Anda di halaman 1dari 9

1) Jelaskan pandangan saudara tentang kontribusi agama dalam mewujudkan persatuan

dan kesatuan bangsa!


Rambu-rambu Jawaban
Untuk menjawab soal nomor 1 Anda harus lebih teliti ketika membaca bahan ajar pada Kegiatan
Belajar 1, khususnya di bagian awal. Anda dituntut untuk dapat menyerap maksud dan pokok-
pokok pikiran yang ada dalam tulisan tersebut kemudian Anda coba untuk memformulasikan
dalam kalimat yang baik seperti yang Anda pahami.

Al-Quran menggambarkan persatuan dari berbagai sisi. Pertama, Al-Quran mengisyaratkan


bahwa kecenderungan untuk bersatu, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
eksistensi manusia. Sejak umat pertama tercipta dan menghuni dunia, saat itu pula keinginan
untuk bersatu muncul. Manusia, dengan tujuan untuk melangsungkan kehidupan serta
mengurangi berbagai kesulitan, saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Tetapi,
karena berbagai faktor terjadilah pertikaian dan peperangan. Kedua, Al-Quran menjelaskan
bahwa salah satu tugas kenabian adalah meluruskan perselisihan yang terjadi di tengah umat
serta mengembalikannya kepada seruan Al-Quran. Ketiga, Quran menyebutkan tentang
dampak dan pengaruh persatuan. Misalnya, dengan persatuan, umat Islam akan mencapai
kemenangan serta kemuliaan. Selain itu, masih banyak sisi-sisi lainnya yang dijelaskan dalam
Al-Quran. Dengan terciptanya persatuan maka kemenangan dan kemuliaan umat Islam akan
tercipta sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Quran

Menurut saya, Al-quran mengajarkan bahwa kehidupan politik harus dilandasi dengan empat hal
yang pokok yaitu:

1. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat.


Surat an- Nisa ayat 58



Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.

2. Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil.


Allah SWT berfirman dalam surah al-Nis` ayat 135 sebagai berikut:



Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.
jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha
mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

3. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasu-Nya, dan ulil amri.
Surat An Nisa': 59
Ulil amri adalah para Imam dari Ahlul bait (as)


Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah, dan taatlah kamu kepada
Rasul-Nya dan Ulil amri kamu.9an Nisa: 59)

4. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.


Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan,
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan(Q.S-5:15).
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-
Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus(Q.S-5:16)

Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya memilih dan mengangkat seorang yang akan
diberi amanah untuk memegang kekuasaan politik. Yaitu orang tersebut haruslah:
1. Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur.
2. Seorang yang dapat dipercaya.
3. Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi.
4. Seorang yang cerdas.
5. Yang paling penting Anda seorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.

Secara naluriah manusia tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial pada hakikatnya adalah
anugerah yang diberikan oleh Allah SWT agar manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik.
Dalam faktanya manusia memiliki banyak perbedaan antara satu individu dengan individu
lainnya, di samping tentunya sejumlah persamaan. Perbedaan tersebut kalau tidak dikelola
dengan baik tentu akan menimbulkan konflik dan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari kenyataan tersebut perlu dicari sebuah cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan
kesatuan. Pendekatan terbaik untuk melakukan tersebut adalah melalui agama. Secara normatif
agama Islam lebih khusus Al-quran banyak memberi tuntunan dalam rangka mewujudkan
persatuan dan kesatuan.

2) Di antara prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Al-quran untuk mewujudkan persatuan


dan kesatuan bangsa adalah prinsip persamaan, persatuan dan tolong-menolong. Jelaskan
maksud masing-masing prinsip tersebut!
Rambu-rambu Jawaban Tugas 2) Sedangkan dalam soal nomor dua soalnya cukup jelas dan saya
kira mudah untuk dipahami. Yang harus Anda lakukan hanyalah membaca kembali poin-poin di
atas dan akan lebih baik setiap Anda menjelaskan pengertian prinsip-prinsip tersebut sertakan
pula dalil-dalil Al-quran.

