Anda di halaman 1dari 6

Momentum lahir Pancasila sangat tepat kita renungkan, terlebih di bulan Ramadhan.

Dimana Pancasila juga lahir di bulan Ramadhan. 17 Agustus 1945 bertepatan jatuh pada tanggal
9 Ramadhan. Kemudian, Pancasila disusun.Sudah tidak tepat lagi kita merubah ideologi negara
kita (Pancasila) dengan ideologi lainnya. Founding Father kita sudah melakukan pemikiran,
penajaman, istikharah, dan meyakini bahwa Pancasila adalah ideologi yang tepat untuk negara
Indonesia

Pancasila, adalah salah satu karunia Ilahi yang diberikan kepada bangsa Indonesia agar
berhasil meraih persatuan dan kesatuan. Pancasila dan ayat-ayat dalam al-Quran seakan
terhubung. Bangsa kita yang berbeda-beda agama dan kepercayaan, berbeda-beda suku dan
bahasa, dapat tegak di atas satu landasan filosofis tersebut. Namun pada kenyataannya, ada
sebagian kelompok warga negara Indonesia yang menentang dengan tegas rumusan Pancasila
sebagai ideologi negara. Mereka berpendapat bahwa Pancasila tidak dapat dijadikan sebagai
ideologi dan dasar negara. Ayat-ayat Pancasila Ada juga kelompok yang mengusung ideologi
Islam karena mereka menginginkan penanaman nilai-nilai Islam dalam setiap sendi kehidupan
secara menyeluruh. Ada upaya menemukan ayat-ayat Pancasila dalam al-Quran. Ditambah lagi
dengan isu kebangkitan paham komunis di tengah-tengah masyarakat juga menambah jumlah
golongan yang menentang ideologi ‘Negara Pancasila‘.
1.Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam sila pertama, Pancasila sebenarnya membawa konsep tauhid dan toleransi
beragama. Hal ini juga pasti senada dengan ajaran agama Islam. Allah Ta’ala berfirman :

‫ص َمدَ*ل ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد* َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬
َّ ‫قُلْ ه َُو هَّللا ُ أَ َح ٌدالهَّلل ُ ال‬

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan Dia”. (QS.al-Ikhlas:1-4) Dijelaskan lebih lanjut oleh Ibnu Katsir
bahwa Allah yang pertama dan Esa, tidak ada tandingan dan pembantu, tidak ada yang setara dan
tidak ada yang menyerupaiNya dan tidak ada yang sebanding denganNya. Kata Esa ini tidak
digunakan untuk menetapkan pada siapapun selain pada Allah, karena Dia Maha Sempurna
dalam seluruh sifat-sifatNya dan perbuatan-perbuatanNya.

2.Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Dalam sila kedua ini, Pancasila membawa konsep manusia yang beradab untuk
membangun peradaban dan menghapuskan kebiadaban. Hal ini juga sepaham dengan ajaran
agama Islam yang senantiasa mencerahkan peradaban manusia. Allah Ta’ala berfirman :

‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َعا َرفُوا إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS.al-Hujurat:13) Salim Bahreisy menjelaskan bahwa menurut konsepsi Qur’ani, perbedaan
warna kulit, suku dan bangsa adalah berguna untuk saling kenal mengenal. Perbedaan itu tidak
dimaksudkan untuk pertentangan saling mengunggulkan satu dengan yang lain. Namun,
perbedaan itu justru dimaksudkan untuk saling tolong-menolong dan saling gotong-royong di
dalam melaksanakan kepentingan bersama. Ayat-ayat Pancasila dalam Al-Quran memuat nilai
ini. Perbedaan apapun bentuknya, di hadapanNya tidak berharga sama sekali. Oleh sebab itu,
Allah menilai kehormatan dan kemuliaan seseorang hanya berdasar amal perbuatan yang
namanya takwa.
3.Persatuan Indonesia

