Anda di halaman 1dari 28

hubungan Al-Qur'an dengan ekonomi

HUBUNGAN AL-QUR’AN DENGAN EKONOMI

Al-Qur'an merupakan wahyu dan kalamullah yang diturunkan melalui Jibril kepada
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dengan bahasa Arab untuk orang-orang yang
berilmusebagai peringatan dan kabar gembira, dan berpahala bila membacanya[1], sebagaimana
firman Allah ta'ala:

"Dan sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia dibawa
turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”. 
(Asy-Syu'ara:192-195)

Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan dipelihara oleh
Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai   berikut:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar


memeliharanya”.    (Al-Hijr:9)

Al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata: "Al-Qur'an adalah
kalamullah-bukan makhluk. Siapa yang mengatakan Al-Qur'an adalah makhluk, maka dia telah
kufur kepada Allah Yang Maha Agung, tidak diterima persaksiannya, tidak dijenguk jika sakit,
tidak dishalati jika mati, dan tidak boleh dikuburkan di pekuburan kaum muslimin. Ia diminta
taubat, kalau tidak mau maka dipenggal lehernya.

Dan didalam Al-Qur’an terdapat beberapa kandungan, antara lain adalah:


1. Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-
kitab, hari akhir, qodli-qodor, dan sebagainya.

2. Prinsip-prinsip syari’ah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah jalan dan
tetap dalam koridor yang benar bagaiman amenjalin hubungan kepada Allah (hablun minallah,
ibadah) dan (hablun minannas, mu’amalah).

3. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi yang
berbuat dosa (nadzir).

4. Kisah-kisa sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum masyarakat terdahulu, baik yang
berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.

5. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan: astronomi, fisika, kimia, ilmu hukum, ilmu
bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra, budaya, sosiologi, psikologi, dan
sebagainya.

Dari sudut pandang isinya, Al-Qur’an lebih banyak membahas mengenai kehidupan
manusia baik secara individual maupun secara umum. Dan Al-Qur’an dalam mengajak umat
manusia untuk mempercayai dan mengamalkan tuntutan-tuntutannya dalam segala aspek
kehidupan seringkali  menggunakan istilah yang dikenal dalam dunia bisnis, seperti jual beli,
untung rugi dan sebagainya.[2]
Al Qur’an Al Karim tidak hanya menjelaskan soal keyakinan, keimanan
dan aqidah. Di dalam al Qur’an juga mengandung mukjizat, baik susunan bahasa
maupun kandungan isinya. Dalam kandungan al Qur’an juga memuat tentang
nilai-nilai ekonomi. Dan bersumber dari Al-Qur’an juga maka lahirlah ekonomi
syari’ah. Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam. Ekonomi
syariah berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara kesejahteraan
(Welfare State). Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang eksploitasi
oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan
kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kaca mata Islam merupakan tuntutan
kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah.
Jika disebut bahwa Al-Qur’an sebagai suber ajaran dalam ekonomi islam,
maksudnya bukan Al-Qur’an memuat ajaran secara lengkap apa yang disebut
sebagai sistem ekonomi islam seperti, barang dan jasa apakah yang akan
diproduksi, bagaimna memproduksinya dan kepada siapa barang tersebut di
distribusikan sehingga ia memiliki manfaat dalam masyarakat. Akann tetapi
maksudnya adalah Al-Qur’an memuat nilai-nilai universal tentang bagaimana
sebenarnya ekonomi islam itu harus diformulasikan.[3]
Dalam konsep ekonomi islam, konsep yang ditawarkan Al-Qur’an dan
hadist adalah wacana global tentang kehidupan ekonomi yang fungsinya sebagai
frame terhadap kebijakan dan langkah yang ingin direlisasikan. [4] Sebagaimana
firman Allah Swt :

“ Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat


Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli . yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.    (Al-
Jumu'ah : 9)

Ayat diatas memberi pengertian agar berbisnis (mencari kelebihan karunia


Allah) dilakukan setelah melakukan shalat dan dalam pengertian tidak
mengesampingkan tujuan keuntungan yang hakiki yaitu keuntungan yang
dijanjikan Allah Swt. Oleh karena itu, walaupun mendorong melakukan kerja
keras termasuk dalam berbisnis, Al-Qur’an menggarisbawahi bahwa dorongan
yang seharusnya lebih besar dari dorongan bisnis adalah memperoleh apa yang
berada disisi Allah Swt.[5]

Sebagai sumber nilai dan sumber ajaran, Al-Qur’an  pada umumnya


memiliki sifat yang umum (majmu’), oleh karena itu daperlukanlah usaha-usaha
untuk dapat memahami isi kandungan Al-Qur’an  tersebut.
Dan dari aspek mendapatkan, menggunakan dan mendistribusikan harta.
al Qur’an al Karim memberi petunjuk bahwa proses transaksi untuk
mendapatkan harta harus saling rela (ridha), dan tidak menyebutnya “bebas”
untuk mendapatkan harta. Sebab kata “bebas” dalam memperoleh harta akan
melahirkan pencarian untuk mendapatkan harta dengan cara apapun yang bebas
nilai asalkan mendapat untung sebesar-besarnya.
Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”.
(An-Nisa : 29)

Ayat ini menunjukkan bahwa proses transaksi adalah tukar menukar yang
saling rela. Tukar menukar artinya saling menerima dan saling memberi. Kedua
belah pihak sama-sama mendapatkan, kedua belah pihak saling menguntungkan
dan saling merasakan manfaatknya. Kemudian, antara kedua belah pihak saling
ridha, saling merasa ikhlas dari dalam dirinya untuk menerima dan memberi
dalam proses transaksi. Maka diharamkan transaksi riba, judi, penipuan dan
kebohongan karena semua itu menyebabkan kezaliman.
Dan contoh lainnya adalah masalah distribusi. Al Qur’an al Karim
menyebutkan masalah distribusi berkaitan erat dengan keadilan. Distribusi
kekayaan dan harta secara merata dapat mengurangi kesenjangan dan
kepincangan sosial. Konsep pemerataan distribusi kekayaan ini berbeda dengan
sistem ekonomi kapitalis yang menjunjung kepemilikan pribadi sehingga
mengeksploitasi kekayaan dan menzalimi orang lain, demikian juga sistem
ekonimi sosialis yang menjunjung kepemilikan umum sehingga menghilangkan
hak individu.
Allah SWT berfirman:

“ Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah,
untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu,
Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.”

