Anda di halaman 1dari 19

KETERKAITAN PANCASILA DALAM PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Muhammad Bagus Ananda

D1A020221

Agroekoteknologi (Kelas H)

Fakultas Pertanian
PENDAHULUAN

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya (narkoba) di Indonesia beberapa


tahun terakhir ini menjadi masalah serius dan telah mencapai masalah keadaan yang
memperihatinkan sehingga menjadi masalah nasional. Korban penyalahgunaan narkoba telah
meluas sedemikian rupa sehingga melampaui batas-batas strata sosial, umur, jenis kelamin.
Merambah tidak hanya perkotaan tetapi merambah sampai pedesaan dan melampaui batas negara
yang akibatnya sangat merugikan perorangan, masyarakat, negara, khususnya generasi muda.
Bahkan dapat menimbulkan bahaya lebih besar lagi bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya
bangsa yang pada akhirnya dapat melemahkan ketahanan nasional.

Maraknya peredaran narkotika di masyarakat dan besarnya dampak buruk serta kerugian
baik kerugian ekonomi maupun kerugian sosial yang ditimbulkannya membuka kesadaran berbagai
kalangan untuk menggerakkan ‟perang‟ terhadap narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya
(narkoba). Di bidang hukum, tahun 1997 pemerintah mengeluarkan 2 (dua) Undang–Undang yang
mengatur tentang narkoba, yaitu Undang–undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan
Undang–undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Kedua undang-undang tersebut
memberikan ancaman hukuman yang cukup berat baik bagi produsen, pengedar, maupun
pemakainya.
Latar Belakang
Maraknya narkotika dan obat-obatan terlarang telah banyak mempengaruhi mental
dan sekaligus pendidikan bagi para remaja saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini
bergantung sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkoba. Sebagai
makhluk tuhan yang maha esa, seharusnya kita selalu berfikir jernih tentang bahaya yang
ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, serta memerangi kesia-
siaan yang diakibatkan oleh narkoba.Narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang
bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan,
dan pada sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan
tanpa pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama. Zat-zat narkotika yang semula
ditunjukkan untuk kepentingan pengobatan, namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, jenis-jenis narkotika dapat diolah sedemikian banyak serta dapat pula disalahgunakan
fungsinya.Peningkatan pengawasan dan pengendalian sebagai upaya mencegah dan memberantas
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba sangat diperlukan, karena kejahatan di bidang ini
semakin berkembang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sebagai contoh masyarakat di
Kawasan Ciledug resah akibat ulah sindikat narkoba yang hilir mudik edarkan narkoba. Hasilnya,
petugas menangkap tiga pelajar SMA yang hendak mengedarkan ganja seberat 7,5 kg. Berdasarkan
contoh kasus tersebut bahwa pengedar atau bandar narkoba yang selama ini sudah dipenjara di LP
Jakarta masih bisa mengendalikan orang untuk mengedarkan barang haram atau narkoba tersebut
untuk diperjualbelikan. Tindak pidana narkoba pada umumnya tidak dilakukan oleh perorangan
secara berdiri sendiri, tetapi dilakukan secara bresama-sama bahkan dilakukan oleh sindikat yang
terorganisasi secara mantap, rapi, dan sangat rahasia. Tindak pidana narkoba yang telah
berkembang menjadi kejahatan yang bersifat transnasional yang dilakukan dengan menggunakan
modus operandi dan teknologi yang canggih, termasuk pengamanan hasil-hasil tindak pidana
narkoba. Perkembangan kualitas tindak pidana narkoba tersebut sudah menjadi ancaman yang
sangat serius bagi kehidupan umat manusia, khususnya generasi muda, bahkan dapat menimbulkan
bahaya yang lebih besar lagi bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa. Bahaya penyalahgunaan
narkoba di kalangan generasi muda merupakan suatu gejala sosial dalam masyarakat yang
membawa dampak di segala aspek kehidupan.Sebagian besar diantaranya adalah anak-anak usia
remaja. Dalam perkembangan masyarakat belakangan ini terdapat beberapa hal yang kian
mendorong akselerasi merajalelanya organisasi-organisasi kejahatan atau sindikat peredaran
narkotika tersebut untuk memperluas jaringan dan bergerakmelintasi negara atau bersifat
internasional, utamanya yang menyangkut adanya kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi
sehingga memudahkan mobilitas manusia keseluruhan dunia, di samping itu, karena keuntungan
yang menjanjikan tersebut berpengaruh terhadap upaya organisasi-organisasi kejahatan atau
sindikat peredaran narkotika untuk memasuki ke semua wilayah dunia dan semua lapisan
masyarakat. Sebagai ideologi, nilai-nilai Pancasila sudah menjadi budaya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan benegara di Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman dan
kemajuan teknologi saat ini, nilai-nilai luhur Pancasila diindikasikan mulai dilupakan masyarakat
Indonesia. Adapun perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai luhur Pancasila, salah satunya
adalah penyalahgunaan narkoba. Penyimpangan tersebut tidak sejalan dan bahkan bertentangan
dengan ajaran yang terkandung di dalam Pancasila. Pancasila merupakan nilai-nilai luhur budaya
bangsa yang dapat dijadikan pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai kemajuan
dalam hidup berbangsa dan bernegara. Sudah selayaknya, bangsa Indonesia mengembangkan
dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
mewujudkan cita-cita bangsa.
Rumusan Masalah
Perumusan masalah dibuat dengan tujuan untuk memecahkan masalah pokok yang timbul secara
jelas dan sistematis. Perumusan masalah digunakan untuk menegaskan masalah-masalah yang
akan diteliti, sehingga akan lebih memudahkan dalam penelitian yang dilakukan dan akan sesuai
sasaran yang diterapkan.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengertian Narkoba
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba
3. Pengaturan Narkoba dalam Perundang-undangan
4. Keterkaitan Narkoba Terhadap Nilai-nilai Pancasila
5. Bahaya Narkoba bagi Remaja dan Penanggulangannya
Tinjauan Pustaka

