai tujuan diplomasinya itu, suatu negara melakukan negosiasi
untuk meningkatkan kepentingan dagang. Selain itu, untuk melayani kepentingan dagang dan
ekonomi, diplomasi modern telah mengembangkan sebuah mekanisme khusus yang berbeda
dengan konsulat-konsulat lama.
Selanjutnya, Budaya merupakan salah satu tujuan diplomasi. Biasanya di dunia modern delegasi
kebudayaan sering dikirim untuk membina hubungan baik dengan negara-negara lain. Tujuan
diplomatik dengan mengirimkan delegasi kebudayaan adalah untuk memamerkan keagungan
kebudayaan suatu negara untuk mempengaruhi negara yang ditujunya. Kemudian apabila suatu
negara itu berhasil mempengaruhi negara yang ditujunya dengan membuat negara tersebut
terkesan dengan warisan budayanya, maka secara tidak langsung hal itu bisa memudahkan
pembangunan basis yang kuat untuk memperoleh dukungan dari negara tersebut atas negaranya
apabila terjadi masalah.
Kemudian Ideologi yang merupakan faktor utama pembentukan politik internasional. Tujuan
ideologi dari diplomasi adalah untuk mengajak dan memasukkan sebanyak mungkin negara ke
dalam ideologinya dan apabila itu tidak bisa dicapai, maka negara yang memiliki power tersebut
menetralisir keadaan agar negara yang diinginkannya tidak masuk ke dalam kelompok lawan.
Selain itu tujuan idelologi diplomatik lainnya adalah untuk melestarikan sistem politik, ekonomi,
dan sosial di dalam suatu negara.
·             Ruang Lingkup dan Fungsi Diplomasi
Fungsi utama dari diplomasi adalah untuk mendamaikan beragamnya kepentingan negara-negara
di dunia internasional dengan cara negosiasi, dimana diplomasi mempunyai ruang lingkup
menyelesaikan perbedaan-perbedaan dan menjamin kepentingan negara-negara melalui negosiasi
yang baik. Secara universal tujuan diplomasi yang baik adalah untuk memilih cara yang tepat
untuk mencapai tujuannya.
II.     Sejarah Perkembangan Diplomasi
Praktek diplomasi yang kita jalani sekarang ini telah mengalami perkembangan dari masa ke
masa. Mulai dari masa India Kuno, Yunani, Romawi Kuno, sesudah Renaissance, dan
perkembangan hingga sekarang.
·         Perkembangan di India Kuno
Kegiatan diplomasi sudah terlihat jelas pada masa ini karena banyaknya bukti tertulis yang
menunjukkan kegiatan diplomasi tersebut. Seperti pada periode Vedic sudah ada berbagai utusan
seperti duta, prahita, palgala, suta, dan sebagainya. Duta sendiri merupakan istilah untuk ahli
pengumpul informasi mengenai kekuatan musuh, sedangkan Prahitamerupakan utusan yang
dikirim oleh raja, di sini dapat terlihat jelas bahwa sudah adanya kegiatan semacam diplomasi,
hal itu tertulis dengan jelas dalam kitab peninggalan raja-raja pada masa itu, seperti kitab
Yajurweda.
Selanjutnya pada abad ke-4 SM lahirnya sejumlah penulis yang menulis mengenai beberapa
aspek diplomasi, seperti Kautilya yang menulis Arthasastra mengenai kenegaraan, Arthasastra
sendiri berisi tentang analisa tujuan, instrumen, praktek dan metode diplomasi. Tulisan Kautilya
ini masih sering diterapkan di dunia modern saat ini.
·         Perkembangan di Yunani
Perkembangan diplomasi di Yunani dapat dilihat dari tulisan Thucydides yang di dalamnya
membahas mengenai gagasan tentang praktek-praktek diplomasi yang ada di Yunani pada masa
itu. Sejak abad ke-6 SM para masyarakat kota Yunani telah melakukan praktek memilih ahli
pidato mereka yang terbaik sebagai utusan mereka yang bertugas membela kasus mereka di
hadapan Majelis rakyat dari liga atau kota-kota. Selanjutnya pengiriman dan penerimaan duta-
duta menjadi sangat sering di antara Negara-negara kota di Yunani pada abad ke-5 SM.
·         Perkembangan di Romawi Kuno
Perkembangan diplomasi di Romawi Kuno tidak begitu berkontirbusi dalam perkembangan
sarana-sarana diplomasi saat sekarang ini, karena bangsa Romawi pada saat itu lebih suka
memaksakan kehendaknya daripada melakukan perundingan atas dasar timbal balik. Walaupun
Romawi pada saat itu tidak melakukan praktek diplomasi dengan menggunakan seni negosiasi,
namun mereka tetap meletakkan tekanan pada sanksi perjanjian.
·         Perkembangan pada Zaman Sesudah Renaissance
Perkembangan diplomasi pada masa ini dibagi ke dalam tiga periode, yaitu Italia, Perancis, dan
Modern. Diplomasi modern pertama kali berkembang di kota-kota Italia karena mereka berdiri di
luar sistem feodal, dimana mereka diikat bersama-sama oleh kepentingan yang sama. Pelayanan
diplomatik diletakkan pada dasar yang kuat sejak tercatatnya kedutaan yang dikirim oleh Duke
of Milan ke Genoa pada pertengahan abad ke-15, dan kebutuhan ditempatkannya korps diplomat
setelah itu diakui. Selama waktu yang disebut periode Italia, kemajuan-kemajuan positif terjadi
dalam perkembangan diplomasi.
Selanjutnya periode Perancis, dimana metode diplomasi Perancis yang berasal dari Richeliu telah
digunakan oleh semua negara Eropa selama tiga abad yang mendahului perubahan tahun 1919.
Metode Perancis bertahan sebagai suatu model diplomasi dalam waktu yang lama. Selama
periode ini bangsa Perancis memberikan penekanan yang besar pada instruksi tertulis yang
diberikan kepada para duta besar.
SIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan, bahwa diplomasi merupakan suatu cara yang dipakai oleh suatu negara
untuk mengedepankan kepentingannya dengan cara-cara damai. Diplomasi sendiri telah
berkembang sejak masa India Kuno, Yunani, Romawi Kuno, masa setelah Renaissanse dan
hingga sekarang.
Selain itu diplomasi juga telah dipuji karena diplomasi telah mencoba mencapai tujuan-tujuan
maksimal suatu kelompok tanpa melakukan peperangan. Akan tetapi diplomasi tidak seluruhnya
tidak cocok dengan perang karena diplomasi memiliki peranan penting selama perang.

Anda mungkin juga menyukai