Dalam sila ketiga ini, Pancasila membawa konsep bangsa Indonesia yang menjaga
persatuan dan kesatuan apapun kondisinya. Hal ini juga selaras dengan ajaran agama Islam,
yakni menjaga dan mempererat ukhuwah. Allah Ta’ala berfirman :

َ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَ أَخَ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara


kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS.al-
Hujurat:10) Dalam tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an dijelaskan bahwa ayat ini
menjelaskan perlunya melakukan perdamaian antara dua kelompok orang mukmin yang
berperang. Hal itu perlu dilakukan sebab sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Itu
untuk yang berperang, apalagi untuk kita yang tidak berperang, lebih wajib untuk menjaga
ukhuwah.

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

Dalam sila keempat ini, Pancasila membawa konsep musyawarah dalam setiap kondisi
untuk menyelesaikan permasalahan. Hal ini juga sejalan dengan ajaran agama Islam yang
mengedepankan musyawarah dibanding perdebatan. Allah Ta’ala berfirman :

ِ ‫ًظًّ„ا َغلِيظَ ْالقَ ْل‬


ِ ‫ب ال ْنفَضُّوا ِم ْن َحوْ لِكَ فَاعْفُ َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬
‫اورْ هُ ْم فِي األ ْم ِر‬ ƒ َ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ هَّللا ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم َولَوْ ُك ْنتَ ف‬
َ‫فَإ ِ َذا َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكلِين‬

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya. “ (QS.al-Imran:159) Dalam tafsir as-Sa’di dijelaskan bahwa sarana
dakwah yang ampuh dapat menarik manusia ke dalam agama Allah adalah akhlak mulia. Oleh
karena itu, Nabi Muhammad menggabungkan antara sikap memaafkan dan ihsan. Maksudnya
dalam setiap urusan membutuhkan adanya musyawarah, pemikiran yang matang dan pandangan
yang tajam.
5.Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam sila kelima ini, Pancasila membawa keadilan dan persamaan dalam seluruh lini
bagi segenap bangsa Indoensia. Hal ini juga pasti senada dengan ajaran agama Islam yang begitu
menekankan prinsip keadilan dan equality dalam kehidupan. Nabi Muhammad memahami benar
bahwa masyarakat Arab harus menghilangkan ketidakadilan sosial dan harus menghapuskan
kelas-kelas yang mempunyai hak istimewa di dalam masyarakat. Beliau menganggap bahkan
dirinya sendiripun sebagai umat manusia yang biasa, sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya
aku adalah manusia sebagaimana kamu semua. Laki-laki dan wanita, majikan dan hamba sahaya,
serta raja dan rakyatnya mempunyai hak yang sama di hadapan Allah dan hukum.”. Dengan kata
lain, semuanya mempunyai hak sosial yang sama. Hal ini cukup terlihat di dalam Shalat yang
biasa dilakukan sehari-hari ketika orang berkedudukan rendah dan tinggi, kaya dan miskin,
berdiri berdampingan di hadapan Dzat yang Maha Tinggi. Di bawah sistemnya, seorang budak
memperoleh hak yang sama sebagai warga negara dan sebagai manusia yang merdeka. Hal ini
sebagaimana disebutkan pada firman Allah Ta’ala :

‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َعا َرفُوا إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِير‬

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS.al-Hujurat:13) Selain itu, konsep keadilan ekonomi di dalam islam juga tergambar jelas
dalam ajarannya untuk berzakat, infaq, waqaf, memberi makan orang miskin, peduli kepada
yatim dan lain sebagaianya.
Pancasila Sejalan dengan Al-Quran Semua uraian tentang ayat-ayat Pancasila di atas
begitu membuktikan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Setiap esensi nilai
Pancasila juga tergambar pada esensi ajaran Islam. Maka, mulai sekarang kita hendaknya
hentikan penabrakan Pancasila dan Islam. Keduanya dapat kita jalankan bersamaan untuk
mencapai tujuan bernegara dan beragama yang sebenar-benarnya. Jadi sangat clear, bahwa
agama, khususnya agama Islam yang berbenturan dengan Pancasila. Bahkan dari ayat-ayat suci
Al-Qur’an di atas, agama Islam sangat menjiwai dan melekat dalam sila-sila Pancasila.

