Anda di halaman 1dari 89

BAB 5

BIDANG-BIDANG PERTANIAN DAN


PENGELOMPOKAN HASIL PERTANIAN
A. Pertanian rakyat
B.Perkebunan
C. Kehutanan
D.Perikanan

Bidang-bidang pertanian secara konvensional meliputi pertanian rakyat dalam arti


sempit, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Perlu dipahami pembagian
tersebut kadang tidak konsisten sehingga dapat mengaburkan pemahaman kita. Sebagai
contohnya, secara ekonomi pertanian rakyat tidak jauh berbeda dengan perkebunan
rakyat. Perbedaan diantara kedua bidang itu terletak pada jenis komoditi atau
hasil(produknya). Pada pertanian rakyat jenis komoditi atau hasilnya berupa bahan
makanan misalnya padi, jagung, ubi kayu(singkong), kedelee, dll. Sedangkan pada
perkebunan rakyat jenis komoditi atau hasil (produk)nya berupa bahan-bahan untuk
diperdagangkan atau diekspor misalnya, tembakau, tebu rakyat, kopi, karet, dll. Pada
prakteknya, petani yang mengusahakan perkebunan rakyat ada pula yang menanan padi,
jagung, ubi kayu, dll untuk di komsumsi keluarganya sendiri. Dengan demikian
pengertian antara pertanian rakyat dan perkebunan rakyat menjadi kabur sehingga ada
pakar yg membedakan bidang pertanian ditinjau dari segi ekonomi menjadi dua yaitu
usahatani pertanian rakyat dan perusahaan pertanian. Pertanian rakyat tidak lain adalah
pertanian keluarga, baik pertanian yang sifatnya subsiten yaitu untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan atau setengah subsiten. Sementara dalam perusahaan pertanian
hasilnya diarahkan untuk tujuan komersial(Soetriono, Anik Suwandari, dan
Rijanto,2006)

Lebih lanjut dalam uraian berikut ini dikemukakan secara rinci bidang-bidang
pertanian yang lazim diusahakan di indonesia maupun di negara lain. Penting kiranya
untuk digaris bawahi yang hendak dibahas berikut ini mengcangkup pengertian
pertanian dalam arti yang luas. Tidak semua bidang pertanian dibahas secara detail
dalam buku ini. Dalam buku ini diulas secara detail bidang-bidang pertanian yang
meliputi pertanian rakyat, perkebunan, dan peternakan. Untuk bidang pertanian lainnya
yakni kehutanan dan perikakan sengaja penulis batasi pembahasannya mengingat
luasnya cakupan materi kedua bidang tersebut pembaca yang berkeinginan
memperdalam materi kedua bidang pertanian yang disebutkan terakhir dapat
mempelajari atau membaca dalam literatur lain

A.Pertanian rakyat

Di indonesia pertanian rakyat yang paling banyak dijumpai berupa pertanian


keluarga yang dilakukan di tanah sawah, ladang atau pekarangan tujuan pertanian rakyat
yaitu memprokduksi bahan makanan pokok seperti padi, jagung, ubi kayu, kacang-
kacangan(kedele, kacang tanah, kacang hijau, dll), sayur-sayuran, dan buah-buahan.
Sebagian besar hasil pertanian rakat untuk memrnuhi kebutuhan komsumsi keluarga.
Jenis komoditi yang diusahakan pada pertanian rakyat ada berbagai macam.
Bahkan dapat dikatakan sangat jarang dalam pertanian rakyat hanya diusahakan satu
macam komoditi tanaman, misalnya padai atau jagung saja. Tetapi jenis komoditi yang
diusahakan pada pertanian rakyat dalam satu tahun dapat berganti-ganti tergantung pada
berbagai pertimbangan untuk komsumsi keluarga atau diperdagangkan.
Jenis tanaman yang diusahakan dalam pertanian rakyat tergantung pada kebutuhan
petani itu sendiri. Petani yang menginginkan hasil untuk dikomsumsi sendiri. Petani
yang menginginkan hasil untuk dikomsumsi sendiri dalam keluarga akan mengusahakan
tanaman pangan sesuai kebutuhan. Apabila petani yang bersangkutan sudah tercukupi
kebutuhan akan pangan dalam keluarga, maka biasanya petani beralih mengusahakan
tanaman untuk diperdagangan. Keputusan petani untuk menentuakan jenis tanaman
yang akan diperdagangkan hasilnya itu didasarkan berbagai faktor seperti keadaan
iklim, modal yang dimiliki tujuan penggunaan hasil penjuala, dan pertimbangan harga
jual hasil pertaanian yang mereka usahakan. Hasil dari pengusaha tanaman untuk
diperdagangkan tersebut dikenal sebgai hasil-hasil perkebunan rakyat. Sedangkan jenis
tanaman yang diusahakan petaninya dinamakan tanaman-tanaman perdangangan rakyat,
seperti tembakau, tebu rakyat, kopi, karet, lada, kelapa sawit, teh, cengkeh, buah-
buahan, dan bunga-bungaan(holtikultura) .
Tanaman-tanaman perdaganga rakyat lebih sering diusahakan petani di daerah-
daerah pulau jawa. Hal itu tidak menutup kemungkinan untuk diusahakan di daerah-
daerah yang ada di pulau jawa sperti tanaman tembakau, tebu rakyat, buah-buahan(apel,
jeruk, mangga, rabutan, dll) dan bunga-bungaan(holtikultura). Umumnya petani yang
ada di pulau jawa lebih sering mengusahakan tanaman-tanaman pangan seperti padi,
jagung, ubi kayu, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran.
Tidak hanya dari tanaman , di indonesia usaha pertanian rakyat juga meliputi
usaha-usaha lain untuk penghasilan tambahan seperti perternakan dan perikanan. Dalam
hal perikanan dikenal sebutan nelayan bagi petani yang sebagian besar pendapatannya
berasal dari usaha perikanan, baik perikanan darat maupun laut dengan skla kecil-
kecilan, diluar pulau jawa yang areal hutannya sangat luas, petani selain mengusahakan
sendiri tanaman pangan dan perkebunan rakyat juga dapat mencari penghasilan tambahn
berupa hasil-hasil hutan, seperti rotan, gabir, kayu bkar, dll. Dalam hal ini penghasilan
tambahan didapat dari usaha petani denangan skala kecil.
Dengan demikian pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit mangcangkup
pengertian perkebunan rakyat, perikanan rakya, dan pencarian hasil-hasil hutan. Tujuan
utama kegiatan tersebut sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup(subsisten) petani
dan keluarganya. Ditinjau dari modal yang digunakan dalam peryanian rakyat umunnya
berasal dari diri petani yang bersangkutan.
Modal yang digunakan petani rakyat umunnya kecil berbeda dengan jumblah
modal yang digunakan untuk mengusahakan pertanian guna meraih keuntungan.
Sehingga dari kriteria modal yang digunakan petani akan menjadi jelas untuk
membedakan jenis pertanian rakyat atau perusahaan pertanian secara komersial.

B.Perkebunan
Perkebunan dalam konteks keilmuan dianamakan sebagai suatu sistem
pemamfaatan energi sinar matahari dan sumberdaya tanaman dan tanah untuk
menghasilkan biomassa yang dimamfaatkan guna menunjang sistem industri secara
berkelanjutan. Perkebunan(plantation) di indonesia kebanyakan diusahakan sebagai
industri yaitu industri perkebunan. Dinamakan demikian karena dalam kegiatannya
untuk menghasilkan produk perkebunna diterapkan sistem manejemen seperti halnya
pada industri lain dengan memamfaatkan hasil-hasil penelitian dari teknoogi terbaru.
Sehinnga usaha dibidang perkebunan umunnya dikelompokkan ke dalam industri
pertanian.
Perkebunan lebih banyak diusahakan di daerah-daerah bermusim panas di dekat
khatulistiwa , seperti halnya indonesia, malaysia, dan negara-negara asia lainnya. Di
indonesia perkebunan kebanyakan berada di daerah-daerah luar pulau jawa seperti di
pulau sumatra, kalimantan, sulawesi, papua barat, dan lain-lain. Hal itu dikarenakan di
luar pulau jawa masih memiliki lahan yang luas dan memungkinkan untuk perkebunan.
Sperti telah ditemukan dalam bab pendahuluan buku ini bahwa indonesia bahwa sebagai
daerah tropis hampir sepanjang tahun terdapat sinar matahari yang begitu melimpah.
Berkat adanya sinar matahari reaksi biologis dalam tanaman sehingga dihasilka produk
yang bermamfaat bagi umat manusia di muka bumi. Kelimpahan energi alamiah berupa
sinar matahari memungkinkan berlangsungnya aktivitas petani sepanjang tahu. Hal ini
dapat disyukuri sebgai bentuk keunggulan komparatif wilayah tropika dibandingkan
dengan wilayah lain di belahan bumi mana pun. Keunggulan ini juga menjadi daya tarik
bangsa eropa untuk menjajah wilayah tropika dalam beberapa abad silam, termasuk
penjajahan indonesia oleh bangsa belanda.
Komoditi yang di usahakan dalam perkebunan indonesia banyak sekali
diantaranya tebu, tembakau, kakao, kelapa, kelapa sawit, karet, kina, dan lain-lain.
Komoditi hasil perkebunnan yang bermacam-macam tersebut secara garis besarnya
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Komoditi kelompok bahan pangan


Hasil perkebunan yang dimasukkan dalam kelompok bahan pangan yaiyu gula
dan kelapa. Kedua jenis bahan ini tidak asing lagi bagi manusia karena dala kehidupan
sehari-hari kedua jenis komoditi tersebut merupakan bahan-bahn penting yang
dibutuhkan manusia dalam kehidupan.
Gula adalah bahan yang memberikan rasa manis sehingga di sukai oleh manusia.
Gula umunnya diproduksi dari tananman tebu atau nira. Jenis-jenis gula yang dikenal
dalam sistem perdaganga yaitu gula merah , gula putih(krista), gula cair(sirop).
Kelapa memghasilkan kopra yang diperlukan untuk pembuatan bahan pangan
dalam bentuk lain seperti minyak goreng. Kelapa telah dikenal dan dimamfaatkan orang
sebagai bahan pangan sejak tahun 545 SM dan telah ditanam di india. Mereka
menyebut tanaman penghasil kelapa sebgai raja tanaman tropis, pohon sorga, dll. Buah
normalnya mebutuhkan waktu hampir setahun untuk mencapai masak penuh sehingga
kandungan kopranya maksimum. Usaha yang paling baik adalah menbiarkan buah
kelapa gugur dengan sendirinya sehingga pemungutan hasil dilaukan di tanah.
Jenis tanaman kelapa yang banyak diusahakan pada perkebunan-perkebunan besar
yaitu tanaman kelapa sawit. Komoditi ini tidaknya digunakan sebagai bahan pangan
seperti berupa minyak goreng, tetapi CPO(crude palm oil) dan PKO untuk pembuatan
minyak goreng, beberapa turunan minyak sawit digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan sabun, surfaktan, dan cmulsfier, lilin, dll.
Dewasa ini perkebunan kelapa sawit dijadikan komoditi anadalan perkebunan
indonesia. Mengapa demikian? Keputusan pemerintah tersebut dikaitkan dengan potensi
sumberdaya alam yang dimiliki indonesia. Wajar kiranya pemerintah indonesia
mentargetkan agar areal dan produksi kelapa sawit untuk menghasilkan CPO(Crude
palm oil) dan inti sawit(POK).
Jenis komoditas hasil pertanian dikaitkan dengan teknik budidaya yang banyak
dilakukan di indonesia dikemukakan dalam uraian berikut ini.
a. Tebu

Tebu (saccabarum officinarum) ditenggarai sebgai tumbuhan asli kepulawan


indonesia. Pada awal-awal pemamfaatan tebu digunakan orang sebgai makanan dengan
cara diserap nira yang terkandung didalam batang tebu. Kemudian orang
memamfaatkan tebu untuk bahan pembuatan gula mangkok. Awal mula tebu
diperkebunan indonesia yaitu di jawa oleh orang cina dan eropa dengan skala keci pada
abad ke-17 dan ke-18. Perkebunan tebu kurang berkembang diera kolonialisme belanda
karena berlakunya pajak gula sebesar 5-10% dikenakan oleh VOC. Dalam hal ini
kedudukan VOC sebagai pemegang saham perusahaan kilang gula yang mengeloloah
gula tebu kasar yang berkedudukan di amsterdam. Hal itu dikarenakan ulah VOC yang
memanupulasi ekspor gula dari batavia agar terjadi kekurangan gula di amsterdam.
Sehingga terjadi fluktuasi permintaan gula.terjadinya fluktuasi tidak mengkondisikan
usaha perkebunan dapat memetik keuntungan sehingga petani beralih melakukan usaha
bidang yang lain. Terjadi pasang surut dalam usaha bidang perkebunan khususnya
komoditas gula tebu dari tahun 1800-an sampai tahun 1830. Koningberger(1984)
melaporkan mulai tahun 1830 Cultuurstelsel mengadakan perbaikan dalam budidaya
tebu seperti melakukan perbaikan dalam teknik budidaya yang meliputi pengelolahan
tanah, pasokan pupuk dengan cara kredit, ditanam tebu dengan jenis tebu yang mamapu
bereproduksi tinggi . jangkah perbaikan tersebut berhasil meningkatkan produksi rata-
rata tebu per ha sebesar 100% dalam jangka watu tiga puluh tahun.

Peningkatan industri di jawa lebih kentara setelah disahakannya undang-undang


agraria pada tahun 1870. Dalam undang-undang agraria 1870 berkaitan dengan usaha
penanaman tebu disebutkan orang jawa sebagai pemilik lahan, sedangkan lahan subur
yang lain dan tidak dikuasi pihak ketiga dikuasai oleh pemerintah. Disebutkan dalam
undang-undang budidaya gula bahwa perkebunan gula dibawah aturan Culturstelse
harus digantiakn olehh industri gula jawa yang bebas. Menurut undang-undang gula,
tiap tahun 1/13 bagian perkebunna gula “paksa” harus diubah menjadi usaha
perdagangan bebas. Hal itu membawa konsekuensi tahun 1890 semua pemakain lahan
dan tenaga kerja petani kecil paksa harus diakhiri. Dengan demikian terbitnya undang-
undang yang baru berkaitang dengan pengaturan budidaya tebu tersebut memungkinkan
adanay perlindungan yang efektif terhadap hak-hak rakyat, khususnya petani tebu.
Disamping itu setiap pabrik diberikan konsekuensi yang memberikan hak kepemilikan
sampai tujuh hektar untuk komplek bangunannya dan dinyatakan pula luas area
maksimun lahan petani yang boleh ditanami pertahun. Perusahaan gula hanya diizinkan
menami lahan mereka dengan tanaman tebu sebatas seperempat luas tanah beririgasi
terhadap suatu wilayah yang ditunjuk. Tujuan pengaturan ini yaitu untuk menjaga
berlangsungnya produksi tanaman asli. Oleh karena suatu dan lain hal penanaman tebu
secara berurutan boleh dilakukan tetapi hanya sekali. Maksud dibuatnya peratuaran ini
untuk mencegah agar tanah tidak mengalami keausan dan penurunan mutu laha
pertanian. Setiap tahun tebu harus ditanam pada lahan yang berbeda sehingga
penanaman tebu secara berurutan selama dua tahun yang dikenal dengan sebutan tebu
“ratoon” tidak diperbolehkan lagi untuk dipraktekan petani, khususnya di jawa.
Penanaman tebu dilakukan dengan rotasi sekali tiap tiga tahun, bergiliran dengan padi
dan palawija di lahan-lahan berpengraiaran dengan cara sewa sukarela jangka pendek
dari petani. Harga sewa ditentukan oleh pemerintah dengan didasarkan pada kesuburan
tanah. Selain itu upah buruh dan kontrak kerja tidak terlepas dari pengawasan
pemerintah. Selain itu di jawa diberlakukan peraturan tentang pengaturan penanaman
bibit tebu dengan sitem rotasi tahunan , biayaburuh dan persiapan lahan yang akan
ditanami tebu.

Sumber: http://ditjenbun.deptan.go.id

Gambar 5.1 Tanaman Tebu

Perkembangan industri gula tebu di indonesia mengalami pasang surut. Tahun


1880an industri gula tebu di jawa menghadapi masalah serius berupa persaingan kuat
dengan industri gula bit eropa dan ancaman terhadap penyakit tanaman tebu yaitu sereh.
Serangan penyakit sreh itu baru dapat diatasi setelah selama bertahun-tahun dilaukan
penelitian yang akhirnya ditemukan kultivar hibrida resisten yang disebut lini POJ
2878. Menurut laporan hadiwigoeno(1985) pada akhir tahun 1960an indonesia
mendudukan dirinya sebagai importir gula yang cukup besar.
Pemerintah indonesia melalui departemen pertanian teru s mengadakan
pembenahan dan pengembagan dalam budidaya tebu sebagai upaya untuk
meningkatkan industri gula. Setidaknya kebutuhan gula bagi rakyat indonesia dapat
dipenuhi dari industri dalam negeri sendiri sehingga tidak perlu mengimpor gula dari
negara lain. Untuk mewujudkan keinginan tersebut pemerintah penrnah mencanangkan
program intensifikasi tebu rakyat. Handojo,et al.(1987) mencatat pemerintah indonesia
juga pernah melaksanakan program tanam tebu dengan sistem yang disebut sistem
perkebunan inti(Nuclus Estate System,NES).

b. Kelapa
Pohon kelapa biasa disebut pohon niur. Tanaman kelapa tumbuh pada daerahcatau
kawasan teoi pantai. Dalam klasifikasi tumbuhan, pohon kelapa termsuk dalam
genus:cocos dan spesies : nucifera.
Keadaan iklim indonesia sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa. Hal
ini tebukti indonesia memiliki populasi tanaman kelapa terbesar di dunia. Tanaman
kelapa tumbuh menepati tidak kurang dari sekitar 3 juta hektar di indonesia atau 30%
dari total pohon kelapa di dunia.

Sumber: http://2.bp.blogspot.com

Gambar 5.2 Buah Kelapa


Di indonesia, tanaman kelapa telah dikenal sejak ratusan tahun lalu tanaman
kelapa dapat tumbuh mulai sepanjang pesisir pantai sampai di dataran tinggi dan di
lerang-lereng funung di daerah tropis. Kelapa memiliki berbagai nama daerah, seperti
kerambil atau klpa di jawa. Dalam bahasa inggris kelapa disebut coconut. Dalam bahsa
belanda kelapa disebut kokosnoot atau klapper. Sementara dalam bahasa perancis
kelapa disebut cocotier.
Ditinjau dari biologi pohon kelapa termasuk jenis palmae yang berumah
satu(monokotil). Batang tanaman tumbuh lurus keatas dan tidak bercabang. Adakalanya
pohon kelapa dapat bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang abnormal.
Misalnya kejadian abnormal terjadi akibat serangan hama tanaman. Dalam tata nama
atau sistematika(taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa (cocos nucifera)
dimasukan ke dalam klasifikasi sebagai brikut.

Kingdom : plantae (tumbuh-tumbuhan)


Divisi : spermatophyta(tumbuhan berbiji)
Sub-divisi : angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo : palmales
Familia : palmae
Genus: cocos
Spesies : cocos nucifera L.

