Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK

1
• NAILA SAGITA_2211111056
• SATIRA INDAH PERMATA_2211111057
• ARYA DAFFA WIRATAMA_22111111058
Menjelaskan makna al_quran
Arti Alquran menurut bahasa berasal dari kata kerja qaraa yang berarti: “(dia) telah
membaca”. Dari pengertian itu maka Quran berarti “bacaan” atau “sesuatu yang
dibaca dengan berulang-ulang”. Makna Quran dari segi bahasa tersebut didasarkan
pada firman Allah dalam Alquran surat Al-Qiyamah ayat 16-18:
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Alquran karena hendak cepat-
cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya
(di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”.

Sumber: Buku Alquran Sumber Hukum Islam yang Pertama oleh Miftah Faridl dan Agus Syihabuddin
menjelaskan makna al_hadis
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat atau waktu
yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan
dipindahkan dari seorang kepada orang lain.Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang
datang dari Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir)

Fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini telah sesuai dengan
penjelasan Allah dalam surat An-Nahl :64
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar
kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu.
menjelaskan makna ijtihad
Kata ijtihad berakar dari kata al-juhd, yang berarti al-thaqah (daya, kemampuan,
kekuatan) atau dari kata al-jahd yang berarti al-masyaqqah (kesulitan,
kesukaran). Dari itu, ijtihad menurut pengetian kebahasaannya bermakna “badzl
al-wus’ wa al-majhud” (pengerahan daya dan kemampuan), atau “pengerahan
segala daya dan kemampuan dalam suatu aktivitas dari aktivitas-aktivitas yang
berat dan sukar”. ( DR.Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad Al-Shaukani, hlm 73)

Sumber : https://www.dosenpendidikan.co.id/ijtihad/
BENTUK- BENTUK IJTIHAD
• Ijmak artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum-hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu
perkara yang terjadi.
• Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu
hukum atau suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya
namun memilik kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek
dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.
3. Istihsân memiliki beberapa definisi yaitu:
-Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fakih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar
-Argumentasi dalam pikiran seorang faqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya
-Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.
-Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
-Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya.

4. Maslahah murshalah adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya
dengan pertimbangan Kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat
dan menghindari kemudharatan
5. Sududz Dzariah Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh
atau haram demi kepentingan umat.

6.Istishab Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada


alasan yang bisa mengubahnya.

7.Urf Adalah tindakan menentukan mash bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan
masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-
aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

Sumber: http://eprints.binadarma.ac.id/6240/1/judul%205%20IJTIHAD.pdf
MENGIDENTIFIKASIKAN SEJARAH AL_QURAN DAN
AL_HADIS
-Sejarah Al Quran
Al Quran pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah utara Mekkah, pada 17 Ramadan
610 M. Selama periode Mekkah, pada umumnya ayat yang diturunkan berisi tentang akidah
(paham terkait keimanan) dan tauhid (dasar ajaran agama Islam). Pada periode ini, terdapat
86 surat yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan.

Sumber: https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/14/110000679/sejarah-turunnya-al-quran?page=all
-SEJARAH HADIS
Berita tentang perilaku Nabi Muhammad saw. (sabda,
perbuatan, sikap dan persetujuan) didapat dari seorang sahabat
atau lebih yang kebetulan hadir atau menyaksikan saat itu,
berita itu kemudian disampaikan kepada sahabat yang lain
yang kebetulan sedang tidak hadir atau tidak menyaksikan.
Kemudian, berita itu disampaikan kepada murid-muridnya
yang disebut tabiin (satu generasi dibawah sahabat). Berita itu
kemudian disampaikan lagi ke murid-murid dari generasi
selanjutnya lagi yaitu para tabiut tabiin dan seterusnya hingga
sampai kepada pembuku hadis (mudawwin).

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_hadis
penerapan al_quran dan al_hadis di kehidupan
sehari-hari

1. Dalam kehidupan pribadi:


• Meningkatkan ketekunan dalam mempelajari Al-Qur'an dan hadis.
• Mempelajari ayat-ayat kauniyah (alam semesta) dalam rangka meningkatkan keimanan.
• Memanfaatkan waktu luang untuk menguasai suatu bidang ketrampilan untuk bekal masa depan.
• Memiliki semangat keilmuan yang tinggi untuk kepentingan dunia dan akhirat.
• Memperbanyak bergaul dengan orang saleh.
2. Dalam Kehidupan Keluarga
• Menaati bimbingan dan anjuran kedua orang tua.
• Menjaga amanah kedua orang tua.
• Menjaga nama baik kedua orang tua.
• Mendoakan kebaikan bagi orang tua.
• Mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah diperoleh.
3. Dalam Kehidupan Bermasyarakat
• Ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat selama tidak melanggar norma-norma agama.
• Menjaga diri dari perilaku yang dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat, baik ucapan,
perbuatan, maupun tingkah laku.
• Menjaga kerukunan dan gemar menolong
• Rela berkorban demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang harmonis.
• Gemar bermusyawarah dalam menghadapi setiap permasalahan dalam masyarakat.

Sumber: https://alpansauri.blogspot.com/2016/02/penerapan-al-quran-dalam-kehidupan.html
membandingkan itjihad ulama terkait
pengembangan budaya
Sumber Hukum Islam di masa Nabi hanya 2 yaitu Quran dan Sunnah, Jika muncul
satu kasus, Rasul menunggu wahyu diturunkan, Jika tidak turun, maka beliau
berijtihad. Hasil Ijtihad disebut dengan hadist (Sunnah). Hasil Ijtihad Nabi juga
disebut Wahyu ( QS An-Najmu: ayat 4). Pada masa nabi seringkali para sahabat
dilatih berijtihad dalam berbagai kasus, seperti: a. Kasus Shalat di bani Quraizah
(kasus ini diakui nabi (taqrir), b. Kasus tawanan perang( turun ayat setelah nabi
berijtihad), c. Kasus tayamum Ibnu Mas’ud dan Umar Bin Khattab yang dibenarkan
oleh nabi. Selain menggunakan nash, Ijtihad juga dpat dilakukan dengan ra’yu, hal ini
disebabkan tidak semua masalah ada nashnya. Ijtihad dengan ra’yu (pemikiran) telah
diizinkan Rasulullah saw yang memberi izin kepada Mu’az untuk berijtihad pada saat
diutus ke Yaman.
Umar Bin Khattab dikenal sering berijtihad dengan menggunakan ra’yu apabila tidak ditemukan
ketentuan di dalam Al-Quran dan Sunnah. Pada mazhab Imam Syafi’i cara penggunaan ra’yu
disimatiskan sehingga kerangka acuan yang jelas, seperti dikenal dengan metode Qiyas. Qiyas
dijadikan sebagai alat penggalian hukum yang shahih. Para thabi’in juga melakukan hal yang sama
sehingga muncul ahli ra’yu dan ahli hadist. Ahli ra’yu lebih banyak menggunakan ra’yu (rasio)
dibanding dengan ahli hadist dengan mengistimbathkan hukum. Ahli Hadist dalam menyelesaikan
berbagai kasus berusha mencari illat hukum sehingga dengan illat ini merka dapat menyamakan
hukum kasus yang dihadapi dengan kasus yang ada nashnya. Mereka juga mencari rahasia dan
maqashid suatu dalil syara’ seperti benda zakat yang bisa diganti dengan uang.

https://www.steikassi.ac.id/berita/detail/model-metode-ijtihad-ekonomi-islam-di-nusantara-
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai