Anda di halaman 1dari 12

DASAR HUKUM DAN METODOLOGI PENGEMBANGAN

EKONOMI MIKRO SYARI’AH


Sipa Fuji Lestari, Riri Febrianti, Adam Kurniawan, Ari Reksa Wiguna.

Program Studi Ekonomi Syari’ah IV


Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arqam
Muhammadiyah Garut

E-mail : ariireksa05@gmail.com

Abstrak: Ekonomi islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti
masalah perekonomian sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya
dalam sistem ekonomi ini, nilai-nilai islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap
aktivitasnya. Pada ekonomi mikro menjelaskan bagaimana sebuah keputusan diambil
oleh setiap unit ekonomi dengan memasukan batasan-batasan syari’ah sebagai
variable yang utama. Dalam ekonomi mikro islam, kita mengangap, bahwa basic
ekonomi ( variable-variable ekonomi ) hanya memenuhi segi necessary condition,
sedangkan moral dan tatanan syari’ah akan memenuhi unsur sufficient untuk
memecahkan permasalahan ekonomi secara global dan untuk mencapai kebahagiaan
spiritual alternatif untuk memecahkan permasalahan ekonomi secara global dan untuk
mencapai kebahagiaan spiritual karema aktifitas ekonominya dapat sekaligus bernilai
sebagai ibadah.

Kata Kunci: Ekonomi Islam, Mikro Ekonomi Syari’ah.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti
masalah perekonomian. Sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya
dalam sistem ekonomi ini, nilainilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap
aktifitasnya. Pokok-pokok yang dianalisis dalam teori mikro ekonomi adalah
bagaimanakah caranya menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia secara
efisien agar kemakmuran masyarakat dapat dimaksimumkan. Analisis seperti ini
dibuat berdasarkan kepada pemikiran bahwa kebutuhan dan keinginan manusia tidak
terbatas, sedangkan kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat adalah terbatas.
Sebelum memahami teori ekonomi ekonomi mikro Islam, diperlukan untuk
mengetahui rancang bangun ekonomi mikro Islam. Hal ini diperlukan agar
mengetahui gambaran tentang landasanlandasan pada ekonomi mikro Islam.
Landasan-landasan tersebut berpegang atas prinsip utama dalam syariah, sebab
Tauhid adalah kunci keimanan dari seseorang. Dalam ekonomi Islam, setiap tindakan
ekonomi pada manusia akan didasari oleh prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran

1
Islam. Oleh karena itu setiap tindakan yang menyimpang dari syariat akan dilarang,
karena bisa menyebabkan kemudharatan bagi umat manusia.
Pada ekonomi mikro Islam menjelaskan bagaimana sebuah keputusan diambil
oleh setiap unit ekonomi dengan memasukkan batasanbatasan syariah sebagai
variabel yang utama. Dalam ekonomi mikro Islam,kitamenganggap bahwa basic
ekonomi (variabel-variabel ekonomi) hanya memenuhi segi necessary condition,
sedangkan moral dan tatanan syari’ah akan memenuhi unsur sufficient condition
dalam ruang lingkup pembahasan ekonomi mikro (Subagiyo, 2016).
Ekonomi Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits dan dikaji oleh
para cendekiawan memiliki karakteristik, rancang bangun dan tujuan yang berbeda
dengan ekonomi lainnya semisal ekonomi liberal atau sosial. Pengetahuan mengenai
hal ini dirasa penting agar masyarakat semakin mengenal ekonomi Islam sebagai
alternatif untuk memecahkan permasalahan ekonomi secara global dan untuk
mencapai kebahagian spiritual karena aktifitas ekonominya dapat sekaligus bernilai
sebagai ibadah.

B. Rumusan Masalah
a. Apa sumber-sumber hukum dalam ekonomi syari’ah?
b. Bagaimana metodologi pengembangan ilmu mikro syari’ah?
c. Bagaimana cara pengujian model ekonomi syari’ah?
d. Bagaimana pendekatan metodologi ekonomi syari’ah?

C. Tujuan Masalah
a. Agar mahasiswa mengetahui sumber-sumber hukum dalam ekonomi syari’ah!
b. Mengetahui metodologi pengembangan ilmu mikro syari’ah!
c. Mempelajari bagaimana cara pengujian model ekonomi syari’ah!
d. Mengetahui cara pendekatan metodologi ekonomi syari’ah!