Al-quran banyak memberi tuntunan dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan
dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Beberapa prinsip yang diajarkan Al-
quran untuk tujuan tersebut antara lain:
1. Prinsip persatuan dan persaudaraan.
Al-Quran menggambarkan persatuan dari berbagai sisi. Pertama, Al-Quran
mengisyaratkan bahwa kecenderungan untuk bersatu, merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari eksistensi manusia. Sejak umat pertama tercipta dan menghuni dunia, saat itu
pula keinginan untuk bersatu muncul. Manusia, dengan tujuan untuk melangsungkan kehidupan
serta mengurangi berbagai kesulitan, saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Tetapi,
karena berbagai faktor terjadilah pertikaian dan peperangan. Kedua, Al-Quran menjelaskan
bahwa salah satu tugas kenabian adalah meluruskan perselisihan yang terjadi di tengah umat
serta mengembalikannya kepada seruan Al-Quran. Ketiga, Quran menyebutkan tentang dampak
dan pengaruh persatuan. Misalnya, dengan persatuan, umat Islam akan mencapai kemenangan
serta kemuliaan. Selain itu, masih banyak sisi-sisi lainnya yang dijelaskan dalam Al-Quran.
Dengan terciptanya persatuan maka kemenangan dan kemuliaan umat Islam akan tercipta
sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Quran. Oleh sebab itu tidak ada alasan bagi kita untuk
tidak melakukan persatuan, sebab ancaman yang akan menghancurkan umat Islam sudah didepan
mata.

2. Prinsip persamaan.
Ayat di dibawah ini secara gamblang mendeskripsikan proses kejadian manusia. Dalam ayat
tersebut dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari pasangan laki-laki dan perempuan.
Kemudian dari pasangan tersebut lahir pasangan-pasangan lainnya.
Dengan demikian, pada hakekatnya, manusia itu adalah satu keluarga. Proses penciptaan yang
seragam itu merupakan bukti bahwa pada dasarnya semua manusia adalah sama. Karena itu,
manusia memiliki kedudukan yang sama.
Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi
Allah adalah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-HUjarat/49:13)

3. Prinsip kebebasan.
makna kebebasan dalam kacamata teologi Islam ialah manusia memiliki kebebasan dalam
memilih.Adanya pemberikan reward and punisment merupakan suatu indikasi bahwa manusia
itu bebas melakukan pilihan-pilihan. Semua keputusannya dalam melakukan pilihan-pilihan
tersebut akan ditunjukkan kepadanya pada hari kiamat nanti untuk dipertanggung jawabakan di
mahkamah (pengadilan) ilahi. Allah berfirman dalam QS.99 : 7-8 :
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan) nya pula.
Hal ini berarti bahwa dalam pandangan Islam, manusia bebas untuk memilih, bebas untuk
menentukan, karena pada akhirnya dia yang harus bertanggungjawab terhadap semua
perbuatannya ; karena itulah maka ada reward atau punishment dari Allah Swt.
Dengan demikian, makna kebebasan dalam konteks ini bukanlah kebebasan sebagaimana dalam
faham liberalisme yang tidak dikaitkan dengan masuliyah di akhirat. Kebebasan dalam Islam
bukan kebebasan mutlak , karena kekebasan seperti itu hanya akan mengarah kepada paradigma
kapitalis mengenai laisssez faire dan kebebasan nilai (value free). Kebebasan dalam pengertian
Islam adalah kekebasan yang terkendali (al-hurriyah al-muqayyadah).

4. Prinsip tolong-menolong.
Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Rasulullah SAW bersabda, ''Dunia ini hanya untuk
empat golongan manusia: (satu di antaranya) hamba Allah yang mendapat harta dan ilmu, lalu ia
bertakwa kepada Allah dalam mengelola hartanya tersebut, dan menyambung silaturahim, dan ia
sadar bahwa hartanya itu adalah hak Allah. Itulah kedudukan yang paling baik (bagi seorang
hamba Allah).''

Islam mengajarkan bahwa harta dan kekayaan mengandung fungsi sosial dan merupakan sumber
kehidupan bagi anggota masyarakat lainnya. Dalam rangka menegakkan dasar-dasar kehidupan
bersama serta mewujudkan tatanan sosial dan ekonomi berkeadilan, maka sangat diperlukan
semangat tolong-menolong di antara seluruh lapisan masyarakat. Pujangga Islam A Hamid Al
Chatib berkata, ''Persaudaraan dalam Islam takkan berdiri kecuali dengan jalan tolong-
menolong.''