Penggolongan varieties kelapa pada umumnya didasarkan pada peradapan umur


pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buad, dan sifat-sifat khusus yang
lain.
Buah kelapa tua mempunyai kandungan minyak berkisar antara 60-65% sedang
daging buah segar (muda) mempunyai kandungan minyak sekitar 43% minyak kelapa
terdiri dari gliserida, yaitu senyawa antara gliserin dengan asam lemak. Kandungan
asam lemak dari minyak kelapa adalah asam lemak jenuh yang diperkirakan 91% dan
9% asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh terdiri dari cproic, caprylic, capric, lauric,
myristi, palmatic, stearic, dan aracbidic. Sedangkan asam lemak tak jenuh terdiri dari
oleic dan linoelic(warisono,2003).kandungan asam lemak tidak jenuh tersebut dapat
mengakibatkan ketengikan pada minyak kelapa. Terutama minyak kelapa yang yang
disampan dalam jangka waktu tertentu tanpa adanya perlakuan sebelum disimpan.
Dengan pernyataan lain, adanya asam lemak tidak jenuh dalam minyak kelapa
mengakibatkan minyak kelapa tidak tahan terhadap penyimpanan dalam jangka waktu
yang lama. Salah satu usaha pencegahan ketingikan minyak kelapa adalah dengan
memberi zat antioksidan sebagai penghambat terjadinya oksidasi pada minyak kelapa.
Dibidang perindustrian khususnya industri minyak nabati, buah kelapa (cocos
nucifera) merupakan sumber bhan baku penting untuk pembuatan minyak nabati yaitu
minyak kelapa. Menurut ketaren(1986) bahan baku untuk pembuatan minyak nabati
yang telah banyak diusahakan di perkebunan indonesia selain kelapa yaitu kelapa
sawit(elacis guineensis). Dari waktu ke waktu jebutuhan akan minyak nabati di
indonesia menunjukan peningkatan yang signifikan. Hal ini membawa konsekuensi
kebutuhan kelapa sebagai bahan bakunya akan meningkat juga. Sehingga layak kiranya
usaha yang mengarah penyedian bahan baku juga semkain ditingkatkan. Kongkritnya
pengalakan perkebunan-perkebunan kelapa dan kelapa sawit perlu ditingkatkan secara
terus-menerus agar kesejahteraan rakyat semakin meningkat.
Tanaman kelapa memiliki multi fungsu yang dapat meningkatkan kesahjetraan
bagi rakyat indonesia . mamfaat yang daoat kita peroleh dari pohon kelapa sangat
banyak, mulai dari batang, daun dan buahnya. Dengan demikian membudidayakan
tanaman kelapa secara ekonomis sangat menguntungkan.
Mengingat tanaman kelapa memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka tanaman
kelapa secara komersial diperkebunan di indonesia. Perkebunan kelapa di indonesia
adalah yang tersebar dari seluruh dunia yang dapat mencapai 31,2% dari total seluruh
perkebunan kelapa yang diusahakan seluruh dunia. Perkebunan tanaman kelapa yang
ada di indonesia sebagian besar merupakan perkebunan rakyat(96,6%) sisanya milik
negara (0,7%) dan swasta (2,7%). Dilihatr dari data tersebut indonesia sangat potensial
sebagai penghasil produk berbahan dasar kelapa, seperti produk minyak kelapa, sabut,
tempurung dan sebagainya. Tetapi kenyataannya dan potensi produksi sebesar 15 milyar
butir kelapa per tahun, kelapa yang dimanfaatkan baru sekitar 7,5 milyar butir pertahun
sekitar 50% dari potensi produksi. Masih banyak potensi kelapa yang belum
dimamfaatkan karena berbagai kendala terutama tekonologi, permodalan, dan daya
serap pasar yang belum merata.
Selain sebgai salah satu sumber minyak nabati, tanaman kelapa juga sebagai
sumber pendapatan bagi keluarga petani, sebagai sumber devisa negara, penyedia
lapangan kerja, pemicu dan pemacu sentral-sentral ekonomi baru, serta sebgai
pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa dan
produk ikutannya di indonesia soelistijono(2013) menuliskan mamfaat ekonomi pohon
kelapa secara rinci seperti dituliskan kembali berikut ini.
- Batang
Mamfaat batang pohon kelapa setealah berumur tertentu talah bnayak dikenal
orang indonesia, yaitu sebagai bahan bangunan, bahan untuk alat perabotan rumah
tangga,jembatan darurat, kerangka perahu, kayu bakar, dan lain-lain. Batang pohon
kelapa yang benar-benar tua dan kering mempunyai keistimewaan diantaranya tahan
terhadap sengatan rayap dan tahan terhadap kelembaban tinggi. Denga demikian bahan
bangunan ini tidak mudah keropos. Ditinjau dari segi estetis setalah bahan diserut
menampakkan permukaan dengan tekstur menarik dan licin. Karakteristik ini cocok
digunakan sebagai bahan baku pembuatan alat-alat/perabotan rumah tangga.
- Daun
Daun kelapa muda (janur) seringkali digunakan sebagai bahan untuk membuatan
hiasan(penjor) dalam berbagai macam upacara adat misalnya mantenan, sunatan, upacar
bersih desa, dan ketupat,daun yang sudah tua digunakan untuk membuat atap rumah dan
getepe( jawa: taruban ). Tulang daun atau lidi dijadikan barang anyaman alat-alat dapur,
tusuk sate, sapu lidi, hisan dinding, dan lain-lain.
- Nira
Nira adalah cairan yang diperoleh dari tumbuhan yang mengandung gula pada
kosentrasi 7,5 sampai 20,0%. Nira kelapa diperoleh dengan memotong bunga betina
yang belum matang, dari ujung bekas potongan akan menetes cairan nira yang
mengandung gula. Nira dapat dipanaskan untuk menguapkan airnya sehingga kosentrasi
gula meniggkat dan kental. Nila didinginkan, cairan ini akan mengeras yang disebut
gula kelapa. Nira juga dpat dikemas sebagai minuman ringan.
- Buah kelapa
Hasil utama dari budidaya tanaman kelapa. Buah kelapa mempunyai mamfaat
yang banyak sekali, mulai daei sabut kelapa, temourung, kulit, daging buah, hingga air
kelapa.
- Sabut kelapa
Seabut kelapa memiliki lapisan luar tipis dan licin setebal 0,14 mm yang
warnanya bervariasi daei hijau, kuning sampai jingga, tergantung kepada kematangan
buah. Jika tidak ada goresan dan robek, kulit luar buah kelapa sifatnya kedap air.
Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35%
dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang
menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Setiap butir kelapa mengandung serat
525 gram ( 75% dari sabut) dan gabus 175 gram(25% dari sabut). Sabut kelapa yang
telah dibuang gabusnya merupakam serat alami yang berharga mahal untuk pelapis jok
dan kursi, serta untuk pembuatan tali. Hampir setiap orang mengetahui kualitas dari
serabut kelapa yang sudah tua dan kering sehingga banyak dimanfaatkan untuk bahan
baku pembuatan berbagai peralatan sehingga meningkatkan nilai tambah dari buah
kelapa.
- Tempurung kelapa
Jika kelapa dikupas bagian serabutnya, maka dijumpai bagian pembungkus daginh
buah berupa lapisan yang sangat keras yang dinamakan temourung kelapa. Bagian
tempurung kelapa ini merupakan lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa,
metoksil, dan berbagai mineral. Kandungan bahan-bahan tersebut beragam sesuai
dengan jenis kelapanya. Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO2) yang cukup
tinggi kdarnya pada tempurung. Tempurung memiliki berat 15-19% dari berat
keseluruhan buah kelapa.
Penggunaan tempurung sebagai bahan bakar dapat dibakar secara langsung
sebagai kayu bakar, atau diolah menjadi arang. Arang batok kelapa dapat digunakan
sebagai kayu bakar biasa atau diolah menjadi arang aktif yang diperlukan oleh berbagai
industri pengolahan. Arang batok kelapa memiliki nilai komersial yang cukup tinggi
sehingga dapat menambah penghasilan bagi petani kelapa di indonesia.
- Daging buah
Daging buah kelapa merupakan bagian buah kelap yang paling penting dari
komoditi asal pohon kelapa. Daging buah merupakan lapisan tebal(8-15mm) berwarna
putih. Bagian ini mengandung berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut beragam
sesuai dengan tingkat kematangan buah. Daging buah memiliki lapisan tipis berwarna
coklat dibagian luarnya yang disebut sebgai kulit daging buah.daging kelapa yang
cukup tua, diolah menjadi kelapa parut, santan, kopra, dan minyak gorang. Sedang
daging kelpa muda dapat dijadikan campuran minuman cocktail dan dijadikan selai.
Selain daging kelapa yang sudah tua merupakan bahan sumber minyak nabati karena
diketahui kandungan minyak cukup tinggi yaitu sekitar 35%.
- Air kelap
Buah kelapa mempunyai bagaian berupa air kelpa yang diketahui bayak
mengandung nilai gizi dan bermamfaat untuk kesehatan. Air kelapa mengandung sedikit
karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung
kepada umur buah.
Air kelapa dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba, misalnya
Acetobacter xylinum untuk produksi nata de coco. Selain itu air kelapa dapat
dimamfaatkan sebagai bahan pembuatan kecap.
c. Kelapa sawit
Perkebunan kelapa sawit di indonesia setelah proklamasi kemrdekaan RI
mengalami pasang surut. Pada tahun 1957, pemerintah indonesia mengambil alih
seluruh perkebunan kelapa sawit yang telah diusahan di indonesia sejak kolonialisme
belanda. Dengan berbagai upaya dilakuka pemerintahan indonesia agar perkebunan
kelapa sawit tetap berjalan dengan baik dan produktif. Untuk mengamankan jalannya
produksi, pemerintahan indonesia meletakkan perwira militer setiap jenjang
manejemen perkebunan. Tindakkan nyata pemrintahan indonesia yaitu membentuk
BUMIL(Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antar buruh perkebunan dan
militer. Adanya perubahan manejemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik
serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif di indonesia waktu itu, menyebabkan
produksi kelapa sawit di negeri ini menurun drastis. Sehingga posisi indonesia sebagai
pemasok minyak kelapa sawit dunia yang tadinya merupakan terbesar di dunia menjadi
tergeser oleh malaysia.
Keaadaan tersebut sebetulnya tidaklah di kehendaki bangsa indonesia untuk
pemerintah indonesia segera berupaya memperbaiki keadaan agar peluang ekspor
minyak saqit dapat diraih kembali. Pada massa pemerintahan orde baru kegiatan
perkebunan kelapa sawit di indonesia terus dipacu dan ditingkatkan secra terus-menerus
agar produksi minyak sawit meningkat. Selain hal itu pembangunan perkebunan di
indonesia diarahakan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan
kesahjetraan masyarakat, dan dijadikan sebgai sektor pemghasil devisa negara. Perintah
melaksanakan program perusahaan unti rakyat perkebunan(PIR-BUN) dengan terus
mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan-perkebunan, termasuk perkebunan
kelapa sawit.
Pembukaan lahan-lahan baru untuk dijadikan kebun kelapa sawit dengan
memperhatikan habitat tempat tumbuhnya kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit dapat
tumbuh subur dengan menghasilakn buah secara produktif jika ditanam di lahan yang
terletak pada 15 LU-15 LS m dpl. Lma penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari.
Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-28 C. Kecepatan angin
5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelembaban optimum yang ideal
sekitar 80-90%. Kelapa sawit dapat tumbuh jenis pada tanah podzolik, latosol,
hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol. Nilah pH yang optimum adalah 5,0-5,5.
Kelpa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baikm dan
memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman
kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 derajat.
Tahun 1980, luas lahan perkebunan kelapa sawit 294.560 Ha denga produksi
CPO(crude palm oil) sebedar 721.172 ton. Perkebunan kelapa sawit indonesia
berkembang pesat terutaman perkebunan rakyat. Laju pengembanga perusahaan
perkebunan rakyat dan swasta berturut-turut sekitar 74.000 dan 93.000 Ha/tahun.
Sementara perkebunan negara hanya 12.000 ha/tahun. Perkembangan perkebunan
kelapa sawit yang pesat tersebut harus diimbangidenga penanganan pasca panen dengan
baik sehingga minyak sawit yang dihasilkan maksimal dan berkualitas tinggi (ditjebun
dan puslitbun marihat(1992). Dengan demikian ekspor minyak sawit ke seluruh dunia
dapa dijaga kesinambungannya.
Parameter kualitas minyak sawit yang ditetapkan sesuai standar nasional
indonesia(SNI) di tuliskan dalam tabel 5.1

Tabel 5.1 standar mutu minyak kelapa sawit sesuai SNI

N Karakteristik Syarat umun


O
1 Asam lemak bebas (ALB) kadar air Maksimal 5,0% maksimak 0,1%
2 Kadar kotoran bilangan peroksida Maksimum 0,5% maksimu 6.0 meq
3 Fe(besi) Maksimum 10 ppm maksimum 10 ppm
4 Cu(tembaga) Maksimu 0,5%
5 Kadar zat menguap

Sumber: direktorat jendral perkebunan(1989) cit fauzi., dkk(2002)


Ekspor minyak sawit (CPO) antara lain ke belanda, india, cina, dan jerman,
sedangkan untu produk minyak inti sawit(PKO) lebih banyak diekspor ke belanda ,
amerika serikat, dan brazil. Hal itu guna mengimbangi kebutuhan akan minyak sawit
dunia yang terus mengalami peningktan dari tahun-ketahun. Komsumsi perkapita
minyak nabati dunia mencapai angka rata-rata 25kg/th setiap orangnya. Kebutuhan ini
akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya
komsumsi minyak sawit perkapita( benidiktus sihotang,2010)
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensi jacq) mempunyai produksivitas lenih
tinggi dibandingkan tanamn penghasil minyak nabati lainnya, seperti kelpa, kacang
kedele, kacang tanah, dan lain-lain. Elaeis dalam bahasa ynanu berasal dari kata Elaion
yang artinya minyak. Guineensi berasal dari kata guinea yaitu tempat seorang ahli
bernama jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertaman kalinya di pantai
guenea(setyamidjaja,1991). Berdasarkan bukti-bukti fosil, sejarah, dan linguistik yang
ada bersal dari nigeria, afrika barat. Tetapi ada pula yang mengatakan bahwa tanaman
kelapa sawit berasal dari amerika selatan yaitu brazil. pada kenyataannya tanman kelpa
sawit hidup subur diluar daerah seperti indonesia, thailand. Malasyia dan papua nugini.
Bahkan tanman kelpa sawit mampu menghasilkan produksi lebih tinggi dibandingkan
dibudidayakan di daerah asalnya yaitu afrika(anonim,20012).
Ditinjau dari biaya prosuksinya, maka budidaya tanaman kelapa sawit lebih ringan
dengan massa produksi kelapa sawit yang cukup panjang yaitu 22 tahun. Ditinjau dari
ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, maka tanaman kelapa sawit juga
merupakan tanaman yang paling tahan terhadap serangan hama dan penyakit
dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.

Sumber Gamba:http://carabudidaya.com

Gambar 5.3 Kelapa Sawit

Bagian yang paling utaman untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi
bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang
murah, rendah korestrol, dan memiliki kandungan keroten tinggi. Minyak sawit juga
dapat diolah menjadi bahan baku alkohol,sabun,lilin, dan industri kosmetik. Sisa
pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi nahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos. Tandan kosong dapat dimamfaatkan untuk mulsa
tanaman kelapa sawit, sebagian bahan baku pembuatan pulp dan pelarut organik.
Tempurung kelapa sawit yang dimamfaatkan sebagai bahan bakar da pembuatan arang
aktif.
Peranan kelapa sawit dalam perekonomian indonesia begitu kentara. Minyak
kelapa sawit sebagai minyak nabati memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan minyak
dalam peranannya menyongkong kesehatan manusia. Secara umum dinyatakan kelapa
sawit mempunyai peranan cukup strategis, yaitu minyak sawit merupakan bahan baku
utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu bahan ini akan ikut menjaga
kestabilan harga dari minyak gorang tersebut. Ini penting sebab minyak goreng
merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat. Minyak
kelapa sawit sebagai salah satu komoditas pertanian sebagaiandalan ekspor non migas
dari indonesia. Sehingga komoditi inimempunyai prospek yang baik sebagai sumber
dalam perolehan devisa maupun pajak. Dalam proses produksi maupun pengolahan juga
mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahterakan
masyarakat.
Sampai pertengahan tahun 1970an minyak kelapa merupakan pemasok utama
dalam kebutuhan minyak nabati dalam negeri. Baik minyak goreng maupun industri
pangan lainnya lebih banyak menggunakan minyak kelapa dari pada minyak sawit.
Peroduksi kelapa yang cenderung menurun selama 20 tahun terkhir ini menyebabkan
pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa pada awal tahun 1970.
Disisi lain, produksi minyak kealpa sawit cenderung meningkat sehingga kedudukan
minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit, terutama dalam industri minyak
goreng(benidiktus sihotang,2010).
Sampai pertengahan tahun 1970an minyak kelapa merupakan pemasok utama
dalam kebutuhan minyak nabati dalam megeri. Baik minyak goreng maupu industri
pangan lainnya lebih banyak menggunakan minyak kelapa dari pada minyak sawit.
Produksi kelapa cenderung menurun selama 20 tahun terakhir ini menyebabkan
pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa pada awal tahun 1970.
Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit cenderung meningkat sehingga kedudukan
minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit, terutama dalam industri minyak
goreng(benidiktus sihotang,2010). Tahun 1985 produksi minyak kelapa sawit sebanyak
1,3 juta ton sedangkan produksi –tahun 2006 mencapai sekitar 14,7 juta ton CPO. Lebih
lanjutditerangkan tanaman sawit mempunyai bagian-bagian yaitu daun, batang, akar,
bunga, da kelapa sawit.
- Daun
Daun kelapa sawit merupaka daun majemuk. Daun berwana hijau tua dan pelepah
berwarna tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya snagt mirip
dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yag tidak terlalu keras dan tajam.
- Batang
Batang tanaman kelapa sawit diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun.
Stelah umur 12 tahun pelepah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip
dengan tanaman kelapa.
- Akar
akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping selain itu
juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh dan mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
- Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara benga betina terlihat lebih besar.
- Buah
Hadi(2004) menguraikan bagian terpenting dari kelapa sawit yang bernilai
ekonomis tinggi yaitu buah kelapa sawit yaitu sebagai bahan baku untuk membuat
minyak nabati. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, hingga merah
tergsntung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari
tiap pelepah. Bagian-bagian dari buah kelapa sawit yaitu kulit buah(epicarp), daging
buah(mesocarp), tempurung atau cangkang(endocarp), dan inti sawit(kernel).
- Kulit buah
Merupakan bagian terluar buah kelapa sawit. Epicarp memiliki lapisan lilin.
Warna epicarp tergantung pada varietas dan umur buah kelapa sawit. Dari warna
epicarp dapat diketahui tingkat kematangan buah yang bersangkutan sehingga dapat
digunakan untuk perencanaan pemanenan buah kelapa sawit.
- Daging buah
Bagian ini merupakan bagian buah kelapa sawit yang paling penting. Daging buah
kelapa sawit mengandung minyak sawit yaitu crude palm oil(CPO) sebesar 72-80%.
CPO diperoleh melalui proses ekstraksi buah kelapa sawit yang telah matang/tua.
- Tempurung atau cangkang(endocarp)
Tempurung atau cangkang (endocarp) merupakan bagian buah kelapa sawit yang
berwarna hitam dan keras. Tempurung mempunyai fungsi melindungi inti sawit.
tempurung atau cangkang buah kelapa sawit memiliki porsi 12-20% setiap buah kelapa
sawit.
- Inti sawit
Inti sawit memiliki nilai ekonomi tinggi setelah bagian mesocarp karena bagian
ini menghasilkan minyak inti sawit(palm kernel oil). Bagian inti sawit mempunyai
presentasi sebesar 8-10% per buah kelapa sawit.
Pengelolahan kelapa sawit dihasilka produk utama berupa minyak sawit mentah
crude palm oil(CPO) dan minyak kernel.
2. Komoditas kelompok bahan penyegar
Kelompok bahan penyegar banyak megandung alkoloid kafein yang bersifat dapat
memberikan pengaruh(stimulus) bagi yang mengkomsumsi. Bahan penyegar hasil
perkebunan ada yang telah dikenal dan membudaya diberbagai pelosok masyarakat
dunia yaitu teh, kopi, cengkeh, tembakau, dan kakao(coklat). Bahan-bahan hasil
perkebunan seperti ini banyak diperdagangkan sehingga memiliki arti ekonomi tinggi
dalam menyongkong kehidupan masyarakat secara luas. Komoditi hasil perkebunan
berupa teh itu sendiri dikenal dua jenis yaitu teh hitam dan teh hijau. Teh hitam
dihasilkan oleh perkebunan besar, sedangkan teh hijau dihasilkan oleh perkebunan
rakyat. Kopi diikelompokkan berdasarkan asal varietas seperti kopi arabica dan robusta.
Selain berdasarkan asal varietas komoditi kopi juga dikelompokkan juga berdasarkan
cara pengelolahannya yaitu diolah secara kering dan dioalah secara basah. Cengkeh
menghasilkanmminyak cengkeh yang telah lama diketahui mamfaatnya terutama bagi
kesehatan manusia. Kasiat seperti ini mendorong orang-orang eropa untuk mendapatkan
cengkeh dalam jumblah sebanyak-banyaknya sehingga barang yang satu dijadikan
sebagai barang dagangan penting tingkat dunia. Komoditi hasil perkebunan ini menjadi
idola orang-orang eropa hingga membuat mereka terdorong mendapatkan barang ini ke
tempat sumber penghasilannya. Tembakau merupakan bahan utama untuk membuat
rokok. Meskipun belakangan diketahui tembakau mengandung bahan mikotin yang
berbahaya bagi kesehatan tetapi tetap saja masih banyak orang tidak mau meninggalkan
kebiasaan mereka merokok. Alasan seperti ini membuat tembakau dijadikan bahan
daganag penting ditingkat dunia. Pu demikian halnya dengan kakao juga digemari
banyak orang mulai dari zaman kolonialisme hingga sekarang. Kakao telah
diperkebunan karena produk perkebunan yang satu ini bisa dijadiakan komoditi ekspor
dan dijadikan andalan untuk mendatangkan devisa negara.
a. Teh
Budaya meminum teh ada disejumblah negara terutama jepang dan negara-negara
lain di dunia. Sejak kapam kebiasaan orang menggemari minum teh tidak diketahui
secara pasti. Sejumblah litelatur menyebutkan tanaman teh (camellia sinensis L) berasal
dari daerah pegunungan yang berbatasan dengan republik rakyat cina , india, dan
burma. Teh seperti yang kita kenal di pasaran bebas merupakan hasil pengelolahan daun
tanaman teh ( camellia sinensis L). Tanaman teh ( camellia sinensis L). Dalam biologi
di klasifikasikan
Divisi : spermatopyta
Sub : angiospermae
Kelas : dicotyledonae
Keluarga : transtroemiaceace
Genus : camellia
Spesies : camellia sinensis L
Daun teh berbau khas aromatik karena kandungan minyak atsi pada daun tersebut.
Seduha teh memberikan rasa agak se[et. Daun teh sebagai bahan baku untuk membuat
minuman teh memiliki sususan makroskopik sebagai berikut:
- Helain daun teh cukup tebal, kaku berbentuk sudip melebar sampai memanjang.
Panjang saun tidak lebih dari 5cm. Daun teh mempunyai tangkai yang panjang.
- Permukaan daun bagian atas mengkilat, sementara pada permukaan daun muda
bagian bawah berambut. Setelah tua permukaan teh menjadi licin.
- Bagian tepi daun teh bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas
dan terbenam.
- Daun teh yang dipetik dari bagian pucuk tanaman teh merepukan bahan baku
pembuatan minuman teh. Air teh ysang kita minum nengandung kafein(1-4%), tanin (7-
15%), vitamin A, B, C, zat yang tidak larut dalam air seperti serat protein dan pasti serta
zat yang larut dalam air seperti gula, asam amino dan mineral serta minyak atsiri.
Dengan demikian daun teh sebagai bahan minuman dikategorikan sebagai bahan
penyegar yang mempunyai nilai gizi. Literartur lain menuliskan komposisi tesh seperti
dimuat dalam tabel 5.2