2
PEMBAHASAN
A. Sumber-sumber Hukum Dalam Islam
Hukum islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang
didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku
mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan
diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada
apa yang telah dilakukan oleh rasul untuk melaksanakannya secara total.
Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahkan Allah SWT
untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan
dengan kepercayaan (Aqidah) maupun yang berhubungan dengan Amaliyah.
Syariat islam menurut Bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk
menuju kepada Allah Ta’ala. Dan ternyata islam bukanlah hanya sebuah
agama yang mengajarkan tentang bagaimana menjalankan ibadah kepada
Tuhannya saja. Keberadaan aturan atau sistem ketentuan Allah SWT untuk
mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta’ala dan hubungan manusia
dengan sesamanya. Aturan tersebut bersumber pada seluruh ajaran islam.
Khususnya Al-Qur’an dan Hadits.
Definisi hukum islam adalah syariat yang berarti aturan yang diasakan
oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik hukum
yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang
berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat muslim
semuanya.
1. Al-Qur’an.
Kata Al-Qur’an dalam kamus Bahasa Arab berasal dari kata Qara’a
yang artinya membaca. Bentuk mashdar artinya membaca dana pa yang
tertulis di atasnya. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an:
mengenai Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad yang ditulis dalam mushaf dalam Bahasa arab yang datang
kepada kita melalui mutawatir ketika dibaca mengandung nilai ibadah, dimulai
dengan surah Al-fatihah dan di akhiri dengan surah An-Nas. Al-Qur’an
(kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi dalam sebuah mushaf tidak
diragukan lagi menutip mutawatir dari Nabi.
Adapun hukum-hukum yang terkandung dalamAl-Qur’an yang
meliputi:

3
 Hukum-hukum I’tiqadiyyah, yaitu hukum yang berhubungan
dengan keimanan kepada Allah SWT, kepada malaikat, kepada
kitab-kitab, para Rasul Allah dan kepada hari kiamat.
 Hukum-hukum Khuluqiyah, yaotu hukum yang berhubungan
dengan amnesia wajib berakhlak yang baik dan menjauhi
prilaku yang buruk.
 Hukum-hukum Amaliyah, yaitu hukum yang berhubungan
dengan perbuatan manusia. Hukum amaliyah ini ada dua:
mengenai ibadah dan mengenai muamalah, dalam arti yang
luas. Hukum dalam Al-qur’an yang berkaitan dengan bidang
ibadah dan bidang Al-Ahwal Al-sSyakhsiyah/Ihwal perorangan
atau keluarga, disebut lebih terperinci disbanding dengan
bidang hukum yang lainnya.
2. As-Sunnah
Sunnah secara Bahasa berarti ‘cara yang dibiasakan’ atau ‘cara yang
terpuji’. Sunnah lebih umum disebut hadits yang mempunyai beberapa arti:
dekat, baru, berita. Dari arti-arti diatas maka yang sesuai untuk pembahasan
ini adalah hadits dalam arti khabae, seperti dalam firman Allah SWT, secara
kamus menurut ulama ushul fiqh adalah semua yang bersumber dari Nabi
SAW, selain Al-Qur’an baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan.
Adapun hubungan As-Sunnag dengan Al-Qur’an dilihat dari sisi materi
hukum yang terkandung di dalamnya sebagai berikut:
a. Muaqqid yaitu menguatkan hukum suatu peristiwa yang telah
ditetapkan Al-Qur’an dikuatkan dan dipertegas lagi oleh As-
Sunnah, misalnya tentang shalat, zakat terdapat dalam Al-
Qur’an dan dikuatkan oleh As-Sunnah.
b. Bayan yaitu As-Sunnah yang menjelakan terhadap ayat-ayat
Al-Qur’an yang belum jelas dalam hal ini ada empat hal:
 Memberikan perincian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an
yang masih mujmal, misalnya perintah shalat dalam Al-
Qur’an yang mujmal, diperjelas dengan Sunnah,
demikian juga tentang zakat, haji, dan shaum.