Bangsa kita ini bangsa yang religius. Sekaligus juga Pancasilais. Jadi, Pancasila itu hidup,
karena diwarnai dan diisi oleh nilai-nilai agama. Agama itu mempersatukan. Pancasila juga.
Agama butuh keyakinan. Pancasila juga sama. Agama butuh pengamalan. Begitu juga Pancasila
butuh diaktualisasikan dan diimplementasikan.Membenturkan agama dengan Pancasila, adalah
merupakan sebuah kekeliruan, yang tak bisa dimaafkan. Apalagi itu, dilakukan oleh orang yang
mengaku ilmuwan.Seorang intelektual, tak akan berkata sembarangan dan serampangan. Apa
yang dikatakannya, akan terlebih dulu dipikir dan dipertimbangkan matang-matang. Karena jika
salah ucap, dampaknya akan besar.Tak usah membenturkan agama dengan Pancasila. Tak usah
merusak hubungan Pancasila dengan agama. Selama ini, tak ada masalah antara agama dengan
Pancasila. Yang salah adalah, cara pandang seseorang terhadap agama dan Pancasila.

Pancasila tanpa nilai-nilai agama akan redup, tak bersinar, dan tak memiliki jiwa dan roh.
Dengan agamalah, Pancasila menjadi ideologi penggerak, pendobrak, pemersatu, dan
pencerah.Tanpa nilai-nilai agama, Pancasila akan hampa. Hanya akan menjadi ideologi mati.
Karena agamalah, Pancasila menjadi hidup, memiliki nyawa, dan menjadi ideologi
universal.Bersyukur kita punya Pancasila, yang dilandasi dan didasari oleh nilai-nilai agama.
Dan bersyukur kita punya Pancasila. Karena kita masih bisa bersatu. Tanpa Pancasila kita akan
mudah berseteru.Tanpa nilai-nilai agama, Pancasila akan hampa. Hanya akan menjadi ideologi
mati. Karena agamalah, Pancasila menjadi hidup, memiliki nyawa, dan menjadi ideologi
universal.Tanpa Pancasila kita akan mudah berseteru. Tak ada ajaran agama Islam, yang
bertentangan dengan Pancasila. Justru Pancasila terilhami oleh ajaran agama yang rahmatan lil
alamin.

Jika agama dikecilkan dan dibenturkan dengan Pancasila, itu merupakan pikiran tak
mendasar. Dengan argumentasi apapun, dengan fakta dan data apapun, dan dengan pembenaran
apapun, agama tak pernah memiliki persoalan dengan Pancasila. Bahaya jika agama disalahkan.
Tak berdasar jika agama, dijadikan kambing hitam dan sumber kesalahan. Justru agamalah yang
menjadi benteng keyekinan pada Allah SWT. Dan pembangun silaturahmi dengan sesama
manusia.Agama menjadi alat kontrol, agar kita tak berbuat seenaknya. Karena agama melarang
kita melakukan yang haram. Pancasila juga harusnya, menjadi alat pengingat dan perekat, disaat
kita tak saling tegur sapa dan bermusuhan.

Pancasila itu lahir atas dasar agama. Oleh karena itu, di Negara ini. Hanya warga negara
yang percaya pada Tuhan, yang dijamin oleh negara untuk bisa hidup secara
berdampingan.Agama itu sangat agung dan mulia. Ketika kita yakini dan implementasikan, maka
agama akan menjadi pegangan. Agama hasil kreasi Tuhan. Pancasila hasil kreasi manusia.
Namun agama dan Pancasila sama sekali tak bertentangan. Karena manusia itu merupakan
penyembah Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai