Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EKONOMI ISLAM DAN RIBA

MATA KULIAH AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAMPU : SITI HABIBA, Lc., M.Ag

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

1. DENISHA AULIA T 2304010089


2. FAZIRA NATHANIELA 2304010035
3. MUTIARASARI 2304010036
4. RINDY AYU CAHYANI 2304010189

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MARITIM
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2023/2024
Kata Pengantar

Penyusun mengucapkan syukur Alhamdulillah atas karunia Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayah, dan kelancaran sehingga penulis dapat meyelesaikan
makalah yang berjudul “Ekonomi Islam dan Riba” ini tepat pada waktunya. Makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah umum Agama Islam di Universitas Martitim
Raja Ali Haji.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan, saran, kritik, dan bantuan dari
teman-teman dan berbagai pihak. Sehingga penyusun menyampaikan terimakasih kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Tanjungpinang, 12 Maret 2024

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar...........................................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................................iii
EKONOMI ISLAM...................................................................................................................1
A. Pengertian Ekonomi Islam..............................................................................................1
B. Dasar Hukum Ekonomi Islam.........................................................................................2
D. Tujuan Ekonomi Islam....................................................................................................5
E. Keunggulan Ekonomi Islam............................................................................................6
F. Kekurangan Ekonomi Islam............................................................................................6
RIBA..........................................................................................................................................8
A. Pengertian Riba...............................................................................................................8
B. Larangan Praktik Riba dalam Al-Qur’an........................................................................9
C. Jenis-Jenis Riba.............................................................................................................10
D. Sebab-Sebab Dilarangnya Riba.....................................................................................11
E. Dampak Negatif Riba....................................................................................................12
a. Dampak Ekonomi......................................................................................................12
b. Dampak Sosial...........................................................................................................13
F. Hikmah Diharamkannya Riba.......................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................................15
EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Ekonomi Islam

Sistem ekonomi islam disebut juga dengan sistem ekonomi syariah yaitu suatu
sistem ekonomi yang berlandaskan atas syariat atau norma-norma yang telah
diajarkan di agama islam. Segala bentuk kegiatan ekonomi didasarkan atas ketentuan
didalam al-Quran, as-Sunnah, ijma’ (kesepakatan ulama) dan qiyas (analogi). Al-
Quran dan as-Sunnah merupakan sumber utama sedangkan ijma’ dan qiyas
merupakan pelengkap untuk memahami Al-Quran dan as-Sunnah. Berikut adalah
pengertian ekonomi islam dari beberapa ahli.
a. Muhammad Abdul Manan

“Islamic economics is a sosial science which studies the economics


problems of a people imbued with the values of Islam.” Abdul Manan
menjelaskan bahwa ilmu ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami
oleh nilai-nilai Islam.

b. M. Umer Chapra

“Islamic economics was defined as that branch which helps realize


human well-being through and allocation and distribution of scarce
resources that is inconfinnity with Islamic teaching without unduly curbing
Individual fredom or creating continued macroeconomic and ecological
imbalances.” Chapra menjelaskan bahwa ekonomi Islam adalah sebuah
pengetahuan yang membantu upaya relisasi kebahagiaan manusia melalui
alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam
koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memeberikan
kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

c. Menurut Syed Nawab Haider Naqvi, ilmu ekonomi Islam, singkatnya


merupakan kajian tentang perilaku ekonomi orang Islam representatif
dalam masyarakat muslim moderen

Kegiatan ekonomi islam sebenarnya sama dengan sistem ekonomi lainnya,


seperti jual-beli, simpan-pinjam, dan aktivitas perekonomian lainnya, tetapi yang
membedakan adalah pedoman nya, dimana sistem ekonomi ini benar-benar berpegang
teguh pada syariat islam. Adanya sistem ekonomi Islam bertujuan agar umat Islam
dapat melakukan kegiatan ekonomi yang benar dan terhindar dari beberapa sifat
buruk, seperti riba, haram, zalim, ihtikar, dan lain-lain.

B. Dasar Hukum Ekonomi Islam

Kegiatan ekonomi islam atau ekonomi syariah memiliki dasar hukum yang
menjadi landasan kegiatannya. Dasar hukum ekonomi islam adalah sebagai berikut :

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sumber hukum islam yang tertinggi, sehingga Al-


Qur’an pun menjadi dasar hukum utama dalam kegiatam ekonomi islam.
Seperti pada contoh berikut dalam Q.S An-Nisa ayat 29 yang menjelaskan
ketentuan bahwa perdagangan atas sukarela merupakan suatu bentuk
muamalat yang halal.

(Q.S. An-Nisa : 29)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh
dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”
b. Hadits

Hadits memberi penjelasan yang lebih terperinci terhadap ketentuan-


ketentuan hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Berikut adalah hadits
riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah yang menjelaskan hukum jual beli
yang dilarang dalam islam.

Artinya : Dari Abdurrahman bin Abdullah Al Ghafiqi dan Abu Thu’mah


bekas budak mereka, keduanya mendengar Ibnu Umar berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Khamer
dilaknat atas sepuluh bagian; dzatnya, yang memerasnya, yang
minta diperaskan, penjualnya, yang minta dibelikan, yang
membawanya, yang minta dibawakannya, yang memakan hasil
penjualannya, peminumnya dan yang menuangkannya,” (HR.
At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

c. Ijma’

Ijma’ adalah pendapat atau fatwa-fatwa dari para ulama yang telah
disepakati bersama dan tetap berlandaskan pada Al-Qur’an.

d. Ijtihad dan Qiyas

Ijtihad dan Qiyas adalah aktivitas yang dilakukan para ulama untuk
melakukan musyawarah untuk memecahkan peristiwa baru yang muncul dalam
masyarakat.
C. Prinsip Ekonomi Islam

Pada umumnya prinsip ekonomi islam terbagi menjadi tiga bagian. Yang
pertama dalah prinsip yang berfungsi sebagai pondasi. Prinsip-prinsip tersebut
didasarkan atas lima nilai universal yang meliputi tauhid (keimanan), ‘adl
(keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil).

Tauhid memiliki arti bahwa semua yang kita lakukan di dunia akan
dipertanggungjawabkan kepada Allah di akhirat. ‘Adl berarti bahwa Allah telah
memerintahkan manuia untuk berlaku adil dan tidak mendzalimi. Nubuwwah berarti
menjadikan sifat dan sikap nabi sebagi teladan. Khilafah berarti peran pemerintah
adalah memastikan tidak adanya distorsi sehingga perekonomian berjalan dengan
baik. Ma’ad berarti hasil laba yang diperoleh di dunia juga menjadi laba di akhirat.

Dari kelima nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yang
memiliki fungsi sebagai tiang yang merupakan turunan dari nilai-nilai universal,
yaitu; kepemilikan multijenis (multiple ownership), kebebasan bertindak atau
berusaha (freedom to act) serta keadilan sosial (social justice).

Multitype Ownership merupakan turunan dari nilai tauhid dan 'adl. Islam
mengakui kepemilikan pribadi, negara maupun kepemilikan campuran, namun
pemilik primer tetap Allah SWT. Freedom to act merupakan turunan dari nilai
nubuwwah, 'adl dan khilafah. Nilai ini memiliki arti bahwa setiap manusia memiliki
kebebasan untuk bermuamalah. Selain itu tetap harus menjunjung tinggi nilai keadilan
dan taat terhadap aturan yang berlaku dalam pemerintahan agar tidak terjadi distorsi
dalam perekonomian. Social Justice merupakan turunan dari nilai khilafah dan ma'ad.
Nilai ini memiliki arti bahwa pemerintah bertanggung jawab atas pemenuhan
kebutuhan pokok dan terciptanya keseimbangan sosial sehingga tidak terjadi
ketimpangan antara kaya dan miskin.

