NPM : 2281131424
Artikel 1
Al-Qur’an Dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam
Sumber hukum pertama adalah al- Qur‟an, yaitu wahyu atau kalamullah yang sudah
dijamin keontentikannya dan juga terhindar dari intervensi tangan manusia. Sehingga dengan
penyucian tersebut meneguhkan posisi al-Qur‟an sebagai sumber hukum yang utama.
Sumber hukum dalam Islam tidak hanya al-Qur‟an saja, melainkan juga Hadis, Ijma‟
dan Qiyas. Ketiganya hanyalah sebagai sumber skunder hukum-hukum Islam, sumber-
sumber ini bukan berfungsi sebagai penyempurna al-Qur‟an melainkan sebagai
penyempurna pemahaman manusia akan maqasid al-syari‟ah. Karena al-Qur‟an telah
sempurna sedangkan pemahaman manusia yang tidak sempurna, sehingga dibutuhkan
penjelas (bayan) sebagai tindakan penjabaran tentang sesuatu yang belum dipahami secara
seksama.
1. Al-quran
a. Pengertian al-Qur’an
Al-Qur‟an secara bahasa berasal dari kata qara’a - yaqra’u - qira’atan -
qur’anan, yakni sesuatu yang dibaca atau bacaan. Sedangkan secara istilah
merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan sampai
kepada kita secara mutawatir serta membacanya berfungsi sebagai ibadah. Allah
SAW, berfirman :
ُإِ َّن َعلَْي نَا ََجْ َعوُ َوقُ ْرآنَوُ فَِإذَا قَ َرأْ ََنهُ فَاتَّبِ ْع قُ ْرآنَو
Penyebutan lafadz Allah dalam pengertian al-Qur‟an dimaksud untuk
membedakan antara perkataan malaikat, jin, dan manusia dengan kalamullah (al-
Qur‟an) itu sendiri. Adapun kata al-munazzal maksudnya membedakan al-Qur‟an
dari kalamullah yang lainnya, karena langit dan bumi beserta isinya juga bagian
dari kalamullah. Sedangkan kalimat „ala Muhammad saw. dimaksud untuk
membedakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan wahyu
yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul sebelum beliau. Adapun redaksi al-
muta‟abbad bi tilawatihi maksudnya al-Qur‟an merupakan firman Allah yang
dibaca setiap melaksanakan ibadah.
Selain sebagai firman Allah kepada Nabi saw. Al-Qur‟an juga sebagai
mukjizat daripada Nabi saw. Mukjizat sendiri berarti sesuatu yang melemahkan
atau perkara yang keluar dari kebiasaan (amru khariju lil‟adah). Dikatakan sebagai
mujkizat karena pada saat itu masyarakat Arab Jahiliyah pandai dalam membuat
sastra Arab (syair), sastra Arab pada saat itu bearada dalam puncak kejayaan
sehingga membuat manusia berbondong-bondong, berlomba-lomba dalam
membuat syair, dan syair yang terbaik akan ditempel di dinding Ka‟bah dan
membuat yang bersangkutan merasa sombong.
Turunnya al-Qur‟an tidaklah sekali dalam bentuk mushaf yang terdapat pada
saat ini, melainkan al-Qur‟an turun secara periodik atau bertahap. Tujuan dari
turunnya yang bertahap ini dimaksud agar memperbaiki umat manusia, diantaranya
sebagai penjelas, kabar gembira, seruan, sanggahan terhadap musyrikin, teguran
dan juga ancaman. Akan tetapi ada perbedaan pendapat dikalangan ulama‟
berkenaan dengan proses turunnya alQur‟an, ada pendapat yang mengatakan
bahwa al-Qur‟an turun pada malam hari (lailatu al-qadar), ada pula pendapat yang
mengatakan bahwa turunnya al-Qur‟an melalui tiga proses tahapan. Tahap pertama
diturunkan di Lauh al-Mahfudz, kemudian diturunkan ke langit pertama di Bait al-
Izzah, dan terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur
dan sesuai kebutuhan serta peristiwa yang sedang terjadi atau dihadapi oleh Nabi
saw.
2. Hadis
a. Pengertian Hadis
Penutup
Al-Qur‟an adalah firman Allah yang shalih likulli zaman wa fi kulli makan. Segala
perkara yang ada pada dasarnya kembali kepada al-Qur‟an, sebagaimana sifat al-Qur‟an
yaitu huda (petunjuk). Petunjuk yang benar akan memberikan jalan dan solusi yang benar.
Meskipun al-Qur‟an hanya terdiri dari 30 juz, tetapi petunjuk yang ada didalmnya sangtalah
lengkap dan mencakup semua persoalan yang ada. Dengan demikian al-Qur‟an menjelaskan
hukum-hukum yang terkandung di dalmnya dengan cara yang umum, terperinci, dan sesuai
pokok bahasan.
Barang siapa yang hendak memahami kandungan hukum dalam ayat al-Qur‟an maka
wajib baginya untuk memahami sunnah Nabi, hal ini dikarenakan korelasi antara keduanya
sangatlah erat. Kedudukan sunnah menjadi sakral ketika al-Qur‟an hanya menjelaskan
hukum secara umum, disini diperlukan peran sunnah Nabi sebagai perinci dari hukum yang
umum. Dan ketika al-Qur‟an sudah mejelaskan hukum secara rinci maka kedudukan sunnah
sebagai penguat atau pemantapan dari penjelasan hukum tersebut. Sama halnya jika
penjelasan al-Qur‟an hanya sebatas isyarat saja, maka sunnah Nabi hadir untuk melengkapi
dan menyikap tabir dari isyarat tersebut.
Al-Qur‟an dan Hadis adalah sumber hukum yang sangat relevan dan saling berkaitan
antara satu dengan yang satunya dan akan terus eksis terjaga keotentikannya. Adanya hadis
akan terus sejalan dengan keberadannya kitab Al-Qur‟an.
Artikel 2
KEDUDUKAN AL-QURAN DAN HADIS SEBAGAI DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Al-Qur‟an dan hadist merupakan pedoman hidup yang harus dipegang teguh oleh
setiap kalangan manusia, agar dapat bisa selamat pada dunia dan di akhirat. Dengan kata
lain, bahwa al-Qur‟an merupakan sumber rujukan bagi kehidupan manusia dalam segala
aspek ke hidupan dalam menejalankan kehidupan baik hubungan dengan Allah SWT
ataupun sesama manusia. Manusia yang masuk pada ruang lingkup pembinaan adalah
makhluk yang memmpunyai unsur-unsur jasmani serta akal jiwa yang sehat.3 Sebab
pembinaan akal dapat menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan, dan pembinaan jiwa dapat
menghasilkan pada kesucian dan etika. Sedangkan pembinaan jasmani itu dapat
menghasilkan pada sebuah keterampilan.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya yang digunakan untuk membina
serta mengembangkan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Tujuan tidak lain agar
adanya kehadiran bagi setiap manusia pada muka bumi ini yang berperan sebagai hamba
Allah, serta dapat melaksanakan pada tugas dan kewajiban sebagai khalifah Allah dengan
sebaik baiknya. Adanya pendidikan agama Islam merupakan upaya umat secara bersamaan
ataupun sebagai upaya pada sebuah lembaga masyarakat yang memberikan jasa
pendididikan. Tidak sampai disitu, sebab terkadang pendidikan juga menjadi sumber usaha
pada dirinya sebagai sumber pemasukan pada kehidupannya.
Metode
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis menggunakan studi literature. Analisis
data yang digunkan oleh penulis, menggunakan analisis data yang bersifat kualitatif, yaitu
segala upaya yang dilakukan oleh penulis yang terfokus pada data yang meliputi pada,
mengorganisasikan data, memilah-milah data.