Tabel 5.2 komposisi teh

N Komposisi Persen%
o

1 Alkaloi kafein 2,5-4,5(berat kering)

2 Nitrogen 4,5-5(berat kering)

3 Gula 0,73-1,41

4 Pati 0,82-2,96

5 Polyphenol ,pektin 6,1

Selain sebagai bahan penyegra, seduhan daun teh juga dapat berkhasiat obat yaitu
sebagai zat antidotum akibat keracunan logam-logam berat dan alkaloida. Sebelum
digunakan sebagai obat antidotum kuncup daun berikut 2-3 helai daun dibawahnya
digulung dan di fermentasi selama beberapa hari kemudian diberikan kepada penderita
setelah disedung dengan air panas.
Tanaman teh merupakan tanaman yang mudah tumbuh di daerah tropik dan
subtropik pada kentinggian 200-2.000 m di atas permukaan laut. Sehingga tanaman teh
kurang cocok dutanam di dataran rendah. Selain dibutuhkan sinar matahari yang cukup
untuk petumbuhan tanman teh, tanaman ini juga mengehendaki tanah yang dalam dan
mudah menyerap air karena tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan. Oleh
karenanya tanaman teh agar pertumbuhannya baik(produktif) membutuhkan curah hujan
minimum 1.200 mm merata sepanjang tahun.
Pada perkembangan teh kemudian menjadi komoditas yang bernilai ekonomi.
Tidak ayal lagi sebagai komoditas yang banyak dicari orang mennjadikan teh layak
sebagai bahan perdagangan dunia. Tanaman teh(camellia sinensis L) sebagai tanaman
budidaya bernilai ekonomi tinggi telah diusahakan di indonesia sejak dulu dan
berlangsung sampai sekarang. Di indonesia perkebunan teh terpusat di dataran
menengah dan tinggi di pulau jawa, sumatera utara, sumatera barat, bnegkulu, dan
sumatera selatan. Luas perkebunan teh di indonesia tahun 1990 seluas 129.500 ha.
Kini telah dikenal ada berbagai jenis varietas yang banyak diusahakan oleh
perkebunan-perkebunan, baik berskala kecil(kebun rakyat) maupun berskla besar. Di
antara sekian banyak varietas tanaman teh yang telah dikenal di indonesia yaitu varietas
utama varietas china, asam dan cambodia. Klon anjuran balai penelitian perkebunan
gambung tahun 1878-1988 adalah seri gambung (disingkat Gmb) aeperti : Gmb1,
Gmb2, Gmb3 dan Gmb4. Varietas lain yang juga di usahakan di indonesia didatangkan
dari negara penggemar teh utama yaitu jepang yang ditanam di perkebunan rakyat di
daerah Garut, jawa barat.

Sumber: http://1.bp.blogspot.com

Gambar 5.4 Perkebunan Teh di Indonesia


Tanaman teh dapat tumbuh sampai tingginya mencapai 6-9 meter. Namun
dimekian budidaya tanaman teh di perkebunan-perkebunan teh dipertahankan tinggi
taman teh setinggi 1 m. Kondisi ini tetao dipertahankan agar memudahkan pemetikan
daun teh. Selain hal itgu pemangakansan memang sengaja dilakukan agar terjadi tunas-
tunas daun teh ysng cukup banyak sehingga tanaman dapat bereproduksi secara
maksimal. Budidaya tanaman teh dinyatakan berhasil setelah tanaman berumur lima
tahun mampu memberikan hasil yang signifikan. Setelah pertama selanjutnya dapat
dilakukan pemanenan daun teh secara terus-menerus(kontinyu).
Tanaman-tanaman teh yang dirawat dapat memberikan hasil daun teh yang cukup
optimal selama 40 tahun. Tanamam teh yang diusahaka dalam lahan perkebunan teh
perlu senantiasa diberikan pupuk yang sesuai dan dengan jumblah yang memadai secara
terartur. Selain hal itu tanaman teh perlu dibebaskan dari adanay serangan hama
penyakit tanaman. Setelah tanaman teh berumur 40 tahun ke atas perlu dilakukan
peremajaan tanaman. Daun-daun bagian pucuk tanaman teh sebagai bahan baku utama
untuk membuat teh dapat dipetik dari tanaman teh usia produktif dengan selang waktu 7
sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di masing-masing daerah.
Pemanenan atau pemetikan daun teh hingga kini masih dilakukan oleh tenaga
manusia, sebagian besar dilakukan oleh tenaga-tenaga wanita. Teknik atau cara
pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh,juga sangat menentukan mutu
teh yang dihasilkan. Teknik atau cara pemetikan daun teh untuk produksi ada dua cara
halus (fine plucking) dan pemetikan daun secara kasar (coarse plucking). Pemetikan
daun teh secara halus akan menghasilakn teh berkualitas baik. Pemetikan daun teh
secara halus dipilih daun pucuk dan dua daun di bawahnya. Ada pula yang melakukan
pemetikan medium, dengan juga memetik bagian halus dari daun ketiga di bawah daun
pucuk. Sementara pemetikan daun teh secara kasar lebih sering dilakukan di beberapa
perkebunan (rakyat). Pemetikan daun teh secara kasar dipilih daun pucuk dengan tiga
atau lebih banyak daun bawahnya,termasuk batang.

Komoditi hasil perkebunan berupa teh di pasaran bebas dikenal ada dua jenis
yaitu teh hitam dan teh hijau. Teh hitam dihasilkan oleh perkebunan besar, sedangkan
teh hijau dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Kopi dikelompokkan berdasarkan asal
varietas seperti kopi arabika dan robusta. Selain berdasarkan asal varietas komoditi kopi
dikelompokkan juga berdasarkan cara pengolahannya yaitu diolah secara kering dan
diolah secara basah.

Teh dijadikan komoditi ekspor oleh Indonesia untuk mendatangkan devisa


negara non migas. Sebagai komoditi ekspor penjualan teh dari Indonesia sangat
bergantung pada kebutuhan permintaaan pasar dunia. Hal ini disebabkan enam puluh
lima persen produksi teh Indonesia dijual ke luar negeri atau diekspor ke negara-negara
lain yang membutuhkan (Bisnis Indonesia, 3 Desember 2004).

Lebih lanjut dilaporkan oleh Bisnis Indonesia (2004) perkembangan ekspor teh
dari Indonesia pernah mengalami penurunan selama sembilan tahun terakhir ini yaitu
dari tahun 1993 dengan jumlah 123.900 ton menjadi 100.185 ton pada tahun 2002.
Rata-rata perkembangan ekspor teh menurun 2,1% per tahun. Hal ini disebabkan oleh
lemahnya daya saing teh Indonesia di pasar dunia. Lonjakan ekpor teh baru terjadi pada
tahun 2003. Tetapi disayangkan lonjakan ekspor teh pada tahun 2003 itu tidak di
teruskan pada tahun 2004. Justru pada tahun 2004 Indonesia mengalami penurunan
ekspor teh dan hanya mencapai volume sebesar 88.176 ton. Penurunan tersebut
disebabkan oleh berbagai faktor termasuk adanya penurunan konsumsi teh di Inggris
dan negara-negara Eropa lainnya.

Menurut Suprihatini (2000) pangsa pasar teh Indonesia selama ini meliputi
negara-negara: Pakistan, Inggris, Belanda, Jerman, Irlandia, Rusia, Amerika Serikat,
Singapura, Malaysia, Siria, Taiwan, Mesir, Maroko, dan Australia. Indonesia
mengalami penurunan pangsa pasar dari 5,4%di tahun 1997 menjadi 3,9 pada tahun
2001. Dari data pengusaan pangsa nilai ekspor seluruh jenis teh, pada tahun 2001
Indonesia merupakan negara pengekspor teh terbesar pada urutan ketujuh di dunia
setelah India(18,9), Cina(17,1%), Sri Lanka (15,2%), Kenya (7,9%), Inggris (7,9%) dan
Uni Emiran Arab (4%).

Sedangkan menurut Menteri Pertanian Anton Apriyanto (2007) merosotnya


pertumbuhan ekspor teh Indonesia dibandingkan pertumbuhan ekspor dunia antara lain
di sebabkan beberapa faktor, yaitu komposisi produk teh yang di ekspor Indoneisa
kurang mengikuti kebutuhan pasar, negara-negara tujuan ekspor teh Indonesia kurang
ditujukan ke negara-negara prngimpor teh, yang memiliki pertumbuhan impor teh tinggi
dan daya saing teh Indonesia di pasar dunia teh lemah. Diperlukan upaya-upaya yang
tepat dan sinergi guna mendongkrak ekspor komoditi yang satu ini sehingga negara
dapat meraup keuntungan yang tinggi dari ekspor teh. Untuk menumbuhkan ekspor teh
Indonesia, dalam bentuk produk-produk hilir teh hijau curah. Selain hal itu upaya dapat
dilakukan dengan kerja keras dari seluruh pemangku kepentingan dibidang per-teh-an,
termasuk para petani teh, pedagang, industri dan Pemerintah. Untuk mempertahankan
citra yang selama ini sudah di capai oleh Indonesia dalam bidang per-teh-an.

Indonesia sendiri merupakan pasar potensial untuk komoditi teh. Hal itu
dikarenakan jumlah penduduk Indonesia cukup banyak yaitu mencapai 220 juta jiwa.
Kebanyakkan penduduk Indonesia menggemari meminum teh. Apabila konsumsi teh
perkapitanya dapat di tingkatkan, maka hal itu mendongkrak kebutuhan akan teh di
negara ini. Tercatat data tahun 2007 penduduk Indonesia yang mengonsumsi teh sekitar
330 gram per kapita per tahun. Data tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan
dengan konsumsi per kapita negara-negara produsen lain, seperti Sri Lanka 1.290 gram
per kapita per tahun, Maroko 1.220 gram per kapita per tahun, India 660 gram per
kapita per tahun, Irlandia 3.230 gram per kapita per tahun, dan Qatar 2.220 gram per
kapita per tahun ( sumber: Ritc.or.id, 2007 ).

Komoditi hasil perkebunan yaitu teh dipasaran bebas dikenal dua jenis yaitu teh
hitam dan teh hijau. Teh hitam dihasilkan oleh perkebunan besar, sedangkan teh hijau di
hasilkan oleh perkebunan rakyat.

b. Kopi

Seperti halnya teh kebiasaan meminum kopi sudah banyak dilakukan orang-
orang di seluruh dunia. Dalam biologi tanaman kopi diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )

Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )

Superdivisi : Spermatophyta ( Menghasilakan biji )


Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )

Kelas : Magnoliopsida ( berkeping dua/ dikotil )

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae ( suku kopi-kopian )

Genus : Coffea

Spesies : Coffea arabica L.

Sumber: http://3.bp.blogspot.com

Gambar 5.5 Kopi Arabika

kopi merupakan hasil perkebunan yang dikelompokkan sebagai bahan penyegar.


Umumnya kopi di konsumsi manusia dalam bentuk minuman. Tapi sekarang ini
kegunaan kopi banyak sekali. Sebagai bahan yang dikonsumsi manusia penggunaan
kopi tidak hanya terbatas untuk membuat minuman. Berbagai macam produk makanan
olahan menggunakan kopi seperti roti/kue, permen dan makanan jajanan lain. Kopi
mampu memberikan cita rasa dan aroma khas yang menyenangkan sebagai
makanan/kudapan. Orang-orang tertentu karena alasan kesehatan maka ia tidak
mengonsumsi kopi. Dalam kehidupan sehari-hari kopi paling sering di sajikan dalam
bentuk minuman kopi. Kini minuman kopi senantiasa di hadirkan dalam setiap
perjamuan, ketika sedang di rumah maupun di mana saja. Sebagai minuman kopi hadir
mulai di warung kaki lima/ angkringan hingga di rumah makan atau restoran di hotel-
hotel berbintang. Konsumsi kopi dari waktu ke waktu terus meningkat jumlahnya.
Seiring dengan hal itu kebutuhan kopi juga meningkat jumlahnya dari waktu ke waktu.

Seperti halnya bangsa lain, masyarakat Indonesia juga begitu familiar dengan
jenis minuman kopi. Bahkan sejak Indonesia dijajah Belanda hingga setelah merdeka
banyak orang menggemari minuman kopi. Ada tiga jenis varietas tanaman kopi yang
sangat populer menghasilkan biji kopi yang digemari masyarakat dunia yaitu kopi
Arabica, Robusta, dan Liberika. Selain berdasarkan asal varietas komoditi kopi
dikelompokkan juga berdasarkan cara pengolahan kopi yaitu diolah secara kering dan
diolah secara basah.

Sumber: http://id.wikipedia.org

Gambar 5.6 Biji Kopi Telah Digoreng

Wajar kiranya kopi menjadi komoditi yang diperdagangkan diseluruh dunia.


Kopi di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian
masyarakat di Indonesia. Ekspor kopi dari Indonesia dijadikan andalan untuk
menambah devisa negara dari sektor non-migas. Mengapa demikian ? Dipandang dari
segi ekonomi, harga kopi di pasaran dunia cukup tinggi sehingga berpotensi pada
tingginya pemasukan devisa negara dari sektor non-migas. Kiranya sangat layak
komoditi kopi dijadikan sebagai salah satu komoditas unggulan dalam ekspor Indonesia.
Gagasan tersebut setidaknya telah diwujudkan oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat
untuk memproduksi kopi berkualias unggulan untuk kemudian diekspor ke negara-
negara lain yang membutuhkan.

Jenis-jenis kopi yang biasa di perdagangkan yaitu kopi Arabika, kopi Robusta,
dan kopi Liberika. Dari ketiga jenis kopi tersebut yang banyak diusahakan Indonesia
terutama untuk tujuan ekspor yaitu kopi Arabika dikarenakan harga kopi ini lebih tinggi
dibandingkan kopi Robusta yang juga banyak di tanam di Indonesia. Tahun 1990 harga
kopi arabika 1,8U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83U$D/Kg. Rendahnya harga kopi
Robusta di pasaran internasional antara lain disebabkan oleh kopi Robusta mengalami
over supply. Akibatnya situasi pasaran dunia untuk jenis kopi Robusta menurun. Realita
tersebut mendorong International Coffe Organization ( ICO ) melakukan pemotongan
kuota kopi Robusta sebanyak 2 kali lipat dalam setahun.

Indonesia perlu menyikapi keadaan tersebut dengan melakukan usaha pemilihan


jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomi dan rasa yang relatif baik serta yang tahan
terhadap penyakit karat daun. Secara kongkrit usaha yang daopat dilakukan Indonesia
untuk merebut peluang pasar lainnya tingkat dunia, antara lain dengan pengembangan
tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman
kopi dan kopi Robusta menjadi kopi Arabika.

Peremajaan dalam hal ini adalah usaha menggantikan tanaman yang secara
ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktifitas rendah sehingga perlu di ganti
dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktifitas yang tinggi. Kegiatan
perluasaan adalah menanam tanaman kopi di area baru lingkungannya sesuai dengan
persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi. Sedangkan
rehabilitas kebun adalah kegitan untuk memulihkan kondisi kebun keadaan yang lebih
baik, sehingga produktifitas meningkat. Rehabilitasi tanaman ditujukan pada populasi
tanaman yang telah berkurang karena kesalahan kultur teknis, serangan hama dan
penyakit serta kekeringan yang akan mengakibatkan produktifitas tanaman per hektar
rendah dan tidak menguntungkan untuk diusahakan. Usaha budidaya tanaman kopi di
Indonesia sudah seharusnya dilakukan dengan cara-cara seperti itu untuk mendongkrak
pendapatan devisa negara dari sektor non-migas berupa komoditi kopi tersebut
(sumber:www.pertanian.gp.com, senin,10 Agustus 2009)

Indonesia diberkati dengan letak geografisnya yang sangat cocok difungsikan


sebagai lahan perkebunan kopi. Letak Indonesia sangat ideal bagi iklim mikro untuk
pertumbuhan dan produksi kopi. Sebagai produsen kopi tingkat dunia Indonesia
senantiasa bersaing dengan kopi yang diproduksi negara-negara lain, terutama dalam
hal kualitas kopi yang diperdagangkan. Selain kualitas dalam hal jumlah dan
kontinyuitas produksi perlu senantiasa dijaga agar konsumen tidak kecewa. Untuk itu
Indonesia perlu menjalin kerjasama dengan negara-negara produsen kopi berkualitas.

Menurut International coffe organization (ICO) produksi kopi dunia tahun 2010
mencapai 134,39 juta bag atau 8,06 juta ton. Indonesia merupakan penghasil kopi
terbesar ketiga setelah Brazil, Vietnam dan diikuti oleh Columbia yang membayangi
pada posisi keempat. Total ekspor biji (biji dan olahannya ) tahun 2010 sebesar 433,6
ribu ton dengan nilai US$ 814,3 juta yang dipasarkan ke-65 negara tujuan ekspor.
Sepuluh negara tujuan ekspor utama adalah Jerman, Amerika Serikat (AS), Jepang,
Italia ,Malaysia, Inggris,Belgia,Mesir, Algeria dan Rusia. Korea Utara,Laos, Kiribati
merupakan pasar baru bagi kopi Indonesia pada tahun 2010.

Jika ditinjau dari pangsa pasar kopi Indonesia atas dasar volume di negara tujuan
utama, untuk pasar Jerman, Indonesia merupakan pemasok terbesar ke lima atau 5,70 %
dari total impor Jerman dari dunia sebesar 1.150,5 ribu ton. Untu pasar Jepang
Indonesia menempati posisi ke tiga setelah Brazil dan Columbia dengan pangsa pasar
14,22 % dari total impor Jepang. Untuk pasar Malaysia, Indonesia memasok 44,68%
dari total impor Malaysia, sekaligus menempati posisi kedua setelah Vietnam dengan
pangsa pasar 13,93 %.
Indonesia sebagai produsen kopi dewasa ini sedang berupaya untuk mencari
nilai tambah dari kopi, dengan mengembangkan kopi organik,kopi spesialty termasuk
mengembangkan kopi bersertifikat Indikasi Geografis, seperti Kopi Kintamani (Bali),
Kopi Gayo (Aceh), dan Kopi Arabikan Flores Bajaw (NTT). Kita berharap di masa
yang akan datang Indonesia dapat lebih menikmati nilai tambah dari kopi dan
meningkatkan peranannya di pasar internasional. (sumber:ICO,UN Comtrade,BPS.
Admin PI-RL, Ditjen PPHP, 2013).

Penurunan ekspor komoditi non migas tidak terjadi pada kopi. Dalam kurun
waktu 2007 hingga 2012, ekspor kopi diklaim mengalami pertumbuhan rata-rata 10
persen setiap tahun. Setidaknya kopi mampu berkontribusi minimal 1 persen dari total
nilai ekspor non migas ( Mardjoko Republika.co.id.,2013). Tahun 2011 nilai ekspor
kopi sebesar US$ 1.04 miliar. Sedangkan tahun 2012 nilai ekspor kopi menembus US$
1,2 miliar. Nilai ekspor kopi telah melampaui angka US$ 1 miliar yang merupakan
angka tertinggi dari nilai ekspor dalam lima tahun terakhir. Meskipun menunjukkan
neraca positif, kopi Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan di dunia
internasional. Pertama ,kandungan karbaril kopi Indonesia sebesar 0,5 miligram per
kilogram menuai penolakan dari Jepang.

Lebih lanjut dinyatakan Mardjoko (2013) Indonesia sedang melakukan berbagai


upaya agar ekspor kopi Indonesia terus mengalami peningkatan, terutama tentang
persyaratan yang ditentukan oleh negara pengimpor kopi Indonesia. Di negara sakura,
kandungan karbaril yang di bolehkan sebesar 0,01 miligram per kilogram. Sedangkan di
Amerika, kandungan karbaril yang di bolehkan sebesar 0,1 miligram per kilogram.
Selain hal itu pemerintah Indonesia juga terus melakukan diversifikasi pasar non migas
ke negara-negara seperti Timur Tengah, Eropa Timur dan Afrika untuk meningkatkan
nilai ekspor non migas yang satu ini. Upaya diplomatik dilakukan oleh pemerintah
Indonesia untuk menyelesaikan hambatan pasar dengan aktif dalam kegiatan Asia
Pasific Economi Conference (APEC) dan World Trade Organization (WTO).

Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sambudi (2005), faktor-


faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Arabika Indonesia adalah harga ekspor kopi
Arabika, harga domestik kopi Arabika, nilai tukar rupiah terhadap dollar trend waktu,
pendapatan per kapita, lag ekspor, produksi, dan dummy. Semua variabel yang terdapat
dalam model ekspor masing-masing berpengaruh nyata terhadap ekspor kecuali
pendapat per kapita dan trend waktu. Dalam jangka panjang ekspor kopi Arabika
Indonesia bersifat responsif antara lain terhadap perubahan harga domestik, nilai tukar,
produksi, dan bersifat tidak responsif terhadap perubahan harga ekspor. Peningkatan
jumlah ekspor ini disebabkan oleh faktor kurs, yaitu terdepresiasinya rupiah terhadap
dollar Amerika yang membuat harga kopi Arabika Indonesia relatif lebih murah
(variabel dummy).

c. Cengkeh

1. Tinjauan dari Segi Botani

Pohon cengkeh mempunyai beberapa nama dalam bahasa latin yaitu Eugena
aromatica OK, Eugena caryophyllata, Thunb., caryophyllus aromaticus, Linn., atau
Jambosa caryophyllus, Spreng. Dalam klasifikasi tanaman secara biologi semua itu
termasuk kedalam famili Myrtaceae, dan sekerabat dengan jambu air (Eugenia jambos).

Sumber: http://bestbudidayatanaman.blog.spot.com/2012

Gambar 5.7 Cengkeh


Untuk kepentingan teknik bercocok tanam, berikut ini merupakan uraian singkat
tentang seluk-beluk tanaman cengkeh dan berbagai macam (jenis) varietas tanaman
cengkeh yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan secara biologi (botani).

 Bagian Pohon dan Umur Produktif Cengkeh

Pohon cengkeh mempunyai ciri-ciri yaitu kayunya keras sekali memiliki cabang-
cabang yang padat dan kuat. Pohon cengkeh tumbuh tegak lurus keatas dengan ranting-
rantingnya tidak berserakan. Secara keseluruhan pohon cengkeh terlihat sebagai semak
dengan tajuk-tajuk daun tumbuh membentuk kerucut. Tinggi pohon cengkeh dapat
mencapai 15-20 meter, dan dapat hidup hingga lebih dari 100 tahun.

Kulit kayu pada batang pohon cengkeh sifatnya kasar dan warnanya abu-abu.
Sedangkan kulit kayu pada cabang-cabang batangnya tipis tetapi sukar dilepaskan.
Kebanyakan pohon cengkeh mempunyai cabang-cabang yang panjang dan kuat guna
mempertahankan spesiesnya untuk tetap hidup di alam.

 Daun Pohon Cengkeh

Umumnya bentuk daun cengkeh bulat panjang,tebal dan kuat. Warna daun
cengkeh ada yang hijau kekuningan atau hijau muda, misalnya daun cengkeh jenis
siputih. Ada pula daun cengkeh yang berwarna hijau sampai hijau tua kehitaman
misalnya untuk cengkeh jenis sikotak. Tanaman cengkeh memiliki helaian daun lebih
kecil. Permukaan daun berwarna lebih tua dan mengkilat, sedangkan sisinya yang ada
disebelahnya berwarna kelam. Daun yang masih muda warnanya kemerahan tetapi akan
berubah menjadi tampak gelap ketika sudah tua. Daun cengkeh umumnya memilki
tangkai daun berukuran kuranglebih seperempat panjang daunnya. Dari tangkai daun
yang memanjang merupakan tulang daun yang utama, kelihatan jelas, dan tebal. Dari
tulang utama tersebut tumbuh dua belah tulang daun yang lebih kecil dan banyak yang
disebut tulang-tulang cabang atau urat daun. Dari tulang cabang masih tumbuh urat-urat
daun yang lebih banyak lagi dan halus, satu dengan yang lainnya saling berhubungan
membentuk kerangka daun.
Tanaman cengkeh memiliki duduk daun yang saling berhadapan. Pada simpul-
simpul ketiak daun tumbuh tunas-tunas yang pada akhirnya menjadi cabang kedua,
demikian ini terjadinya untuk selanjutnya sehingga nantinya akan tumbuh dan
berbentuklah ranting-ranting pohon. Jumlah ranting-ranting pohon inilah yang nantinya
akan menentukan jumlah bunga cengkeh yang dihasilkan produk utama tanaman
cengkeh.

Daun cengkeh mempunyai nilai ekonomis karena terdapat kandungan zat minyak.
Minyak daun cengkeh dapat diisolasi dengan cara disuling dan hasilnya diperdagangkan
di pasaran bebas sebagai minyak daun cengkeh yang selanjutnya dimanfaatkan untuk
bahan baku pembuatan produk lain seperti obat-obatan, kosmetik, dan lain-lain. Minyak
daun cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari daun pohon cengkeh dengan
cara penyulingan. Standar mutu minyak daun cengkeh dalam perdagangan sesuai
ketentuan SII 0006/72 selengkapnya. Ditusliskan dalam tabel 5.3.

Tabel 5.3 Standar Mutu Minyak Daun Cengkeh

No Syarat Mutu Nilai


1 B.J. 15/15 1.03-1.06
2 Putaran optik (20◦) -1◦35’
3 Indeks bias (20◦) 1,52-1,54
4 Eugenol 78-93%
5 Minyak pelican Negatif
6 Minyak lemak Negatif
7 Kelarutan dalam Ethanol 70% 1:2 jernih, seterusnya jernih
Sumber: Rizal Syarief dan Anies Irawati, 1988

Penyulingan minyak atsiri dari daun pohon cengkeh umumnya dilakukan pada
daun-daun cengkehyang telah gugur. Hal itu dimaksudkan agar pemanfaatan daun
tersebut tanpa merusak pohon cengkeh yang akan diambil hasil utamanya berupa bunga
cengkeh. Daun-daun cengkeh yang akan disuling tersebut umumnya diambil dari
tanaman cengkeh yang telah berumur 5-18 tahun. Dari tanaman ini setiap minggunya
dapat dikumpulkan daun kering yang telah berguguran sebanyak 0,5 hingga 0,8
kg/pohon.

 Susunan Akar Pohon Cengkeh

Pohon cengkeh mempunyai susunan-susunan akar sebagai berikut :


 Tudung akar, yakni bagian yang melindungi akar waktu menembuh tanah.
 Akar tunggang, yakni akar yang lurus masuk kedalam tanah yang dalam berguna
untuk tegaknya tanaman dan menolong sekitarnya terjadi kekeringan tanah.
 Akar tunggang palsu, yakni akar yang dibentuk dari akar yang lebar.
 Akar serabut, yakni akar halus yang membentuk suatu masa yang rapat yang
tumbuh dari akar tunggang.
 Akar lebar, yakni akar-akar serabut yang telah membesar. Letaknya mendatar di
bawah permukaan tanah. Pada akar lebar banyak pula ditumbuhi akar-akar
serabut.
 Bulu akar yakni bagian akar yang halus dan banyak sekali jumlahnya, mudah
patah berguna untuk menghisap unsur-unsur hara makanan bagi tanaman
cengkeh.

 Bunga/ buah cengkeh


Bunga cengkeh bertangkai pendek, tumbuh pada tandan. Setiap tandan tumbuh 4-
10 rumpun dan setiap rumpun tumbuh bunga tetapi jumlahnya tidak lebih dari tiga biji
bunga. Bunga cengkeh terdiri dari empat buah kelopak bunga dan empat buah daun
mahkota bunga. Kelopak bunga berbentuk gerigi dan sifatnya tetap, sedangkan sifat
mahkota bunganya menyelubungi benang sari yang terdapat pada badan buah, tangkai
putik, dan bakal buah yang letaknya ada di bawahnya. Sementara di bagian dalamnya
terdapat bakal biji.
Pada permukaan kuncup badan bunga terdapat beberapa kelenjar minyak. Setelah
terjadi persarian, proses selanjutnya yang terjadi yaitu mahkota daun bunga dan benang
sari akan gugur hingga tinggal kelopak bunganya saja. Saat itu pula dimulai
pertumbuhan buah ditandai dengan badan bunga tumbuh membesar dan pada saatnya
nanti berubah menjadi seperti tong kecil dengan ukuran panjang lebih kurang 2,5 cm
dan disebut buah. Waktu yang diperlukan untuk menjadi buah masak dari bunga sekitar
4-6 bulan lamanya. Buah terdiri dari daging buah,kulit selaput, biji, keping buah
(dicotyl) dan lembaga (embryo).

 Persarian
Persarian berkaitan dengan sistem perkembangbiakan tanaman cengkeh. Bunga
cengkeh mempunyai dua sel kelamin yakni sel kelamin jantan dan sel kelamin betina
(hermaproditus). Sifat ini memungkinkan bunga cengkeh dapat menghasilkan biji dari
persarian sendiri pada sau pohon atau dapat pula dengan persarian secara bersilang.
Persarian silang dapat terjadi dengan perantaraan angin, serangga atau manusia.
Berkaitan dengan persarian pada bunga cengkeh terjadi teratur sekali yaitu
terjadinya saat pagi-pagi hari mahkota bunganya membuka semuanya. Setelah
membuka beberapa jam kemudian terjadi pelepasan tepung sari dari kantong-
kantongnya dan kepala putiknya menerima serbuk sari sehingga terjadi persarian
( pembuahan ). Persarian silang sering kali terjadi dalam satu pohon sehingga
menghasilkan bentuk-bentuk peralihan antara jenis yang satu dengan jenis lainnya.
Persarian ini dapat terjadi baik secara tidak disengaja maupun secara disengaja yang
dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan jenis tanaman hybrida.

2. Jenis-Jenis Cengkeh
Jenis-jenis cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia sebetulnya
jumlahnya banyak. Dari sekian itu pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam
(tipe) seperti dikemukakan berikut ini .

a. Cengkeh Siputih
Tanaman cengkeh jenis siputih mempunyai ciri yaitu daun berwarna kuning atau
hijau muda dengan helainnya berukuran besar-besar. Pohon cengkeh siputih mempunyai
cabang-cabang dan daun yang tidak begitu rimbun. Cabang-cabangnya mati dari bawah
hingga dua meter tingginya. Bunga cengkeh jenis ini berukuran besar-besar dengan
jumlah yang banyak hingga belasan bunga yang mekar pada setiap rumpun pohon
warna bunga cengkeh siputih bukannya putih melainkan berwarna kuning.
b. Cengkeh Sikotak
Jenis cengkeh sikotak mempunyai daun berwarna hijau sampai hijau tua kehitam-
Hitaman. Helaian daun cengkeh jenis ini lebih mengkilap dan berukuran lebih kecil
dibandingkan jenis cengke siputih. Jenis cengkeh sikotak mempunyai cabang-cabang
pohon dan daun sangat rindang hingga ranting-rantingnya tertutup oleh daun. Cabang
dari bawah tetap tumbuh, berlawanan dengan jenis cengkeh siputih. Bunga cengkeh
jenis sikotak warnanya kuning sedikit kemerah-merahan pada tongkol bunganya. Tiap-
tiap rumpun jumlah bunga yang muncul 20-50 bunga.
c. Cengkeh Zanzibar
Jenis cengkeh ini sebenarnya berasal dari Maluku, Indonesia. Orang Ambon
memberi nama cengkeh ini “ bungulawan kiri ”. Jenis pohon cengkeh ini mempunyai
daun berbentuk memanjang dan ramping. Warna daun hijau gelap. Pangkal daun lebih
kecil dengan kuncup-kuncup bunga yang masih muda berwarna lebih merah. Buah yang
tua berbentuk bulat memanjang.
Dari ketiga jenis pohon cengkeh itu dapat terjadi persarian bersilang sehing timbul
jenis-jenis cengkeh berbentuk peralihan dari tiga jenis cengkeh tersebut. Kejadian
tersebut membuat kesulitan bagi orang hendak membedakannya. Selain hal itu di alam
di temui juga jenis cengkeh hutan dengan daun yang berukuran lebih besar dari pada
cengkeh biasa. Bunga cengkeh setelah kering sama sekali tidak mempunyai rasa seperti
cengkeh biasa.
Jenis-jenis cengkeh dapat di bedakan dari sudut mahkota pohon yaitu ada yang
berbentuk seperti selinder, piramida, piramida ganda,lonjong,telur dan bulat.

3. Cengkeh sebagai Komoditas Agribisnis


Cengkeh dan manfaatnya sedah lama di kenal orang Indonesia. Hal itu di
karanakan tanaman cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia. Sehingga tanaman
cengkeh banyak di temui dan tumbuh subur di Indonesia, terutama di wilayah Indonesia
timur seperti Kepulauan Maluku. Cengkeh merupakan salah satu bahan baku untuk
membuat rokok kretek. Industri rokok kretek itu sendiri, berkembang sejak akhir abad
ke-19. Pesatnya perkembangan industri rokok kretek di Indonesia menyebabkan
kebutuhan akan cengkeh terus meningkat jumlahnya.
Manfaat cengkeh sebenarnya banyak, tidak hanya untuk ramuan rokok kretek .
Disebutkan penggunaan cengkeh sebagai rempah-rempah yang telah lama dikenal yakin
untuk industri parfum, bahan baku pembuatan vanilin membeningkan preparat
sehingga dapat lebih mudah diliat di bawah mikroskop dalam pengamatan dan juga
untuk obat-obatan. Hal itu disebabkan cengkeh mengandung komponen yang khas
sifatnya yakni metil-n-amilketon. Bunga cengkeh mengandung kristal Ca-oksalat.
Kristal inilah diduga sebagai penyebab rokok kretek yang di beri ramuan cengkeh ketika
disulut api berbunyi “ kretek...kretek ”. komponen peting dalam bunga cengkeh ditulis
dalam tabel 5.4.

Tabel 5.4. Komposisi Bunga Cengkeh


No Komposisi Persen (%)
1 Air 5,0-8,3
2 Abu 5,3-7,6
3 Minyak Atsiri 14,0-21,0
4 Fixed Oil dan Resin 5,0-10,0
5 Protein 5,0-7,0
6 Serat Kasar 6,0-9,0
7 Tanin 10,0-18,0
Sumber: Rizal Syarief dan Anies Irawati, 1988.

Kondisi yang demikian itu memposisikan cengkeh dipandang sebagai komoditi


agribisnis Indonesia yang memiliki masa depan cerah. Hasil kerajinan ekonomi
perdagangan mendatakan perdagangan atau ekspor cengkeh Indonesia ke sejumlah
negara lain maupun memberikan andil yang tidak kecil dalam menyumbang perolehan
devisa negara dari sektor non-migas. Juga dari penggunaan cengkeh untuk industri
rokok itu sendiri dapat membukukan pendapatan yang tidak kecil. Tetapi amat
disayangkan dalam perkembangannya produksi cengkeh di Indonesia mengalami
penurunan. Sementara kebutuhan akan cengkeh terutama untuk bahan baku pabrik
rokok kretek terus mengalami peningkatn dari waktu ke waktu. Mau tidak mau atau
suka atau tidak suka Indonesia harus mengimpor cengkeh untuk dapat memenuhi
kebutuhannya.

Mengapa produksi cengkeh di Indonesia mengalami penurunan secara drastis ?


hal itu lebih dikarenakan banyak petani cengkeh beralih membudidayakan jenis
tanaman yang lainnya. Dengan demikian area perkebunan cengkeh berkurang dan
secara otomatis berdampak produksi cengkeh mengalami penurunan dalam jumlahnya.
Sementara di satu sisi perusaan rokok kretek terus merangkak bertambah banyak
jumlahnya dari waktu ke waktu. Dengan bertambahnya pabrik rokok kretek, maka
kebutuhan akan cengkeh sebagai bahan baku untuk pembuatan rokok kretek meningkat
jumlahnya secara signifikan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan cengkeh terpaksa harus
dilakukan impor cengkeh.

Pemerintah tidak menghendaki impor cengkeh berlangsung secara terus menerus.


Akan lebih baik jika kebutuhan akan cengkeh dapat dipenuhi sendiri dengan melakukan
upaya-upaya yang dapat meningkatkan produksi cengkeh di Indonesia. Pemerintah RI
pada tahun 1970 menetapkan program swasembada cengkeh. Langkah konkrit yang
dilaksanakan pemerintah dalam swasembada cengkeh yaitu melalui perluasan areal
untuk membudidayakan cengkeh.

Dengan dilaksanakan program swasembada cengkeh di Indonesia terlihat


perkembangan luas areal untuk tanaman cengkeh terjadi sangat mencolok. Luas lahan
yang ditanami cengkeh semula seluas 82.387 ha pada tahun 1970 mengalami
peningkatan menjadi seluas 724.986 ha pada tahun 1990. Program swasembada cengkeh
di Indonesia betul-betul dapat di wujudkan. Produksi cengkeh sesuai dengan yang
ditargetkan dapat tercapai pada tahun 1991, bahkan produksi cengkeh itu dapat tercapai
melebihi kapasitas yang di targetkan dalam program swasembada cengkeh. Tetapi
disayangkan keberhasilan itu tidak diimbangi dengan perbaikan harga cengkeh. Bahkan
yang terjadi adalah hal yang sebaliknya, harga cengkeh mengalami penurunan. Kejadian
ini tentunya tidak membuat petani cengkeh gembira bahkan yang sebaliknya.
Untuk membantu petani mengatasi hal tersebut langkah pemerintah selanjutnya
yaitu dengan cara mengatur tataniaga cengkeh melalui pembentukan badan penyangga
dan pemasaran cengkeh (BPPC) mendiversifikasi hasil, dan menkonversi sebagian areal
tanaman cengkeh. Tetapi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah seperti itu tidak
berhasil karena harga cengkeh tetap saja tidak membaik.

Rupanya petani cengkeh tidak mau ambil pusing dengan usahanya yang tidak
menjanjikan lagi dari segi pendapatan. Mereka kemudian banyak yang menelantarkan
tanaman cengkehnya sehingga areal tanaman cengkeh berkurang drastis. Penurunan
areal tanaman cegkeh dari waktu ke waktu terus terjadi. Pada tahun 2000 luas areal
cengkeh tinggal 428.000 ha dan tahun 2003 tinggall 228.000 ha. Pada tahun 2005 areal
tanaman cengkeh yang masih berproduksi sekitar 213.182 ha.

Penurunan produksi cengkeh terjadi lagi di Indonesia sejak tahun 2000. Setelah
itu keadaan percengkehan di Indonesia menjadi bertambah semakin parah dari waktu ke
waktu. Pada tahun 2009 produksi cengkeh Indonesia hanya mampu menyediakan
sekitar 50% dari kebutuhan pabrik rokok kretek. Padahal rata-rata Indonesia
membutuhkan cengkeh berkualitas tinggi sebanyak 92.133 ton untuk empat tahun
terakhir. Untuk dapat mendongkrak lagi produksi cengkeh di Indonesia, maka
pemerintah harus bersedia turun tangan lagi mengatasi masalah ini. Tanpa keterlibatan
pemerintah RI secara serius atau bersungguh-sungguh untuk mendongkrak
produktivitas dan tataniaga cengkeh, maka harapan tinggalah harapan. Banyak kalangan
penggiat agribisbis meyakini percengkehan Indonesia tidak pernah akan dapat
diperbaiki tanpa adanya dukungan atau campur tangan peran pemerintah untuk serius
memperbaiki sistem percengkehan Indonesia.

Titik terang mulai tampak karena pemerintah berniat memperbaiki kondisi


percengkehan Indonesia yang terus menerus memburuk. Pemerintah mengetahui bahwa
pada dasarnya agribisnis cengkeh sangat menguntungkan. Oleh karena itu pemerintah
RI kemudian menentukan kebijakan pembengunan bidang pertanian dengan
menggalakkan program intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan tanaman cengkeh
secara terukur.
Pada tahapan awal ditetapkan dan dijaga areal lahan yang ditanami cengkeh seluas
220.000-230.000 ha terletak di 10 provinsi di Indonesia. Wilayah tersebut kemudian
ditetapkan sebagai sentra produksi cengkeh untuk kepentingan PRK. Guna menjaga
keseimbangan dengan produksi tanaman yang lain, maka areal lahan maksimum yang di
peruntukan bagi budidaya tanaman cengkeh seluas 250.000 ha. Program ini
dimaksudkan untuk menjaga kontinuitas, keseimbangan pasokan dan permintaan
cengkeh serta pemberlakuan harga cengkeh yang tetap menguntungkan petani. Target
pemenuhan kebutuhan cengkeh untuk pabrik rokok kretek sebanyak 92.133 ton per
tahun (GAPPRI,2005).

Pelaksanaan program intensifikasi dan rehabilitasi tanaman cengkeh yang


dilakukan oleh pemerintah Indonesia yaitu pada lahan pertanian seluas 70.000 ha serta
replanting (peremajaan ) seluas 35.000 ha. Pelaksaan program tersebut sengaja dibatasi
di 10 provinsi PRK. Tidak sembarangan wilayah dipilih oleh pemerintah untuk
diterapkan program seperti itu melainkan dipilih areal dengan kualifikasi sebagai daerah
yang sangat sesuai. Langkah ini ditempuh untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi
peningkatan kebutuhan cengkeh sebanyak 5% setiap tahun sesuai dengan yang
diprediksikan oleh gabungan perserikatan pabrik rokok Indonesia (GAPPRI) sebesar
5% / tahun diharapkan dapat terpenuhi oleh kelebihan areal dari 230.000 ha yang ada di
luar ke 10 provinsi PRK. Kelebihan tersebut termasuk untuk kemungkinan ekspor dan
diversifikasi hasil untuk keperluan industri makanan, farmasi dan pestisida nabati.

Total biaya yang diperlukan untuk itu adalah Rp. 1,037 trilliun yang terdiri dari
investasi masyarakat Rp.767.532 milliar, investasi swasta Rp. 184,020 milliar, dan
investasi pemerintah untuk fasilitasi mengadaan infrastruktur serta dukungan penelitian
pengadaan benih unggul dan sebagainya sebesar Rp. 85,5 milliar. Sebesar lahan untuk
pertanaman cengkeh di Indonesia seperti dituliskan dalam tabel 5.5.

Tabel 5.5. Sebaran Lahan Pertanaman Cengkeh di Indonesia

No Nama Daerah Luas Lahan


1 Aceh Lahan yang sudah digunakan (Ha): 22.117
2 Bali Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 15.856
Status lahan : luas areal perkebunan rakyat 15.776 ha,
dan perkebunan swasta 79,781 ha.
3 Bangka – Belitung Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 50
Status lahan : perkebunan rakyat
4 Banten Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 15.602
Status lahan : perkebunan rakyat
5 Bengkulu Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 1.207
6 DI. Yogyakarta Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 3.014
Status lahan : perkebunan rakyat
7 Gorontalo Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 7.800
Status lahan : perkebunan rakyat
8 Jambi Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 312
9 Jawa Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 32.775
Status lahan : luas areal perkebunan rakyat 31.374 ha ,
dan perkebunan swasta 1.401 ha
10 Jawa Tengah Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 36.065
Status lahan : luas areal perkebunan rakyat 36.367 ha ,
dan perkebunan swasta 1.122 ha.
11 Jawa Timur Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 41.474
12 Kalimantan Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 1.069
13 Kalimantan Selatan Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 1.780
14 Kalimantan Timur Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 201
Status lahan : perkebunan rakyat
15 Kepulauan Riau Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 15.250
16 Lampung Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 7.627
17 Maluku Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 36.810
18 Maluku Utara Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 18.057
19 Nusatenggara Timur Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 13.720
20 Papua Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 2.061
21 Papua Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 735
Status lahan : perkebunan rakyat
22 Sulawesi Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 3.021
Status lahan : perkebunan rakyat
23 Sulawesi Selatan Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 44.524
24 Sulawesi Tengah Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 43.288
Status lahan : perkebunan rakyat
25 Sulawesi Tenggara Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 16.075
Status lahan : perkebunan rakyat
26 Sulawesi Utara Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 74.381
27 Sulawesi Barat Lahan yang sudah digunakan (Ha) : 6.919
Sumber: http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodityarea.php, 2012

Terdapatnya peluang pengembangan industri hilir untuk keperluan makanan,


farmasi dan pestisida nabati, termasuk peluang ekspor cengkeh ke manca negara
disiasati pemerintah RI untuk ditangani secara bersungguh-sungguh. Dalam hal ini agar
cepat kentara keberhasilannya, maka pemerintah RI mengharapkan pihak swasta untuk
sudi menginvestasikan modalnya dalam agribisnis cengkeh, baik agribisnis hulu
maupun agribisnis hilir. Agribisnis hulu misalnya dalam penangkaran benih, sektor “ on
farm ” pendirian perkebunan besar ( PBS ) dalam rangka peremajaan ( replanting ).
Sedangkan agribisnis hilir misalnya dibidang industri penyulingan minyak, industri
makanan dan farmasi serta pengolahan pestisida nabati cengkeh. Kegiatan “on farm ”
dalam bentuk pendirian perkebunan besar cengkeh dalam rangka peremajaan
menggantikan tanaman tua maupun memberikan B/C sebesar 1.54 dengan IRR 21.20 %.
Sementara itu dalam usaha industri penyulingan minyak pada tingkat bunga modal 18%
maupun memberikan B/C 1.26 dengan IRR 23%.

Dukungan kebijakan pemerintah yang diperlukan adalah pemberdayaan


penyuluhan dan organisasi kelompok tani untuk memprioritaskan pengembangan
cengkeh hanya di daerah sentra produksi cengkeh itu PRK. Pengembangan di luar 10
provinsi pabrik rokok kretek ( PRK ) diserahkan pada swadaya masyarakat dan dapat
digunakan untuk mengantisipasi (bumper) kenaikan pemerintahan sesuai yang telah
diperkirakan oleh gabungan perserikatan pabrik rokok Indonesia (GAPPRI). Selain hal
itu juga diproyeksikan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekspor dan diversifikasi
produksi minyak cengkeh eugenol, dan pestisida nabati. Dukungan pemerintah juga
diperlukan untuk akses pembiayaan bagi UKM, stabilisasi harga, dan kemudahan bagi
pihak swasta ikut berinvestasi dalam program ini.

Terlepas dari diskusi masalah kesehatan, dilihat dari sisi agribisnis posisi cengkeh
ditunjang oleh maraknya industri rokok kretek di Indonesia dan di dunia. Berkaitan
dengan hal ini di Indonesia cukai rokok merupakan menyumbang pendapat yang
signifikan terhadap penerimaan negara dari sumber penerimaan negara. Pada Angkatan
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2005 porsi penerima cukai dan total
penerimaan, diluar hutang dan hibah, adalah sebesar 2.7 persen (Rp. 31.439 trilliun dari
Rp. 438.024 trilliun). Cengkeh yang digunakan sebagai bahan baku rokok kretek
memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan dari cukai, yaitu rata-rata sebesar 98
persen dari penerimaan total cukai tahun 2005 ( Siregar dan Suhendi, 2006 ) dan
menurut data dari gabungan dari perserikatan pabrik rokok Indonesia (GAPPRI) pada
tahun 2007 penggunaan pita cukai rokok kretek tahun 2006 mencapai sebesar Rp.
35.073 trilliun. Selain dari cukai rokok, di Indonesia juga melakukan ekspor cengkeh
yang memberikan penerimaan negara melalui devisa negara walaupun pada saat-saat
tertentu Indonesia juga melakukan impor cengkeh.negara utama tujuan ekspor cengkeh
Indonesia adalah India dan Singapura.

Peran lain agribisnis cengkeh dalam perekonomian adalah dalam penyerapan


tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang terkait langsung maupun tidak langsung berkisar
6 juta orang, apabila satu tenaga kerja menghidupi istri dan anak maka industri rokok
akan menghidupi sekitar 10 persen dari jumlah penduduk indonesia (GAPPRI, 2006).
Selain itu, cengkeh juga berperan sebagai penyumbang pendapatan petani, mendukung
berkembangnya industri, dan potensial untuk menjadi sarana pengembangan dan
pemerataan pembangunan wilayah (Siregar dan suhendi, 2006).

Saat ini indonesa merupakan negara penghasil cengkeh terbesar di dunia, hal ini
selain di karenakan cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, juga di dukung oleh
kondisi alam, iklim dan topografi yang mendukung di lakukannya agribisnis cengkeh di
Indonesia (www.deptan.go.id). Indonesia masih tetap menempati posisi pertama di
dunia untuk produksi cengkeh. Pada tahun 2004 produksi cengkeh Indonesia mencapai
sebesar 73.837 ton, sedangkan produksi cengkeh dunia pada tahun yang sama mencapai
sekitar 124.4 ribu ton. Tahun 2004 Indonesia memberikan kontribusi produksi cengkeh
rata-rata sebesar 60 persen terhadap total produksi dunia, sedangkan untuk Asia,
Indonesia memberikan kontribusi rata-rata sebesar 95 persen. Dua negara lain yang
cukup potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Zanzibar (Tanzania)
yang seluruh produksinya mencapai berkisar antara 20.000-27.000 ton pertahun
(www.fao.org).

Kontribusi ekspor cengkeh sebagai salah satu komoditi sub sektor perkebunan di
Indonesia selama enam tahun terakhir yaitu dari tahun 2001 hingga 2006 cenderung
fluktuatif seperti terlihat pada tabel 5.6. pada tahun 2002 volume ekspor cengkeh
Indonesia sebesar 9.399.918 kg dengan nilai 25.973.204 US$. Volume ekspor cengkeh
pada tahun 2003 adalah yang terbesar, dimana volume tersebut mampu mencapai
15.688.150 kg dengan nilai ekspor sebesar 24.929.372 US$. Peningkatan produksi yang
besar ini disebabkan karena pada tahun 2003 terjadi panen raya. Pada tahun 2005
volume dan nilai ekspor cengkeh kembali menurun masing-masing sebesar 1.377.144
kg dan 1.120.682 US$ dibandingkan tahun 2004, akan tetapi pada tahun 2006 volume
ekspor cengkeh kembali meningkat menjadi 11.269.811 kg dengan nilai sebesar
23.532.773 US$.

Tabel 5.6. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Impor Cengkeh

Ekspor Impor
Tahun Volume ( Kg ) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$)
2001 6.323.785 10.669.320 16.899.532 17.365.062
2002 9.399.918 25.973.204 796.416 653.472
2003 15.688.150 24.929.372 172.610 151.967
2004 9.059.802 16.037.068 8.669 7.864
2005 7.682.658 14.916.386 512 727
2006 11.269.811 23.532.773 1.337 823

Sumber: Departemen Pertanian RI dalam Tati Herlina Situmeang (2008)


Indonesia merupakan negara konsumen sekaligus produsen cengkeh terbesar di
dunia. Produksi cengkeh Indonesia selain di ekspor, juga diorientasikan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi cengkeh domestik khususnya industri rokok kretek.
Indonesia merupakan “ negara beasr ” dalam perdagangan internasional cengkeh,
sehingga fluktuasi produksi dan konsumsi, yang bisa terjadi karena faktor alam, aspek
perilaku industri, maupun aspek kebijakan domestik, dapat mempengaruhi tanaman
perdagangan tersebut ( Siregar dan Suhendi , 2006 ).

Pada tahun 2002 pemerintah memandang perlu untuk menetapkan ketentuan


impor cengkeh dalam rangka mengantisipasi lonjakan impor cengkeh yang
mengakibatkan terjadinya penurunan harga cengkeh dan pendapatan petani di dalam
negeri, yang diatur melalui surat keputusan Menperindang No.528/MPP/Kep/7/2002
tertanggal 5 juli 2002 tentang mengendalian impor cengkeh. Kebijakan ini ditetapkan
untuk meningkatkan kesejahteraan petani cengkeh dengan tetap memperhatikan
kepentingan industri pengguna cengkeh. Pada tahap awal, impor baru akan diizinkan
apabila harga cengkeh produksi dalam negeri sudah naik hingga mencapai titik harga
tertentu. Ketentuan impor cengkeh ini mengakibatkan terjadinya penurunan volume
impor cengkeh yang sangat signifikan pada tahun 2002-2006. Berdasarkan
penggunaannya, sebanyak 85 persen hingga 95 persen konsumsi cengkeh nasional
digunakan dalam industri rokok kretek sebagai bahan baku rokok kretek. Sehingga
untuk memenuhi kebutuhan domestik, Indonesia melakukan impor terhadap komoditas
cengkeh. Selama periode tahun 2002 hingga tahun 2006, produksi dan produktivitas
cengkeh cenderung berfluktuasi, sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut maka
pemerintah melalui program Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK)
yang dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur, Jawa Barat
memasukkan komoditi cengkeh sebagai salah satu dari 17 komoditi pertanian yang
perlu dikembangkan, karena vitalitas sektor pertanian saat ini sedang mengalami
degradasi yang ditunjukkan dengan terjadinya penurunan (leveling off) produksi
beberapa komoditas pertanian, antara lain komoditi cengkeh. Sehingga dengan adanya
program tersebut diharapkan Indonesia sebagai negara produsen cengkeh mampu
meningkatkan penerimaan devisa negara melalui perkembangan produksi dan kegiatan
ekspor cengkeh(Tati Herlina Situmeang, 2008). Penjelasan yang lebuh detail tentang
program revitalisasi pertanian dituliskan dalam Bab 8 buku ini.

4. Pergerakan Harga Cengkeh Indonesia

Cengkeh dikenal sebagai komoditas hasil perkebunan yang banyak


diperdagangkan, baik secara nasional maupun internasional. Harga cengkeh dari tahun
ke tahun mengalami fluktuatif. Harga cengkeh kering menurut data yang terhimpun oleh
Tati Herlina Situmeang(2008) sebagai berikut:

- Tahun 2005 rata-rata 60.000/kg.


- Tahun 2006 rata-rata 38.000/kg.
- Tahun 2007 rata-rata 27.000/kg.
- Tahun 2008 rata-rata 55.000/kg.
- Tahun 2009 rata-rata 34.000/kg.
- Tahun 2010 rata-rata 50.000/kg.
- Tahun 2011 rata-rata 111.000/kg.
- Tahun 2012 rata-rata 83.000/kg.

5. Standar Mutu Cengkeh Indonesia

Harga cengkeh ditentukan oleh kualitas cengkeh. Cengkeh yang berkualitas tinggi
harganya tentu lebih tinggi dibandingkan dengan cengkeh berkualitas rendah. Untuk itu
ditentukan kriteria-kriteria tertentu sebagai pedoman untuk mengklasifikasikan mutu
cengkeh atau lebih dikenal dengan standar mutu. Dengan dilakukannya standar mutu
cengkeh, maka parameter untuk cengkeh berkualitas menjadi jelas. Hal itu sangat
diperlukan sebagai pedoman penentuan harga cengkeh dalam perdagangan di pasar
bebas.

Standar mutu cengkeh Indonesia meliputi ukuran, bau, warna, bahan asing,
gagang cengkeh, cengkeh inferior, cengkeh rusak, kadar minyak atsiri, serta kadar air.
Bahan asing yang dimaksud yaitu semua bahan yang bukan berasal dari bunga cengkeh.
Cengkeh rusak adalah cengkeh yang telah berjamur dan telah diekstraksi. Cengkeh
inferior yaitu cengkeh keriput, patah, dan cengkeh yang telah dibuahi.

Penting diketahui standar mutu cengkeh ditentukan secara nasional(SNI). Standar


mutu cengkeh Indonesia menurut ketentuan Standar Nasional Indonesia SNI 01-3392-
1994 yang ditetapkan oleh Dewan Standardisasi Nasional (DSN) dari Standar
Perdagangan SP-48-197 seperti berikut ini.

- Ukuran : sama rata


- Warna : coklat kehitaman
- Bau : tidak apek
- Bahan asing maksimum : 0.5-1.0 persen
- Gagang maksimum : 1.0-5.0 persen
- Cengkeh rusak maksimum : 0 persen
- Kadar air maksimum : 14.0 persen
- Cengkeh inferior maksimum : 2.0-5.0 persen
- Kadar atsiri maksimum : 16.0-20.0 persen

Kualitas cengkeh dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, antara lain dilakukan
dengan upaya–upaya seperti penanaman cengkeh dilakukan dengan sistem
perwilayahan cengkeh. Cara ini penanaman cengkeh dilakukan dengan langkah-langkah
yaitu penanaman pada daerah yang sangat sesuai, penggunaan varietas unggul, serta
perbaikan dan standardisasi cara pengolahan. Perbaikan cara pengolahan antara lain
dengan waktu panen yang tepat sehingga rendemen cengkeh kering dan kadar minyak
meningkat serta cengkeh inferior sedikit. Kadar bahan asing pada cengkeh dapat
dikurangi dengan cara pengeringan pada lantai jemur yang bersih atau diatas para-para
menggunakan tampah atau pengering buatan. Selain itu, dilakukan sortasi untuk
mengurangi kadar bahan asing pada cengkeh. Sortasi juga dilakukan untuk mengurangi
besarnya persentase gagang cengkeh dalam cengkeh kering yang hendak disimpan
sebelum dipasarkan.

d. Tembakau

1. Tinjauan Segi Botani

Menurut Garner(1951) tanaman tembakau termasuk keluarga Solanaceae.


Tanaman tembakau termasuk jenis tanaman penikmat, tanaman semusim, daun yang
berbentuk bulat telur dengan aromanya yang khas. Tanaman tembakau dalam botani
diklasifikasikan seperti berikut ini.

- Famili : Solanaceae
- Sub Famili : Nicotianae
- Genus : Nicotianae
- Spesies : Nicotiana tabacum dan nicotiana rustica

2. Jenis dan Varietas Tembakau

Spesies tembakau yang pernah ada di dunia diperkirakan mencapai lebih dari 50
jenis. Dari sejumlah tersebut tersebar di berbagai tempat atau negara. Persebaran ini
mempengaruhi cara-cara budidaya tanaman tembakau sebagai tanaman yang bersifat
ekonomi. Dengan pernyataan lain, persebaran geografis tanaman tembakau sangat
berpengaruh terhadap cara-cara bercocok tanam, spesies tanaman tembakau yang
dibudidayakan, dan varietas tanaman tembakau yang banyak diusahakan orang.
Sehingga pengusahaan tembakau sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat, baik yang
berupa tanah maupun iklimnya. Sejalan dengan hal itu tejadi pengelompokkan jenis-
jenis dan varietas-vaietas tembakau yang dikenal di kalangan petani tembakau dan
pebisnis pertembakauan. Contohmya, dari sejumlah besar jenis tembakau yang ada
terdapat tiga varietas utama tembakau yaitu Nicotiana tabacum atau tembakau Virginia,
Nicotiana macrophylla atau tembakau Maryland, dan Nicotiana rustica atau tembakau
Boeren. Ciri-ciri ketiga jenis tembakau tersebut dikemukakan berikut ini.

 Nicotiana tabacum L. atau lebih dikenal dengan sebutan tembakau Virginia. Jenis
tembakau ini banyak diusahakan di Hindia Belanda maupun di beberapa Negara
Eropa seperti Netherland, Norwegia, dan Elsas. Jenis tembakau ini mengandung
kadar nikotin yang rendah yakni minimum 0,6%. Jenis tembakau ini umumnya
digunakan sebagai bahan baku untuk membuat rokok kretek.
 Nicotiana macrophylla atau lebih terkenal dengan sebutan tembakau Maryland.
Jenis tembakau ini banyak diusahakan di Hongaria dan Junani. Jenis tanaman
tembakau ini dicirikan dengan bunga yang panjang dan kemerah-merahan
warnanya.
 Nicotiana rustica L. atau disebut juga tembakau Boeren. Jenis tembakau ini
banyak diusahakan di Amerika Selatan seperti di Brasilia dan Guyana. Bunga
tembakau Boeren lebih pendek dan agak kehijau-hijauan dibandingkan dengan
jenis tembakau lainnya. Jenis tembakau ini mengandung kadar nikotin yang tinggi
yakni maksimum 16%. Tembakau Boeren seringkali digunakan untuk membuat
ekstrak alkoloid yakni sebagai bahan baku obat dan insektisida.

Menurut Garner dari ketiga jenis spesies tembakau itu, spesies Nicotiana tubacum
L. dan Nicotiana rustica L. mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Hawks Jr. dan
Collins mengemukakan bahwa Nicotiana tubacum L. merupakan spesies hasil
persilangan antara Nicotiana rustica L. dan Nicotiana petuncides. Jenis-jenis atau
spesies tembakau tersebut berasal dari Benua Amerika. Sementara itu Cahyono(1988)
menyusun perbedaan secara fisik kedua spesies tembakau yakni Nicotiana tubacum dan
Nicotiana rustica seperti dituliskan dalam Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Perbedaan Fisik Tanaman Nicotiana tubacum dan Nicotiana rustica

No. Nicotiana tubacum Nicotiana rustica


1 Daun mahkota bunganya memiliki Daun mahkota bunganya berwarna
warna merah muda sampai merah kuning
2 Mahkota bunga berbentuk terompet Bantuk mahkota bunga seperti terompet
panjang berukuran pendek dan sedikit
gelombang
3 Habitus pyramidal Habitus silindris
4 Daunnya berbentuk lonjong pada Bentuk daun bulat yang pada ujungnya
ujung runcing mencapai sekurang- tumpul
kurangnya 30 cm (1 kaki)
5 Kedudukan daun pada batang tegak Kedudukan daun pada batang mendatar
agak terkulai
6 Merupakan induk tembakau sigaret Merupakan varietas induk untuk
dan tingginya sekitar 120 cm tembakau cerutu yang tingginya sekitar
90 cm.
Sumber: Cahyono,1988(Diolah)

Persebaran tembakau yang paling banyak ada di Benua Amerika, Asia dan
Australia. Spesies tembakau yang ada di Australia berbeda dengan spesies tembakau
yang ada di Benua Amerika. Spesies tembakau di Australia yakni Nicotiana suaveolens.
Seorang ahli botani dari Australia menemukan sejenis tembakau Australia yakni di
tanah Papua. Penduduk di Australia dan Papua juga telah memanfaatkan tembakau
sebagaimana penduduk Amerika memanfaatkannya. Sehingga dengan penemuan
tersebut daerah yang dulunya dikenal sebagai tanah asal tembakau yakni Amerika mulai
bergeser karena di Australia dan Papua pun juga ditemukan spesies tanaman tembakau
yang berbeda dengan spesies tanaman tembakau yang ditemukan pertamakalinya di
Benua Amerika.

Lebih lanjut dikemukakan dalam kepentingannya untuk industri rokok kretek dan
cerutu di kalangan petani tembakau dikenal ada tiga jenis varietas tembakau(Nicotiana
tubacum) yakni tembakau Virginia, Oriental, dan Burley. Uraian yang lebih detail
tentang ketiga jenis tembakau tersebut seperti dikemukakan berikut ini.
 Tembakau Virginia

Jenis tembakau Virginia sangat populer dikalangan petani tembakau dan industri
rokok kretek. Keberadaan tembakau Virginia berkaitan erat dengan eksistensi tembakau
rakyat di Indonesia. Tembakau rakyat mengacu pada jenis tembakau yang banyak
diusahakan atau ditanam rakyat(petani) di Indonesia yakni jenis tembakau Virginia.
Kebanyakan jenis tembakau ini ditanam rakyat untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri khususnya pabrik rokok sigaret. Tembakau Virginia sering disebut tembakau
rakyat karena banyak ditanam oleh rakyat(petani) di lahan-lahan yang sempit dengan
modal yang kecil(sedikit) umumnya terjadi di desa-desa.

Jenis tanaman tembakau Virginia dapat dikenali melalui ciri-ciri yang dimiliki
jenis tanaman tembakau ini yakni:

- Tanaman mempunyai sosok yang ramping


- Ketinggian tanaman mulai dari ketinggian sedang sampai tinggi
- Bentuk daun tembakau Virginia lonjong dan bagian ujungnya meruncing
- Warna daun tembakau Virginia hijau kekuningan
- Tangkai daun tembakau Virginia berukuran pendek
- Kedudukan daun pada batang tegak
- Jarak antara daun satu dengan yang lain cukup lebar sehingga kelihatan
kurang rimbun.
Sumber: http://lh3.ggpht.com

Gambar 5.8 Tembakau Virginia

Jenis tembakau Virginia banyak diusahakan oleh para petani dikarenakan tanaman
ini memiliki daya adaptasi yang luas terhadap tanah dan iklim. Tembakau Virinia
banyak ditanam di dataran rendah yang panas. Petani tembakau senang mengusahakan
jenis tanaman tembakau Virginia karena daun tengah tembakau Virginia ditengarai
sangat baik digunakan untuk pembuatan rokok sigaret puitih. Sehingga wajar jika
tembakau Virginia banyak dicari pengusaha rokok sebagai bahan baku produksi.

Daun tembakau Virginia detelah diolah produknya berupa krosok dengan sifat-
sifatnya yakni:

- Berwarna kuning keemasan hingga kuning jingga


- Aromanya khas, sangat berbeda dengan jenis tembakau lain
- Kandungan gula cukup tinggi sehingga terasa manis
- Ketika dirokok terasa ringan
 Tembakau Oriental

Di kalangan pengusaha rokok sigaret jenis tembakau oriental dikenal sebagai jenis
tembakau yang berkualitas tinggi. Seringkali tembakau jenis ini disebut sebagai
tembakau Turki atau aromatic tobacco karena aromanya yang khas. Harga tembakau
oriental lebih tinggi dibandingkan harga tembakau jenis lain. Umumnya tembakau
digunakan oleh para pabrik rokok untuk meningkatkan kualitas hasil produksinya yaitu
sebagai bahan campuran. Tindakan ini ditempuh untuk menekan ongkos produksi.

Sumber: http://lh4.ggpht.com

Gambar 5.9 Tembakau Oriental

Keungguan tembakau oriental dibandingkan dengan jenis tembakau lain terutama


pada aroma istimewa yang dimiliki jenis tembakau ini.

 Tembakau Burley

Petani tembakau menegenal dan mengusahakan jenis tembakau Burley karena


adanya keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki tanaman tembakau jenis ini. Jenis
tembakau jenis ini dapat dikenali dari ciri-ciri yang ada pada tanaman yakni:

- Daun berwarna hijau pucat dengan batang dan ibu tulang daun berwarna putih
krem, daun tergolong ukuran besar (90-160 cm)
- Tanaman lebih banyak berbentuk silindris daripada piramida
- Tinggi tanaman sekitar 180 cm
- Krosok daun tembakau Burley setelah diolah menjadi tipis, berwarna coklat
kemerah-merahan, halus dan lunak, serta beraroma sedap
- Kandungan nikotin yang tinggi lebih terkonsentrasi pada daun bagian bawah,
daun tengah dan daun atas dari tanaman.

Sumber: http://lh4.ggpht.com

Gambar 5.10 Tembakau Burley

Dalam perdagangan tembakau di pasaran bebas perihal spesies dan sistem botani
dari tembakau yang diperdagangkan tidaklah dijadikan sebagai patokan dalam
penentuan harga-harga. Tetapi yang dijadikan pertimbangan utama dalam penentuan
harga tembakau justru asal/tempat tembakau tersebut ditanam/dibudidayakan petani.
Oleh sebab itu kalangan pengusaha yang bergerak di bidang pertembakauan membuat
klasifikasi tembakau didasarkan kepada asal dan kualitas tembakau yang
diperdagangkan. Langkah seperti itu dnilai tepat karena ditinjau dari segi kualitasnya
ditengarai berbeda-beda sesuai dengan asal tembakau tersebut terutama tentang
aromanya. Soegijanto Padmo dan Edhie Djatmiko(1991) menuliskan jenis-jenis
tembakau yang didasarkan pada tempat tumbuhnya sebagai berikut:

- Tembakau Manila
- Tembakau India
- Tembakau Cina
- Tembakau Cina
- Tembakau Jepang, serta
- Tembakau Jawa dan Sumatera

Tembakau yang diproduksi di Jawa di pasaran Eropa dikenal dengan nama


tembakau Jawa, contohnya tembakau Vorstenlanden dan tembakau Besuki. Pun
demikian halnya dengan jenis tembakau yang diproduksi di Sumatera seperti tembakau
yang diusahakan di daerah Deli juga dikenal sebagai tembakau Sumatera. Di kalangan
Eropa jenis tembakau Jawa dan Sumatera digunakan sebagai bahan baku untuk
membuat cerutu.

Selain dikenal tembakau Besuki dan Vorstenlanden di Jawa dikenal pula jenis-
jenis tembakau yang lazim disebut tembakau rakyat atau asli. Tembakau jenis ini
dikalangan pebisnis pertembakauan seringkali menamakannya sebagai tembakau Jawa,
di antaranya:

- Tembakau Garut
- Tembakau Temanggung
- Tembakau Wonosobo
- Tembakau Lumajang
- Tembakau Besuki
- Tembakau Bojonegoro
- Tembakau Boyolali
- Tembakau Weleri
- Tembakau Kendal, dan
- Tembakau Madura.

Varietas-varietas tembakau yang telah dikenal dari jenis-jenis tembakau tersebut


banyak sekali, di antaranya:

- Varietas tembakau Garut yakni Keduhejo, Keduomas, Keduhideung,


Kedubuntutmeri, Kedujonas, Kedurancing, Palumbon, Gambungcere, dan
Nani.
- Varietas tembakau Temanggung yakni Gober, Ulir, Sitieng, dan Kenongo.
- Varietas tembakau Wonosobo yakni Gober, Kenongo, Cengkis, Gembel,
Lumut, dan Dunglong.

Pengolahan tembakau oleh para pengusaha rokok sigaret dan cerutu disesuaikan
dengan karakteristik terbaik masing-masing tembakau. Contohnya tembakau Deli dan
tembakau Vorstenlanden untuk pembuatan cerutu. Dikenal ada beberapa varietas
tembakau Deli yang paling banyak digunakan untuk membuat cerutu yaitu tembakau
Deli D4,KF-7,F1-5. Sedangkan varietas tembakau Vorstenlanden yang digunakan untuk
membuat cerutu yakni Vorstenlanden G dan TV. Varietas tembakau Besuki yang
digunakan untuk membuat cerutu ada pula yakni varietas H. jenis tembakau lainnya
yang juga digunakan untuk membuat cerutu yakni tembakau Lumajang. Umumnya
jenis-jenis tembakau yang banyak diusahakan di Jawa dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan rokok sigaret, seperti tembakau Temanggung, tembakau Besuki, tembakau
Madura, dan tembakau Lombok Timur. Tembakau Virginia, tembakau Oriental, dan
tembakau Barlay ketiganya digunakan pula sebagai bahan baku untuk pembuatan rokok
sigaret.

Pengelompokkan jenis-jenis tembakau yang lain didasarkan pada kondisi iklim


saat tanaman tembakau dibudidayakan. Di Indonesia terdapat dua macam iklim atau
musim yakni musim kemarau dan musim penghujan. Oleh karena itu pengelompokkan
jenis-jenis tembakau berdasarkan kondisi iklim di Indonesia sebagai berikut:

 Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat


rokok putih dan rokok kretek
 Tembakau musim penghujan/Na-oogst(NO), yaitu jenis tembakau yang
dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu.

Berkaitan dengan munculnya beragam jenis dan varietas tanaman tembakau


tersebut petani dalam menentukan jenis atau varietas tanaman tembakau yang akan
dibudidayakan rupanya memiliki motivasi tersendiri sehingga di suatu daerah
memungkinkan untuk ditemukan berbagai jenis tembakau yang dibudidayakan petani.
Contohnya kasus yang ditemukan oleh Soegijanto Padmo dan Edhie Djatmiko(1991) di
Daerah Istimewa Yogyakarta pernah ditemukan sebanyak 60 galur tembakau rakyat
yang ditanam oleh petani. Setelah dimurnikan tinggal 9 galur yang seragam, sementara
sisanya yang 51 galur tidak seragam. Akibat dari keragaman kultivar tersebut yang
terjadi di lapangan adalah munculnya tipe tanaman tembakau baru yang menyimpang
dari aslinya, menurunnya kualitas kultivar yang asli, hasil tembakau dari seorang petani
tercampur karena dalam satu petakan lahan ditanami beragam kultivar tembakau. Hal
itu menyebabkan turunnya kualitas dan ciri tembakau yang ada di daerah yang
bersangkutan. Keadaan semacam itu akan mempersulit pabrik rokok dalam melakukan
blending dan pelaksaan quality control hasil produksi yaitu rokok sigaret.

Munculnya keberagaman kultivar tembakau di satu sisi menyulitkan pebisnis


tembakau dalam pengendalian kualitas tembakau, tetapi di sisi lain hal itu sebenarnya
menguntungkan ditunjau dari sisi upaya pemuliaan tanaman. Dikatakan demikian
beragamnya kultivar merupakan data penting kekayaan plasma nutfah yang potensial.
Sementara di sisi lain keragaman kultivar tembakau akan membuka peluang kelemahan-
kelemahan tersendiri misalnya munculnya kultivar baru yang menyimpang sehingga
kualitas tembakau menurun. Keragaman kultivar baru yang muncul dapat mengaburkan
pengertian kultivar aslinya. Hal tersebut memungkinkan timbulnya nama kultivar yang
sama dengan ciri-ciri yang berbeda. Parahnya lagi, bisa terjadi kerancuan untuk
beberapa kultivar yang tampaknya berlainan karena namanya berlainan namun ternyata
menunjukkan kesamaan identitasnya. Untuk mengatasi agar kejadian seperti itu tidak
terjadi secara berlarut-larut, maka dilakukan berbagai upaya untuk memantapkan
kembali kultivar tembakau rakyat dengan dimaksudkan untuk memperoleh keragaman
tipe dan mutu tembakau di suatu daerah. Tindakan nyata yang dilakukan untuk
mewujudkan keinginan ini yakni dengan cara:

- Memurnikan kultivar-kultivar tembakau, missalnya dilakukan upaya


penangkaran benih tembakau yang akan ditanam
- Dilakukan uji resistensi kultivar tanaman tembakau
- Dilaksanakan uji produksi dari kultivar tanaman tembakau, dan
- Dilakukan hibridisasi dari kultivar tembakau yang ada.
3. Tembakau sebagai Komoditas Agribisnis

Masyarakat Indonesia tidak merasa asing lagi dengan tanaman tembakau. Apalagi
bagi mereka yang gemar merokok (cerutu maupun rokok kretek). Hal itu seperti
diketahui bersama bahwa tembakau merupakan bahan baku untuk membuat rokok
kretek dan cerutu. Semenjak kebiasaan merokok kretek atau cerutu banyak dilakukan
masyarakat di berbagai negara, maka rokok atau cerutu banyak diperdagangkan di
seluruh dunia. Seiring dengan hal itu, tembakau turut terdongkrak nilai ekonominya.
Bahkan petani produsen mampu meraaup yang tidak kecil dari perdagangan daun
tembakau atau rokok dan cerutu yang mereka jalankan. Perdagangan daun tembakau
dewasa ini telah mencakup area sangat luas, tidak saja dalam satu negara tetapi telah
meliputi antarnegara. Negara produsen tembakau yang penting diketahui yakni
Amerika, India, Indonesia, Rusia, Turki, negara-negara Eropa,dll.

Pada daswarsa 1980-an dilontarkan isu tentang pentingnya pengusahaan tanaman


tembakau serta pengolahan bagi kepentingan sosial, ekonomi dan politisi bagi negara
kita yang sedang berkembang. Dikemukakan bahwa bagi penyediaan tenaga kerja areal
penanaman tembakau di Indonesia mencapai kisaran angka rata-rata 200 hektar setiap
tahun mampu menyerap 1,2 juta tenaga kerja. Sementara kegiatan industri dan
pengolahan lainnya seperti industri rokok kretek mampu memperkerjakan buruh
sebanyak 142 ribu orang setiap hari, gudang pengolahan tembakau cerutu meyerap
tenaga buruh sebanyak 60 ribu tenaga kerja musimam per hari. Selain hal itu masih
terdapat berbagai jenis kegiatan yang melibatkan tenaga kerja di berbagai bidang
kegiatan seperti petani yang melibatkan tenaga buruh tani, pengrajin, pedagang sampai
pedagang kaki lima, dan berbagai industri lain seperti industri kertas rokok, kertas
bitumen untuk kemasan sigaret kretek, tripleks untuk kotak cerutu, dan lain-lain.
Lembaga-lembaga pelayanan juga terlibat dalam kegiatan ekonomi seperti eksportir,
importer, perbankan, asuransi, jasa angkutan, lembaga penelitian, serta instansi-instansi
lain diberbagai departemen. Juga telah dikemukakan keberadaan industri rokok kretek
terdapat keterkaitan yang begitu erat dengan penyediaan cengkeh sebagai bahan
bakunya yakni sekitar 30-40% sigaret kretek terdiri dari cengkeh. Pada industri rokok
kretek antara tembakau dan cengkeh tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,
keduanya merupakan blending sigaret kretek (Soegijanto Padmo dan Edhie
Djatmiko,1991).

Di zaman semodern sekarang ini masyarakat kebanyaan telah memiliki kesadaran


yang tinggi terhadap pentingnya kesehatan. Berkaitan dengan hal ini permasalahan
merokok yang berakibat buruk bagi kesehatan di satu sisi, dipandang sebagai kendala
tersendiri dalam memajukan industri rokok kretek. Di tengah-tengah semakin kuatnya
kesadaran masyarakat akan bahaya merokok tersebut faktanya masih terdengar banyak
himbauan agar industri pertembakauan diperhatikan dengan baik. Mengapa himbauan
itu tetap saja dikemukakan oleh pemerintah padahal jelas-jelas produk rokok kretek
menimbulkan bahaya serius bagi kesehatan masyarakat umumnya? Alasan sementara
pemerintah yakni bisnis pertembakauan memiliki arti penting secara ekonomi guna
mendatangkan pemasukan dana atau devisa bagi negara kita. Bahkan himbauan itu
sangat serius dalam penanganan pertembakauan Indonesia. Semenjak penanaman,
pengolahan atau pabrikasi hingga ekspor mempunyai arti penting secara ekonomi dan
sosial. Oleh karena itu langkah-langkah tersebut perlu dilakukan secara bersungguh-
sungguh dan teliti bahkan perlu dirumuskan suatu pokok kebijakan nasional dalam
rangka pembinaan dan pengembangan industri pertembakauan nasional. Gambaran
perkembangan nilai devisa ekspor tembakau dari Indonesia seperti dituliskan dalam
Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Perkembangan Nilai Devisa Ekspor Tembakau Tahun 1979-1988

Nilai Devisa (US $ 000)


Tahun Deli Vorst Be-NO Boyolali Lumajang Jenis Jumlah
DPC Vo Lain
1979 14.402,9 4.656,4 32.099,5 28,9 1.516,4 3.822,4 56.526,5
1980 10.192,8 4.370 42.159,5 60,9 1.920,1 3.525,1 62.949,0
1981 12.297,7 2.931,9 25.142,2 161,6 1.284,3 4.815,8 46.633,5
1982 10.875,8 2.708,4 16.223,9 167,0 915,6 3.747,6 34.537,8
1983 9.553,0 3.157,1 22.544,2 681,7 1.110,9 1.084,9 38.181,8
1984 7.496,0 2.119,4 17.174,8 3.230,3 629,0 1.420,4 32.069,6
1985 8.644,9 2.570,3 22.344,8 2.802,5 1.221,6 2.605,5 40.189,6
1986 19.763,1 4.016,8 37.757,6 2.392,3 1.213,2 11.615,3 76.758,3
1987 23.507,8 3.390,6 24.301,2 2.956,0 1,271,8 1.613,8 57.041,2
1988 19.550 1.464,8 16.540,5 1,965,0 1.428,4 1.898,2 42.847,3
% 13,26 -0,13 4,20 119,65 5,14 38,54 5,58
Kenaikan

Sumber: Lembaga Tembakau dalam Soegijanto Padmo dan Edhie Djatmiko,1991

Terlepas dari pembahasan masalah adanya risiko buruk dialami bagi orang yang
kerapkali merokok, Indonesia bukanlah negara produsen utama dunia tembakau. Hal itu
ditinjau dari luas lahan untuk pertanaman tembakau, jumlah produksi, dan tenaga kerja
yang terlibat dalam budidaya tembakau tersebut. Sebagai gambaran perkembangan luas
lahan (areal) pertanaman tembakau di Indonesia tahun 1979 sampai 1988 seperti
dituliskan dalam Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Luas Lahan(Areal) Tanaman Tembakau di Indonesia Tahun 1980-1988

Tahun T. T. Virg T. T. T. V`Idn T. Deli Jumlah


Rakyat Besuki Lumajang
1979 136.638 35.801 28.850 2.220 1.877 3.256 208.642
1980 140.000 36.800 21.000 2.600 1.750 3.304 205.404
1981 131.110 36.990 16.000 2.100 1.800 3.000 191.000
1982 118.684 42.717 19.260 1.500 1.825 3.362 187.350
1983 147.503 49.587 17.140 1.500 1.843 3.398 220.971
1984 144.561 50.835 16.210 1.653 1.262 3.180 217.707
1985 154.512 51.733 23.412 875 1.450 3.800 234.782
1986 159.147 54.836 20.400 900 1.661 2.800 239.744
1987 130.640 49.454 13.673 711 1.678 2.775 198.931
1988 134.488 52.063 7.876 1.286 1.409 2.775 199.895

Sumber: Subirman, 1989 dalam Soegijanto Padmo dan Edhie Djatmiko,1991

Namun demikian tembakau-tembakau Indonesia telah sejak lama dikenal sebagai


tembakau yang bermutu tinggi. Khususnya untuk keperluan bahan baku cerutu.
Tembakau yang dimaksud di sini adalah tembakau cerutu yang berasal dari Deli,
Klaten(Vorstenlanden), dan Besuki. Tembakau-tembakau ini biasanya dilelang di pasar
lelang Bremen dan London, sebab pabrik dan konsumen tradisional cerutu memang
berada di negara-negara Eropa Barat. Perkembangan ekspor beberapa jenis tembakau
Indonesia sejak tahun 1979-1988 seperti dituliskan dalam Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Perkembangan Ekspor Beberapa Jenis Tembakau Indonesia Sejak
Tahun 1979-1988

Volume(Ton)
Tahun Deli Vorst Be-NO Boyolali Lumajang Jenis lain
DPC Vo
1979 2.338,1 1.744,1 15.284,5 80,0 987,4 3.507,1
1980 1.759,4 2.100,8 20.519,5 49,9 1.273,4 3.426,7
1981 2.100,8 1.532 15.294,4 114,9 1.286,6 5.049,6
1982 1.826,1 1.417,1 10.164,9 140,6 908,9 4.334,2
1983 1.900 1.687,6 15.647,4 513,2 936,7 2.313,2
1984 1.655,6 1.250,4 10.401,1 2.114,1 550,0 3.076,3
1985 1.563,6 1.179,6 10.081,3 1.962,3 621,2 4.893,4
1986 1.751,4 1.595,3 16.039,5 1.273,5 560,2 2.067,0
1987 1.780,2 1.384,3 11.129,2 1.898,8 488,6 2.100,3
1988 *) 1.440,6 578,4 10.171,7 1.113,8 487,5 2.367,3
% -2.,4 -0,58 -2,48 +87,35 -5,90 2,52
Kenaikan

Sumber: Lembaga Tembakau dalam Soegijanto Padmo dan Edhie Djatmiko,1991

*) sampai bulan Oktober

4. Industri Rokok dan Kebutuhan Tembakau

Usaha budidaya tembakau tidak dapat dipisahkan dengan keberlangsungan


industri rokok kretek dan cerutu. Pada dasawarsa 1980-an terjadi pergeseran dalam pola
konsumsi tembakau cerutu dunia. Badan Pengawas dan Penjualan Tembakau Indonesia
mencatat perubahan tersebut mencakup berbagai aspek yakni:

- Perubahan selera pada penghisap cerutu yang menghendaki rasa tidak berat.
Mereka menginginkan rasa cerutu yang lebih ringan dan netral.
- Adanya kemajuan dalam tingkat hidup dan kesadaran akan kesehatan.
Umumnya konsumen menghendaki cerutu yang terbuat dari tembakau alam
berkualitas baik, bukan cerutu yang terbuat dari tembakau sintetis karena bisa
merusak kesehatan.
- Kebiasaan merokok cerutu bentuk besar telah bergeser ke cerutu bentuk kecil.
- Perubahan dalam sistem kerja dari mekanisasi menjadi otomatisasi mekipun
dituntut persyaratan yang sangat cermat. Misalnya dalam sistem bobonisasi
dibutuhkan tembakau dengan mutu, warna, dan ukuran yang benar-benar pas
dengan mesin otomatis tersebut. Sehubungan dengan hal itu tembakau cerutu
Indonesia dituntut dapat menyajikan rasa netral, ringan, dan berkualitas baik.
Khususnya untuk tembakau dek/omblad harus lebih elastis agar tidak mudah
robek dan cocok diproses dengan mesin yang bersifat serba cepat.
- Hal yang sangat dipentingkan bagi para pedagang dan industri cerutu yakni
adanya konsistensi dalam hal jumlah, mutu, dan kontinuitas persediaan
tembakau. Sifat-sifat ini akan sangat mempengaruhi rencana pembiayaan,
produksi, pemasaran, dan penyalurannya ke konsumen ke seluruh dunia. Bagi
pedagang, ketidakpastian dalam hal suplai dapat menggangu kepercayaan
langganannya. Bagi pabrika atau industri cerutu akan membawa resiko biaya
yang tidak kecil karena harus mencari bahan baku dari pemasok lain atau
bahkan perlu melakukan investasi baru.