1.1 Penyalahgunaan Narkoba

Narkotika dan Obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau Narkotik, Psikotropika, dan Zat
Aditif (NAPZA) adalah bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau
psikologi seseorang (pikiran, perasaan, dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan
fisik dan psikologi. Narkotika menurut UU RI No 22/1997, yaitu zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Bahaya menyalahgunakan narkoba sangat besar,
bukan hanya merusak tubuh, tetapi juga masa depan. Penyalahgunaan narkoba mengakibatkan
rusaknya organ tubuh selain itu juga menimbulkan penyakit yang berbahaya sulit untuk
disembuhkan, seperti kanker, paru, HIV/AIDS, hepatitis, bahkan penyakit jiwa.

1.2 Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi, maka dalam masa remaja seakan-akan anak
berpijak pada dua kutub, yaitu masa anak yang akan ditinggalkan dan masa dewasa yang akan
dimasuki. Masa remaja juga mempunyai ciri-ciri tersendiri yaitu adanya perubahan-perubahan
yang menonjol baik dalam jasmani dan rohani dalam psikisnya. Perubahan dalam segi jasmani,
pada masa ini mulai bekerjanya hormon-hormon seksual, sehingga anak, misalnya anak wanita
mulai menstruasi dan anak laki-laki mengeluarkan sperma dan sebagainya. Remaja dalam kamus
bahasa Indonesia diartikan dengan mulai dewasa, sudah sampai pada untuk kawin. Istilah remaja
dalam bahasa Indonesia disebut juga pubertas. Pubertas berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari
kata puberty yang mempunyai arti remaja. Dikatakan bahwa remaja adalah manusia pada usia
tertentu yang sedang dinamik, sehingga dalam usia tersebut remaja banyak dihadapkan oleh
masalah yang timbul baik itu berasal dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya.
Terjadinya pemakaian narkotika di kalangan remaja sangat banyak disebabkan oleh
pergaulan yang terjadi di kalangan remaja itu sendiri. Hal ini disebabkan karena dalam usia
remajalah seseorang biasanya ingin mengetahui sesuatu, dengan jalan mencoba-coba sesuatu
yang baru tanpa memikirkan akibatnya kelak.