Sebenarnya, ayat di atas secara keseluruhan sedang berbicara tentang fai’


(harta rampasan yang diperoleh dari musuh tanpa pertempuran), sehingga tafsir
asalnya adalah “apa yang diberikan Rasul (dari harta fai’) kepadamu maka
terimalah dia” demi terciptanya keadilan distribusi. (lihat Tafsir Jalalain). Tetapi
para mufassir seperti Ibnu Katsir dan al-Qurthubi juga menafsirkan ungkapan
“apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia” dengan makna “apa
yang diperintahkan Rasul …” berhubung setelahnya ada perintah untuk
meninggalkan apa yang dilarang oleh Rasul, di samping itu juga karena adanya
riwayat-riwayat hadis yang mendukung makna tersebut.

Perintah untuk mendistribusikan kekekayaan yang termaktub dalam ayat


di atas menunjukkan bahwa Al Qur’an menginginkan adanya keadilan dalam
distribusi meskipun sebagian yang lain sebenarnya memperoleh lebih banyak
tetapi ia harus berbagi kepada yang belum beruntung. Orang yang memiliki harta
lebih harus berbagi dengan masyarakat lainnya yang berkekurangan, baik
melalui bantuan, sedekah, wakaf, zakat maupun cara penyediaan lapangan         
pekerjaan.
            Menurut pandangan Islam, Kehidupan dunia adalah ladang untuk
bercocok tanam yang akan dipanen di akhirat kelak. Dalam pandangan Islam,
harta bukan tujuan tetapi hanya sarana untuk mencapai kehidupan beragama
yang baik. Karenanya, aktifitas ekonomi tidak semata-mata untuk menumpuk
kekayaan, tetapi cara memperoleh dan menggunakannya harus berlandaskan
keimanan, akhlak dan keseimbangan antar fisik dan ruh.

Daftar Pustaka :
Syaikh Manna’ Al-Qaththan. Pengantar Studi Ilmu Hadits Edisi Terjemah. Jakarta. Pustaka
Alkautsar, 2004.
Mansur Hasan nasution. Lebih dekat dengan al-qur’an. (bandung:citapustaka media perintis,
2009)
Marthon, Said Saad. Ekonomi Islam. Jakarta : Zikrul Hakim, 2004.
Muhammad, Lukman Fauroni. Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis. Jakarta: Salemba
Diniyah, 2002.
Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani, 2001
Fadhil Nur Ahmad, Akmal Azhari. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta : Hijri Pustaka Utama,
2001

AYAT-AYAT EKONOMO
(DASAR EKONOMI ISLAM)
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG MASALAH


Sejak Manusia dilahirkan dan bergaul, tumbuhlah suatu masalah yang harus dipecahkan
bersama-sama, yaitu setiap manusia memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing? Karena
kebutuhan hidup seseorang tidak mengkin dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri. Makin luas
pergaulan mereka bertambah kuatlah ketergantungan antara satu sama lain untuk memnuhi
kebutuhan itu.1[1]

1
Kebutuhan hidup membuat manusia disebut sebagai pelaku ekonomi, berkembang
manusia menjadi banyak populasi dan tersebar di berbagai belahan dunia membuat ekonomi
semakin berkembang. Teori tentang bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya
menjadi suatu disiplin ilmu, kemudian ilmu berkembang dari paham-paham pakar ekonomi
terdahulu seperti kapitalis, komunis, dan sosialis, namun teori-teori dari beberapa aliran ini
memiliki banyak kekurangan untuk diterpakan dalam perekenomian manusia.
Turunya agama Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw, agama tauhid dari Allah
Swt yang mengatur segal aspek kehidupan manusia, termasuk aspek ekonomi. Seiring dengan
lahirnya agama Islam, maka lahirlah teori ekonomi baru yang langsung dipraktekan oleh
Rasulullah Saw yaitu Ekonomi Islam, ekonomi yang berbasis pada prinsip ketuhanan. Hingga
saat ini agama islam berkembang dan memiliki banyak penganut yang disebut sebagai kaum
muslimin.
Hadirnya ekomi islam bagi kaum mulsimin merupakan anugerah yang sangat besar dari
Allah Swt, dimana selama ini ummat manusia menganut aliran ekonomi yang tidak adil seperti
aliran kapitalis. Namun demikian haingga saat ini aliran kapitalis masih di terpakan dibeberapa
negara di Dunia, demikian aliran ekonomi soialis. Bagi kaum muslimin penting bagi kita untuk
membedakan mana yang syariah dan mana yang konvesional dalam ekonomi, untuk itu kita
harus berpegangan pada prinsip dasar ekonomi Islam yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits
yang merupakan kitab sucinya kaum muslimin. Ada beberpa ayat dari al-Qur’an mengenai
prinsip-prinsip dasar ekonomi, tidak hanya prinsip dasar ekonomi Islam aspek ekonomi lain
seperti menciptakan kesejahteraan agama dan sosialis, kewajiban manusia bekerja dan mengakui
kepemilikan individual. Semua ayat-ayat mengenai aspek tersebut akan di bahas dalam makalah
ini.
B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana keterangan al-Qur’an Surah AL-Miadah (5) ayat 2 yang Merangkan tentang Prinsip-
Prinsip Dasar Ekonomi, menciptakan kesejahteraan agama dan sosial?
2.      Bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an menerangkan kewajiban manusia bekerja, menghindari
pengangguran, dan mengakui kepemilikan pribadi?
C.       Manfaat Penulisan
Diharapkan penulisan makalah ini bermanfaat untuk lebih memahami dan mengerti ayat-
ayat Al-Qur’an dalam aspek ekonomi, sehingga bisa diterapakan dan disosialisasikan
dimasyarakat. Disamping penulisan makalah diharapkan dapat memenuhi tugas perkuliahan
prespektif Al-Qur’an dan Hadits tentang ekonomi.

BAB II
PEMABAHASAN

A.      Ayat Tentang Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi, Menciptakan Kesejahteraan Agama dan Sosial.
Sebagai ekonomi yang berbasis syariat Islam tentunya memiliki beberapa prinsip yang
nantinya akan menjadi rujukan bagi setiap muslim, adapun prinsip ekonomi akan dijelaskan pada
Firman Allah dalam Surah al-Maidah ayat 2 berikut ini:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-
kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya”.2[2]

Asbabun Nuzul: Ibnnu Jarir mengetengahkan sebuah hadits dai ikrimah yang telah bercerita:
“Bahwa Hatman bin Hindun al-Bakri datang kemaadinah berserta kafilahnya yang membawa
bahan makana. Kemudian ia menjual lalu ia masuk kemadinah menemui Nabisaw; setelah itu ia
membaiatnya dan masuk Islam. Tatkala ia pamit untuk keluar pulang, Nabi memandangnya dari
belakang kemudian beliau bersabda kepada orang-orang yang berada di sektiarnya, “
Sesungguhnya ia telah mengahadap kepadaku dengan muka yang terpampang durhaka, dan ia
pamit dengan muka yang khianat.’ Tatkala al-Bakri sampai di yamamah, ia kembali murtad dari
agama islam. Kemudian pada bulan zulkaidah ia keluar bersama khalifahnya dengan tujuan
mekah. Tatkala para sahabat Nabi saw mendengar beritanya maka golongan sabah dari kaum
muhajirin dan kaum ansor bersiap-siap keluar madinah untuk mencegat yang berada da,am
kalifahnya itu. Kamudian Allah Swt menutukan ayat, hai orang-orang yang beriman janganlah
kamu melanggar syiar-syiar Allah...(QS. Al-Maidah : 2). Kemudian para sahabat mengurungkan
niatnya (demi menghormati bulan haji). Hadis serupa ini telah ditemukan pula oleh Asadiy.”
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Zaid bin Adlam yang mengatakan, “ Bahwa Rasulullah
saw. besama para sahabat tatkala berada di Hudaibiyah, yatu seawaktu orang-orang musyrik dari
penduduk sebelah timu jazirah arab lewat untuk tujuan melakukan umrah. Para sahabt Nabi Saw
barkata, ‘Marilah kita mengahalangi mereka sebagaimana (teman-teman mereka) mereka pun
menghalanngi kita.’3[3] Kemudian Allah menurunkan ayat, ‘Janglah sekali-sekali mendorongmu
berbuat aniaya kepada mereka...”4[4]
Ayat tersebut dapat dtafsirkan sebgai berikut:
Makna ’syiar-syiar Allah’ yang paling dekat dengan pikiran ketika membaca ayat ini
adalah syiar-syiar haji dan umrah dengan segala sesuatu yang diharamkan atas orang yang
sedang melakukan ihram haji dan umrah hingga hajinya selesai dengan menyembelih kurban
yang dibawa ke Baitul Haram. Maka, semua itu tidak halal bagi orang yang sedang ihram, karena
menghalalkannya pada waktu itu berarti menghina syiar Allah yang telah mensyariatkannya.

4
Dinisbatkannya syiar-syiar ini oleh Al-Qur’an kepada Allah adalah untuk menunjukkan
kegaungannya dan sebagai larangan dari menghalalkannya.
Dan yang dimaksud dengan bulan-bulan haram adalah bulan Rajab, Dzulqa’idah,
Dzulhijjah, dan Muharram. Allah telah mengharamkan berperang pada bulan-bulan ini. Bangsa
Arab sebelum islam pun mengharamkannya, tetapi mereka mempermainkannya sesuai kehendak
hawa nafsunya.
Al-hadyu adalah binatang kurban yang dibawa oleh orang-orang yang menunaikan haji
atau umrah. Dengan demikian berakhirlah syiar-syiar haji atau umrahnya. Al-hadyu adalah unta,
sapi, atau kambing.
Al-qalaa’id adalah binatang-binatang ternak yang dikalungi oleh pemiliknya pada
lehernya sebagai pertanda bahwa binatang tersebut telah dinazarkan untuk Allah, dan dilepaskan
merumput dengan bebas hingga disembelih pada waktu dan tempat nazar.
Allah juga mengharamkan mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah untuk
mencari karunia dan keridhaanNya. Mereka adalah orang-orang yang mengunjungi Baitul Haram
untuk melakukan perdagangan yang halal dan mencari keridhaan Allah dengan melakukan haji
atau lainnya. Allah memberikan keamanan kepada mereka di Baitul Haram-Nya. Kemudian
dihalalkanlah berburu setelah habis masa ihram, di luar Baitul Haram, sedangkan berburu di
Baitul Haram tetap tidak diperbolehkan. Ini adalah kawasan keamanan yang ditetapkan Allah di
Baitul Haram-Nya.5[5]
Pada ayat tersebut diatas, menerangkan beberapa prinsip ekonomi yaitu: Menciptakan
Kesejahteraan Agama dan Sosial, Agama Islam adalah agama yang damai, untuk itu dalam aspek
ekonomi dimana jika ada orang yang berniaga dan ia pernah beraniaya terhadap kita pada saat
sebelumnya, Allah melarang hal aniaya tersebut. Semua ini membuktikan bahwa islam sangat
mengedepankan aspek kesejahteraan dalam agama dan juga sosial.
Ekonomi Islam berfungsi sosial. Islam jika dilihat dari pribahasa adalah muamalah,
perhubungan hidup yang dipertalikan oleh materi dan inilah yang dinamakan ekonomi.
Muamalah Adabiyyah ialah pergaulan hidup yang dipertalikan oleh kepentingan moral, rasa
kamanusiaan, dan ini yang dinamakan sosial.6[6]

6
Berdasarkan pengertian yang luas ini, Ali Fikri mengarang bebrapa jilid buku yang
berjudul Al-Muamalat. dia memandang bahwa soal ekonomi atau muamalah maddiyah sanagt
sukar, tetapi memegang peranan penting sekali, karena berhubungan dengan benda dan uang
yang sangat dicintai dab berkuasa dihati manusia. Ekonomi itulah sumber segala pekerjaan, pusat
dari susunan alam, dan dengan ekonomi pula, manusia mencapai tingkat yang paling tinggi dari
kemajuan dan kebahagian.7[7]

B.  Kewajiban Bekerja


Setiap manusia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena dengan
bekerja setiap manusia akan memperoleh sesuatu yang diinginkan, mengenai kewajiban bekerja
telah dijelaskan melalui Firman Allah Swt surah Al-Isra’ ayat 31 berikut:
          
   
Artinya: “dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan
memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
suatu dosa yang besar.”8[8]

Pada ayat tersebut atas menerangkan bahwa Allah melarang kepada kita untuk
membunuh anak keterunan kita, dikarenakan takut akan kemiskinan. Allah Swt menjamin rezeki
setiap hambanya, setiap manusia dan semua mkhluk Allah yang lahir ke Dunia telah di
pesiapkan rezkinya. Namun demikian, rezki didapat melalui ikhtiar (usaha), Allah
memerintahkan kepada manusia untuk bekerja jika mereka ingin memenuhi kebutuhan hidupnya,
seperti kebutuhan akan makanan dan minuman, sebagaimana firman Allah dalam surah al-
Jumuah ayat 10:
         
     
Artinya: “apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.

