A. Al Qur’an
1
Al Qur’an memuat berbagai pedoman da sar bagi kehidupan umat
manusia yakni :
1. Segi Kuantitas
Al Quran terdiri dari 30 Juz, 114 surat, 6.236 ayat, 323.015 huruf
dan 77.439 kosa kata
2. Segi Kualitas
Isi pokok Al Qur’an yang ditinjau dari segi hukum terbagi menjadi
3 bagian:
2
3. Hukum yang berkaitan dengan akhlak. Yakni tuntutan agar setiap
muslim memiliki sifat – sifat mulia sekaligus menjauhi perilaku –
perilaku tercela.
3. Hukum Syara
3
B. Hadits
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua memil iki fungsi
sebagai berikut.
4
Artinya: “…Jauhilah perbuatan dusta…” (QS Al Hajj : 30)
Ayat diatas juga diperkuat oleh hadits -hadits yang juga berisi
larangan berdusta.
5
Hadits menurut sifatnya mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
1. Hadits Shohih,
2. Hadits Hasan,
adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, tapi tidak
begitu kuat ingatannya (hafalannya), bersambung sanadnya, dan
tidak terdapat illat dan kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan
termasuk hadits yang makbul biasanya dibuat hujjah untuk sesuatu
hal yang tidak terlalu berat atau tidak terlalu penting
3. Hadits Dhoif,
adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih syarat -syarat
hadits shohih atau hadits hasan. Hadits dhoif banyak macam
ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain,
disebabkan banyak atau sedikitnya syarat -syarat hadits shohih atau
hasan yang tidak dipenuhi
6
C. Ijtihad
Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga. Hasil ini
berdasarkan dialog nabi Muhammad SAW dengan sahabat yang
bernama muadz bin jabal, ketika Muadz diutus ke negeri Yaman.
7
Untuk melakukan ijtihad (mujtahid) harus memenuhi bebrapa
syarat berikut ini:
ِا ِ ذ َ ا ح َ ك َ م َ ا ل ْ ح َ ا ك ِ م َ ف َ ا جْ ت َ ه َ د َ ث ُ م َّ ا َ ص َ ا ب َ ف َ ل َ ه ُ ا َ ج َ َر ا ن ِ َو ا ِ ذ َ ا ح َ ك َ م َ َو ا جْ ت َ ه َ د َ ث ُ م َّ ا َ خْ ط َ أ َ ف َ ل َ ه ُ ا َ جِْ ر
( ) رواهالبخارىومسلم
… ِ) ر و ا ه ن ص ر ا ل م ق د س ( ا ِ خْ ت ِ ال َ ف ِ ا ُ م َّ ت ِ ي ْ َر حْ م َ ة
8
Artinya: ”… Perbedaan pendapat di antara umatku akan membawa
rahmat” (HR Nashr Al muqaddas)
Istihsan/Istislah
Istishab
Istidlal
Maslahah mursalah
9
Contohnya seperti mengharuskan seorang tukang
mengganti atau membayar kerugian pada pemilik barang, karena
kerusakan diluar kesepakatan yang telah ditetapkan.
Al ‘Urf
Zara’i
10
Berperilakulah yang baik kepada tetanggamu niscaya kamu
termasuk orang mukmin. Cintailah orang lain pada hal -hal yang
kamu cintai bagi dirimu sendiri niscaya kamu tergolong muslim,
dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu
banyak tertawa itu mematikan hati. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
1. Hukum yang diambil dari nash yang tegas, yakni adan ya dan
maksudnya menunjukkan kepada hukum itu
Hukum seperti ini tetap, tidak berubah dan wajib dijalankan oleh
seluruh kaum muslim, tidak seorangpun berhak membantahnya.
Seperti wajib shalat lima waktu, zakat, puasa, haji dan syarat
syah jual beli dengan rela. Imam syafi’ie berpendapat apabila
ada ketentuan hukum dari Allah SWT, pada suatu kejadian, setiap
muslim wajib mengikutinya.
2. Hukum yang diambil dari nash yang tidak yakin maksudnya
terhadap hukum-hukum itu.Dalam hal seperti ini terbukalah jalan
mujtahid untuk berijtihad dalam batas memahami nas itu. Para
mujtahid boleh mewujudkan hukum atau menguatkan salah satu
hukum dengan ijtihadnya.