1.3 Sosialisasi

Sosialisasi sebagai proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan, kemampuan dan dasar
yang membuat mereka mampu atau tidak mampu menjadi anggota dari suatu kelompok.
Pengertian ini memandang sosialisasi sebagai suatu proses belajar dimana individu belajar dan
mendapatkan nilai dari kelompok-kelompok yang dimasukinya. Sosialisasi juga merupakan
suatu kemampuan individu untuk dapat berinteraksi secara baik dengan lingkungan dan
memperoleh nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungannya. Sosialisasi ini dipengaruhi oleh
lingkungan dimana seseorang itu berada Melalui proses sosialisasi, setiap individu belajar
mengetahui dan memahami tentang tingkah laku mana yang harus dilakukan dan yang tidak
harus dilakukan di dalam masyarakat, dan mengetahui peranan masing-masing. Jadi, ketertiban
sosial itu tidak terwujud dengan sendirinya (secara kodrati), tapi harus ada proses transfer nilai
dan norma sosial melalui proses sosialisasi. Setiap individu dalam masyarakat yang berbeda,
mengalami proses sosialisasi yang berbeda pula, karena proses sosialisasi banyak ditentukan oleh
susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Jadi, sosialisasi dititikberatkan
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena itu,
proses sosialisasi melahirkan kepribadian seseorang terhadap diri sendiri dan memandang adanya
pribadi orang lain di luar dirinya.
Tanpa mengalami proses sosialisasi yang memadai, maka nyaris mustahil individu dapat
hidup sewajarnya dalam masyarakat karena ia takkan memiliki pemahaman mengenai nilai dan
norma sosial yang berlaku sehingga pada akhirnya mengalami kesulitan menyesuaikan pola
perilakunya.

1.4 Faktor Sosialisasi

Faktor yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat di mana
seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa. Ada
beberapa media sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, sekolah, dan media
massa.

1.4.1 Keluarga

Pada awal kehidupan manusia, agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara
kandung. Namun, dalam masyarakat yang mengenal sistem keluarga luas, agen sosialisasi juga
mencakup paman, bibi, kakek, dan nenek. Keluarga merupakan institusi paling penting
pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi
yang dimiliki oleh keluarga. Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap
muka di antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya.
Kedua, orang tua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga
menimbulkan hubungan emosional. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan
sendirinya orang tua mempunyai peranan yang penting terhadap proses sosialisasi anak.

1.4.2 Kelompok Bermain

Kelompok bermain merupakan agen sosialisasi yang pengaruhnya besar dalam


membentuk pola-pola perilaku seseorang, baik yang berasal dari kerabat, tetangga, maupun
teman sekolah. Di dalam kelompok bermain, individu akan mempelajari berbagai kemampuan
baru yang berbeda dengan apa yang mereka pelajari dari keluarganya, mempelajari nilai-nilai
dan norma-norma, kultural, peran, dan semua persyaratan lainnya yang dibutuhkan individu
untuk memungkinkan partisipasinya efektif di dalam kelompoknya.
1.4.3 Sekolah

Di sini seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga ataupun
kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkannya untuk penguasaan peran-peran baru di
kemudian hari, di kala seseorang tidak tergantung lagi pada orangtuanya. Sekolah merupakan
suatu peralihan antara keluarga dan masyarakat. Sekolah memper- kenalkan aturan baru yang
diperlukan bagi anggota masyarakat, dan aturan baru tersebut sering berbeda dan bahkan dapat
bertentangan dengan aturan yang dipelajari selama sosialisasi berlangsung di rumah. Melalui
lembaga pendidikan ini, individu diasah kecerdasan dan keahliannya. Dalam lingkungan
pendidikan, sosialisasi lebih diarahkan pada penanaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan
moralitas. Disinilah seorang peserta didik dikenalkan dengan nilai dan norma yang bersifat
resmi.