Tolong-menolong yang dimaksud di sini tiada lain dalam konteks kebaikan dan ketakwaan
kepada Tuhan. Sebaliknya, Islam melarang tolong-menolong yang menjurus kepada dosa dan
permusuhan. Guru besar Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, Sayid Sabiq, ketika menjelaskan
makna ayat Alquran surat Al-Hujurat ayat 10 'Sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara', antara lain menulis, ''Arti persaudaraan di sini, yang kuat melindungi yang lemah,
yang kaya bersedia membantu yang miskin. Tidak ada arti lain bagi persaudaraan yang
dimaksudkan oleh Islam kecuali dengan kriteria di atas.'' (Anashirul Quwwah Fil Islam).

Dalam kaitan ini Islam menekankan pentingnya perbuatan kedermawanan atau filantropi, yaitu
kewajiban menunaikan zakat, sedekah sunah, infak, wakaf, hibah, hadiah, serta wasiat. Infak,
sedekah, dan zakat saling terkait satu sama lain. Infak secara umum artinya pengeluaran. Ini
adalah konsep besarnya. Infak terbagi dua, yaitu infak wajib, terdiri atas nafkah keluarga dan
zakat, dan infak sunat, yaitu sedekah.

Dalam surat Al-Baqarah, kewajiban menafkahkan harta di jalan kebajikan dinyatakan setelah
penegasan kebenaran Alquran, keimanan kepada Allah dalam kegaiban, kewajiban menegakkan
shalat, dan diteruskan, ''wa mimma razaqnaahum yun fiquun (dan menafkahkan sebagian rezeki
yang Kami karuniakan).'' (Al-Baqarah: 3).

Allah SWT berfirman, ''Dan barang siapa terpelihara dari kekikiran dirinya, maka merekalah
orang-orang yang beruntung.'' (Al-Hasyar: 9). Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW
mengenai sedekah yang paling utama, Rasulullah menjawab, ''Sedekah yang paling utama ialah
sedekah yang engkau berikan dalam keadaan sehat dan memerlukan harta, dan ketika engkau
khawatir jatuh miskin dan bercita-cita menjadi kaya.'' Wallahu a'lam bis shawab. (M Fuad Nasar)

5. Prinsip perdamaian.
Perdamaian dan hidup damai adalah cita-cita Islam dan prinsip yang telah ditanamkan ke dalam
jiwa tiap muslim sejak ia memancarkan sinarnya di atas bumi Allah ini. Perdamaian dan cinta
damai sudah menjadi bahagian dari hidup umat Islam dan menjadi bahagian dari aqidah yang
duah mendarah mendaging.

Islam sejak diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. menyebarkan benih perdamaian dan
mengajak umat manusia hidup damai dan rukun, bebas dari ketakutan dan bayangan peperangan
dan pertumpahan darah. Karenanya kampanye perdamaian yang didengung-dengungkan masa
kini, bukanlah hal baru dan bukanlah masalah yang asing bagi umat islam.

Arti kata Islam Bahwasanya kata Islam sebagai nama agama yang diwahyukan kepada Nabi
besar Muhammad saw. adalah berpangkal tolak dari kata Silim yang berarti damai, cukuplah
sebagai tanda betapa agama Islam menjunjung tinggi cita-cita perdamaian dan hidup damaia di
antara umat manusia.

Islam dan Salam dua kata yang bertemu dalam pengertian keamanan, ketenteraman dan
ketenangan dalam hidup seseorang dan hidup suatu umat. Kata Salam pun dalam kamus Islam
menjadi salah satu nama Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam, di samping nama-nama lain yang
disebut Asmaul Husna.

Nabi Muhammad saw. pembawa risalah islam, adalah juga pembawa bendera damai, karena
beliau membawa tuntunan, penerangan, kebaikan dan kebajikan kepada umat manusia. Ia
bersabda tentang dirinya;

Sesungguhnya aku hanya suatu rahmat yang dihadiahkan oleh Allah kepada umat manusia.
Sebagaimana juga difirmankan oleh Allah swt.:

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
(Al-Anbiya 107).