Kesimpulan
Dari penjabaran yang sudah dipaparkan oleh penulis diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan. Bahwa keududukan al-Qu‟an dan Hadist, merupakan rujukan utama
dalam dunia pendidikan. Al-Qur‟an memberikan sebuah pandangan yang mengarah
terhadap kehidupan manusia, maka dari itu asas-asas yang menjadi dasarnya itu
memberikan petunjuk terhadap pendidikan Islam. Sehingga rasanya sangatlah tidak
mungkin berbicara tentang pendidikan Islam, jika tidak mengambil pada al-Qur‟an
sebagai satu-satunya rujukannya. Sedangkan hadist merupakan sumber rujukan yang
nomer dua setalah al-Qur‟an, meskipun keduanya berperan sebagai rujukan utama
dalam pendidikan Islam.
Namun keduanya memiliki perbedaan antara kedunaya. Sebab jika al-Qur‟an
sebagai rujukan utama yang bersifat global, yang tentunya membutuhkan penasiran
guna memahaminya. Sedangkan untuk hadist rujukan utama bagi pendidikan Islam,
serta menjadi penguat serta penjelas pada seluruh problematika yang ada di dunia ini,
baik yang terkandung dalam al-Qur‟an maupun persoalan yang dihadapi oleh para kaum
muslim, dengan cara menyampaikan pada mereka, serta memberikan praktek yang
langsung dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tentu hal tersebut dapat dijadaikan
sebagai landasan dalam pendidikan Islam
Artikel 3
SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA
(Kajian Deskriptif Kualitatif Tentang Al-Qur’an, Sunnah, Dan Ijma’)
Pada setiap ajaran yang ada di muka bumi ini, dan menamakan diri sebagai term
agama memiliki ketentuan atau hukum yang mengikat para penganutnya. Agama Islam
sebagai agama samawi yang terjaga kemurnian dan kesucian kitab sucinya, jauh dari
kerusakan perubahan oleh tangan jahil manusia. Sebagai sumber hukum utama patutlah
dipahami dan dikaji secara mendalam oleh manusia yang beriman agar mampu
menjalankan tugas sebagai khalifah Allah di bumi. Al-Qur‟an sebagai wahyu
diturunkan pada Muhammad SAW sebagai bukti kerasulan, dan keutamaan beliau
adalah memberikan penjelasan berupa hadits-hadits yang menjelaskan ayat. Jadilah
alQur‟an dan hadits dua pegangan utama umat Islam untuk menjalani hidup, agar
mendapatkan berkah dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat.
dalam Islam yang menjadi sumber hukum selain al-Qur‟an dan hadits terdapat
Ijma‟ dan juga Qiyas sebagai sumber sekunder, berfungsi untuk menyempurnakan
pemahaman tentang maqasid al-syari‟ah (Raisuni, 1995). Hal ini, dikarenakan
alQur‟an sudah sempurna dan sudah diperjelas oleh hadits, pemahaman manusialah
yang tak sempurna, sehingga perlu penjelas untuk menjabarkan sesuatu yang belum bisa
dipahami secara mendalam.
Metode
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, sedangkan jenis
penelitian berupa studi kepustakaan, yang kegiatannya dilakukan dengan menghimpun
data berkaitan dengan judul yang bersifat kepustakaan. Tujuan penelitian ini agar
pembaca dapat mengetahui urgensi memahami berbagai sumber hukum Islam seperti al-
Qur‟an, Sunnah, dan Ijma‟ serta implementasinya secara komprehensif, sehingga
pembaca dalam kehidupan sehari-harinya dapat termotivasi untuk menjalankan agama
sesuai aturannya dan menemukan Islam sebagai agama yang dinamis, humanis, elastis,
dan egaliter atau shalihun likulliz zaman wal makan.
Pembahasan
Sumber-sumber hukum Islam maksudnya adalah pijakan umat Islam dalam
menentukan hukum atau norma-norma yang mengatur tatanan kehidupan. Pada
dasarnya hukum Islam itu bersumber dari al-Qur‟an, selanjutnya diperjelas secara lebih
detail melalui sunnah atau hadis Nabi Muhammad. Wahyu yang termuat dalam al-
Qur‟an, menetapkan n norma-norma dan konsep-konsep dasar hukum Islam yang
sekaligus merombak norma atau aturan yang sudah menjadi tradisi di tengah-tengah
masyarakat apabila tidak sesuai. Walaupun demikian, hukum Islam juga
mengakomodasi berbagai tradisi yang tidak berlawanan dengan norma-nomra ketentuan
dalam wahyu Ilahi tersebut.