Pada tingkatan pertama terdapat akhlak. Akhlak merupakan sikap manusia


dalam bertingkah laku yang berfungsi untuk melindungi semua prinsip-prinsio
dibawahnya dari ancaman-ancaman.

D. Tujuan Ekonomi Islam

Tujuan ekonomi islam tidak bisa dilepaskan dari tujuan penciptaan manusia di
muka bumi. Ini karena, kegiatan berekonomi tidak bisa dipisahkan dari akitivitas
manusia di muka bumi. Inilah mengapa islam juga mengatur segala sesuatunya yang
berkaitan dengan aktivitas manusia dalam berekonomi. Berikut adalah tujuan dari
ekonomi islam :

a. Kesejahteraan ekonomi dengan berpegang pada norma moral.


b. Persaudaraan dan Keadilan.
c. Kesetaraan disribusi pendapatan.
d. Kebebasan individu daam konteks kesejahteraan sosial.
e. Mewujudkan perekonomian yang baik tanpa mengesampingkan norma-
norma islam.
f. Diharapkan dapat membuat seseorang tetap berpegang teguh dengan
syariat islam meskipun sudah dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan
dengan keuangan.
g. Menciptakan keadilan antar setiap umat manusia.
h. Memberikan kesejahteraan sosial kepada seluruh lapisan masyarakat.
i. Menumbuhkan rasa persaudaraan antar umat karena tidak ada yang
merugikan pihak lain.
E. Keunggulan Ekonomi Islam

Sistem ekonomi islam mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan-


keunggulan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Menggunakan moral dan etika

Sistem ekonomi Islam menggunakan serangkaian moral dan etika.


Mengajarkan untuk tidak cepat puas dalam pemenuhan kebutuhan sendiri saja,
akan tetapi barang tersebut bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Di dalam sistem ini juga terdapat norma yang harus ditaati oleh para pelaku
kegiatan ekonomi.

b. Berdasar pada keadilan

Sistem ekonomi Islam memiliki asas utama yang wajib dipatuhi dan
dijalankan yaitu asas keadilan. Dalam Islam terdapat batasan fungsional
untuk menciptakan kesetaraan dan kesejahteraan ekonomi.

c. Kebebasan dalam pengambilan keputusan

Keunggulan sistem ekonomi Islam selanjutnya adalah sistem ini


mempunyai kebebasan dalam mengambil suatu keputusan yang mengacu
pada nilai-nilai tauhid. Kebebasan ini besar harapannya untuk
mengoptimalkan kemampuan hubungan ekonomi tanpa didasari paksaan
siapapun.

F. Kekurangan Ekonomi Islam

Dalam ekonomi islam juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan


tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kurang fleksibel, Ekonomi Syariah membatasi fleksibilitas dalam


berbagai hal, seperti perdagangan, investasi, dan kebijakan moneter dan
fiskal.

b. Kurangnya pemahaman, Ekonomi Syariah masih kurang diketahui oleh


masyarakat umum sehingga sulit untuk diimplementasikan.
c. Kesulitan dalam mengatur, Ekonomi Syariah kadang-kadang sulit
untuk diatur dan mengharuskan pemerintah untuk membuat kebijakan
yang kompleks.
RIBA

A. Pengertian Riba

Riba (‫ )الـربـا‬secara bahasa bermakna: ziyadah ( ‫ )زيـادة‬- tambahan. Dalam


pengertian lain, secara linguistic riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan
menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara batil. Akar kata riba adalah rangkaian huruf ro’- ba’- dan hurut ilat (ya‟)
menurut bahasa, riba berarti alziadah (tumbuh subur, tambahan).

Umer Chapra mengutip dari Ibnu Manzur dalam kitabnya Lisān al-Arabῑ,
mengatakan bahwa pengertian riba secara harfiah berarti peningkatan, pertambahan,
perluasan, atau pertumbuhan. Tetapi tidak semua peningkatan atau pertumbuhan
terlarang dalam Islam. Keuntungan juga menyebabkan peningkatan atas jumlah
pokok, tetapi hal initidaklah dilarang.

