Anda di halaman 1dari 4

A.

Sumber Hukum Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW

Aswadie Syukur, memaparkan sumber atau dalil hukum Islam yang


dapat diidentifikasi sebagaimana berikut1:

1. Sumber formal (asli), yaitu berasal dari wahyu (syariat), baik berasal dari
nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah;
2. Sumber assesoir (tambahan), yaitu berasal dari ijtihad para fuqaha, seperti
ijma’, qiyas, dan lainnya.

Secara umum, sumber hukum Islam pada masa Nabi Muhammad


SAW terdiri atas:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


SAW dengan Bahasa Arab, yang disampaikan secara mutawatir, dimulai dari
surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas, membacanya bernilai
ibadah dan dapat menjadi hujjah bagi Rasulullah dalam pengakuannya sebagai
Rasul, juga sebagai undang-undang yang dijadikan pedoman oleh umat
manusia.

Dalam menetapkan berbagai hukum, Nabi Muhammad senantiasa


berpedoman pada Al-Qur’an. Hukum-hukum yang dikandung dalam Al-
Qur’an menurut Abd. Al-Wahhab Khallaf terbagi menjadi2:

a. Al-Ahkam Al-I’tiqadiyyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan


keimanan dan keyakinan. Secara keilmuan, hukum-hukum ini dibahas
secara detail dalam ilmu ushuluddin, ilmu kalam atau ilmu tauhid.

1
Dedi Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011),
hlm. 167.
2
Dedi Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011),
hlm. 168-170.
b. Al-Ahkam Al-‘Amaliyyah merupakan hukum-hukum yang berkaitan
dengan amaliah praktis sehari-hari yang meliputi masalah ibadah sampai
masalah kemasyarakatan yang dibahas secara detail dalam ilmu syariat
atau ilmu fiqh.
c. Al-Ahkam Al-Akhlaqiyyah adalah hukum yang berkaian dengan etika dan
moral yang kerap dibahas dalam ilmu akhlak dan ilmu tasawuf.

Hukum yang terkandung dalam Al-Qur;an dapat dibedakan


menjadi dua bagian, yaitu berkenaan dengan ibadah dan muamalah.
Termasuk ibadah adalah thaharah, shalat, zakat, haji, puasa dan nazar.
Adapun muamalah adalah hukum yang bertujuan membangun keselarasan
hubungan sesama manusia.

2. As-Sunnah

As-Sunnah atau hadis adalah perkataan, perbuatan, atau taqrir yang


disandarkan kepada Nabi. Apabila penyandaran itu diriwayatkan oleh
mayoritas sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in, yang mustahil mereka
berdusta, hadis tersebut berkuantitas mutawatir. Hadis dapat dibedakan
menjadi3:

a. Hadis qauliyah, yaitu hadis yang berupa perkataan Rasul.


Contohnya hadis tentang anjuran mandi sebelum melaksanakan
shalat Jum’at; hadis tentang memelihara janggut, artinya “Cukurlah
kumismu dan peliharalah janggutmu”. Hadis tentang memelihara
janggut ini masih menjadi perdebatan, penetapan hukum
berjanggut juga terkait dengan latar belakang sosial bangsa Arab
yang menjadi asbab al-wurud munculnya matan hadis.
b. Hadis fi’liyah adalah hadis yang berupa perbuatan Rasul. Contoh
hadisnya adalah Hasid riwayat Bukhari yang diterima dari Ahmad

3
Dedi Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011),
hlm. 183.
bin Hanbal, dari ‘Aisyah r.a. tentang tidak batal wudu karena
persentuhan kulit, yang artinya: “Sesungguhnya Nabi SAW
mencium salah seorang istrinya, lalu beliau shalat tanpa wudhu
lagi.”
c. Hadis taqririyah, yakni berupa perbuatan sahabat yang diketahui
oleh Rasul, tetapi beliau tidak melakukannya dan tidak pula
melarangnya. Contohnya dapat dilihat pada hadis riwayat Abu
Dawud, yang menurut Ad-Daruqutni termasuk sahih, yaitu tentang
tidak batalnya wudhu karena mengantuk sebagaimana “Pada
zaman Rasul, para sahabat menunggu datangnya waktu shalat Isya
hingga kepala mereka tertunduk (mengantuk), kemudian mereka
shalat dan tidak berwudhu lagi).

3. Ijtihad Nabi

Ijtihad adalah mengerahkan segala kemampuan dalam


mengeluarkan hukum syara’ secara detail dari dalil-dalil yang umum
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ijtihad ini meliputi4:

a. Mengambil hukum dari zahir nash apabila hukum tersebut tercakup di


dalamnya. Hal tersebut setelah dilihat keumuman dan kekhususannya,
global dan perinciannya, nasikh dan mansukhnya.
b. Mengambil hukum dari ma’qul an-nash, yaitu apabila dalam hukum
tersebut terdapat ‘illat, baik sharih (jelas) atau hasil istinbath, serta
peristiwa itu mengandung ‘illat yang sama dengan ‘illat yang terdapat
dalam hukum yang ada nashnya. Inilah yang disebut qiyas.
c. Mencocokkan peristiwa-peristiwa dengan kaidah umum yang diambil
dari dalil-dalil yang berbeda dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Inilah
yang dalam terminolofi ushul fiqh disebut istihsan, istishab, maslahah
mursalah, saddud dara’I, dan sebagainya.

4
Dedi Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm.
172.
B. Pemegang Kekuasaan Kehakiman Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Semasa hidupnya, Rasulullah dianggap sebagai figur ideal dalam
menyelesaikan segala persoalan5. Pada masa Rasulullah, kekuasaan
kehakiman atau tasyri’, yaitu pembentukan kekuasaan perundang-undangan
berada pada tangan Rasulullah SAW sendiri. Nabi Muhammad berperan
sebagai hakim6 dalam menjawab perselisihan, segala pertanyaan atau
permintaan fatwa yang langsung diserahkan kepada Rasulullah untuk
selanjutnya Rasulullah memberi fatwa untuk menuntaskan perselisihan dan
juga sengketa dengan menggunakan dasar nash serta ijtihad7.
Pada masa Nabi Muhammad, kekuasaan legislatif adalah Allah dan
dijabarkan oleh Nabi dalam sunahnya, baik perkataan, perbuatan maupun
pengakuannya terhadap perbuatan sahabat. Namun ketika itu belum ada
peraturan yang secara tertulis selain Al-Qur’an, sehingga seluruh aktivitas dan
penjabaran Nabi Muhammad terdapat Al-Qur’an belum lagi terkodifikasi 8.
Sehingga dapat diperjelas bahwa posisi Nabi disini sebagai penjelas terhadap
ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat global dan umum dimana otoritas
yang membuat hukum adalah Allah SWT.

5
Abuddin Nata, Masail Al-Fiqhiyah, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.8.
6
Mudzakkir Khotib Siregar, Legislasi dan Kodifikasi Hukum Islam, el Qonuniy, Vol. 2,
No. 1, 2016, hlm. 6.
7
Dedi Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm.
183.
8
Budiarti, Studi Siyasah Syar’iyab Terhadap Konsep Legislatif dalam Ketatanegaraan
Islam, Zawiyah, Vol. 3, No. 2, 2017, hlm. 45.

Anda mungkin juga menyukai