Kata Silim yang berarti damai berada di tiap ujung bibir orang Islam, diucapkannya pada tiap
kesempatan bertemu satu dengan yang lain, diucapkannya pada tiap melakukan shalat lima kali
sehari. Karena pemberian salam dengan mengucapkan Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh menjadi sunnah yang harus dilakukan oleh tiap muslim, bila ia bertemu dengan
sesama saudara muslimnya, bila ia masuk ke rumah, bila ia melalui suatu kelompok atau jamaah
muslimin bahkan di mana saja dan pada kesempatan apa saja harus salam Islam itu
dikumandangkan dan disebar luaskan. Bersabda Rasulullah saw.:

" " " " "

Sesungguhnya Allah menjadikan salam sebagai kata sambut menyambut bagi umat kita dan
keamanan bagi orang-orang dzimmi kita. Dan Berilah salam sebelum berbicara.

Seorang muslim bila ia berminajat kepada Tuhannya di dalam bershalat, ia wajib memberi salam
kepada Nabinya, dirinya dan kepada hamba-hamba Allah yang saleh. Demikian pula bila ia usai
dari shalatnya. Dan dalam medan perangpun jika seorang musuh mengucapkan salam, maka
pertempuran harus dihentikan. Firman Allah swt:

Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu
bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya). (An_nisaa 94).

Juga Allah telah menentukan cara salam penghormatan bagi sesama orang mukmin ialah
pemberian salam sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Allah berfirman:

Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-
Nya Ialah: Salam. (Al-Ahzab 44).

Demikian pula para malaikat yang masuk ke tempat orang-orang saleh mengucapkan salam,
sebagaimana firman Allah:

Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil


mengucapkan): "Salamun 'alaikum. (Ar-Rad 23-24).

6. Prinsip musyawarah.
Islam telah menganjurkan musyawarah & memerintahkannya dalam byk ayat dalam al-Quran,
ia menjadikannya sesuatu hal terpuji dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat & negara;
& menjadi elemen penting dalam kehidupan umat, ia disebutkan dalam sifat-sifat dasar orang-
orang beriman dimana keIslaman & keimanan mereka tdk sempurna kecuali dengannya,
ini disebutkan dalam surat khusus, yaitu surat as syuura, Allah berfirman: Dan (bagi) orang-
orang yg menerima (mematuhi) seruan Tuhannya & mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dgn musyawarat antara mereka; & mereka menafkahkan sebagian dari rezki yg
kami berikan kpd mereka. (Al Quran Surat: as Syuura: 38)
Oleh karena kedudukan musyawarah sangat agung maka Allah Subhanahu wa taala menyuruh
rasulnya melakukannya, Allah berfirman: Dan bermusyawaratlah dgn mereka dalam urusan
itu. (Al Quran Surat: Ali Imran: 159)

3) Musyawarah adalah salah satu cara yang sangat dianjurkan oleh agama Islam dalam
memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat. Bagaimana pandangan Islam
tentang musyawarah dan apa kaitannya dengan usaha mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa?
Rambu-rambu Jawaban Tugas 3
Dalam soal yang ketiga ini khusus prinsip musyawarah harus Anda pahami. Cara menjawabnya
Anda dapat memulainya dari menjelaskan pengertian musyawarah dari segi bahasa, kemudian
menurut istilah dan teruskan dengan menjelaskan tentang arti penting musyawarah dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang baik untuk dapat mewujudkan
persatuan dan kesatuan

Ketika menghadapi perang Badar, Rasul bermusyawarah dengan kaum Muhajirin dan Anshar,
setelah sepakat barulah Beliau dan pengikutnya menuju ke medan perang. Setelah tiba di medan
perang timbul musyawarah kedua. Para sahabat semua tahu bahwa hal-hal yang berhubungan
dengan ibadah murni mereka akan taat dan patuh kepada perintah Rasullullah, namun sebaliknya
terhadap perintah yang bukan bersifat ibadah murni seperti siasat perang misalnya mereka
akan balik bertanya kepada Rasul. Demikian yang dilakukan oleh Al Habbab Bin Al Munzir,
ketika Rasullullah memerintahkan berhenti para pasukan pada tempat yang jauh dari sumber air.
Lalu Habbab bertanya kepada Rasul: Apakah perintah berhenti di tempat ini datang dari Allah
SWT yang tidak mungkin kami bantah atau perintah ini hanyalah pendapat pribadi dalam rangka
berperang dan siasat. Rasul menjawab: ini semata-mata pendapat pribadi. Habbab berkata lagi:
Kalau begitu ya Rasullullah tempat ini tidak pantas sebagai tempat berhenti pasukan, lebih baik
kita berhenti yang dekat dengan sumber air sebelum diduduki musuh. Rasul menjawab, pendapat
Habbab sangat tepat, lalu Rasul memerintahkan seluruh pasukan untu berpindah ke tempat yang
ditunjuk Habbab al Munzir.