4
 Membatasi kemutlakan (taqyid al-muthlaq) misalnya@
Al-Qur’an memerintahkan untuk berwasiat, dengan
tidak dibatasi berapa jumlahnya kemudian As-Sunnah
membatasinya.
 Mentakhshishkan keumuman, misalnya: Al-Qur;an
mengharamkan tentang bangkai, darah, dan daging babi,
kemudian As-Sunnag mengkhususkan dnegan
memberikan pengecualian kepada bangkai ikan, laut,
belalang, hati dan limpa.
 Menciptakan hukum baru. Rasulullah melarang untuk
binatang buas dan yang bertaring kuat, dan burung yang
berkuku kuat, dimana hal ini tidak sebutkan dalam Al-
Qur’an.
3. Ijtihad
Al Baghawi meriwayatkan ketika Nabi Muhammad SAW hendak
mengutus Muads bin Jabal ke Yaman terlebih dahulu bertanya kepadanya
“Bagaimana kamu akan memutuskan jika kepadamu dihadapkan suatu
perkara?” Muads menjawab, “Saya akan memutuskan dengan Kitab Allah
(Al-Qur’an)”, Nabi bertanya lagi, “Jika kamu tidak mendapatkannya dalam
Kitab Allah?”. Muads menjawab, “Saya akan memutuskannya dengan Sunnah
Rasul-Nya”. Nabi bertanya lagi, “Jika dalam Sunnah tidak juga kau jumpai
bagaimana?”, Muads menjawab, “Saya akan berijtihad dengan pikiranku,
saya tidak akan membiarkan perkara tidak berkeputusan”. Mendengar
jawaban Muadz yang demikian itu maka kemudian Nabi menepuk dada
Muadz seraya mengatakan, “Alhamdulillah (segala puji bagi Allah) yang
telah memberikan taufiq kepada utusan Rasul Allah dengan sesuatu yang
melegakan Rasul Allah”.
Hadist diatas menjadi salah satu dasar hukum dari sumber hukum
islam yang ketiga yaitu Ijtihad. Dari segi Bahasa ijtihad artinya ‘berusaha
sungguh-sungguh, mencurahkan tenaga dan pikiran atau bekerja dengan
sungguh-sungguh. Dari segi istilah ia berarti mencurahkan segala pikiran dan
kemampuan untuk menetapkan atau menemukan hukum syara’ (Islam) yang
tidak ditetapkan secara jelas dalam Al-Qur’an danAs-Sunnah (basyir, 1981).

5
Dengan demikian jika sesuatu hal tidak dijumpai ketetapan hukumnya
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah maka digunakanlah metode ijtihad. Ijtihad
menjadi salah satu metode hukum yang tetap akan menjaga relevansi ajaran
islam dengan segala aspek kehidupan di sepanjang ruang dan waktu. Dengan
adanya ijtihad, maka masalah apapun dapat dicari relevansinya dengan Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Karena konsep dasar ijtihad adalah penggunaan akal
pikiran, maka terdapat banyak sekali variasi metode yang digunakannya.
Berikut ini beberapa metode ijtihad yang umum yang digunakan dalam ijtihad.
4. Ijma’
Ijma’ menurut Bahasa dan istilah dijelaskan dalam arti Bahasa yang
mempunyai dua arti, yang pertama adalah berusaha bertekad terhadap sesuatu,
sedangkan yang kedua artinya kesepakatan. Ijma’ adalah suatu prinsip dari isi
hukum yang baru, yang timbul sebagai akibat dari penalaran yang dilakukan
atas suatu peristiwa hukum yang berkembang dengan cepat.
5. Qiyas
Qiyas menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya dalam Al-
Qur’an ataupun hadist dengan cara membandingkan sesuatu yang erupa
dengan sesuatu yang hendak diketahui hukumnya tersebut. Artinya jika
sesuatu nash telah menunjukkan hukum mengenai suatu kasus dalam agama
islam dan telah diketahui melalui salah satu metode untuk
mengetahuipermasalahan hukum tersebut, kemudian ada kasus lainnya yang
sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam suatu hal itu juga, maka
hukum kasus tersebut disamakan dengan hukum kasus yang ada nashnya.
6. Maslahah mursalah dan istihsan
Terdapat dua metode penetapan hukum yang dasar utama
pertimbangannya adalah kepentingan masyarakat yang merupakan tujuan
umum syariat islam, yaitu maslahah mursalah. Dalam praktek pemakaian
keduanya sering kali tidak dibedakan dan hanya digunakan untuk memutuskan
sesuatu yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Metode maslahan mursalah
ini banyak diajukan oleh mazdhab maliki, sementara istihsan diajukan oleh
mazdhab Hanafi.