11
Umpamanya boleh atau tidakkah khiar majelis bagi dua orang
yang berjual beli, dalam memahami hadits:
Dua orang yang jual beli boleh memilih antara meneruskan jual
beli atau tidak selama keduanya belum berpisah. Kata “berpisah” yang
dimaksud dalam hadits ini mungkin berpisah badan atau pembicaraan,
mungkin pula ijab dan kabul. Sperti wajib menyapu semua kepala atau
sebagian saja ketika wudhu’, dalam memahami ayat:
ِِمَِ ا ا َ ن ْ ه َ َر ا ل د َّ م َ َو ذ ُ ك ِ َر ا ِ س ْ م َ ا ل ل ه ِ ع َ ل َ ي ْ ه
1. Hukum yang tidak ada nas, baik secara qa’i (pasti) maupun zanni
(dugaan), tetapi pada suatu masa telah sepakat (ijma’)
mujtahidin atas hukum-hukumnya. Seperti bagian kakek
seperenam, dan batalnya perkawinan seorang muslimah dengan
laki-laki non muslim. Di sini tidak ada jalan untuk ijtihad, bahkan
setiap muslim wajib mengakui untuk menjalankannya. Karena
hukum yang telah disepakati oleh mu jtahdidin itu adalah hukum
untuk seluruh umat, dan umat itu menurut Rasulullah SAW tidak
akan sepakat atas sesuatu yang sesat. Mujtahidin merupakan ulil
amri dalam mempertimbangkan, sedangkan Allah SWT menyuruh
hambanya menaati ulil amri.
12
Sungguhpun begitu, kita wajib betul -betul mengetahui bahwa
pada huku itu telah terjadi ijma’ (sepakat) ulama mujtahidin.
Bukan hanya semata-mata hanyan didasarkan pada sangkaan
yang tidak berdasarkan penelitian.
2. Hukum yang tidak ada dari nas, baik qat’i ataupun zanni, dan
tidak pula ada kesepakatan mujtahidin atas hukum itu. Seperti
yang banyak terdapat dalam kitab -kitab fiqih mazhab. Hukum
seperti ini adalah hasil pendapat seorang mujtahid. Pendapat
menurut cara yang sesuai denngan akal pikirannya dan keadaan
lingkungannya masing-masing diwaktu terjadinya peristiwa itu.
Hukum-hukum seperti itu tidak tetap, mungkin berubah dengan
berubahnya keadaan atau tinjauannya masing -masing. Maka
mujtahid dimasa kini atau sesduahnya berhak membantah serta
menetapkan hukum yang lain. Se bagaimana mujtahid pertama
telah memberi (menetapkan) hukum itu sebelumnya. Ia pun
dapat pula mengubah hukum itu dengan pendapatnya yang
berbeda dengan tinjauan yang lain, setelah diselidiki dan diteliti
kembali pada pokok-pokok pertimbangannya. Hasil ijti had seperti
ini tidak wajib dijalankan oleh seluruh muslim. Hanya wajib bagi
mujtahid itu sendiri dan bagi orang -orang yang meminta fatwa
kepadanya, selama pendapat itu belum diubahnya.
Tujuan hukum Islam, baik secara global maupun secara detail yaitu :
13
Hukum Islam disyariatkan oleh Allah dengan tujuan utama yaitu
untuk merealisasikan dan melindungi kemaslahatan umat manusia,
baik individu ataupun kolektif untuk menjamin, melindungi dan
menjaga kemaslahatan tersebut
1. Fungsi Ibadah
Hukum Islam adalah aturan Tuhan yang harus dipatuhi umat manusia
dan kepatuhan merupakan ibadah yang sekaligus juga merupakan
indikasi keimanan seseorang.
14
Contoh: Riba dan khamr tidak diharamkan secara sekaligus tetapi
secara bertahap oleh karena itu kita memahami fungsi kontrol sosial
yang dilakukan lewat tahapan riba dan khamr.
3. Fungsi Zawajir
Dalam konteks kontribusi hukum Islam dalam pembangunan hukum nasional , hukum
Islam telah mengambil peran yang sangat besar. Paling sedikit dari segi jiwanya.
1. Didalam UU No 2 thn 1989 tentang sistem pendidikan Nasional , dalam konsepnya
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya
adalah beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa berbudi pekerti luhur
mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilansehat rohani, mempunyai keperibadian
yang mantap dan mandiri , mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
2. Undang-undang no 7 thn 1989 tentang peradilan agama. Ini membuktikan bahwa
pengadilan agama sudah sepantasnya hadir dan tmbuh serta dikembangkan dibumi
Indonesia ini semua tidak lain adalah kontribusi ummat Islam sebagai ummat yang
mayoritas
3. Didalam kompilasi hukum Islam ( KHI ) meskipun tidak terbentuk undang-undang
melainkan melalui Intruksi Presiden Nomor I thn 1991 dalam kompilasi ini sangat
membantu para hakim terutama diperadilan Agama.
15
Menurut Ismail Shaleh sumbangan hukum Islam terhadap hukum nasional tidak
dapat dipungkiri bahwa sebahagian besar rakyat Indonesia terdiri dari pemeluk agama Islam
dan secara subtansial ada dua bidang yaitu bidang Ibadah, dan bidang Muamalah.
Hukum Nasional adalah hukum yang berlaku pada suatu negara nasional tetentu. Bagi
negara Indonesia, hukum Nasional mungkin juga berarti hukum yang dibangun oleh warga
negara republik Indonesia sebagai pengganti hukum kolonial. Hukum nasional Indonesia
tersebut sewajarnya sesuai dengan kesadaran hukum, cita-cita moral, cita-cita bathin dan
norma ynag hidup dalam masyarakat bangsa Indonesia ialah Pancasila sebagai yang
tercantum dalam aleniea ke empat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 29
ayat 1 yang menunjukkan bahwa Ketuhanan yang maha esa sebagai hukum dasar yang
dijunjung tinggi dan dijadikan pedoman dalam bernegara.
Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipedomani dan ditaati oleh mayoritas
penduduk dan masyarakat Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat
merupakan sebahagian dari ajaran dan keyakinan Islam yang eksis dalam kehidupan hukum
nasional serta merupakan bahan dalam pembinaan dan pengembangannnya.
16
Dalam sejarah perjalanan hukum di Indonesia kehadiran hukum Islam dalam hukum
Nasional merupakan perjuangan eksistensi. Teori eksistensi mermuskan keadaan hukum
nasional Indonesia, masa lalu, masa kini, dan masa datang bahwa hukum Islam itu ada
dalam hukum Nasional Indonnesia baik tertulis maupun yang tidak tertlis dalam berbagai
lapangan kehidupan hukum dan praktek hukum .
Teori eksistensi dalam kaitannya dengan hukum Islam adalah teori yang
menerangkan tetntang adanya hukum Islam dalam hukum Nasional Indonesia yaitu :
1. ‘Ada’ dalam arti sebagai bahagian integral dari hukum nasional Indonesia
2. ‘Ada’ dalam arti adanya dengan kemandiriannya yang diakui adanya kekuatan dan
wibawahnya oleh hukum nasional dan diberi status sebagai hukum Nasional.
3. ‘Ada’ dalam arti hukum Nasional dan norma hukum Islam (agama) yang berfungsi sebagai
penyaring bahan-bahan hukum nasional di Indonesia.
Jadi, secara eksistensial, Kedudukan hukum Islam dalam hukum Nasional merupakan
sub sistem dari hukum Nasional. Oleh karenanya maka hukum Islam juga mempunyai
peluang untuk memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan dan pembaharuan
hukum Nasional Nasional, meslipun harus diakui prolema dan kendalanya yang belum
pernah usai.
17
B. Peluang Sosiologis,Tantangan dan problematika hukum Islam
Materi hukum meliputi aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berlaku dalam
penyelenggaraan segenap dimensi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara,
bersifat mengikat bagi semua pihak,
18
Disamping peluang sosiologis sebagaimana yang dinyatakan diatas, Hukum Islam
juga memiliki beberapa kendala dan problema utamanya menyangkut integrasinya kedalam
Hukum Nasional yaitu :
1. Kemajemukan Bangsa, Dalam hubungan ini patut diingat bahwa negara kita
memiliki wilayah yang sangat luas.,masing masing memiliki kondisi sendiri-sendiri
yang direpleksikan pada budaya masing-masing. Dalam upaya
pengintegrasiannya dalam hukum nasional harus didahulukan pemilahan pada
bidang mana yang dapat diunifikasikan dan mana yang belum.
2. Mana yang masih harus dibiarkan agar majemuk muncul dengan kebudayaan
masing-masing hal ini menunjukkan bahwa unufikasi mungkin dilakukan
meskipun cukup sulit . Metode pendidikan hukum. Selama ini pelajaran ilmu
hukum yang diajarkan kepada mahasiswa adalah trikotomi antara hukum Barat ,
hukum Islam dan hukum adat. Berhubung masyarakat Indonesia relatif hetrogen
dan wilayahnya cukup luas , maka semakin berakibat pencarian titik temu
diantara hukum tersebut. Jadi yang diperlukan sekarang adalah pemahaman
integral dari pakar hukum tiga tadi dan memerlukan perjuangan yang sangat
berat
3. Kurangnya pengkajian akademik dibidang hukum Islam. Ketertinggalan dalam
mengembangkan pusat-pusat pengkajian Islam disebabkan oleh :
1. Secara historis pusat pengkajan yang tidak menghargai hukum Islam yang
lebih dahulu berkembang sedangkan mereka bersikaf tidak memberi
tempat bagi penkajian hukum Islam.
2. Pengkajian hukum Islam terletak diantara pengkajian ilmu agama islam
dan pengkajian ilmu hukum. Akibatnya aspek yang tidak mendalam,
begitu pula aspek yang masuk melali ilmu agamanya.
3. Perkembangan kwalitas ketaatan umat Islam yang lemah terutama
keyakinan aqidah dan moralnya , atau kesusilaan yang sulit dikendalikan.
Sehingga kualitas moral ikut berpengaruh dalam pelaksanaan hukum.
4. Masih dianutnya kebijaksanaan hukum politik Belanda yang tidak dapat
dipungkir yang mempunyai kepentingan poitik sendiri,
19
yang selanjutnya yang mempunyai peraturan perundang-undangan yang
berlaku seperti hal:
a. Dibolehkan adanya pilihan hukum yang secara negatif dapat dikatakan
bahwa ummat Islam boleh tidak tunduk kepada hukumnnya sendiri.
b. Belum sepenuhnya kemandirian peradilan agama yang terkesan sub
ordinasinya pada pengadilan Umum dalam hal sengketa perdata selain
hukum keluarga. Semuanya perlu diupayakan menguranginya seminimal
mungkin dalam masa datang.
5. Banyaknya masalah yang dihadapi ummat Islam yang belum adanya fatwa
hukumnya dalam hasana fikhi, ataukah banyaknya polimik masalah dalam
perbedaan mazhab yang ada sehingga merangkumkannya dalam satu
perundang-undangan akan sulit karena banyaknya pendapat akan
masalah-masalah tersebut.
Dengan demikian , kontribusi hukum Islam dalam pembangu nan nasional dapat
berupa:
a. Hukum Islam dalam arti bagian integral dari hukum nasional Indonesia
b. Hukum Islam dalam arti kemandiriannya yang diakui adanya , kekuatan dan wibawanya
oleh hukum nasdional dan diberi status hukum nasional
c. Hukum Islam dalam arti norma hukum Islam berfungsi sebagai penyaring hukum bahan-
bahan nasional. Hukum Islam dalam arti bahan utama atau unsur utama hukum nasional
Indonesia. Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang ditaati oleh mayoritas Rakyat
Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat, merupakan sebagian dari
ajaran dan keyakinan Islam ada dalam kehidup[an hukum dan merupakan bahan dalam
pembinaan hukum Nasional. Dari sumber ajarannya , realita kehidupan hukum masyarakat
sejarah pertumbuhannya dan perkembangan hukum di Indonesia tentang berlakunya
20
hukum Islam terlihat ada teori sebagai mana dijelaskan dimuka misalnya teori eksistensi
sebagai teori tata hukum mengungkapkan keberadaan hukum Islam dalam Hukum Nasional
Indonesia.
Dalam peraturan perundang - perundangan terlihat kecende rungan makin
kuatnya kedudukan hukum Islam dalam hukum nasional. Terlihat bahwa bentuk-bentuk
hubungan antara hukum agama dengan hukum nasional ada tiga pola yaitu :
1. Hukum agama husus untuk kaum beragama tertentu
2. Hukum agama masuk dalam hukum agama secara umum yang memerlukan
pelaksanaan secara khusus
Sehingga dalam bidang hukum yang agama-agama yang mempunyai ajaran dan
ketentuannya sendiri harus berwujud pluralitas hukum. Pembangunan hukum yang tidak
mungkin dicapai unifikasi sedapat mungkin diupayakan terciptanya keharmonisan hukum.
Ajaran hukum Islam terutama yang tercantum dalam Al-qur’an karena sifatnya yang
universal dapat diserap untuk memperkaya dan menyempurnakan hukum Nasional.
Pengembangan dan upaya kontribusi hukum Islam kedalam hukum nasional perlu
dilakukan pemikiran kembali tentang ajaran alqur’an dengan kaidah-kaidah pemahamannya
yang relepan. Sehingga kelembagaan hukum Islam sesuai dengan al-qur’an makin jelas
nampak dan menunjukkan keunggulannya dalam perbadingan hukum.
21
VI. KESIMPULAN
1. Hukum Nasional Indonesia akan berkembang menjadi hukum moderen yang lebih banyak
berwujud hukum tertulis.
2. Hukum Islam ( hususnya al-qur’an ) cukup memuat ajaran, ketentuan dan norma hukum
yang dapat dikontribusikan dalam pembentukan hukum nasional dalam berbagai bidang
hukum.
3. Untuk dapat dikontribusikan bagi hukum nasional perlu dilakukan pemikiran kembali
makna normatif dari norma-norma hukum Islam al-qu’an hususnya agar dapat dimasukkan
dalam perundang-undangan hukum nasional.
4. Untuk mengetahui arah pembangunan lima tahun kita dapat melihat dari GBHN sebab
GBHN merupakan kerangka oprasional dalam upaya mengimplementasikan pesan-pesan
konstitusi termasuk dalam bidang hukum.
22