Setelah perang Badar usai dan mendapat kemenangan yang mampu menawan pasukan musuh
sebanyak 70 orang, Rasul bermusyawarah dengan para sahabat tentang perlakuan terhadap para
tawanan dengan pilihan; dibebaskan semuanya, dibunuh semuanya atau diberikan kebebasan
untuk menebus diri mereka. Tegasnya seluruh perintah yang bukan wahyu dan yang menyangkut
kepentingan orang banyak Rasul berpesan: Antum `alamu bi umuri dunyakum (Kamu lebih
mengetahui tentang urusan dunia kamu).

Pelaksanan hasil musyawarah pula dalam Alquran Allah berfirman: Dan bermusyawarahlah
kamu dengan mereka dalam urusan itu, maka apabila telah bulat hatimu, maka bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal. Dengan perkataan
lain bahwa apabila keputusan hasil musyawarah telah disepakati maka dengan ketetapan hati
keputusan itu harus dilaksanakan dengan menyerahkan diri kepada Allah. Ironinya dalam
kehidupan kita meski keputusan telah diambil dengan kesepakatan bersama, namun tak jarang
hasilnya tidak berani dijalankan. Hal ini persis seperti musyawarah tikus untuk mengetahui
kedatangan kucing-musyawarah itu digelar dengan satu kata putus yaitu dengan cara mengikat
lonceng di leher kucing. Namun ketika hasil musyawarah ini hendak dijalankan tidak seekor pun
para tikus yang bersedia mengikat lonceng di leher sang kucing---tentunya sebuah keputusan
yang sia-sia.

Untuk mempertegas ayat di atas, kita ikuti musyawarah Rasullullah dalam menghadapi perang
Uhud. Rasul bermusyawarah dengan segenap pasukan muslim untuk menetapkan apakah musuh
dihadapi dalam kota atau diluar kota. Rasul pribadi dan sebagian para sahabat berpendapat
sebaiknya musuh dihadapi di dalam kota. Sebaliknya sebagian yang lain dan kebanyakan suara
dari kalangan para pemuda berpendapat supaya musuh dihadapi di luar kota, pendapat ini
didukung oleh massa terbanyak. Akhirnya Rasul memutuskan untuk melawan musuh di luar
kota. Sesudah Rasul memakai pakaian perang para pemuda yang membuat usul untuk
menghadapi musuh di luar kota mencabut usulnya dan mendukung pendapat Rasul yaitu
berperang di dalam kota dengan mempergunakan segala sumber daya yang ada, fasilitas kota
yang istilah sekarang sering disebut dengan istilah perang semesta. Hal itu ditolak Rasul
dengan mengatakan: Tidak layak bagi seorang Nabi apabila telah memakai pakaian perang lalu
menanggalkannya kembali sebelum Allah memberi putusan antara diri dan musuhnya.
Perhatikanlah apa yang saya perintahkan kepadamu dan turutilah dia dan kemenangan pasti
berpihak kepadamu selama kamu tetap sabar

Semua kita wajib melaksanakan semua ketetapan yang telah diputuskan apa pun risikonya.
Intinya adalah syura telah menjadi dasar utama dalam pemerintahan sebuah negara, inilah dasar
politik pemerintahan dan masyarakat dalam perang dan damai. Dalam Surat Asyura ayat 38
Allah berfirman: Dan orang-orang yang memperkenankan perintah Tuhan mereka dan
mendirikan shalat dan segala urusan mereka dan bermusyawarahlah diantara mereka dan mereka
menginfaqkan apa yang telah kami berikan.
Ayat ini memberi gambaran bahwa musyawarah pasti timbul dengan adanya jamaah. Setiap
muslim wajib menjunjung tinggi panggilan Tuhannya lalu mengerjakan shalat bersama-sama.
Mengerjakan shalat berjamaah harus selalu diawali dengan musyawarah, terutama dalam
menetapkan imam yang memimpin shalat berjamaah, dan dengan sabar para jamaah mau
menginfaqkan hartanya untuk kemashlahatan.