Secara bahasa riba dapat berarti ziadah (tambahan), nama (tumbuh) sedangkan
penggunanya didalam al-Qur’an memiliki makna tumbuh, menyuburkan,
mengembang, mengasuh, dan menjadi besar dan banyak.. Pengertian riba menurut
istilah adalah kelebihan harta yang tidak ada konfensasi tukar menukar harta dengan
harta.

Menurut Sayid Sabiq riba adalah tambahan modal, baik itu sedikit maupun
banyak. Abdurrahman Al-Jaziri berpendapat riba adalah penambahan salah satu dari
dua barang sejenis yang dipertukarkan tanpa konpensasi terhadap tamabahan tersebut.
Menurut Hanabilah, riba adalah penambahan suatu yang di khususkan. Menurut
Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah riba adalah
penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam transaksi pertukaran
barang sejenis yang tidak sama, kuantitas, kualitas, dan waktu penyerahan atau dalam
transaksi pinjam meminjam yang “mempersyaratkan nasabah atau penerima fasilitas
mengembalikan dana melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu”.

Dalam dunia ekonomi riba disebut dengan istilah Usury (riba) dan interest
(bunga). Yang pada dasarnya mempunyai makna sama yang merupakan dua konsep
dengan satu jiwa yaitu keuntungan yang diharapkan oleh pemberi pinjaman atas
pinjaman uang atau barang, yang sebenarnya barang atau uang tersebut tidak ada
unsur tenaga kerja, sehingga sesuatu yang di hasilkan oleh barang atau uang tersebut
muncul tanpa risiko ataupun biaya. Dengan demikian interest (bunga) dan usury (riba)
termasuk dalam kategori riba.

Para ulama sepakat bahwa riba itu diharamkan. Riba adalah salah satu usaha
mencari rezeki dengan cara yang tidak benar dan dibenci Allah SWT. Praktik riba
lebih mengutamakan keuntungan diri sendiri dengn mengorbankan orang lain.
Menimbulkan kesenjangan sosial yang semakin besar antara yang kaya dan miskin,
serta dapat mengurangi rasa persaudaraan. Oleh karena itu, Islam mengharamkan riba.
Allah SWT mengharamkan riba karena banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari
praktik riba tersebut.

B. Larangan Praktik Riba dalam Al-Qur’an

Berikut adalah ayat-ayat didalam Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai


larangan praktik riba :

(Q.S Ar-Rum [30] : 39)

Artinya : “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia 13 bertambah
pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).(Q.S Ar-Rum [30] : 39)
(QS. AlBaqarah ayat [2]: 275).

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghunipenghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. AlBaqarah ayat [2]: 275).

C. Jenis-Jenis Riba

Secara umum riba dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu riba utang dan riba
jual beli. Riba utang terbagi menjadi dua, yaitu riba qardh dan riba jahiliyyah.
Sementara riba jual beli terbagi menjadi dua bagian, yaitu riba fadhl dan ribanasi’ah.

a. Riba Qardh

Riba Qardh adalah suatu keuntungan atau tingkat kelebihan tertentu


yang di syaratkan kepada orang yang berhutang (muqtaridh). Dalam
perjanjian disebut bahwa pihak pemberi pinjaman meminta adanya
tambahan sejumlah tertentu kepada pihak peminjam pada saat peminjam
mengembalikan pinjamannya. Misalnya seseorang berhutang lima ratus
ribu rupiah dia diharuskan membayar sejumlah lima ratus lima puluh ribu
rupiah maka tambahan lima puluh ribu rupiah adalah riba qardh. Larangan
riba ini berdasar firman Allah dalam Qs al-Rum 30/39.
b. Riba Jahiliyyah

Riba jahiliyyah terjadi karena adanya utang yang dibayar melebihi


pokok pinjaman sebab tidak mampu melunasi utangnya pada waktu yang
telah ditentukan. Ketidakmampuan mengembalikan utang ini kemudian
dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan

c. Riba Fadl

Riba Fadl yaitu tambahan harta pada akad jual beli yang menggunakan
ukuran resmi seperti takaran dan 17 timbangan pada benda sejenis.
Dengan kata lain, Riba fadhl diartikan sebagai penukaran barang yang
sejenis akan tetapi kualitasnya berbeda.

d. Riba Nasiah

Riba Nasiah Yaitu tambahan bayaran yang dibebankan dalam transaksi


pinjaman. Riba nasῑah bisa di sebut riba jali atau riba yang nyata sangat
jelas dan tidak perlu diterangkan sebab semua unsur dasar riba telah
terpenuhi semua seperti tambahan dari modal, dan tempo yang
menyebabkan tambahan.

D. Sebab-Sebab Dilarangnya Riba

Menurut al-fahr al-Razi, ada beberapa sebab dilarang dan diharamkannya riba
tersebut.

a. Riba memungkinkan seseorang memaksakan pemilik harta dari orang lain


tanpa ada imbalan. Keuntungan yanga diperoleh peminjam masih bersifat
sepikulasi belum tentu terjadi, sedangkan pemungutan tambahan dari
peminjam olehpemberi pinjaman adalah hal yang pasti tanpa resiko.
b. Riba menghalangi pemodal ikut serta berusaha mencari rizki, karena iya
dengan mudahnya membiayai hidupnya cukup dengan bunga berjangka
itu. Karena itu, iya tidak mau lagi memangku pekerjaan yang
berhubungan dengan dipakainya tenaganya atau sesuatu yang
membutuhkan kerja keras. Hal ini akan membawa kemunduran
masyarakat, sebagaimana dimaklumi bahwa dunia tidak bisa berkembang
tanpa perdagangan, seni, dan kreasi karya buah tangan .
c. Jika riba diperbolehkan, masyarakat dengan maksud memenuhi
kebutuhannya tidak segansegan meminjam uang walaupun bunganya
sangat tinggi. Hal ini akan merusak kata hidup tolong menolong, saling
menghormati dan sifat-sifat baik lainnya, serta perasaan berhutang budi.
d. Dengan riba biasanya pemodal menjadi semakin kaya dan peminjam
semakin miski. Sekiranya riba dibenarkan, orang kaya akan menindas
orang miskin dengan cara ini.
e. Larangan riba sudah ditetapkan oleh nas dimana tidak seluruh rahasia
tuntutannya diketahui oleh manusia. Keharamannya itu pasti, kendati
orang tidak tau persis segi dan sebab pelarangannya.

E. Dampak Negatif Riba

a. Dampak Ekonomi

1. Inflasi

Komponen bunga dimasukkan dalam komponen biaya. Perusahaan


yang memperoleh pinjaman dari bank, harus membayar sejumlah bunga.
Biaya bunga dibebankan pada komponen harga pokok. Harga pokok akan
berpengaruh pada harga jual barang, sehingga harga jual barang
meningkat karena didalamnya ada unsur bunga yang dibebankan kepada
pembeli. Secara nasional pembebanan bunga kepada pembeli akan
menaikkan harga, sehingga akan menyebabkan inflasi

2. Ketergantungan Ekonomi

Peminjam akan selalu membayar bunga kepada pemberi pinjaman.


Pembayaran pinjaman pada umumnya tidak dilakukan dengan angsuran.
Angsuran pinjaman terdiri dari unsur pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunga selama jangka waktu tertentu. Pembayaran tersebut
menimbulkan kecenderungan bagi peminjam untuk melakukan pinjaman
lagi setelah lunas, sehingga terdapat ketergantungan bagi pihak peminjam
terhadap pemberi pinjaman. Pembayaran pinjaman pokok akan
mengurangi sisa pinjamannya, namun pembayaran bunga merupakan
beban dari pihak peminjam.