6
B. Metodologi Pengembangan Ekonomi Islam
Metode adalah langkah atau tindakan tertentu, tahapan, prosedur
langkah demi langkah yang harus diikuti dalam urutan tertentu selama
penyelidikan. Metodologi adalah “sistem metode dan prinsip untuk melakukan
sesuatu”. Metodologi mengasumsikan urutan logis bahwa peneliti harus
mengikuti untuk mencapai hasil yang diberikan.
Metodologi merupakan cara bagaimana suatu ilmu disusun, sesuatu
yang sangat krusial bagi ilmu pengetahuan, karena hal inilah yang
membedakan pengetahuan yang diklaim ilmu dan yang bukan ilmu.
Munculnya metodologi ekonomi konvensioanl bermula berdasarkan metode
ilmiah. Sedangkan metologi ekonomi islam berdasarkan metode ushul fiqh.
Metodologi ekonomi islam bisa diringkaskan menjadi berikut:
a. Ekonomi islam dibentuk berdasarkan pada sumber-sumber wahyu,
yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Penafsiran pada dua sumber tadi
mestilah mengikuti garis pedoman yang sudah ditetapkan sang para
ulama muktabar.
b. Metodologi ekonomi islam lebih mengutamakan metode induktif.
c. Ilmu ushul permanen mengikat bagi metodologi ilmu ekonomi islam.
Walaupun begitu, pemikiran kritis dan evaluative terhadap ilmu ushul
merupakan produk pemikiran manusia
d. Penggunaan metode ilmiah konvensional atau metodologi lainnya bisa
dibenarkan sepanjang tidak bertentangan menggunakan ajaran islam.
e. Ekonomi islam dibangun pada atas nilai dan etika luhur yang dari
syariat islam, misalnya nilai keadilan, sederhana, dermawan, senang
berkorban.
f. Kajian ekonomi islam bersifat normative dan positif
g. Tujuan primer ekonomi islam merupakan mencapai falah pada global
dan akhirat
h. Pada dasarnya metodlogi yang bersumber berdasarkan metode ilmiah
mempunyai peluang buat membentuk konklusi yang sama
menggunakan yang bersumber berdasarkan ilmu ushul. Ilmu ushul
buat ayat Qauliyah dan metode ilmiah buat ayat Kauniyah.

7
Metodologi islam sangat diperlukan dalam menjawab permasalahan-
permasalahan yang timbul dari ekonomi islam, karena tujuan utama
metodologi adalah kebenaran. Ilmu atau Ekonomi Islami dapat diperoleh
apabila manusia mampu menyatakan ayat-ayat Allah. Ayat Allah merupakan:
isyarah, bukti, hudan dan rahmah kepada kehidupan keseharian manusia
dalam hubungannya dengan alam, sesame manusia, dan dalam hubungannya
dengan Allah.1 Nash 2kadang menampilkan bukti factual, kadang memberikan
isyarah yang seharusnya mendorong kita untuk meneliti, mengadakan
eksperimen untuk menemukan hukumnya atau prinsipnya atau menampilkan
teorinya.

Kebenaran wahyu memberikan pedoman bagi kita dalam melakukan


muamalah antar manusia, yang sosok dan operasionalisasinya diserahkan
sepenuhnya kepada manusia, substansial dan instrumental bersifat
indeterministik.

C. Pengujian Model Ekonomi Syari’ah

Ada tiga model yang diimplementasikan dalam pengembangan


ilmu yang islami yaitu:
1) Model Pengembangan Postulasi
Model ini dibangun dengan kerangka deduksi.
Pijakannya berawal dari konsep idealisasi. Model ini berangkat
dari konsep moralistik, dan konsep idelisasi transcendental.
Model postulasi dalam ekonomi islam dapat masuk dalam
konsep idealisasi transendental. Karena bertolak dari aksioma,
postulat, hukum nash, atau konstruksi teoritik holistic
membangun kesluruhan sistematika disiplin ilmu itu.
Kejernian akal budi memungkinkan manusia
menangkap makna integral dari moralitas Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Perlu disadari bahwa ada dua pemaknaan, yaitu
pemaknaan substansif serta instrumentatif dan pemaknaan
dalam arti tafsir serta dalam arti takwil.
2) Model Pengembangan Multidisipliner dan Interdisipliner

8
Model ini adalah cara bekerjanya seseorang ahli di suatu
disiplin dan berupaya membangun disiplin ilmunya yang berkonsultasi
pada ahli disiplin lain. Untuk membangun teori hukum islam,
seseorang ahli hukum berkonsultasi pada ahli kebudayaan, ahli
sosiologi, ahli hukum dan lainnya. Keputusan konsep mana yang
diambil terserah kepada ahli hukum yang bersangkutan. Inilah yang
dimaksud pengembangan multisipliner.
Adapun yang dimaksud dengan kerja interdisipliner adalah cara
kerja sejumlah ahli dari beragam keahlian dan spesialisasi untuk
menghasilkan secara bersama atau membangun suatu teori atau
merealisasikan suatu proyek. Kerja multi disiplin membangun disiplin
ilmu ekonomi yang islami, misalnya, akan tepat bila yang
bersangkutan sekaligus memiliki kompetensi dalam disiplin ilmu
ekonomi dan ilmu agama. Dengan kompetensi tersebut akan menjadi
modal terbaik untuk membangun suatu disiplin ilmu menjadi islami.
3) Model PengembanganRelektif-Konseptual-TentatifProblematik
Model ini merupakan paduan antara konsep idealisasi
dan multi disipliner serta interdisipliner. Oleh karena itu, model
ini dapat bergerak serentak dari konsep idealisasi teoritik,
moralistik, sampai transcendental secara reflektif. Model ini
menuntut peniliti untuk berangkat dari konstruksi teoritik –
sistematik ilmu yang berkembang. Bagian-bagian dilematik,
inkonklusif, dan kontrofersial dikonseptualisasikan secara
reflektif yang disajikan dalam berbagai alternative atau
disajikan sebagai masalah yang belum konklusif. Beragam
keraguan tersebut dikonsultasikan dengan nash.
Model ini dapat dioperasionalkan sebagai berikut:
Pertama, dikonseptualisasikan lewat telah empiric, lewat
abstraksi, lewat penjabaran yang dilangkahkan berulang-ulang
antara induksi dan dedukasi, berangkat dari dasar teoritik atau
sistematik ilmu sendiri. Tetapi konseptualisasi tersebut jangan
ditampilkan konklusif, melainkan ditampilkan inkonklusif:
mungkin problematis, mungkin tentative, mungkin hipotetik
mungkin bentuk lain yang membuka peluang alternative,

9
nuansi, atau open ended. Kebenarannya masih bersifat
probabilistic.
Bangunan teoritik model ketiga ini sama dengan model
pertama, yaitu tampilannya sosok kontruksi teoritik sebagai
bangunan pokok. Bedanya model pertama mendudukkan
hukum, nash, atau tesis sebagai paying untuk menetapkan hasil
empiric sesuai dengan bangunan pokoknya. Ketidak cocokan
tersebut, bila menggunakan kalkulus jenis empiric maka akan
ditolak. Model ketiga mendudukkan tesis, nash, atau lainnya
sebagai petunjuk, acuan atau kriteria yang ditampilkan dalam
bagian telah yang relevan.
Boleh dikatakan di sini, bahwa metodologi bagi masing-
masing ilmu itu sama saja, dengan perbedaannya yang kecil
sesuai dengan sifat atau ilmu apa yang diperlukan. Metodologi
ini terdiri dari proses-proses dengan urutan fasenya, yaitu: fase
pertama ontology, fase kedua epistimologi, dan fase ketiga
adalah aksiologi. Dalam penyusunan dan pengembangan Ilmu
Ekonomi Islam perlu diperhatikan:
Perekonomian islam yang deskriptif atau empiric
disusun atas fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah atau
aspek spesifik. Hipotesisnya perlu diuji terhadap kenyataan
agar suatu teori ekonomi islam yang dihasilkan itu absah.
Asas-asas atau teori ekonomi islam yang dipergunakan
untuk menggenaralisasikan tingkah laku ekonomi.Ilmu politik
ekonomi islam yang dipergunakan untuk mengawasi atau
mempengaruhi tingkah laku ekonomi dan akibat-akibatnya.

Metodologi didapat dari pengetahuan, namun pengetahuan ini harus


dapat dibuktikan apakah hipotesanya dapat dibuktikan kebenaran atau tidak.
Ilmu pengetahuan adalah suatu cara yang sistematis untuk memecahkan
masalah kehidupan manusia yang mendasarkan segala aspek tujuan
(ontologis), metode penurunan kebenaran ilmiah (epistemologi) yang
didasarkan pada kebenaran deduktif (wahyu ilahi) yang didukunh oleh

10
kebenaran induktif (empiris) ayat kauniyah, dan nilai-nilai (aksiologis) yang
terkandung dalam ajaran islam.

D. Pendekatan Metodologi Ekonomi Islam


Ada tiga macam pendekatan dalam metodologi ekonomi islam, yaitu
pendekatan bayani (wahyu), pendekatan burhani (akal), dan pendekatan irfani.
 Pendekatan bayani pada Bahasa filsafat yang disederhanakan,
pendekatan bayani dapat diartikan sebagai model metodologi
berfikir yang didasarkan akan teks.
 Pendekatan burhani adalah pengetahuan yang diperoleh dari
indera, percobaan-percobaan, dan hukum logika. Burhani atau
pendekatan rasional argumentative adalah pendekatan yang
mendasarkan dir pada kekuatan ratsio melalui instrument
logika, karena burhani menjadikan realitas dan teks sebagai
sumber kajian, maka dalam pendekatan ini ada dua ilmu
penting, yaitu ilmu al-lisan dan ilmu al-mantiq. Tujuannya
adalah untuk menetapkan aturan-aturan yang digunakan untuk
menentukan cara kerja akan, atau cara mencapai kebenaran
yang mungkin diperoleh darinya.
 Pendekatan irfani adalah suatu pendekatan yang dipergunakan
dalam kajian pemikiran islam untuk mengeluarkan makna batin
dari batin lafz dan ‘ibarah, ia juga merupakan istinbat dari Al-
Qur’an.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Perikatan Islam adalah bagian dari Hukum Islam bidang muamalah
yang mengatur prilaku manusia di dalam menjalankan hubungan ekonominya.
Menurut Prof. Dr. H. M. Tahir Azhary, SH hukum perikatan islam merupakan
seperangkat kaidah hukum yang bersumber dari Al Qur'an, As Sunnah, Hadits dan Ar
Ra'yu (Ijtihad) yang mengatur tentang hubungan antara dua orang atau lebih
mengenai suatu benda yang dihalalkan menjadi objek suatu transaksi. Islam
merupakan agama sempurna, ajaran yang bersumber dari Allah Swt. yang mengatur

11
seluruh bidang kehidupan manusia yang disampaikan melalui Rasulullah SAW yaitu
Nabi Muhammad. Salah satu bidang yang diatur dalam Islam adalah hukum.
Karakteristik hukum dalam Islam berbeda dengan hukum-hukum yang lain
sebagaimana yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.
Konsep hukum antara hukum dalam Islam berbeda dengan hukum lainnya.
Hukum dalam Islam tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia
lain dan benda dalam masyarakat (hukum muamalat), seperti yang diatur dalam
hukum barat, namun hukum dalam Islam juga mengatur hubungan antara manusia
dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala yaitu sebuah hukum ibadah yang tidak diatur
dalam hukum lainnya.
B. Saran
Demikian tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan, harapan kami
dengan adanya tulisan ini lebih mengenali dan memahami. Khususnya pada mata
kuliah Hukum Perikatan Islam, kita bisa mengetahui tentang “ Asas Hukum Perikatan
Islam”. Kami sadar dalam makalah ini masih banyak kesalahan dalam penulisan
maupun dalam penyampaian. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami perlukan guna memperbaiki makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Gemala,Hukum Perikatan Islam di Indonesia,

Mertokusumo, Sudikno, 2003, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta:


Liberty

Kaedah atau norma merupakan patokan atau pedoman untuk hidup. Lihat Purnadi
Purbacaraka, Soerjono Soekanto, Perihal 46 Kaedah Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung,1993

J.J.H.Bruggink,Refleksi tentang Hukum, dialihbahasakan oleh B.Arief Sidharta, Citra


Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal.123-132.

Rahardjo, Satjipto, 2000, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti,

Subekti, 2001, Hukum Pembuktian, Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

12

Anda mungkin juga menyukai