1.4.4 Media Massa

Media massa merupakan media sosialisasi yang kuat dalam membentuk keyakinan-
keyakinan baru atau mempertahankan keyakinan yang ada. Proses sosialisasi melalui media
massa, ruang lingkupnya lebih luas dari media sosialisasi yang lainnya. Media massa yang terdiri
dari media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, film, internet)
merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Iklan-iklan yang
ditayangkan media massa, misalnya, menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi, bahkan
gaya hidup warga masyarakat. Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media massa dapat
mengarahkan khalayak ke arah perilaku prososial dan antisosial, menyampaikan informasi
terkini, menyebarluaskan nilai-nilai budaya yang dimiliki masyarakat, memperkenalkan
masyarakat dengan nilai dan norma yang dianut bangsa-bangsa atau masyarakat di belahan dunia
lain sehingga dapat membantu terjadinya perubahan sosial.
Pembahasan

2.1 Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Yaitu semua zat
padat, cair, maupun gas yang dimasukkan ke dalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan
struktur tubuh secara fisik maupun psikis tidak termasuk makanan, minuman, dan oksigen
dimana dibutuhklan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal. Menurut pakar kesehatan,
narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius
pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu
disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.

Narkoba di bagi menjadi 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktiftif
lainya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa golongan.

A.    Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman , baik
sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan penuruna atau perubahan kesadaran dan
hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan :
1.    Narkotika golongan I adalah yang paling berbahaya ,memiliki daya adiktif sangat tinggi
sehingga tidak boleh di gunakan untuk kepentingan apa pun,kecuali penelitian atau ilmu
pengetahuan. Contohnya adalah ganja, heroin, kokain, morfin, opium,dll.
2.    Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian.Contohnya adalah petidin dan turunannya , benzeditin,
betametadol,dll.
3.    Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian . Contohnya adalah kodein dan turunannya.
Berdasarkan cara pembuatannya,narkotika di bedakan menjadi :
 Narkotika alami ; adalah narkotika yang zat adiktif diambil dari tumbuh-tumbuhan
(alam),seperti: ganja , hasis,koka,opium.
 Narkotika semisintesis ; adalah narkotika alami yang di olah dan di ambil zat adiktif agar
memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat di manfaatkan untuk kepentingan kedokteran
,seperti : morfin ,kkodein,kokain.
 Narkotika sintetis: adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia ,di gunakan untuk
pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan narkoba ,seperti:
petidin,methadon naltrexon.

B.    Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis (bukan narkotika) yang
bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan tingkah laku.
Berdasarkan ilmu farmakologi ,psikotropika di kelompokkan ke dalam 3 golongan, yaitu :
1.Kelompok depresan /penekan saraf pusat/penenang/obat tidur,contohnya:
valium,Bk,megadon,dll.jika di minum akan memberikan rasa
tenang,mengantuk,tentram,damai,juga menghilangkan rasa takut dan gelisah.
2.Kelompok stimulant /perangsang saraf pusat anti tidur,contihnya : amfetamin,ekstasi,dan
shabu. Jika di minum akan mendatangkan rasa dan tidak merasa lapar
3.Kelompok halusinogen ,adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan khayalan ,contohnya :
LCD
Contoh psikotropika:

  Ekstasi atau Inex atau Metamphetamines

  Demerol
  Speed

  Angel Dust

  Sabu-sabu (Shabu/Syabu/ICE)

  Sedatif-Hipnotik (Benzodiazepin/BDZ), BK, Lexo, MG, Rohip, Dum

  Megadon   Nipam

C.    Zat Adiktif.

Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme
hidup, maka dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi
yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus. Jika dihentikan
dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa. Contohnya:

  Alkohol

  Nikotin

  Kafein

  Zat Desainer

2.2  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkoba

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyalahgunaan narkoba, yaitu:

A.Faktor lingkungan sosial

Yaitu pengaruh yang ditimbulkan dari lingkungan sosial pelaku, baik lingkungan sekolah,
pergaulan dan lain-lain. Hal tersebut dapat terjadi karena benteng pertahanan dirinya lemah,
sehingga tidak dapat membendung pengaruh negatif dari lingkungannya. Pada awalnya mungkin
sekedar motif ingin tahu dan coba-coba terhadap hal yang baru, kemudian kesempatan yang
memungkinkan serta didukung adanya sarana dan prasarana. Tapi lama kelamaan dirinya
terperangkap pada jerat penyalahgunaan narkoba.