8
Ayat ini memerintahkan kepada kita untuk mencari rezeki dari Allah yang telah Allah
persiapkan kepada kita diseluruh permukaan bumi, dengan demikian bekerja adalah jalan yang
utama dalam mendapatkan rezeki tersebut. Anak, isteri dan keluarga telah Allah jamin akan
rezekinya namun rezeki adalah suatu takdir yang harus digali dan dicari untuk mendapatkanya,
jika berusaha maka pasti akan mendapatkan, membuhuh merupakan dosa besar dan bukanlah
jalan keluar dari menghindari kemiskinan.

Kemudian Firman Allah Swt surah al-Najm ayat 39 berikut:


      
Artinya: “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”.9[9]
Mengenai ayat diatas seorang shahabat Nabi, Ahli tafsir yang utama, yang pernah
didoakan secara khusus oleh Nabi agar pandai menakwilkan al Qur’an10[10]. yakni  Ibnu Abbas
Berkata : “Ayat tersebut telah dinasakh (dibatalkan) hukumnya dalam syariat kita dengan firman
Allah:
      
           
 
Artinya: “dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.”11[11]
Tafsir Khazin:   

‫وقيل كان ذلك‬. ‫ َأحْلَ ْقنا هِبِ ْم ذُِّريََّت ُه ْم‬:‫قال ابن عباس هذا منسوخ احلكم يف هذه الشريعة بقوله تعاىل‬

.‫لقوم إبراهيم وموسى فأما هذه األمة فلها ما سعوا وما سعى هلم غريهم‬

10

11
Artinya: Berkata Ibnu Abbas : (ayat) ini mansukh hukumnya dalam syariat agama ini, yakni dinasakh
dengan firman Allah ta’ala ‘kami hubungkan anak cucu mereka itu dengan mereka’.  Dan
dikatakan juga, ini berlaku untuk umat Ibrahim dan Musa, adapun untuk umat ini, baginya yang
mereka usahakan dan yang diusahakan oleh orang lain.12[12]
Ayat-ayat diatas menerangkan bahwa, manusia tidaklah mendapatkan apa-apa dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya kecuali apa yang diusahakan, jika seseorang berada dalam
keadaan yang terpuruk dan miskin, kehidupannya tidak akan pernah berubah jika ia tidak
berusaha untuk merubahnya sendiri.

Selanjutnya akan diterangkan dalam surah al-Mudatsir ayat 38 berikut:


     
Artinya : “tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”.13[13]
Ayat ini merangkan bahwa, manusia akan diminta pertagungjawabanya akan harta, anak,
dan jabatanya. Jika kita renungkan, semua yang kita harta miliki hanya titipan dari Allah Swt,
agar kita bisa memanfaatkanya dan mengelolanya, suatu saat nanti Allah yang maha memiliki
akan mengambil apa yang dititipkan kepada kita dan memnita laporan pertanggung jawaban
terhadap titipan harta itu.
C.       Ayat mengakaui Kepemilikan Individu
Firman Allah Swt, dalam suroh ayat 31-32:
          
            
          
         
 
Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki
yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam

12

13
kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah Kami menjelaskan
ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”14[14]
Dalam ayat menerangkan bahwa islam mengakui adanya kepemilikan, dimana Allah
telah menyediakan makanan, minuman dan perhiasan didalam bumi Allah swt dan akan menjadi
milik orang-orang yang mendapatkan dan menggalinya. Perhiasan-perhiasan dari Allah dan
makanan yang baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan orang-
orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-mata untuk orang-orang yang
beriman saja.
Pengakuan akan kepemilikan dalam Islam memiliki bebrap konsep yaitu: 15[15]
kepemilikan adalah suatu ikatan seseorang dengan hak miliknya yang disyahkan syariah.
Menurut hukum dasar yang nammanya harta, syah dimilki kecuali harta-harta yang telah
disiapkan untuk kepentingan umum. Sebab-sebab kepemilikan dalam fiqh Islam terjadi karena: 16
[16]
1.      Menjaga Hukum
2.      Transaksi Pemindahan Hak
3.      Pergantian Posisi Pemilikan

BAB III
KESIMPULAN

14

15

16
Prinsip Dasar Ekonomi dalam al-Qur’an adalah harta merupakan nikmat dan titipan dari
Allah, prinsip dasar ekonomi juga menjaga kemaslahatan agama dan menjaga hubungan antar
manusia atau sosial. Kemudian wajib bagi orang-orang mukmin untuk bekerja mencari rezeki
dari Allah karena Allah telah mempersiapkan untuk setiap makhluk-Nya, membunuh anak atau
keluarga takut akan kemiskinan tidaklah dibenarkan syariah karena itu adalah dosa besar. Islam
mengakui adanya kepemilikan dengan beberapa sebab yaitu: Menjaga Hukum, Transaksi
Pemindahan Hak dan Pergantian Posisi Pemilikan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Zakky Al-Kaff. Ekonomi Dalam Prespektif Islam, (Jakarta: CV. Pustaka Setia, 2002). Hlm.11
QS. Al-Maidah (5) : 2
Jalaluddin aS-Suyuthi. Asbabun Nuzul: sebab-sebab turunnya ayat al-Qur’an.Diterjemahkan oleh Tim
Abdul Haayi. Cet. I (Jakarta: Gema Insani, 2008).
Shihab, M. Quraish,. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. (Volume 5. Jakarta:
Lentera Hati. 2002).
Al-Bayan dalam http://ad-dai.blogspot.com/2010/06/surah-najm.html/ akses 02/11/2012
Tafsir Khazim (4/213), dalam http://ad-dai.blogspot.com/2010/06/surah-najm.html/ akses 02/11/2012
Sayyid Syekh, Teori Ekonomi Islam Prespektif Mikro dan Makro. Jurnal dan Diktat amata kuliyah Jurusan
Ekonomi Islam Pasca Sarjana IAIN STS Jambi 2012.
Depatemen Agama RI, 2000. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV. Toha Putra.

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI (UNUGHA) CILACAP


TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdullilah penulis panjatkan atas  kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi dan melengkapi
tugas mata kuliah filsafat, dengan judul Ilmu Manajemen Dalam Perspektif Al-qur’an.
Dalam proses penulisan makalah ini penulis banyak menemui kesulitan dalam
menjabarkan materi dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki, namun penulis menyadari
banyaknya kekurangan dalam menyajikannya. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai
bantuan dari segala pihak yang telah memberi bantuan baik kepada teman-teman mahasiswa dan
kepada Bapak Amin Syukron, ST.,MT selaku dosen pembimbing, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dengan demikian, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan pembaca mengenai pengertian dan landasan dari ilmu manajemen dalam perspektif al
qur’an.

Penyusun
Umi Nur Khasanah

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Menurut Socrates, filsafat adalah suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh atau
cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Dalam mengkaji suatu ilmu dibutuhkan
suatu landasan ilmu. Secara singkat uraian landasan ilmu adalah sebagai berikut :
a.         Ontologis adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini memuat pengertian dan penjelasan
mengenai ilmu itu sendiri.
b.         Epistemologi adalah cara atau metode ilmiah yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah
sehingga diperolehnya ilmu tersebut.
c.         Aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan suatu ilmu dalam rangka memenuhi
kebutuhan manusia.
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib,
dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara
asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan rumah tangga sampai dengan
urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang
baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa
diraih dan bisa selesai secara efektif dan efisien. Dalam hal ini kita perlu mempelajari ilmu
manajemen. Dan dalam mempelajari dan mengkaji ilmu manajemen kita perlu menguraikannya
terlebih dahulu melalui landasan ilmu tersebut.
B.     Rumusan Masalah:
1.         Apa pengertian dan penjelasan tentang ontologis dari manajemen?
2.         Apa pengertian dan penjelasan tentang epistemologis dari manajemen?
3.         Apa pengertian dan penjelasan tentang aksiologis manajemen dalam bidang-bidang ilmu
manajemen?

C.     Tujuan Penulisan makalah:


1.         Untuk dapat memahami pengertian ontologis dari manajemen.
2.         Untuk dapat memahami pengertian epistemologi dari manajemen.
3.         Untuk memahami menegenai ontologi, epistimologi, dan aksiologi dari ilmu manajemen dalam
bidang-bidang ilmu manajemen.
4.         Karya ilmiah yang telah ditulis ini diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara
penulis dan pembaca.
5.         Melatih keterampilan dasar untuk melakukan pembuatan karya ilmiah.

D.    Manfaat penulisan makalah:


1.         Dapat mengetahui pengertian ontologi, epistemologi dan aksiologi dari manajemen.
2.         Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif.
3.         Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber.

  

  

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ilmu Manajemen


Manajemen dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efesien.1

A.1 Ontologi Ilmu Manajemen


Ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika. Istilah metafisika itu pertama kali
dipakai oleh Andronicus dari Rhodesia pada zaman 70 tahun sebelum Masehi. Artinya adalah
segala sesuatu yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat supra-fisis atau kerangka penjelasan
yang menerobos melampaui pemikiran biasa yang memang sangat terbatas atau kurang
memadai. Makna lain istilah metafisika adalah ilmu yang menyelidiki kakikat apa yang ada
dibalik alam nyata. Jadi, metafisika berati ilmu hakikat. Ontologi pun berarti ilmu hakikat.
Dalam konteks Islam manajemen disebut juga dengan (‫ إدارة – تدبير‬-‫ )سياسة‬yang bersal dari
lafadz (‫)س__اس – أدار – دبر‬. Menurut S. Mahmud Al Hawary manajemen (Al-Idarah) ialah;
‫ااإلدارة هي معرف__ة إلى أين ت__ذهب ومعرف__ة المش__اكل ال__تي تجنبه__ا ومعرف__ة الق__وي والعوام__ل ال__تي تنع__رض له__ا معرف__ة كيفي__ة‬
‫التص_____رف ل_____ك ولب_____ا خرت_____ك والط_____اقم الب_____احرة وبكف_____اءة وب_____دون ض_____ياع في مرحل_____ة ال_____ذهاب إلى هن_____اك‬.
Artinya: manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus
dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaimana mengemudikan kapal anda
serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam proses mengerjakannya.
Dari ta’rif di atas memberi gambaran bahwa manajemen merupakan kegiatan, proses dan
prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan bekerja sama sesuai
jobnya masing-masing.
Objek materi ilmu manjemen ialah sisi manajemen yang mengatur seluruh kegiatan ekonomi
(bisnis), yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengerahan (motivasi, kepemimpinan,
pengambilan keputusan, komonikasi, koordinasi, dan negosiasi serta pengembangan organisasi)
dan pengendalian (pemantauan, penilaian, dan pelaporan).
A.2 Epistemologis Manajemen
Epistemologi merupakan penyelidikan asal mula pengetahuan atau strukturnya, metodenya,
dan validitas ilmu manajemen.
Semula epistemologi ini mempermasalahkan kemungkinan yang mendasar mengenai
pengetahuan (very possibilityof knowledge). Apakah pengetahuan yang paling murni dapat
dicapai.
Permasalahan epistemologi di ilmu manajemen berkisar pada ihwal proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu: bagaimana prosedurnya, apa yang
harus diperhatikan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, apakah yang disebut kebenaran
dan apa saja kriterianya, serta sarana apa yang membantu orang mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu.
Cara pencarian kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang dilakukan melalui penelitian.
Penelitian adalah hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf keilmuannya. Penyaluran sampai
taraf setinggi ini disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap
gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Penelitian adalah suatu proses yang
terjadi dari suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk
mendapatkan jawaban sejumlah pertanyaan.
Pada setiap penelitian ilmiah melekat ciri-ciri umum, yaitu : pelaksanaannya yang metodis
harus mencapai suatu keseluruhan yang logis dan koheren. Artinya dituntut adanya sistem dalam
metode maupun dalam hasilnya. Jadi susunannya logis. Ciri lainnya adalah universalitas.
Bertalian dengan universalitas ini adalah objektivitas. Setiap penelitian ilmiah harus objektif
artinya terpimpin oleh objek dan tidak mengalami distorsi karena adanya berbagai prasangka
subyektif. Agar penelitian ilmiah dijamin objektivitasya, tuntutan intersubjektivias perlu
dipenuhi.
Adapun unsur-unsur manajemen dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Pertama (‫ )التخطيط‬atau Planning; yaitu perencanaan/ gambaran dari sesuatu kegiatan yang akan
datang dengan waktu, metode tertentu. Sebagaimana Nabi telah bersabda:
(‫)إن هللا يحب إذا عمل أح______دكم العم______ل أن يتقنه‬
Artinya: Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan ,
dilakukan secara itqan (tepat, tearah, jelas, tuntas. (HR. Thabrani).
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman,
(‫)فإذافرغت فانصب وإلى ربك فارغب‬

Artinya: Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap. (Al-
Insyirah; 7-8)

Setiap apa yang diperbuat oleh manusia maka ia harus mempertanggung jawabkannya.
Agama mengajarkan umatnya untuk membuaat perencanaan yang matang dan itqan, karena
setiap pekerjaan akan menimbulkan sebab akibat. Adanya perencanaan yang baik akan
menimbulkan hasil yang baik juga sehingga akan disenangi oleh Allah. Tentunya penilaian yang
paling utama hanya penilaian yang datangnya dari Allah SWT.

