Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

MEYAKINI AL-QUR’AN HADITS DAN IJTIHAD SEBAGAI SUMBER ISLAM

A. Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam

Al-Qur’an dari segi bahasa adalah bacaan, sedangkan secara istilah Al-Qur’an adalah kitab suci
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, sebagai pedoman hidup seluruh manusia untuk mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan du dunia dan di akhirat, dan yang membacanya adalah termasuk ibadah.
Kemurnian, kebenaran dan kelestarian Al-Qur’an senantiasa dijaga Allah sehingga dia tetap terjaga
kebenaran tulisannya, isi dan kandungannya. Firman Allah dalam QS. Al-Hijr :9

       


Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar
memeliharanya.

Ayat Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.

Secara terperinci dapat dijelaskan beberapa hal yang menunjukkan validitas Al-Qur’an
sebagaisumber hukum, yaitu :

a. Al Qur’an diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad dengan jalan mutawatir, tidak ada yang dapat
mengubah atau menggantinya karena Allah telah menjamin untuk mmenjaganya sehingga
menguatkan bahwa Al Qur’an benar-benar firman Allah.

b. Adanya kesahihan penisbatan Al Qur’an kepada Allah juga diperkuat oleh dalil rasio yang kuat,
yaitu jika Al Qur’an dating bukan dari Allah, maka sudah dipastikan banyak perbedaan dan
kesimpangsiuran makna di dalamnya.

c. Al Qur’an merupakan mukjizat yang terus lestari sepanjang masa, naik lafal maupun redaksi
bahkan substansinya.

d. Dengan adanya keyakinan mendalam terhadap eksistensi Al Qur’an sebagai kitab terakhir yang
paling lengkap dan sempurna, maka mengambil ajaran yang terdapat di dalamnya, baik akidah,
ibadah, akhlak serta etika merupakan kewajiban yang harus diikuti.

2. Kedudukan dan Fungsi Al Qur’an

1. Hukum yang berkaitan dengan masalah aqidah atau keimanan, yaitu membicarakan tentang tauhid
atau keesaan Allah

2. Hukum yang berkaitan dengan masalah syariat, yaitu membicarakan tentang tatacara berhubungan
secara lahiriyah dengan Allah dan dengan manusia.

3. Hukumyang membicarakan tentang akhlak, yaitu berhubungan dengan perilaku manusia dan adp
sopan santun dalam bergaul sesama manusia.
Allah berfirman dalam QS. An Nisa : 105

        


.....  

“Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu
mengadili antara manusia dengan apa yang Telah Allah wahyukan kepadamu…., ( QS. An Nisa : 105)

Adapun fungsi Al Qur’an antaranya adalah :

a. sebagai pedoman hidup (QS. Al Baqarah :2)


b. sebagai rahmat bagi manusia (QS. Al Jatsiyah :20)
c. sebagai peringatan / nasehat / pengajaran (QS. Ali Imran :138)
d. sebagai obat penyakit hati (QS. Al Israa’ :82)
e. sebagai dasar hukum Islam (QS. An Nisa :105)

3. Kandungan Isi Al Qur’an Sebagai Sumber Hukum

a. Ahkam i’itiqadiyah atau hukum-hukum akidah, yaitu hukum yang terkait erat dengan masalah
keyakinan, yaitu Allah, malaikat, kitab-kitab, para rosul dan hari akhir

b. Ahkam khuluqiyah atau hukum akhlak, yaitu hukum yang berkaitan erat dengan masalah yang
harus dipakai sebagai hiasan hidup bagi mukalaf, seperti keutamaan dan menghindarkan diri dari
kehinaan.

c. Ahkam amaliyah atau hukum amal, yaitu hukum yang berkait erat dengan seluruh perbuatan
mukalaf. Dalam Al qur’an hukum amaliyah dibagi menjadi dua yaitu :

1. Hukum ibadah seperti, shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah dan ibadah lainnya yang
bersangkutan dengan Allah

2. Hukum muamalah seperti akad, jual beli, hukuman, jinayat, atau hukum lain yang berhubungan
dengan manusia.

B. AL HADITS

1. Pengertian dan Kedudukan Hadits

Hadits secara bahasa berasal dari bahasa arab hadasa, yuhadisu, haditsan yang artinya adalah
kabar atau sesuatu yang baru. Al Hadits menurut istilah adalah segala ucapan, perbuatan, dan
ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad. Segala ucapan yang keluar dari mulut Nabi
Muhammad ataupun perbuatan beliau merupakan sesuatu yang terbimbing dengan wahyu dari Allah.
Firman Allah dalam (QS. An Najm 3-4).

          
3. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

Kedudukan hadits Nabi Muhammad dalam hukum Islam adalah sebagai sumber hukum Islam
yang kedua. Ada beberapa hukum yang tidak disebutkan ataupun dijelaskan dalam Al Qur’an,
kemudian Rosulullah menambahkannya sebagai kaitan hukum di dalam Al Qur’an. Penambahan itu
bisa berbentuk penjabaran dan mempunyai kekuatan hukum yang sama. Sebagai sumber hukum Islam
yang kedua, Al Hadits juga wajib ditaati sebagaimana mentaati Al Qur’an.

Firman Allah dalam QS. Al Hasyr : 7

          
      
……Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

2. Bentuk Hadits

Hadits Nabi Muhammad dibedakan menjadi 3 bentuk :

1. Hadits qauliyah yaitu hadits atas dasar perkataan/ucapan Nabi Muhammad


2. Hadits fi’liyah yaitu hadits atas dasar perbuatan yang dilakukan NAbu Muhammad
3. Hadits taqririyah yaitu hadits atas dasar persetujuan Nabi atas apa yang dilakukan para sahabatnya

Anda mungkin juga menyukai