B.Faktor kepribadian
Rendah diri, emosi tidak stabil, lemah mental. Untuk menutupi itu semua dan agar merasa
eksis maka melakukan penyalahgunaan narkoba.

C.Faktor keluarga

Sejak dini orangtua dengan anak komunikasi kurang efektif dan efisien dengan alasan
kesibukan pekerjaan atau kurang pengarahan terhadap anak hingga acuh tak acuh mengikuti
perkembangan zaman hingga serba boleh.

D.Faktor Pendidikan

Pendidikan akan bahaya penyalahgunaan narkoba di sekolah-sekolah juga merupakan salah


satu bentuk kampanye anti penyalahgunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa-siswi akan bahaya narkoba juga dapat memberikan andil terhadap meluasnya
penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.

E.Faktor Masyarakat dan Komunitas Sosial

Faktor yang termasuk dan mempengaruhi kondisi sosial seorang remaja atnara lain
hilangnya nilai-nilai dalam sebuah keluarga dan sebuah hubungan, hilangnya perhatian dengan
komunitas, dan susahnya berdaptasi dengan baik (bisa dikatakan merasa seperti alien,
diasingkan).

F.Faktor Populasi Yang Rentan

Remaja masa kini hidup dalam sebuah lingkaran besar, dimana sebagian remaja berada
dalam lingkungan yang beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba. Banyak remaja mulai
mencoba-coba narkoba, seperti amphetamine-type stimulants ( termasuk didalamnya alkohol,
tembakau dan obat-obatan yang diminum tanpa resep atau petunjuk dari dokter, serta obat
psikoaktif ) sehingga menimbulkan berbagai macam masalah pada akhirnya.

2.3 Pengaturan Narkoba dalam Perundang-undangan.

A. Landasan Hukum
Landasan Hukum adalah Landasan hukum yang berupa peraturan perundang undangan  
dan konvensi yang sudah diratifikasi cukup banyak, diantaranya adalah :

  Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, menyatakan:

  Pasal 45: Pecandu narkotika wajib menjalani pengobatan dan/atau perawatan.


  Pasal 36 : Orang tua atau wali pecandu yang belum cukup umur bila sengaja tidak melaporkan
diancam kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak satu juta rupiah.
  Pasal 88 : Pecandu narkotika yang telah dewasa sengaja tidak melapor diancam kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak dua juta rupiah, sedang bagi keluarganya
paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak satu juta rupiah.

  Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, menyatakan :

   Pasal 37 ayat (1) : Pengguna psikotropika yang menderita syndrome ketergantungan


berkewajiban ikut serta dalam pengobatan atau perawatan.
   Pasal 64 ayat (1) : barang siapa menghalang-halangi penderita syndrome ketergantungan untuk
menjalani pengobatan dan/atau perawatan pada fasilitas rehabilitasi sebagaimana dimaksudkan
dalam pasal 37, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak 20 juta rupiah.

  UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

   PP Nomor 1 Tahun 1980 tentang Ketentuan Penanaman Papaver, Koka, dan Ganja.
   Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman
Beralkohol.
   UU No. 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan konvensi Tunggal Narkotika 1961.
   Konvensi Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988.

Penyalahgunaan Narkoba termasuk kualifikasi perbuatan pidana (delict) yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan sebagaimana disebutkan di atas. Hukum pidana menganut asas
legalitas, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang menegaskan : “Tiada suatu
perbuatan dapat dipidanakan kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan
yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan”. Perkara narkotika termasuk perkara yang
didahulukan dari perkara lain untuk diajukan ke pengadilan guna penyelesaian secepatnya.
Tentang Ketentuan Pidana Narkotika diatur dalam UU No. 22 Tahun 1997, Bab XII, Pasal
78 s/d 100. Bagi pelaku delik narkotika dapat dikenakan pidana penjara sampai dengan 20 tahun
atau maksimal dengan pidana mati dan denda sampai Rp. 25 Milyar. Demikian juga bagi pelaku
delik psikotropika, dalam UU No. 5 tahun 1997, Bab XIV tentang Ketentuan Pidana, Pasal 59-
72, dapat dikenai hukuman pidana penjara sampai 20 tahun dan denda sampai Rp. 750 juta. Berat
ringannya hukuman tergantung pada tingkat penyalahgunaan narkoba, apakah sebagai pemakai,
pengedar, penyalur, pengimpor/pengekspor, produsen ilegal, sindikat membuat korporasi dan
sebagainya.

Pengaturan narkotika berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 (UU No.35 tahun
2009), bertujuan untuk menjamin ketersedian guna kepentingan kesehatan dan ilmu
pengetahuan, mencegah penyalahgunaan narkotika, serta pemberantasan peredaran gelap
narkotika.

Untuk lebih mengefektifkan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan


peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, diatur mengenai penguatan kelembagaan
yang sudah ada yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN tersebut didasarkan pada
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika
Provinsi, dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota. BNN tersebutmerupakanlembaga non struktural
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang hanya
mempunyai tugas dan fungsi melakukan koordinasi. Dalam Undang-Undang ini, BNN tersebut
ditingkatkan menjadi lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) dan diperkuat
kewenangannya untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan. BNN berkedudukan di bawah
Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden. Selainitu, BNN juga mempunyai perwakilan
di daerah provinsi dan kabupaten/kota sebagai instansi vertikal, yakni BNN provinsi dan BNN
kabupaten/kota.

2.4 Keterkaitan Narkoba Terhadap Nilai-nilai Pancasila

Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Republik Indonesia secara resmi tercantum di
dalam alenia ke-empat Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yang ditetapkan oleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945.Pancasila yang disahkan sebagai dasar negara yang dipahami sebagai
sistem filsafat bangsa yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa.Sebagai ideologi, nilai-nilai
Pancasila sudah menjadi budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini nilai-nilai luhur
pancasila diindikasikan mulai dilupakan masyarakat Indonesia.Sendi-sendi kehidupan di
masyarakat sudah banyak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

Narkoba memiliki hubungan dan keterkaitan dengan nilai-nilai Pancasila, karena


penggunaan penyalahgunaan narkoba adalah perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai
Pancasila.

Sehingga dapat disimpulkan Bahwa Hubungan Penggunaan Penyalahgunaan Narkoba


terhadap nilai-nilai Pancasila adalah :

1.   Narkoba dapat dan diperbolehkan digunakan dalam bidang kesehatan dan dengan jumlah
yang sedikit dan tidak menyalahi atuaran kemanusiaan sesuai dengan kandungan nilai Pancasila
sila ke dua.

2.   Narkoba jika dipakai dan disalahgunakan maka perbuatan si pemakai menyimpang dari nilai-
nilai Pancasila sila Pertama, Kedua ,dan Ketiga. Sila Pertama yaitu Pemakai tidak percaya
terhadap  Tuhan yang Maha Esa, karena ia lebih percaya terhadap Narkoba untuk menenangkan
diri dan menghilangkan masalah yang terjadi pada dirinya. Sila Kedua yaitu Pemakai merusak
dan membunuh dirinya sendiri dengan mengonsumsi narkoba. Sila Ketiga yaitu pemakai tidak
menghiraukan dampak-dampak yang terjadi terhadap orang lain dan masyarakat.

Menurut Sholikah dkk, keterkaitan narkoba dengan nilai-nilai pancasila adalah sebagai
berkut:

1.      Narkoba jika digunakan dalam bidang medis dan dengan kuantitas yang sedikit perbolehkan
selama tidak menyalahi aturan yang sesuai dengan sila ke II. Maksudnya setiap manusia
memiliki hak untuk hidup dan hak untuk sehat. Hak-hak tersebut menjadi cerminan dari sila ke
II “Kemanusiaan yang adil dan beradap”.