b. Dampak Sosial

1. Ketidakadilan

Bunga akan diterima oleh pihak pemberi pinjaman, sedangkan


peminjam akan membayar bunga. Pemberi pinjaman akan menerima
bunga sebagai pendapatan. Sebaliknya, peminjam akan membayar bunga
sebagai pengeluaran. Pemberi pinjaman akan selalu diuntungkan karena
mendapat bunga dari peminjam. Sebaliknya, peminjam akan selalu rugi
karena dibebani biaya atas uang yang pinjamkan

2. Ketidakpastian

Peminjam akan selalu membayar bunga sesuai dengan persentase yang


telah diperjanjikan. Pemberi pinjaman tidak mempertimbangkan apakah
dana yang dipinjamkan kepada peminjam telah digunakan untuk usaha
dan menghasilkan keuntungan. Pemberi pinjaman selalu mendapatkan
keuntungan meskipun peminjam menderita kerugian.

F. Hikmah Diharamkannya Riba

Berikut adalah hikmah dari diharamkannya riba :

a. Menjaga agar seorang Muslim tidak memakan harta orang lain dengan
cara-cara yang batil.
b. Mengarahkan seorang Muslim supaya menginvestasikan hartanya pada
usaha yang bersih, jauh dari kecurangan dan penipuan, serta terhindar dari
segala tindakan yang menimbulkan kesengsaraan dan kebencian diantara
kaum muslimin.
c. Menyumbat seluruh jalan yang membawa seorang Muslim kepada
tindakan memusuhi dan menyusahkan saudaranya sesama Muslim yang
berakibat pada lahirnya celaan serta kebencian dari saudaranya.
d. Menjauhkan sesorang Muslim dari perbuatan yang dapat membawanya
kepada kebinasaan. Karena memakan harta riba itu merupakan
kedurhakaan dan kezaliman, sedangkan akibat dari kedurhakaan dan
kezaliman itu adalah penderitaan.
e. Membukakan pintu-pintu kebaikan dihadapan seorang Muslim untuk
mempersiapkan bekal di akhirat kelak dengan meminjami saudaranya
sesama Muslim tanpa mengambil manfaat (keuntungan), mengutanginya,
menangguhkan utangnya hingga mampu membayarnya, memberinya
kemudahan serta menyayanginya dengan tujuan semata-mata mencari
keridhaan Allah SWT.
Daftar Pustaka

Sampoerna University. (2022, Juni 27). Retrieved from


https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/sistem-ekonomi-islam/

Bahtiar, M. Y. (2016). PENGARUH LABEL HALAL PADA PRODUK DALAM


KEMASAN. 22-26.

Handayani, L. N. (2018, JULY 2). UNIVERSITAS GAJAH MADA FAKULTAS EKONOMI


DAN BISNIS PUSAT KAJIAN EKONOMIKA DAN BISNIS SYARIAH. Retrieved from
https://pkebs.feb.ugm.ac.id/2018/07/02/prinsip-prinsip-ekonomi-islam/

Manan, M. A. (1980). Islamic Economics, Theory and Practice. In Idarah biyah (p. 3). India.

Naqvi, S. N. (1997). Menggagas Ilmu Ekonomi Islam terj. M. Saiful Anam dan. Yogyakarta:
PT. Dana Bhakti Wakaf.

Rahadi Kristiyanto, S. M. (2022, April 5). Konsep Ekonomi Islam. Retrieved from
https://ilmusyariahdoktoral.uin-suka.ac.id/id/kolom/detail/526/konsep-ekonomi-islam

W, M. G. (2008). In Memahami Bunga dab Riba Ala Muslim Indonesia (pp. 30-31).
Yogyakarta: Bina Ruhani Insan Press.

Wepo. (2023, Januari 11). Retrieved from https://an-nur.ac.id/esy/pengertian-ekonomi-


syariah-dan-konvensional-serta-kelebihan-dan-kekurangannya.html

Yurita, R. (2019). PEMAHAMAN TENTANG RIBA DAN PENGARUHNYA. UIN Ar-


Raniry Banda Aceh, 15-27.

Anda mungkin juga menyukai