Tujuan perencanaan adalah sebagai standar pengawasan, untuk mengetahui kapan


pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan ekonomi, mengetahui siapa saja yang terlibat,
mendapatkan kegiatan yang sitematis, meminimalkan kegiatan yang tidak produktif, mendeteksi
hambatan dan kesulitan yang ditemui, mengarahkan pada pencapaian tujuan.

Kedua, (‫ )التنظيم‬atau Organization; merupakan wadah tetang fungsi setiap orang , hubungan kerja
baik secara vertikal atau horizontal. Dalam surat Ali Imran Allah berfirman

(‫واعتصموابحبل هللا جميعا والتفرقواواذكروا نعمت هللا عليكم إذكنتم أعداء‬..)


Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan… (Ali Imran; 103)

Ayat di atas menunjukkan bahwa organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bisa
diorganisir dengan baik. Maka hendaknya bersatu-padulah dalam bekerja dan memegang
kometmen untuk menggapai cita-cita dalam satu payung organisasi dimaksud.

Allah berfirman;

( ‫)…اليكل___ف هللا نفس___ا إال وسعهالهاماكس___بت وعليه___ا مااكتس___بت‬


Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan)
yang dikerjakannya. (Al-Baqarah; 286)

Kinerja bersama dalam organisasi disesuai dengan kemampuan yang dimiliki olah masing-
masing individu. Menyatukan langkah yang berbeda-beda tersebut perlu ketelatenan
mengorganisir sehingga bisa berkompetitif dalam berkarya. Disamping ayat di atas, Sayyidina
Ali bin Abi Thalibmembuat statemen yang terkenal yaitu;

(‫)الح_____ق بال نظ_____ام يغلب_____ه الباط_____ل بنظ_____ام‬


Artinya: Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan rapi, dapat dikalahkan oleh kebatilan yang
diorganisasi dengan baik.

Statemen Sayyidina Ali merupakan pernyataan yang realistis untuk dijadikan rujukan umat
Islam. Hancurnya suatu institusi yang terjadi saat ini karena belum berjalanannya ranah
organisasi dengan menggunakan manajemen yang benar secara maksimal.

Ketiga, (‫ )التنسيق‬atau Coordination, upaya untuk mencapai hasil yang baik dengan seimbang,
termasuk diantara langkah-langkah bersama untuk mengaplikasikan planning dengan
mengharapkan tujuan yang diidamkan. Allah berfirman;
                  (‫)يأيهاال________ذين أمنواادخل________وا فى الس________لم كاف________ة وال تتبع________وا خط________وات الش________يطان إن________ه لكم ع________دو م________بين‬

Artinya; Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam keseluruhannya, dan
janganlah kamu turuti langkah-langkah setan, karena setan itu musuhmu yang nyata. (Al-
Baqarah; 208)
Apabila manusia ingin mendapat predikat iman maka secara totalitas harus melebur dengan
peraturan Islam. Iman bila diumpamakan dengan manusia yang ideal dan Islam sebagai planning
dan aturan-aturan yang mengikat bagi manusia, maka tercapainya tujuan yang mulia,
memerlukan adanya kordinasi yang baik dan efektif sehingga akan mencapai kepada tujuan
ideal. Cobaan dan kendala merupakan keniscayaan, namun dengan manusia tenggelam dalam
lautan Islam (kedamaian, kerjasama dan hal-hal baik lainnya) akan terlepas dari kendala-kendala
yang siap mengancam.

Keempat, (‫ )الرقابة‬atau Controling , pengamatan dan penelitian terhadap jalannya planning.


Dalam pandangan Islam menjadi syarat mutlak bagi pimpinan untuk lebih baik dari anggotanya,
sehingga kontrol yang ia lakukan akan efektif. Allah berfirman:

(‫)يأيهاالذين أمنوالم تقولون ماالتفعلون‬

Artinya; Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan?(Q.S. Ash-Shoff; 1)

Dalam surat At-Tahrim Allah berfirman

(‫يأيهاالذين أمنواقواانفسكم وأهليكم نارا‬..)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
(Q.S. At. Tahrim; 6)

Menjaga keselamatan dan kesuksesan institusi merupakan tugas utama manajer, baik organisasi
keluarga maupun organisasi secara universal. Bagaimana manajer bisa mengontrol orang lain
sementara dirinya masih belum terkontrol. Dengan demikian seorang manajer orang terbaik dan
harus mengontrol seluruh anggotanya dengan baik. Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan
bahwa kontrol yang utama ialah dari Allah SWT.

(‫)…ألم تر أن هللا يعلم مافى السموات وما فى األرض‬

Artinya: Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi… (Al-Mujadalah; 7)

Dalam konteks ayat ini sebenarnya sangat cukup sebagai konsep kontrol yang sangat efektif
untuk diaplikasikan. Memahami dan membumikan konteks ayat ini menjadi hal yang sangat
urgen. Para pelaksana institusi akan melaksanakan tugasnya dengan konsisten sesuai dengan
sesuatu yang diembannya, bahkan lebih-lebih meningkatkan spirit lagi karena mereka
menganggap bahwa setiap tugas pertanggung jawaban yang paling utama adalah kepada Sang
Khaliq yang mengetahui segala yang diperbuat oleh makhluk-Nya.

Kelima, (‫ )ت__رغيب‬atau Motivation, menggerakan kinerja semaksimal mungkin dengan hati


sukarela. Masalah yang berhubungan dengan motivasi Allah telah berfirman;

(‫)وأن ليس لإلنسان إال ما سعى‬

Artinya: Dan bahwasanya mausia tiada memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya.
(Q.S. An-Najm; 39)

Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

(‫)إن هللا اليغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم‬

Artinya:Sesungguhnya Allah tidak akan mengobah sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S.Ar-Ra’du; 11). Dari dua ayat tersebut di atas
berimplikasi adanya motivasi untuk selalu berusaha dan merobah keadaan. Dengan adanya usaha
dan adanya upaya merobah keadaan ke rarah yang lebih baik akan mengantarkan kepada tujuan
dan kesuksesan yang nyata. Dalam sebuah kata hikmah disebutkan (‫ )من جد وجد‬Artinya: Barang
siapa yang bersungguh-sungguh pasti mendapatkan. Disamping itu Allah berfirman;
(‫)أدعوني أستجب لكم‬

Artinya; Mintalah kamu semua kepada-Ku pasti akan Aku kabulkan padamu. (Q.S.)

Dalam ayat yang lain Allah SWT., juga berfirman yang ada kaitannnya dengan motivasi,

(‫ ومن يعم__ل مثق__ال ذرة ش__رايره‬.‫)فمن يعم__ل مثق__ال ذرة خ__يرايره‬


Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Az-Zalzalah; 7-8)

Dari uraian di atas merupakan bentuk anjuran Islam bagi umat manusia untuk memiliki motivasi
dalam menjalani hidup. Dengan tingginya semangat dan motivasi sebagai modal awal dalam
meraih kehidupan yang lebih cerah dan terarah. Dengan demikian bahwa planning yang menjadi
acuan utama akan dengan mudah untuk bisa direalisasikan, karena dengan berdasarkan agama,
motivasi manusia tidak sekedar hanya tumenyelesaikan ntutan duniawi saja, tetapi juga terhadap
pertanggung jawaban ukhrawinya.
Keenam (‫ )الخالفة‬atau disebut Leading, mengatur, memimpin segala aktifitas kepada
tujuan.Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits banyak membahas tentang kepemimpinan. Diantaranya
firman Allah SWT., dalam surat Al-An’am sebagai berikut;
(‫)وهوال_____________ذي جعلكم خالئ_____________ف األرض ورف_____________ع بعض_____________كم ف_____________وق بعض درج_____________ات ليبل_____________وكم فى ماات_____________اكم‬

Artinya; Dialah yang menetapkan kamu menjadi penguasa di muka bumi, dan ditinggikan-Nya
sebagaian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, sebagai cobaan bagimu tentang semua
yang diberikannya kepadamu. (Al-An’am; 165).

Selain dalam Al-Qur’an, Al-Hadits juga banyak yan membahas tentang kepemimpinan,
diantaranya;

(‫)كلكم راع وكلكم مس________________ؤل عن رعيته‬


Artinya: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban
mengenai orang yang kamu pimpin. (HR. Muslim).

Dalam konsepi ajaran Islam bahwa pemimpin tidak hanya terfokus kepada seseorang yang yang
memimpin institusi formal dan non formal. Tuntutan Islam lebih uiversal bahwa kepemimpinan
itu lebih spesifik lagi kepada setiap manusia yang hidup ia sebagai pemimpin, baik memimpin
dirinya maupun kelompoknya. Dengan demikian kepemimpinan dalam ajaran Islam dimulai dari
setiap individu. Setiap orang harus bisa memimpin dirinya dari taqarrub kepada Allah dan
menjahui larangan-Nya. Apabila manusia sudah bisa memimpin dirinya, maka tidak mustahil
bila ia akan lebih mudah untuk memimpin orang lain. Disamping itu pertanggungjawaban
pemimpin dalam konteks Islam tidak serta merta hanya kepada sesama manusia, tetapi yang
paling utama adalah pertanggungjawaban kepada Khaliknya.

A.3 Aksiologis Ilmu Managemen

Berikut adalah penerapan ilmu manajemen dalam bidang-bidang ilmu manajemen:

a.    Manajemen Produksi


Manajemen produksi adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan manajerial terhadap
sistem-sistem produksi dengan tujuan agar produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Manajemen produksi menyangkut kegiatan untuk menghasilkan barang.
Adapun penerapan fungsi manajemen produksi dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      Fungsi perencanaan produksi, diterapkan dalam merencanakan penentuan kualitas dan kuantitas
barang yang akan diproduksi, merancang sistem transformasi, menjadwalkan berbagai aktivitas,
serta menetapkan berbagai ukuran dan kriteria yang sangat diperlukan untuk kepentingan
produksi.
2.      Fungsi pengorganisasian dalam produksi, penerapannya mencakup kegiatan untuk merancang
struktur organisasi produksi, menyiapkan dan menetapkan kriteria bagi staf yang menjabat dalam
struktur organisasi, mendelegasikan wewenang serta menetapkan pola agar tercipta keserasian
kerja antarsubsistem.
3.      Fungsi penggerakan dalam produksi yaitu mencakup usaha untuk memotivasi, memberi
perintah, mengarahkan kegiatan produksi, mengoordinasikan tiap bagian, dan mengoptimalkan
berbagai sistem transformasi.
4.      Fungsi pengendalian dalam produksi adalah melakukan tindakan korektif terhadap pelaksanaan
kegiatan produksi.
b.    Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dengan
mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan
mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.2
Penerapan manajemen dalam bidang pemasaran meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
1.         Perencanaan pemasaran, mencakup perencanaan di bidang produksi, pasar, dan pemilihan
saluran pemasaran yang tepat dalam pendistribusian produk. Perencanaan produksi merupakan
pertimbangan pertama dalam perencanaan pemasaran. Produk harus sesuai dengan kebutuhan
pasar atau disesuaikan dengan permintaan para pembeli. Perencanaan pasar juga merupakan hal
yang penting, karena dapat menggambarkan daerah yang dilayani untuk pemasaran, daya beli
masyarakat, kebutuhan masyarakat, dan tingkat hidup calon pembeli.
2.         Pengorganisasian pemasaran yaitu meciptakan dan memelihara struktur organisasi penjualan
yang baik, yang harus disesuaikan dengan keadaan perusahaan.
3.         Penggerakan pemasaran, antara lain yaitu mendorong pegawai dan tenaga penjual melakukan
tugasnya dengan sebaik mungkin, kepemimpinan yang kuat dan menyenangkan, supervisi serta
pengawasan yang baik dalam kegiatan pemasaran, sikap manajer dan pegawainya dalam
melayani pemasanan, komunikasi yang baik dalam kegiatan pemasaran.
4.         Pengawasan pemasaran, artinya pengawasan terhadap seluruh usaha-usaha pemasaran. Untuk
melaksanakan pengawasan, diperlukan data-data dan informasi yang lengkap dan objektif. Selain
itu pengawasan hendaklah disertai pula penilaian atas hasil-hasil yang diperoleh akibat
penerapan manajemen yang efektif dan efisien di bidang pemasaran.
c.    Manajemen Personalia
Manajemen personalia adalah seni dan ilmu memperoleh, memajukan dan
memanfaatkan tenaga kerja sedemikian rupa sehingga ttujuan organisasi dapat direalisir secara
berdaya guna dan berhasil guna dan adanya kegairahan kerja dari para tenaga kerja.1

Ruang lingkup dan penerapan manajemen personalia meliputi kegiatan berikut ini.
1.      Pengadaan pegawai (recruitment) adalah kegiatan yang menyangkut tentang perencanaan
penerimaan tenaga kerja, analisis jabatan, seleksi pegawai dan penempatan tenaga kerja.
2.      Pengembangan adalah kegiatan yang meliputi system pengupahan, mengadakan penilaian
karyawan, mengadakan pemindahan dan merencanakan tenaga kerja bagi karyawan.
3.      Pemberian kompensasi adalah kegiatan yang meliputi sistem pengupahan, mengadakan analisis
tentang upah yang dibayarkan, mengadakan evaluasi jabatan, mengadakan penilaian tingkat
produktivitas, dan mengadakan penilaian sistem pengupahan insentif.
4.      Pengintegrasian adalah kegiatan untuk memudahkan keinginan perusahaan, tenaga kerja, dan
masyarakat.
5.      Pemeliharaan adalah kegiatan yang meliputi penyusunan program keselamatan, kesehatan dan
pelayanan karyawan serta pemutusan hubungan kerja.
Adapun maksud dan tujuan dari penerapan manajemen personalia adalah sebagai berikut.
a)      Untuk mendapatkan pegawai yang berkualitas, yang bisa dibina dan dimanfaatkan dalam
kegiatan organisasi.
b)      Untuk meningkatkan kemampuan kerja para pegawai.
c)      Untuk menciptakan hubungan kerja yang baik antar pegawai, baik secara vertikal maupun secara
horizontal.
d.      Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah salah satu aktivitas fungsi manajemen untuk menyediakan
segala kebutuhan financial yang berkaitan dengan operasional perusahaan dan organisasi.
Fungsi utama manajemen keuangan antara lain:
1.      raising of fund adalah penerapan manajemen dalam kegiatan untuk mendapatkan dana atau
penyusunan sumber penerimaan atau anggaran penerimaan.
2.      allocation of fund adalah penerpana manajemen dalam kegiatan untuk mengalokasikan sumber
keuangan yang ada pada segala aktivitas perusahaan atau penyusunan anggaran pengeluaran.
3.      controlling of fund adalah penerapan manajemen dalam kegiatan untuk melakukan pengawasan
terhadap penggunaan dan pemanfaatan keuangan.
Penerapan fungsi manajemen keuangan dimaksudkan untuk mencapai efisiensi penggunaan atau
pemanfaatan keuangan, meningkatkan serta memaksimalkan keuntungan (rentabilitas),
menyediakan dana yang cukup untuk operasional jangka pendek dan jangka panjang,
memberikan perlindungan terhadap penyelenggaraan atau pelaksanaan keuangan.
e.       Manajemen Administrasi/Akuntansi
Manajemen administrasi/akuntansi adalah cara mengajukan informasi mengenai administrasi
atau akuntansi sedemikian rupa sehingga dapat membantu manajemen dalam menentukan garis-
garis kebijakan dan operasional sehari-hari dari suatu usaha.
Sasaran utama dari manajemen administrasi atau akuntansi adalah menyajikan laporan
tentang peristiwa finansial atau keuangan. Peristiwa finansial atau keuangan yang dimaksud
meliputi kegiatan mencatat, menguraikan dan menganalisis, menggolongkan, meringkas,
menafsirkan, meramalkan, dan melaporkan peristiwa keuangan.
Jadi, manajemen akuntansi senantiasa dapat digunakan karena merupakan alat yang sangat
penting dalam manajemen perusahaan.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam filsafat suatu ilmu mempunyai tiga landasan yaitu ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Ontologi ilmu manajemen bahwa manajemen merupakan kegiatan, proses dan
prosedur tertentu untuk mencapai tujuan akhir secara maksimal dengan bekerja sama sesuai
pekerjaanya masing-masing. Objek materi ilmu manjemen ialah sisi manajemen yang mengatur
seluruh kegiatan ekonomi (bisnis), yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengerahan (motivasi,
kepemimpinan, pengambilan keputusan, komonikasi, koordinasi, dan negosiasi serta
pengembangan organisasi) dan pengendalian (pemantauan, penilaian, dan pelaporan).
Epistemologi ilmu manajemen bermula dari pemikiran filsafati yang kemudian diuji dan
dilakukan penelitian hingga terbukti secara empiris ilmu tersebut sehingga melahirkan ilmu
manajemen yang terbagi menjadi manajemen pendidikan, sumberdaya manusia keuangan,
personalia, produksi, dan lain sebagainya. Aksiologi ilmu manajemen merupakan penerapan dari
ilmu tersebut dalam kehidupan manusia. Ilmu manajemen yang terdiri dari manajemen produksi,
personalia, keuangan,dll. biasanya diterapkan dalam sebuah organisasi yang digunakan untuk
memanej segala sesuatu kegiatan yang ada di dalam organisasi tersebut secara efektif dan efesien
oleh sumber daya manusia yang ada di dalamnya agar tercapai tujuan organisasi.

B.     Kritik dan Saran


Demi kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang
budiman. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

1
Solihin, Ismail. Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga. 2009.
2
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manejemen Pemasaran (edisi 12). PT Indeks
Hasibuan, Drs.H. Malayu S.P. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. (edisi revisi).
Jakarta: PT Bumi Aksara. 2014
Kusuma, Hendra. Manajemen Produksi: Perencanaan dan Pnegendalian Produksi. Yogyakarta :
penerbit ANDI.
http://yunie160691.blogspot.com/2010/06/landasan-ontologi-epistemologi dan.html
https://denovoidea.wordpress.com/2009/02/23/manajemen-dan-filsafat/

https://hefniy.wordpress.com/2008/10/06/manajemen-dalam-perspektif-islam/
https://emanuelbagus.wordpress.com/2012/04/16/pengertian-ilmu-manajemen/
http://alumnigontor.blogspot.com/2008/04/konsep-manajemen-dalam-perspektif-al.html
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/08/bidang-manajemen_24.html

Anda mungkin juga menyukai