2.      Jika narkoba disalahgunakan maka perbuatan tersebut adalah penyimpangan dari sila I, II
dan III. Karena dengan melakukan penyalah gunaan narkoba berarti para pemakai tidak percaya
bahwa Tuhan itu ada dan hanya Dia-Lah dzat Yang Maha Segalanya, dimana seharusnya tempat
untuk mengadu atas masalah-masalah yang dihadapi adalah Tuhan, bukannya menggunakan
narkoba. Narkoba hanyalah membuat mereka lupa dengan masalah yang mereka hadapi dalam
beberapa saat. Tindakan tersebut tidak mencermikan sila I. Selain itu narkoba akan membuat
mereka menyalami kecanduan dan membuat kesehatan mereka menjadi rusak bahkan dapat
membuat mereka mati. Itu merupakan penyimpangan dari sila ke II. Disisi lain mereka yang
telah menyalami kecanduan narkotika biasanya lebih suka menyendiri dan lebih mementingkan
kepentingan pribadi daripada kepentingan umum atau bersama, tindakan tersebut bertolak
belakang dengan nilai-nilai pancasila sila ke III.

2.5 Bahya Narkoba bagi Remaja dan Penanggulangannya.

A.       Bahaya Narkoba bagi Remaja.

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa


ini kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat
membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai
generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-
zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya,
generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari
penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran
narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun.

Akibat penyalahgunaan narkoba bagi diri remaja:

a. Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja :

o   Daya ingat sehinnga mudah lupa


o   Perhatian sehingga sulit berkonsentrasi
o   Persepsi sehingga memberi perasaan semu.

b. Keracunan, yaitu timbul akibat pemakaian narkoba dalam jumlah yang cukup, berpengaruh
pada tubuh dan perilakunya.
c.  Overdosis, terjadi karena sudah lama berhenti pakai, lalu memakai lagi dengan dosis yang
dahulu digunakan. Overdosis dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan atau
peredaran otak.

d. Gejala putus zat, yaitu gejala ketika dosis yang dipakai berkurang atau dihentikan
pemakaianya.

e. Berulang kali kambuh, yaitu ketergantungan menyebabkan craving (rasa rindu pada narkoba)
walaupun telah berhenti pakai. Itulah sebabnya pecandu akan berulang kali kambuh.

f.  Gangguan perilaku, yaitu sulit mengendalikan diri, mudah tersinggung, menarik diri dari
pergaulan, serta hubungan dengan keluarga terganggu. Terjadi perubahan mental, gangguan
pemusatan perhatian, motivasi belajar lemah.

g.  Gangguan kesehatan, yaitu kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh seperti, hati, jantung,
paru-paru, ginjal, dan lai-lain,

h. Kendornya nilai-nilai, yaitu mengendornya nilai-nilai kehidupan agama, sosial-budaya, seperti


seks bebas dengan akibat(penyakit kelamin, kehamilan tak diinginkan). Sopan santun hilang. Ia
menjadi asocial, mementingkan diri sendiri, dan tidak mempedulikan kepentingan orang lain.

i.  Masalah ekonomi dan hukum, yaitu pecandu terlibat hutang, karena berusaha memenuhi
kebutuhannya akan narkoba. Ia mencuri uang atau menjual barang-barang milik pribadi atau
keluarga. Jika masih sekolah, uang sekolah digunakan untuk membeli narkoba, sehingga
terancam putus sekolah, dan di tahan polisi atau bahkan di penjara.

B.      Penanggulanganya.

1.    Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan
kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan.
Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan
dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan
masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh pihak
keamanan, pengawasan distribusi obat-obatan ilegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang
bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.

2.    Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba melalui
jalur hukum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh
masyarakat. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan
tidak boleh main hakim sendiri.

3.    Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun dengan
media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitasi
pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina
Kasih dll.

4.    Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak
kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan memperlakukan
secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan
bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Narkoba

https://belajarpsikologi.com/dampak-penyalahgunaan-narkoba/

Undang-undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

Undang-undang Narkotika RI No. 35 Tahun 2009

Undang – Undang Dasar 1945 RI

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Narkoba Sebagai Tindakan Nilai-nilai Pancasila. IKIP PGRI. Madiun.


Munir, dkk,. 2016.Pendidikan Pancasila. Jatim: Madani Media.

Anda mungkin juga menyukai