Waktu di Mekkah kaum Muslim merupakan kelompok kecil, maka timbullah musyawarah dalam
skala kecil, dan setelah di Madinah, umat Islam telah berubah menjadi kelompok besar, maka
timbullah musyawarah dalam skala besar, masyarakat yang masih terbatas dalam kota Madinah
musyawarah dilaksanakan dalam Masjid Rasul. Rasul menganjurkan untuk terus
bermusyawarah-sampai kepada masyarakat paling kecil sekalipun seperti sekelompok orang
melakukan perjalanan untuk mengangkat seorang amir atau ketua rombongan dengan
musyawarah. Demikian pula dengan Khalifah setelah Rasullullah mengangkat amir atau wali di
wilayah Islam dengan kewajiban antara lain menghidupkan kembali sistem aturan musyawarah
ini.

Pertumbuhan dan perkembangan musyawarah Islam hampir sama dengan pertumbuhan


demokrasi di kota-kota Yunani kuno di mana pemungutan suara dilakukan secara langsung
kemudian demokrasi itupun berkembang sesuai zaman dan tempat, ruang dan waktu. Yang
sangat penting perlu diketahui bahwa Rasul tidak meninggalkan wasiat yang rinci tentang sistem
dan cara menyusun serta melaksanakan demokrasi itu. Padahal dengan ilham Allah Rasul telah
mengetahui sepeninggal beliau Islam akan berkembang ke segenap penjuru dunia. Allah dan
Rasulnya tidak mengikat kita dengan salah satu sistem demokrasi yang ada--karena sistem ini
akan berkembang dan terus berubah. Sebagai bahan perbandingan, bahwa Rasullullah SAW
dalam bermusyawarah telah memakai Menteri utama yaitu Abubakar dan Umar Bin Ibn Khattab
dan Menteri utama tingkat dua yaitu usman Ibn Affan dan Ali Bin Abi Thalib--kemudian ada
Menteri berenam: Saad bin Abi Waqqas, Abu Ubaidah, Zubair bin Awwan, Thalhah bin
Ubaidillah, Abdurrahman Bin Auf dan Said bin Al-ash.
Dengan demikian, karena Islam tidak mengikat dengan salah satu sistem demokrasi maka
masing-masing masyarakat Muslim bebas memilih sistem apa yang paling sesuai dengan
masyarakatnya.
Hal itu adalah musyawarah yang dibuat oleh manusia, untuk bermusyawarah dalam system
pemerintahannya dengan dirinya sendiri, sedangkan musyawarah dalam Islam adalah tukar
pendapat antara orang-orang yang mempunyai pemikiran yang cerdas dari ahlul halli wal
aqdi, untuk sampai pada keputusan terbaik dalam menerapkan hukum Allah atas manusia.Oleh
karena itu masyarakat dalam Islam sangat mulia, karena ia adalah perintah Allah, tidak boleh
bagi penguasa menghapusnya untuk memaksakan kekuasaannya pada manusia:

(Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.) ((QS. Ali Imran: 156)
(Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; )
((QS. Asssyuura: 38)
sedangkan dalam Negara yang menggunakan undang-undang buatan manusia, seorang penguasa
boleh membekukan konstitusi, dan memberlakukan hukum darurat dengan alasan keamanan,
disinilah terjadi sikap otoriter dan kezaliman.
Oleh karena musyawarah dalam Islam bersumber dari Tuhan, maka pemimpin muslim yang
bertakwa tidak akan merasa gusar jika mendengar kritikan dari rakyat yang mana saja, ia akan
menerimanya dengan lapang dada dan menjawabnya dengan kebesarah jiwa, sebagaimana yang
dikatakan oleh Umar bin Khattab kepada seorang wanita yang membantahnya dalam masalah
pembatasan Mahar: "Umar salah dan wanita ini benar"

Pentingnya masalah musyawarah dalam pandangan Islam sehingga satu di antara 114 surat
dalam AlQuran bernama Assyura artinya musyawarah. Surat Assyura bersifat Makkiyah
artinya Surat ini diturunkan di Mekkah ketika kaum muslimin masih merupakan kelompok
minoritas di tengah-tengah kesombongan kaum musyrikin Quraisy yang mayoritas.

Anda mungkin juga menyukai