Sudah disepakati para alim ulama tentang urutan dalam hukum Islam, yakni al-
Qur‟an, Hadits, dan Ijma‟. Kesepakatan bahwa al-Qur‟an sebagai sumber pertama
mengacu pada perkataan Nabi kepada Muadz bin Jabal sebgaimana dijelaskan dalam
Yasid (2011) bahwa menilik percakapan antara Rasulullah SAW. dengan Muadz,
dipahami urutan utama yaitu al-Qur‟an setelah itu hadits.
Aspek peribadahan menempati urutan teratas. Hal ini tentu sejalan dengan
diturunkannya al-Qur‟an adalah sebagai ketentuan hukum yang mengatur tujuan utama
hidup manusia, yakni beribadah kepada Allah SWT. Urutan selanjutnya ketentuan
hukum pada ayat alQur‟an adalah tentang aspek kekeluargaan dan perekonomian.
Banyaknya ayat tentang keluarga mengisyaratkan pentingnya menerapkan ajaran dan
ketentuan hukum Islam dalam keluarga sebagai basis adanya sebuah masyarakat. Jika
keluarganya baik atau sehat sesuai ajaran Islam, maka masyarakatnya akan baik.
Urutan berikut adalah masalah ekonomi, masalah ekonomi ini sangat penting
karena berkaitan dengan hubungan atau interaksi sesama manusia dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Aspek ini harus diatur dan jelas hukumnya agar tidak terjadi
kekacauan yang diakibatkan berbenturnya kepentingan dalam meraih keuntungan.
Untuk itu diatur cara mendapatkan rejeki sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
ditetapkan Allah ta‟ala.
Sebagai sumber ajaran Islam, terdapat berbagai fungsi hadits yang perlu dipahami.
Hadits adalah sumber pokok ajaran Islam yang tentunya dapat memberikan penjelasan
lebih lanjut ajaran Islam yang tercantum dalam al-Qur‟an. Al-Qur‟an dan hadist menjadi
sebuah satu kesatuan untuk pedoman umat manusia khususnya umat muslim. Keduanya
menjadi pedoman umat supaya tidak kehilangan arah dalam hidup dan mendapatkan
hidayah dari Allah SWT.
Hadits menjadi salah satu sumber hukum Islam setelah alQur‟an, dimana jika
terjadi suatu perkara atau hukum yang belum jelas di dalam al-Qur‟an, maka hadits bisa
menjadi sebuah sandaran berikutnya setelah al-Qur‟an. Adapun ijtihad yang merupakan
proses penetapan hukum syariat dengan mencurahkan seluruh pikiran dan tenaga secara
bersungguh-sungguh yang kemudian melahirkan Ijma‟ juga menjadi sumber hukum
dalam Islam yang menjadi pedoman umat muslim. Dengan demikian, bisa disimpulkan
bahwa ijtihad merupakan penetapan salah satu sumber hukum Islam. Fungsi ijtihad
sebagai sumber hukum Islam adalah untuk menetapkan suatu hukum dimana hal
tersebut tidak dibahas dalam al-Qur‟an dan hadits Nabi SAW. Sehingga bisa dikatakan,
ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah al-Quran dan Hadits.
Pentutup
Sumber-sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan ketentuan
hukum yang mengatur umat Islam. Telah disepakati secara jelas bahwa al-Qur‟an
adalah sumber hukum utama bagi umat Islam, berikutnya adalah hadits/sunnah, dan
ijma‟. Al-Qur‟an yang memiliki jumlah 30 juz merupakan sebuah keseluruhan dari
semua aturan dalam situasi dan kondisi apapun bagi umat manusia. Seluruh aspek
kehidupan manusia ada dalam alQur‟an.
Sebagai seorang khalifah di muka bumi, umat Islam diwajibkan mengamalkan
perintah yang terkandung dalam dua sumber hukum Islam yang utama, yakni Al-Qur‟an
dan Hadits. Apabila di dalam keduanya belum ditemukan secara jelas tentang masalah
terbaru, maka Al-Qur‟an dan hadits itu sendiri yang memerintahkan para ulama untuk
mencurahkan pemikirannya dalam menetapkan hukum, dan hasil kesepatannya
dinamakan ijma‟. Dengan demikian ijma‟ dapat dijadikan sebagai sumber hukum Islam
yang ketiga.
Kita sebagai umat Islam sangat berharap adanya kesatuan pendapat dan persatuan
seagama yang kuat bagi seluruh umat Islam sedunia saat ini. Sehingga hukum Islam
dapat dijalankan merata di bumi Allah ini. Karena diyakini bahwa hanya berdasarkan
sumber hukum Islam sajalah peradaban umat di dunia ini akan baik, sempurna, dan
mendatangkan kesejahteraan yang berwibawa. Sebaliknya, apabila selain hukum Islam
yang diterapkan, maka kekeringan religius akan membawa kepada perabadan yang
rusak dan membawa umat pada kehancuran.
Artikel 4
KEDUDUKAN AS-SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM DAN PENDIDIKAN
ISLAM DI ERA MILLENIAL
Adapun keistimewaan yang dimiliki oleh agama islam dapat dilihat dari orisinilitas
sumber hukumnya. Dengan begitu, as-sunnah tidak terdapat penambahan apapun
didalamnya sebagaimana halnya al-Qur‟an, karena as-sunnah dikuatkan dari metode
transmisi (penyaluran) dan kritik melalui beberapa rangkaian kaidah yang dimiliki.
Hukum memiliki hubungan dengan moral dan etika (tingkah laku) sehingga menjadikan
umat muslim yang berakhlak mulia. Hukum ini memiliki kaitan dengan interaksi antar
sesama manusia. Oleh karena itu, hukum interaksi digolongkan menjadi dua, yaitu
hukum ibadah dan hukum muamalah.
Hadits menjadi poin yang sensitif di dalam kesadaran spiritual bahkan intelektual
muslim. Namun tidak hanya karena menjadi sumber dari pokok ajaran Islam, tetapi juga
berguna sebagai tambang informasi bagi pembentukan karakter budaya Islam, terutama
yang banyak merujuk kepada hadits-hadits. Hadits memiliki peran yang sangat penting,
karena mengingat kedudukan hadits sebagai sumber hukum Islam yang muncul setelah
al-Qur‟an. Jika didasari melalui dasar hukum yang sudah tidak benar maka hukum juga
akan mengarah pada kesalahan-kesalahan. Hadits menjadi semakin sulit ketikan
semakin banyaknya masalah yang muncul. Sementara sudah banyak Nabi dan para
sahabatnya yang wafat. Di saat Nabi masih hidup, masalah masalah yang muncul
dapat diselesaikan dengan otoritas al-Qur‟an maupun Nabi Muhammad SAW.
Kemudian pada masa sahabatnya, masyarakat mampu melihat praktek nabi ang telah
dijalankan oleh para sahabat. Kemudian dari munculnya masalah tersebut berbagai
informasi tentang Nabi menjadi sangat penting terhadap kaum muslim tersebut, sebab
pada dampak sebelumnya banyak sekali timbul literatur hadits dalam bermacam-macam
bentuk dan jenisnya dengan cakupan hadits-hadits yang cukup beragam.
Kesimpulan
As-sunnah menempati posisi yang fundamental dalam Islam, di samping al-Qur‟an.
Posisi tesebut ditunjukan oleh fungsinya sebagai penjelas dari al-Quran dan sumber hukum
yang kedua. Mengingat problematika keumuman makna ayat al-Qur‟an, posisi hadits sebagai
penjelas dan sumber hukum perlu untuk dijadikan pegangan dalam menjawab persoalan-
persoalan hukum. Baik yang terkait secara syari‟at maupun persoalan kemanusiaan. Otoritas
(kehujjahan) sunnah didasarkan berdasarkan dalil-dalil yang sudah pasti. Baik dari ayat
alQur‟an maupun hadits Nabi saw atau menurut akal sehat. Sunnah yang dapat dijadikan
sebagai hujjah tentunya sunnah yang telah memenuhi persyaratan sahih, baik mutawattir
maupun ahad.
Artikel 5
AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM DAN DALIL HUKUM
A. Pengertian Al-Quran
Al-Qur‟an ialah wahyu Allah Swt, yang merupakan mu‟jizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai sumber hukum dan pedoman
hidup bagi pemeluk Islam, jika dibaca menjadi ibadat kepada Allah. Dengan
keterangan tersebut diatas, maka firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa
as, dan Isa as, serta Nabi-nabi yang lain tidak dinamakan Al-Qur‟an.
Demikian juga firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
Saw, yang jika dibacanya bukan sebagai ibadat seperti hadits Qudsi tidak pula
dinamakan Al-Qur‟an. Al-Qur‟an mempunyai nama-nama lain seperti: Al-Kitab,
Kitabullah, Al-Furqan (artinya yang membedakan antara yang haq dan yang batil)
dan adz-Dzikru artinya peringatan. Dan masih banyak lagi nama-nama Al-Qur‟an.
Artinya. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'. (S. Al-Baqarah, ayat 43)
Dalam ayat ini perintah shalat jelas, tetapi cara melaksanakannya tidak
disebut.
Ada yang perintahnya jelas, tetapi ukurannya tidak jelas, misalnya :
A. Pengertian Sunnah.
Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara. Sunnah
menurut istilah syara‟ ialah perkataan, perbuatan Nabi Muhammad Saw, dan
keterangannya yaitu sesuatu yang dikatakan atau diperbuat oleh sahabat dan
ditetapkan oleh Nabi Saw, tiada ditegurnya sebagai bukti bahwa perbuatan itu tiada
terlarang hukumnya.
B. Pembagian Sunnah
Sunnah itu dibagi menjadi tiga:
1. Sunnah Qauliyah sabda-sabda Rasulullah Saw.
Sunnah Qauliyah yaitu perkataan Nabi Saw, yang menerangkan hukum-hukum
agama dan maksud isi AlQur‟an serta berisi peradaban, hikmah, ilmu
pengetahuan dan juga menganjurkan akhlak yang mulia. Sunnah Qauliyah
(ucapan) ini dinamakan juga Hadits Nabi Saw.
2. Sunnah Fi‟liyah perbuatan Rasulullah Saw.
Sunnah Fi‟liyah. Sunnah Fi‟liyah yaitu perbuatan Nabi Saw yang menerangkan
cara melaksanakan ibadat, misalnya cara berwudlu‟, shalat dan sebagainya.
3. Sunnah Taqririyah diamnya Rasulullah Saw atas ucapan atau perbuatan
shahabat.
Sunnah Taqririyah yaitu bila Nabi Saw. mendengar sahabat mengatakan sesuatu
perkataan atau melihat mereka memperbuat sesuatu perbuatan, lalu ditetapkan
dan dibiarkan oleh Nabi Saw. dan tiada ditegurnya atau dilarangnya, maka yang
demikian dinamai sunnah ketetapan Nabi (taqrir).
C. Sunnah itu Menjadi Hujjah
Sunnah itu mempunyai dua fungsi:
1. Menjelaskan maksud ayat-ayat Al-Qur‟an.
2. Berdiri sendiri di dalam menentukan sebagian daripada beberapa hukum
Sebagian besar ayat-ayat Al-Qur‟an yang mengandung hukum masih
merupakan suatu hal yang secara garis besar, sedang untuk jelasnya diperlukan suatu
keterangan oleh Nabi Saw, misalnya perintah shalat dan zakat dalam Al-Qur‟an
masih merupakan perintah mengerjakan, mengeluarkan, sedang cara
melaksanakannya tidak disebut-sebut, maka untuk memberi keterangan tentang
pelaksanaannya diperlukan penjelasan dari Rasulullah Saw.
D. Sunnah Qauliyah.
Sunnah Qauliyah sering juga disebut “khabar”. Jadi sunnah qauliyah itu
boleh dinamakan sunnah, hadits atau khabar. Khabar, pada umumnya dapat dibagi
tiga:
1. Yang pasti benarnya, seperti apa yang datang dari Allah, Rasul-Nya dan
khabar yang diberikan dengan jalan mutawatir.
2. Yang pasti tidak benarnya, yaitu pemberitaan tentang hal-hal yang tidak
mungkin dibenarkan oleh akal, seperti khabar hidup dan mati dapat
berkumpul, atau khabar yang bertentangan dengan ketentuan syari‟at, seperti
mengakui menjadi Rasul yang tidak ada kenyataan mu‟jizat.
3. Khabar yang tidak dapat dipastikan benar atau bohongan seperti khabar-
khabar yang samar, karena kadang-kadang tidak dapat ditentukan mana yang
kuat, benarnya atau bohongnya, atau kadang-kadang kuat benarnya, tetapi
tidak pasti (qath‟i), seperti pemberitaan orang yang adil. Dan kadang-kadang
juga kuat bohongnya, tetapi tidak dapat dipastikan, seperti pemberitaan
orang fasiq.
E. Sunnah Fi’liyah
Sunnah fi‟liyah itu terbagi sebagai berikut :
1. Pekerjaan Nabi Saw, yang bersifat gerakan jiwa, gerakan hati, gerakan tubuh,
seperti : bernafas, duduk, berjalan dan sebagainya. Perbuatan semacam ini tidak
bersangkut-paut dengan soal hukum, dan tidak ada hubungannya dengan
suruhan, larangan atau tauladan.
2. Perbuatan Nabi Saw. yang bersifat kebiasaan, seperti : cara cara makan, tidur
dan sebagainya. Perbuatan semacam ini pun tidak ada hubungannya dengan
perintah, larangan dan tauladan ; kecuali kalau ada perintah anjuran Nabi untuk
mengikuti cara-cara tersebut.
3. Perbuatan Nabi Saw. yang khusus untuk beliau sendiri, seperti menyambungkan
puasa dengan tidak berbuka dan beristeri lebih dari empat. Dalam hal ini orang
lain tidak boleh mengikutinya.
4. Pekerjaan yang bersifat menjelaskan hukum yang mujmal, seperti : shalatnya,
hajjinya.
F. Sunnah Taqririyah
Sunnah taqririyah ialah berdiam diri Nabi Saw. di ketika melihat sesuatu
perbuatan para sahabat, baik mereka kerjakan dihadapannya atau bukan dan sampai
berita kepadanya. Maka perkataan atau perbuatan yang didiamkan itu sama saja
dengan perkataan dan perbuatan Nabi sendiri, yaitu dapat menjadi Hujjah bagi umat
seluruhnya.
Syarat sahnya taqrir ialah orang yang dibiarkannya itu benar benar orang
yang tunduk kepada syara‟, bukan orang kafir atau munafik. Contoh taqrir antara
lain sebagai berikut :
1. Mempergunakan uang yang dibuat oleh orang kafir.
2. Mempergunakan harta yang diusahakan mereka seketika masih kafir.
3. Membiarkan dzikir dengan suara keras sesudah shalat.
G. Sunnah Hammiyah
Sunnah hammiyah, ialah sesuatu yang dikehendaki Nabi (diingini) tetapi
belum jadi dikerjakan, misalnya beliau ingin melakukan puasa pada tanggal 9
Muharram, tetapi belum dilakukan beliau telah wafat. Walaupun keinginan itu belum
terlaksana, namun sebagian besar para Ulama menganggap sunnah berpuasa pada
tanggal 9 Muharram itu.
Artikel 6
SUMBER DAN DALIL HUKUM ISLAM
2. Sunnah Rasulullah
a. Pengertian Sunnah
Kata Sunnah secara bahasa berarti “perilaku seseorang tertentu,
baik perilaku yang baik atau perilaku yang buruk.”
Menurut istilah ushul iqh, Sunnah Rasulullah, seperti
dikemukakan oleh Muhammad „Ajjaj al-Khatib (guru besar Hadis
Universitas Damaskus), berarti “segala perilaku Rasulullah yang
berhubungan dengan hukum, baik berupa ucapan (Sunnah qa ulyyiah),
perbuatan (Sunnah ii‟liyyah), atau pengakuan (Sunnah taqririyah).”
Pengertian Al-Qur'an
Al-Qur'an secara bahasa adalah sumber yang berarti bacaan, dan pengertiannya
menurut kaum fundamentalis adalah membedakannya dengan benda lain meskipun terkenal
dan berilmu, serta menyebutnya dengan banyak nama seperti Kitab. , Al-Qur'an, wahyu,
Kriteria, dan Dzikir: itu adalah firman Tuhan Yang Maha Esa yang diturunkan kepada
Rasulullah dalam bahasa Arab, untuk mukjizat surah terpendeknya, tertulis di dalam Al-
Qur'an .Ditularkan dengan transmisi yang sering, disembah dengan bacaannya, diawali
dengan Surat Al-Fatihah, dan diakhiri dengan Surat Al-Nas.
Al-Qur’an mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ini adalah firman Tuhan Yang Maha Esa struktur dan maknanya: yang dibuktikan
dengan kemukjizatannya, yaitu peningkatan kefasihan ke tingkat di luar kendali
manusia, sehingga mengikat sesuai dengan aturan yang ditunjukkannya karena
berasal darinya. dari yang harus ditaati. Melaluinya muncul kalimat-kalimat selain
Tuhan Yang Maha Esa, sehingga tidak disebut Al-Qur'an, sekalipun itu hadis suci
atau hadis biasa. Karena makna hadits tersebut berasal dari Tuhan Yang Maha Esa,
dan susunan kata serta susunan kata-katanya berasal dari Rasulullah, maka jika
ditambahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa maka disebut hadits suci. Hadits tidak
setingkat dengan Al-Qur‟an dalam hal keasliannya, dan tidak sah berdoa dengannya,
dan tidak sah beribadah dengan membacanya.
2. Keseluruhan Al-Qur'an adalah bahasa Arab: tidak memuat apapun yang berasal dari
bahasa non-Arab, sehingga tidak ada tafsirnya Al-Qur'an dan terjemahannya ke
dalam bahasa lain selain Al-Qur'an, tidak peduli seberapa konsisten maknanya
dengan penafsir: karena Al-Qur'an secara khusus berbahasa Arab, diturunkan dengan
struktur dan maknanya dari Tuhan Yang Maha Esa.
3. Al-Qur'an diturunkan secara turun-temurun melalui transmisi, yaitu melalui
kumpulan yang menghafalkannya dari kumpulan kepada Rasulullah, dan transmisi
memberikan pengetahuan dan kepastian tentang kesejatian riwayatnya. Kelestarian
manusia ditunjang dengan adanya tulisan yang pasti dan pasti sejak turunnya Jibril
yang amanah ke hati Rasulullah hingga berbagai generasi penerusnya, dan dari ciri
inilah maka apa yang tidak sering terjadi, seperti: bacaan yang tidak teratur dan
hadis suci, tidak dianggap sebagai bagian dari Al-Qur'an.
Adapun Basmala, menurut ijazah umat Islam, merupakan ayat yang menjadi inti Surat
An-Naml, Adapun yang disebutkan pada permulaan surat-surat itu juga merupakan ayat Al-
Qur'an menurut pandangan beberapa ulama seperti mazhab Hanafi dan Syafi'i. Karena hal itu
diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di awal setiap surah, dan tertulis
dalam aksara Al-Qur'an di awal setiap surah atas perintah Rasulullah. Allah, dan hal ini
sering terjadi, dan tidak ada satu pun sahabat yang mengingkari penulisannya, meskipun
mereka berhati-hati dalam melindungi Al-Qur'an dari apa yang bukan bagiannya.