Di sisi lain perkembangan industri rokok dunia terlihat sangat nyata kemajuannya.
Jenis rokok yang sangat populer dan banyak diproduksi di Indonesia hingga sekarang
ini yakni rokok sigaret kretek. Menelusuri sejarah lahirnya rokok jenis ini dapat dimulai
dari kejadian yang diaami oleh Haji Jamhari, seorang penduduk Kudus yang menderita
penyakit dada. Ia mencoba mengobati penyakitnya itu dengan menggosok-gosokkan
minyak cengkeh di bagian yang sakit dan daerah sekitar pinggangnya. Ternyata rasa
sakitnya berangsur-angsur berkurang walaupun tidak langsung sembuh secara
sempurna. Selanjutnya ia mencoba mengunyah cengkeh dan hasilnya jauh lebih baik
dalam mengurangi rasa sakitnya. Kejadian yang ia alami tersebut membuat dirinya
berfikir menggunakan rempah-rempah sebagai obat. Cara yang ia lakukan sangat
sederhana yakni dengan merajang cengkeh halus-halus, kemudian rajangan cengkeh
tersebut ia campurkan pada tembakau yang ia pakai merokok. Dengan cara ini ia bisa
menghisap asapnya sampai masuk ke dalam paru-paru dan hasilnya benar-benar diluar
yang ia duga sebelumnya. Penyakit dada nya menjadi sembuh. Bahkan cara pengobatan
seperti itu kemudian cepat tersiar di seluruh wilayah di sekitar tempat tinggalnya. Pada
perjalanan selanjutnya jadilah ia mendirikan sebuah perusahaan rokok meskipun masih
kecil-kecilan dan rokok hasil produksinya itu dinamakan rokok cengkeh. Akan tetapi
ketika rokok ini dihisap timbul bunyi “kretek-kretek” seperti daun terbakar, maka
akhirnya disebut rokok kretek. Lambat laun perusahaan rokok sejenis berkembang
pesat. Pabrik rokok didirikan di berbagai tempat di Indonesia, terutama di Jawa. Pada
tahun 1928 rokok yang diproduksi menggunakan pembungkus berupa kertas sehingga
kemungkinan digunakannya alat pelinting dalam pembuatannya. Inovasi produksi
dilakukan secara terus-menerus oleh produsen rokok, baik yang terjadi di Indonesia
maupun di mancanegara.

Pada awal abad 20 para pengusaha rokok di Eropa dan Amerika telah mampu
menjual produksi mereka ke berbagai tempat di luar negaranya, termasuk ke Indonesia.
Pada tahun 1923 sigaret putih yang di impor oleh Indonesia diperkirakan sekitar
1.000.000.000 batang. Pasar rokok di Indonesia dinilai oleh pengusaha rokok asal
mancanegara sangat cerah hingga pada tahun 1923 mereka ada yang mendirikan pabrik
rokok di Indonesia. Di antara pengusaha rokok yang mendirikan pabrik rokoknya di
Indonesia yaitu perusahaan patungan Inggris-Amerika. Pabrik rokok yang pertama kali
mereka dirikan di Indonesia tahun 1925 yakni ada di Cirebon. 3 tahun kemudian pabrik
rokok juga didirikan di Surabaya. Pada tahun 1931 dari kedua pabrik tersebut dihasilkan
tidak kurang dari 7.000.000.000 batang, disamping tetap mengimpor sebanyak
100.000.000 batang. Sementara di lain sisi jumlah produksi sigaret kretek jauh lebih
sedikit jumlahnya yakni sekitar 6.422.500.000 batang sehingga terjadi
ketidakseimbangan. Untuk mengatasi terjadinya kesimpangan tersebut dibuatlah
berbagai macam peraturan seperti pembedaan tarip cukai atau regulasi dalam hal
penggunaan mesin-mesin yang baru (Soegijanto Padmo dan Edhie Djatmiko,1991).
Di masa-masa selanjutnya industri rokok terus berkembang hingga seperti yang
ada sekarang ini. Mengapa industri rokok dapat berkembang sangat pesat di Indonesia,
sementara industi-industri lainnya tidak semulus perkembangan industri rokok ini? Hal
itu merupakan fenomena sangat menarik. Dalam industri rokok tidak ada hubungan
antara keadaan ekonomi dan tingkat produksi serta konsumsi rokok. Ketika
perekonomian sedang memburuk, maka produksi rokok ternyata tidak terpengaruh oleh
kondiisi tersebut. Fakta itu misalnya pernah terjadi pada tahun 1950 hingga tahun 1962.
Pada waktu itu kondisi ekonomi dan keuangan negara kita sedang buruk, tetapi industri
rokok kretek tetap saja berjalan dan bahkan terus mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Hal ini diindikasikan oleh jumlah cukai tembakau yang dibayarkan kepada
negara rata-rata menunjukan tren peningkatan. Data selengkapnya tentang hal itu seperti
dituliskan dalam Tabel 5. 11.

Tabel 5.11 Perkembangan Cukai Tembakau di Indonesia Tahun 1951-1962

Tahun Jumlah Cukai Tembakau (Rp)


1951 46.920.000,00
1952 63.110.000,00
1953 84.220.000,00
1954 101.610.000,00
1955 102.900.000,00
1956 123.360.000,00
1957 153.790.000,00
1958 205.750.000,00
1959 244.930.000,00
1960 508.320.000,00
1961 -
1962 920.050.000,00

Sumber: Amien Budiman, 1987.

Pemasukan devisa dari cukai rokok membuktikan bahwa terdapat peran penting
dari tembakau terhadap perekonomian Indonesia. Sumbangan tembakau dan rokok
terhadap perekonomian Indonesia tersebut ditengarai selalu mengalami peningkatan
dalam hal jumlahnya dari tahun ke tahun. Sumbangan tembakau terhadap perekonomian
nasional itu ditunjukkan melalui ekspor tembakau ke mancanegara. Gambaran besarnya
ekspor tembakau dan rokok dari Indonesia tahun 1986-1988 dituliskan dalam Tabel
5.12.

Tabel 5.12 Ekspor Tembakau dan Rokok dari Indonesia Tahun 1986-1988

Tahun Ekspor Ekspor Cukai Impor Jumlah


Tembakau Rokok
1986 126.574,0 8.203,8 983.500 35.304,9 1.082.972,1
1987 94.403,0 - 1.075.900 45.967,8 1.124.335,2*)
1988 74.425,0 - 1.331.500 38.845,0 1.367.080,0*)
Sumber: Lembaga Tembakau (Diolah)

*) Belum termasuk nilai ekspor rokok

Seiring dengan perkembangan industri rokok hal yang terjadi adalah kebutuhan
akan tembakau sebagai bahan baku utama untuk membuat rokok juga mengalami
peningkatan. Kebutuhan tembakau untuk keperluan pembuatan rokok dapat
diperkirakan atau diketahui dari jumlah produksi riil rokok yang dihasilkan. Sebagai
gambaran untuk hal itu seperti dituliskan dalam Tabel 5.13.
Tabel 5.13 Kebutuhan Tembakau untuk Produksi Rokok Kretek dan Rokok Putih
di Dalam negeri Tahun 1979-1987

Produksi Rokok (Juta Barang) Kebutuhan


Tahun Kretek Sigaret Putih Jumlah Tembakau
(Ton)
1979 43.276 30.981 74.257 25.642
1980 50.914 33.467 84.381 91.269
1981 62.842 29.735 92.577 98.799
1982 61.141 27.125 88.266 94.077
1983 66.979 28.065 95.044 104.440
1984 77.752 26.917 104.669 108.662
1985 87.236 23.231 110.467 111.031
1986 98.342 21.366 119.708 138.834
1987 107.641 18.972 125.613 146.358
Kenaikan/penurunan 12,5 -5,9 6,85 9,03
/tahun
Sumber: Subirman, 1989 (Diolah)

Banyaknya tembakau yang digunakan untuk memproduksi setiap batang rokok


dapat diketahui dengan menggunakan pola penggunaan tembakau seperti yang
disebutkan dalam rapat Pengurus Lembaga Tembaku tanggal 21 Juli 1986 (Soegijanto
Padmo dan Edhie Djatmiko,1991). Penggunaan tembakau untuk 1000 batang rokok
yakni:

 Jenis rokok sigaret kretek mesin sebanyak 0,6 kilogram


 Jenis rokok sigaret kretek tangan sebanyak 1,0 kilogram
 Jenis rokok sigaret putih mesin sebanyak 1,0 kilogram

Pola atau perhitungan tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan


tembakau oleh pabrik rokok.
Ketika produksi rokok di dalam negeri mengalami kemerosotan yang tajam, maka
hal itu mengharuskan Indonesia mengimpor tembakau agar dapat memenuhi kebutuhan
untuk memproduksi rokok. Gambaran perkembangan impor tembakau Indonesia yang
terjadi antar tahun 1983 hingga 1988 dituliskan dalam Tabel 5.14.

Tabel 5.14 Volume dan Nilai Impor Tembakau Tahun 1983-1988

Tahun Volume (Ton) Nilai (US $ 000)


1983 13.525,0 16.549,2
1984 13.474,6 23.264,2
1985 10.333,3 16.785,7
1986 8.824,1 21.409,9
1987 11.547,4 27.775,1
1988*) 8.681,5 22.363,3
Sumber: BPS dan Lembaga Tembakau

*) s/d Oktober 1988

Impor tembakau selain dilakukan untuk memenuhi volume kebutuhan akan


tembakau bagi pabrik rokok, juga diperlukan untuk blending dan dimanfaatkan sebagai
price reducer oleh pabrikan. Fakta ini menunjukkan bahwa prospek perusahaan
tembakau terutama tembakau asli dan tembakau Virginia masih terbuka luas, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan tembakau di dalam negeri. Peningkatan permintaan akan
tembakau dari waktu ke waktu seiring dengan peningkatan produksi dan konsumsi
sigaret. Impor tembakau dibatasi sejauh untuk keperluan blending pada pabrik rokok
guna meningkatkan kualitas produksi rokok yang akan dipasarkan ke konsumen.

e. Kakao(Coklat)

1. Kakao sebagai Komoditas Agribisnis

Perihal tanaman kakao dan sejarah penyebaran/perkembangannya telah diungkap


secara panjang lebar pada Bab atau Sub Bab sebelumnya dalam buku ini. Dalam Sub
Bab ini uraian tentang kakao akan dilanjutkan terutama mengenai peran penting kakao
dalam pembangunan ekonomi Indonesia, terutama berkaitan dengan posisi kakao
sebagai komoditas ekspor Indonesia ke mancanegara. Ditengarai bahwa kakao
merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan dan banyak diusahakan dalam sistem
perkebunan di Indonesia. Pengembangan usaha kakao kedepan secara global diarahkan
sedemikian rupa agar dapat mewujudkan terciptanya agribisnis kakao yang efisien dan
efektif. Dengan demikian diharapkan terjadi peningkatan pendapatan petani, khususnya
petani kakao Indonesia. Hal penting yang tidak boleh dilupakan yaitu petani kakao
Indonesia harus mampu memproduksi kakao yang berkualitas tinggi sehingga
mempunyai daya saing dengan kakao yang dihasilkan oleh petani kakao dari negara
lain. Peran penting kakao dalam agribisnis tidak terlepas dari pemanfaatan kakao
khususnya untuk konsumsi sehingga kakao diperdagangkan secara internasional sebagai
komoditas agribisnis penting saat ini.

2. Perkembangan Kebutuhan Kakao Dunia

Kakao merupakan komoditas agribisnis yang merupakan bahan pangan untuk


dikonsumsi. Dari waktu ke waktu masyarakat di seluruh dunia yang mengetahui
manfaat dan mengonsumsi kakao semakin bertambah banyak. Di tingkat global
perkembangan kebutuhan kakao di dunia terjadi peningkatan yang signifikan sejalan
dengan terjadinya peningkatan kondisi ekonomi masyarakat dan bergesernya pola
hidup. Seiring dengan hal itu terjadi tuntutan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
kakao yang dihasilkan.

Nurhidayani, Augustina Kurniasih, dan Anik Herminingsih (2012) melaporkan


hasil penelitian seputar produksi kakao dan posisinya dalam perdagangan di Indonesia
dan mancanegara. Data-data penelitian yang sebagai tambahan referensi dalam
mengkritisi tulisan ini yakni diantaranya tentang konsumsi kakao, produksi kakao
dunia, dan perdagangan kakao.

Konsumsi kakao dapat dibedakan antara konsumsi biji kakao dan konsumsi
cokelat. Konsumsi biji kakao dihitung berdasarkan kapasitas pengolahan atau grinding
capacity, sedangkan konsumsi cokelat dihitung berdasarkan indeks per kapita. Dalam
perdagangan kakao, kaonsumsi biji kakaolah yang berkaitan langsung dengan produksi
dan interaksi keduanya menentukan harga kakao dunia. Harga kakao bergerak naik jika
konsumsi biji kakao lebih besar dari produksinya dan sebaliknya harga kakao akan
merosot apabila konsumsi biji kakao lebih kecil dari produksi.

Konsumsi biji kakao dunia sedikit berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat.


Negara konsumen biji kakao dunia adalah Belanda yang mengkonsumsi 445 ribu ton
pada tahun 2000/2001. Konsumsi negara ini menurun menjadi 418 ribu ton tahun
2001/2002 dan 440 ribu ton tahun 2002/2003. Namun kembali meningkat pada tahun
2003/2004 menjadi 445 ribu ton. Konsumen besar lainnya adalah Amerika Serikat,
diikuti Pantai Gading, Jerman, dan Brazil yang masing-masing mengkonsumsi 440 ribu
ton, 265 ribu ton, 225 ribu ton, dan 205 ribu ton pada tahun 2000/2001. Tahun
2001/2002 dan 2002/2003 konsumsi negara-negara konsumen utama kakao dunia ini
relatif stabil, dan sedikit mengalami penurunan. Konsumsi cokelat dunia masih
didominasi oleh negara-negara maju terutama masyarakat Eropa yang tingkat konsumsi
rata-ratanya sudah lebih daari 1,87 kg per kapita per tahun. Konsumsi per kapita
tertinggi ditempati oleh Belgia dengan tingkat konsumsi 5,34 kg/kapita/tahun, diikuti
Eslandia, Irlandia, Luxemburg, dan Austria masing-masing 4,88 kg, 4,77 kg, 4,36 kg
dan 4,05 kg/kapita/tahun (Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, 2004).

Melihat besarnya konsumsi kakao terutama masyarakat-masyarakat negara maju


yang notabene bukanlah penghasil utama kakao berarti peluang ekspor kakao bagi
Indonesia masih terbuka lebar. Untuk itu penting bagi petani kakao Indonesia berupaya
meningkatkan produksi kakao baik dari segi kuantitas maupun kualitas agar mampu
menembus pasar ekspor kakao ke tingkat dunia.

3. Perkembangan Produksi Kakao Indonesia

Indonesia sebagai produsen kakao dunia berhasil memproduksi kakao yang


berkualitas tinggi sehingga banyak dibeli oleh negara lain. Sebagai produsen kakao
Indonesia mampu menempatkan posisinya pada urutan ketiga tebesar di dunia.

Sebagai negara produsen kakao tingkat dunia, produksi biji kakao Indonesia
pernah menalami pasang surut. Contohnya produksi kakao Indonesia mengalami
penurunan pada tahun 1997 dan 1999. Hal terebut disebabkan terjadinya musim panas
dan penurunan luas areal tanaman kakao itu sendiri. Jika sebelum tahun 1987, produksi
biji kakao Indonesia didominasi oleh perkebunan besar Negara dengan porsi 50 sampai
80%, maka semenjak tahun 1987 lebih dari 50%nya pangsa pasar terbesar untuk
produksi kakao diduduki oleh Perkebunan Rakyat.

Departemen Pertanian (2006) melakukan langkah-langkah kongkrit sehubungan


dengan upaya pengembangan tanaman kakao di Indonesia agar terjadi peningkatan
produksinya. Perluasan lahan yang ditanami kakao di Indonesia hingga tahun 2003 telah
mencapai 964.223 ha dengan produksi 698.816 ton biji kakao kering. Hasil tersebut
diperkirakan bertambh jumlahnya pada tahun 2005. Besarnya kenaikan produksi kakao
di Indonesia dengan perluasan tanam 992.448 ha mampu berproduksi sebanyak 625.396
ton biji kakao kering, tersebar di 31 propinsi. Jumlah petani kakao di Indonesia ada
1,098 juta kepala keluarga. Ekspor komoditi kakao mencapai nilai US $ 546,56 juta
dengan volume 0,367 juta ton pada tahun 2004. Perkembangan produksi tanaman kakao
Indonesia menurut status pengusahaan antara tahun 1980-2004 dituliskan dalam table
5.15.

Tabel 5.15 perkembangan produksi kakao Indonesia menurut status pengusahaan, tahun
1980-2004

Tahun Perkebunan Perkebunan besar Perkebunan besar Total produksi


rakyat (PR) Negara (pbn) swasta (pbs)

(ton) (%) (ton) (%) (ton) (%) (ton) (%)


1980 1.058 10,29 8.410 81,78 816 7,93 10.284 100
1981 1.437 10,94 10.429 79,39 1.271 9,67 13.137 100
1982 3.787 21,94 11.464 66,42 2.009 11,64 17.260 100
1983 5.401 27,50 11.738 59,77 2.501 12,73 19.640 100
1984 6.229 23,50 16.561 62,49 3.712 14,01 26.502 100
1985 8.997 26,62 20.512 60,69 4.289 12,69 33.798 100
1986 11.761 34,26 18.288 53,28 4.278 12,46 34.327 100
1987 25.841 51,48 17.658 35,18 6.700 13,35 50.199 100
1988 39.757 50,11 24.112 30,39 15.466 19,49 79.335 100
1989 68.259 61,77 26.975 24,41 15.275 13,82 110.509 100
1990 97.418 68,44 27.016 18,19 17.913 12,58 142.347 100
1991 119.284 68,20 35.463 20,28 20.152 11,52 174.899 100
1992 145.563 70,27 35.993 17,38 25.591 12,35 207.147 100
1993 187.529 72,67 40.638 15,75 29.892 11,58 258.059 100
1994 198.001 73,34 42.086 15,59 29.894 11,07 269.981 100
1995 231.992 76,10 40.933 13,43 31.941 10,48 304.866 100
1996 304.013 81,29 36.456 9,74 33.530 8,96 373.999 100
1997 263.846 79,90 35.644 10,79 30.729 9,31 330.219 100
1998 369.887 82,39 46.307 10,32 32.733 7,29 448.927 100
1999 304.549 82,88 37.064 10,09 25.862 7,04 367.475 100
2000 363.628 86,34 34.790 8,26 22.724 5,40 421.142 100
2001 476.924 88,85 33.905 6,32 25.975 4,84 536.804 100
2002 511.379 89,53 34.083 5,97 25.693 4,50 571.155 100
2003 634.877 90,85 32.075 4,59 31.684 4,56 698.816 100
2004* 585.955 90,03 32.881 5,05 32.042 4,92 650.878 100

Sumber: ditjen perkebunan, 2005. Statistic kakao departemen pertanian

Ket: *) sementara

Sementara posisi produksi kakao Indonesia di tengah-tengah produksi kakao


dunia seperti yang dilaporkan oleh international cocoa organization tahun 2005
dituliskan dalam table 5.16

Table 5.16 produksi kakao Indonesia dan Negara lain tahun 2001-2005 (000 ton)

Kelompok negara 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005


Cote d’ivoire 1.264,7 1.351,5 1.407,2 1.237,0
Ghana 340,6 497,0 737,0 586,0
Indonesia 455,0 410,0 420,0 435,0
Nigeria 185,0 173,2 175,0 190,0
Total 2.868,4 3.166,6 3.521,6 3.289,0
Sumber: international cocoa organization

Menurut laporan lembaga riset perkebunan Indonesia (2004) jumlah produksi


kakao Indonesia pada tahun 2002/2003 sebanyak 425.000 ton, sementara jumlah kakao
yang dikonsumsi sebanyak 12.000 ton. Kelebihan produksi kakao oleh Indonesia
diekspor ke Negara lain. Dalam hal ekspor kakao ini Indonesia juga menempati urutan
ketiga dunia. Data selengkapnya posisi Indonesia sebagai eksportir kakao seperti
dituliskan dalam table 5.17
Table 5.17 eksportir biji kakao dunia, 2000/2001 – 2003/2004

No. Negara eksportir Jumlah ekspor ( 000 ton )

2000/01 2001/02 2002/03 2003/04


1 Cameroon 101,56 95,63 108,19 136,08
2 Pantai gading 903,39 1.019,25 1.070,98 1.039,48
3 Ghana 306,83 284,68 310,33 608,10
4 Nigeria 149,37 160,29 145,09 161,84
5 Brazil 2,48 3,50 3,59 1,56
6 Rep. dominika 33,81 40,25 38,39 40,44
7 Equador 57,19 58,86 57,37 85,88
8 Venezuela 7,59 8,20 8,30 7,39
9 Indonesia 326,46 364,81 365,65 314,10
10 Malaysia 17,17 18,16 21,11 11,84
11 Papua new guinea 38,80 37,92 39,07 38,70
12 lainnya 42,07 46,80 47,92 74,38
Total 1.986,72 2.138,62 2.215,97 2.519,80
Sumber: international cocoa organization, 2004

Karabain (2001), mengkaji perdagangan kakao indinesia ke Malaysia. Hasilnya,


ekspor kakao ke Indonesia ke Malaysia dipengaruhi secara nyata oleh harga kakao
Indonesia ke Malaysia, konsumsi kakao Indonesia, dan tidak dipengaruhi secara nyata
oleh produksi Indonesia. Sedangkan impor kakao Malaysia dari Indonesia secara nyata
dipengaruhi oleh produksi kakao Malaysia, konsumsi kakao Malaysia, dan pendapatan
per kapita Malaysia.

4. Perdagangan Kakao Indonesia

Kelembagaan yang menangani perkakaoan di Indonesia meliputi asosiasi petani


kakao Indonesia (APKAI) yang mewakili petani, asosiasi kakao Indonesia (ASKINDO)
yang mewakili pengusaha, direktorat jenderal perkebunan yang mewakili pemerintah,
dan pusat penelitian kopi dan kakao (PUSLITKOKA) yang mewakili lembaga
penelitian.

Menurut askindo (2006) sebagian besar petani kakao belum menjual langsung
hasil panennya kepada perusahaan. Hal ini disebabkan tempat tinggal petani relative
tersebar dan jumlah produksi kakao seorang petani tiap kali panen relative sedikit yaitu
sekitar satu sampai lima kilogram per dua minggu.

Petani kakao yang bertempat tinggal jauh dari ibukota kecamatan / kabupaten
biasanya menjual kakao mereka kepada para pedangang pengempul. Cara tersebut
dinilai lebih efisien karena jumlah kakao yang akan dijual petani tidak lebih dari 20kg
(departemen pertanian dalam karabain, 2001). Dengan demikian ongkos angkut yang
mereka keluarkan relative tidak besar. Selain hal itu mutu kakao yang dijual oleh petani
kakao tidak begitu baik sehingga harganya relative murah. Oleh karena itu untuk
mendongkrak nilai jual kakao di pasaran, maka petani kakao perlu meningkatkan
kualitas hasil produksinya. Dalam kaitan ini pemerintah perlu memberikan informasi
atau penyuluhan mengenai penanganan pasca panen kakao kepada para petani kakao
agar hasil produksi mereka menjadi lebih baik. Langkah ini diharapkan dapat
diupayakan kakao dengan kualitas tinggi sehingga harga jual kakao di pasaran juga
tinggi.selain kakao dapat dijual kepada pedagang penumpul dapat pula kakao dijual
kepada pedagang antar kota dan pedagang perantara. Peadagang antar kota disini adalah
para pedagang yang membeli kakao pada suatu daerah kemudian menjualnya kembali
keluar kota/daerah yang membutuhkan suplai barang. Usaha dagang yang dimaksud
adalah usaha yang bergerak pada jual beli kakao. Sedangkan pedagang perantara
merupakan pedagang kecil yang dalam hal ini bersedia membeli biji kakao bukanlah
kekhususan mereka melainkan sebagai usaha sampingan.

5. Pedagang kakao dunia

Menurut laporan lembaga riset perkebunan Indonesia (2004) perdagangan kakao


dunia didominasi oleh biji kakao dan produk akhir ( cokelat ), sedangkan produk antara
(cacao butter, cocoa powder, dan cocoa paste )volumenya relative kecil. Tahun
2001/2002, volume ekspor biji kakao mencapai 2,12 juta ton dan re-ekspor 235 ribu ton.
Pada periode yang sama, volume ekspor produk akhir ( cokelat ) mencapai 2,9 juta ton.
Sementara volume ekspor kakao butter,kakaopowder, dan kakao paste masing-masing
sebesar 528 ribu ton, 594 ribu ton, dan 341 ribu ton.

Eksportir utama biji kakao dunia tahun 2003/2004 ditempati oleh pantai gading
dengan total ekspor satu juta ton. Eksportir terbesar berikutnya adalah Ghana,
Indonesia, dan Nigeria dengan volume masing-masing 608 ribu ton, 314 ribu ton, dan
161 ribu ton. Di sisi lain, importer terbesar biji kakao di dunia adalah belanda dengan
volume 561 ribu ton, diikuti amerika serikar, jerman, Malaysia, prancis, belgia, dan
inggris dengan volume impor masing-masing 488 ribu ton, 212 ribu ton, 181 rubu ton,
154 ribu ton, 139 ribu ton, dan 138 ribu ton.belanda sebagai importer terbesar biji kakao
sekaligus berperan sebagai re-ekspor terbesar biji kakao dunia dengan volume 78,2 ribu
ton (nurhidayani, agustina kurniasih, dan anik herminingsih, 2012)

3. komoditas kelompok bahan non pangan

a. Jenis-jenis tanaman karet dan prospeknya

Pembahasan tentang komoditas hasil pertanianbahan non pangan dalam buku ini
sengaja dibatasi untuk memfokuskan masalah komoditas karet (lateks) sebagai salah
satu contohnya. Hal itu menurut hemat penulis komoditas karet merupakan bahan non
pangan hasil pertanian paling banyak dimanfaatkan bagi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Pada pembahasan agrobisnis komoditas karet banyak digunakan sebagai
bahan baku dalam industry.

Manfaat karet telah diketahui masyarakat Indonesia secara luas. Hal itu
dikarenakan sifat karet mudah dibentuk sehingga bahan yang satu ini dapat digunakan
untuk membuat berbagai peralatan yang dibutuhkan manusia. Mulai dari peralatan
rumah tangga hingga peralatan untuk industry. Mengingat manfaat karet yang sangat
banyak tersebut, maka bahan komoditas hasil pertanian yang satu ini banyak dicari
orang sehingga sangat wajar diperdagangkan diseluruh dunia. Karet sebagai komoditas
hasil pertanian memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga dijadikan tumpuan
bagi petaninya untuk menghasilkan uang guna mencukupi kehidupan hidupnya.

Berbagai macam peralatan yang dibuat dari karet misalnya yang paling sederhana
seperti gelang karet, sandal, ban roda, peralatan otomtif, mainan anak-anak, dan
berbagai peralatan rumah tangga dapat dibuat dari karet.

Karet dihasilkan dari pohon karet (hevea brasilliensis l). karet demikian dikenal
sebagai karet alami. Selain karet alami dikenal pula karet sintetis yang dibuat dari
minyak mentah. Karet alam atau lateks wujudnya berupa getah pohon tertentu yaitu
pohon karet (hevea brasilliensis l). lateks diperoleh dengan cara melukai kulit pohon
karet atau lebih sering diistilahkan penyadapan. Lateks merupakan suatu larutan koloid
dengan partikel karet dan bahan bukan karet yang tersuspensi dalam suatu medium.
Berat lateks ditentukan oleh BJ butir karet dan berat jenis serum/air. Umumnya lateks
memiliki bj 0,998. Sedangkan bj karet kering 0,96. Semakin tinggi kadar karet kering,
maka semakin tinggi / kental karet tersebut. Komposisi lateks yang diperoleh dari pohon
karet dewasa seperti dituliskan dalam table 5.18

Table 5.18 komposisi lateks hasil sadapan pohon karet dewasa


No Kmoposisi Persen (%)

1 Hidrokarbon karet 35,62

2 Air 59,62

3 Dammar/resin 1,65

4 Protein 2,03

5 Karbohidrat (gula) 0,34

6 abu 0,70
Lateks diolah menjadi beberapa jenis produk seperti RSS (RIBBED Smoked
Sheets), crepe, lateks pekat (lateks didih dan lateks pusingan), dan karet bermutu
rendah.

Menurut sahudi T., et al. (1975) dalam rizal syarif dan anies irawati (1988) lateks
selain dihasilkan oleh pohon hevea dapat pula karet dihasilkan dari jenis-jenis tanaman
lainnya yaitu:

 Tanaman castilla elastica menghasilkan karet kastila (castilla rubber) atau karet
panama (panama rubber). Jenis tanaman ini dapat t7umbuh tinggi sampai mencapai 45
meter. Lateks jenis tanaman ini dihasilkan setelah umur tanaman mencapai 8-10 tahun.
 Tanaman manibot glavionii menghasilkan karet ceara atau karet manicob. Jenios
tanaman ini dapat tumbuuh hingga mencapai ketinggian 9 meter dan dapat disadap
getahnya setelah tanaman berumur 5 atau 6 tahun.
 Tanaman ficus elestica menghasilkan karet assam atau karet india. Jenis
tanaman ini dapat menghasilkan getah karet dengan cara disadap setelah tanaman
berumur 50 tahun. Jenis tanaman ini sekarang tidak banyak diusahakan orang.
 Tanaman futunia elastica menghasilkan karet jenis logos silk rubber.
 Tanaman genus landolphia (l. kirkii, l. heudelloti, dan l owariensis)
menghasilkan karet jenis landolphia.
 Tanaman parthenium argentatum menghasilkan karet guayule. Jenis tanaman ini
dicirikan dengan pohon berbentuk perdu agak besar. Karet ini berkualitas sangat baik
untuk bahan campuran karet sintetis. Tetapi biaya untuk produksi karet ini relative
sangat mahal dibandingkan dengan jenis karet lain sehingga jarang dibudidayakan
orang.
 Tanaman taraxacum kokshagyz menghasilkan jenis nkaret yang disebut
dandelion.
 Tanaman palagium gutta menghasilkan getah perca yaitu suatu bahan yang
sangat mirip dengan karet. Penghasil getah perca di Indonesia yaitu perkebunan Negara
di cipetir, sukabumi, jawa barat. Getah tanaman ini memiliki kualitas terbaik untuk
bahan pembuatan kabel tahan air garam misalnya dipasang dibawah laut. Sifat karet
tanaman ini selain tahan terhadap air garam juga bersifat lentur namun keras. Selain itu
getah perca juga digunakan untuk membuat pipa, penyangga, telepon, pelapis tahan air,
perekat, penutup luka [pada gigi, dan lain-lain.
 Tanaman manilkara bidentata atau mimusops balata menghasilkan getah balata
yaitu suatu karet dengan sifatnya kurang begitu elastic. Tanaman ini dapat tumbuh
mencapai ketinggian 30 meter. Penggunaan getah tanaman ini hamper sama dengan
getah perca, kadang-kadang digunakan pula untuk campuran permen karet.tanaman ini
tidak pernah ditanam atau diusahakan orang karena penyadapan getah tidak dapat
dilakukan seperti penyadapan getah pada pohon karet jenis lainyya. Penyadapan getah
pada pohon manilkara bidentata harus merusak pohonnya sehingga jarang
dibudidayakan secara komnersial.
 Tanaman dyera costulata menghasilkan jelutong. Lateks yang dihasilkan oleh
pohon ini dalam jumlah yang banyak tetapi berkualitas rendah. Penggunaan yang paling
sering dari getah pohon ini yakni untuk campuran permen karet.
 Tanaman achras sapota menghasilkan getah yang disebut chicle. Kulitkayu
pohon ini mengandung lateks. Penggunaan lateks dari pohon ini lebih sering sebagai
bahan campuran permen karet.
Untuk bahan pertimbangan budidaya tanaman karet (hevea brasilliensis l),
budiman (2005) menguraikan beberapa hal penting berkaitan dengan sifat-sifat tanaman
karet dimaksud, yakni:
- Pohon karet memberikan hasil sadapan harian selama 25 tahun tanpa berhenti.
- Selain menghasilkan elastomeryang sangat dibutuhkan dunia, pohon karet juga
menghasilkan kayu unggulan diakhir masa sadapan.
- Pohon karet memberikan banyak manfaat pelestarian lingkungan seperti
cadangan air dan konservasi lingkungan hidup.
- Karet mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat diandalkan sebagai
tumpuan hidup.

Produksi karet alam dunia dihasilkan dari perkebunan besar dan perkebunan
rakyat. Sementara itu kebutuhan akan karet alam dunia, baik untuk produksi maupun
sebagaikonsumsi masyarakat sangat tinggi.kebutuhan karet tersebut dari waktu ke
waktu relative terus meningkat jumlahnya. International rubber study group telah
memproyeksikan pertumbuhan konsumsi karet dunia dalamsepuluh tahun kedepan
berkisar 4,7 persen per tahun. Untuk produksi, diperkirakan tumbuh sekitar 4,9 persen
per tahun. Kenyataan tersebut harus ditangkap sebagai peluang yang amat bagus bagi
Negara yang mempunyai perkebunan karet alam guna melakukan ekspansi usahanya.
Ke depan Negara produsen karet alam memiliki peluang tinggi un tuk mengekspor karet
alam ke seluruh penjuru dunia yang membutuhkan, terutama ke Negara-negara maju.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai perkebunan karet yang
sangat luas. Dengan demikian Indonesia memiliki peluang sebagai nmegara produsen
karet alam. Hal itu berarti Indonesia dapat mengandalkan perolehan devisa Negara non
migas melalui ekspor komoditas hasil pertanian yang satu ini yakni karet alam. Untuk
mencapai maksud tersebut, maka Indonesia harus bersedia melakukan pengembangan
untuk dapat meningkatkan kualitas karet alam yang ditetapkan oleh pasar internasional
(riyanto, 2012). Kualitas karet terletak pada elastisitasnya, daya tahan bahan tersebut
terhadap panas dan keretakan yang tinggi.

b. ekspor karet alam Indonesia

1). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor karet alam Indonesia

Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara produsen alam yang berkualitas
tinggi dengan jumlah yang cukup banyak. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam
negeri sendiri karet alam Indonesia juga diekspor ke mancanegara yang membutuhkan,
misalnya ke Negara-negara maju seperti di eropa dan amerika. Sebagai produsen karet
alam yang berkualitas baik, Indonesia harus sanggup mengakui keunggulan Negara
Thailand dan Malaysia yang juga sebagai Negara produsen karet alam. Produktifitas
karet alam Indonesia sekitar 934 kilogram per hektar, sementara Thailand mampu
berproduksi sebanyak 1.705 kilogram per hektar dan Malaysia mampu menghasilkan
karet alam sebanyak 1.450 kilogram per hektar. Indonesia perlu mengembangkan dan
terus meningkatkan sistem eksplorasi yang tepat dalam budidaya karet alam agar
mampu bersaing dengan Negara lain yang juga sebagai Negara pengekspor karet alam.

Factor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia secara umum


meliputi beberapa hal yakni harga internasional, nilai tukar uang, dan kebijakan tariff
dan non tariff yang berlaku saat ekspor dilakukan (riyanto, 2012). Berturut-turut tentang
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor karet alam dari Indonesia dikemukakan
berikut ini.

- Harga internasional.
Kenyataan di lapangan menunjukan semakin besar selisih antara harga karet
alam di pasar internasional dengan harga domestiknya, maka hal itu akan
menyebabkan jumlah komoditi karet alam yang akan diekspor memjadi
bertambah jumlah kuantitasnya.
- Nilai tukar uang
Di lapangan dijumpai kenyataan semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu
Negara, maka harga ekspor karet alam itu di pasar internasional menjadi mahal.
Sebaliklnya, semakin rendah nilai tukar mata uang suatu Negara, maka harga
ekspor karet alam Negara itu di pasaran internasional menjadi murah. Dalam hal
ini pemberlakuan kuota ekspor karet alam juga berpengaruh terhadap ekspor
karet alam dari Indonesia. Kuota ekspor yaitu kebijakan perdagangan
internasional berupapembatasan kuota (jumlah) barang ekspor.
- Kebijakan tariff dan non tariff
Kebijakan tariff adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri pada
tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan
komoditi tersebut. Sedangkan kebijakan non tariff adalah untuk mendorong
tujuan diversifikasiekspor (soekarwati, 1999).

Selain faktor-faktor umu di atas, terdapat faktor lain yang mempengaruhi ekspor
karet alam di Indonesia. Diantaranya yaitu GDP Negara tujuan ekspor, harga karet
dunia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang Negara tujuan ekspor, produksi karet alam
Indonesia, dan harga karet sintetis. Riyanto (2012) menuliskan analisis ekspor karet
alam Indonesia dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan ahli lain selama ini
terutama tentang faktor-faktor yang signifikan berpengaruh terhadap ekspor karet
Indonesia seperti dikemukakan berikut ini.

- GDP Negara tujuan ekspor


GDP mencerminkan Negara yang bersangkutan mengalami kenaikan
pendapatan nasional. Bila GDP Negara tujuan ekaspor meningkat, maka
permintaan akan ekspor karet alam juga akan meningkat. Hal itu dilakukan
untuk lebih merangsang meningkatnya produktifitas Negara yang bersangkutan.
- Harga karet dunia
Kenyataan di lapangan menunjukan semakin tinggi harga karet alam dunia,
maka bukannya Negara produsen akan semakin diuntungkan tetapi malah
sebaliknya akan semakin diuntungkan tetapi malah sebaliknya akan merugikan
Negara penghasil karet alam (produsen). Hal itu dikarenakan akan terjadi
penurunan permintaan akan karet alam sehingga hasil produksi yang melimpah
tidak dapat terserap oleh pasar secara keseluruhan.
- Nilai tukar rupiah terha
Jika Negara penghasil karet alam (produsen) mengalami apresiasi (kenaikan
nilai mata uang dimata nilai mata uang asing), maka permintaan akan komoditas
karet alam akan menurun. Hal itu dikarenakan harga karet alam mengalami
kenaikan ketika dinilai dengan mata uang Negara pengimpor karet alam dari
Indonesia.
- Produksi Karet Alam Indonesia
Jika produktifitas karet alam Indonesia terus mengalami peningkatan alias
semakin tinggi, maka hal itu berarti outputnya juga semakin itnggi. Hal itu
menyebabkan terjadinya ekses supply yang tinggi di dalam negeri. Kelebihan
tersebut bisa dipergunakan untuk memenuhi permintaan ekspor akan karet alam.
- Harga karet alam
Harga karet sintetis mungkin pengaruhnya tidak terlalu besar. Sebab kualitas
karet sintetis tidak sebagus karet alam. Tapi apabila harga karet alam dunia tidak
terkendali (mahal), maka konsumen bisa saja beralih menggunakan karet sintetis
yang akan menyebabkan permintaan karet alam menurun. Jika kejadian ini
melanda dunia, maka produsen karet alam seperti Indonesia diambang
kebangkrutan.

2). Gambaran ekspor karet alam Indonesia ke mancanegara

Gambaran ekspor karet alam di Indonesia ke mancanegara yaitu ekspor karet alam
Indonesia ke amerika serikat pada kwartal I (januari-april) 2012 mencapai hamper
177.000 ton senilai 628,586 juta dolar as. Setelah as, ekspor terbesar karet alam
Indonesia ke jepang yakni sebanyak 131.000 ton senilai 467 juta dolar as dan china
129.000 ton dengan devisa 466 juta dolar as. Dalam krisis global yang melanda dunia
Indonesia patut bersyukur karena masih ada permintaan akan komoditas karet alam
Indonesia. Meski mengalami penurunan. Pada akhir juli 2012 nilai ekspor karet alam
Indonesia menurun hingga mencapai 31,98 persen dibandingkan yang terjadi tahun
2011. Pada januari-juli 2012 nilai ekspor golongan barang tersebut hanya 1.469 miliar
dolar as. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2011 masih bisa mencapai angka
2.199 miliar dolar as. Di kalangan petani, harga karetb alam berkisar antara rp. 5.000 –
rp. 6.000 per kilogram (BPS dan gapkindo, 2012).

3). Upaya memperbaiki harga karet alam dunia.

Penurunan harga karet alam dunia menyebabkan terjadinya penerimaan


pendapatan para petani dan juga devisa Negara sebagai produsen (penghasil) karet alam
Indonesia. Hal itu dikarenakan kegiatan ekspor karet alam Indonesia mengalami
penurunan. Wajar kiranya jika petani mengalami penurunan pendapat. Pun demikian
halnya secara global Negara pengekspor juga mengalami penurunanpendapatan devisa
Negara dari komoditas karet alam.

Riyanto (2012) menuliskan telah melakukan cara penanggulangan atas terjadinya


penurunan harga karet alam dunia yaitu dengan melakukan pemangkasan jumlah karet
alam yang harus diekspor ke mancanegara. Langkah konkrit yang dilakukan Indonesia,
Thailand, dan Malaysia sebagai Negara produsen karet alam ya ng tergabung dalam
international tripartite rubber council melakukan pemangkasan ekspor sebesar 300.000
ton selama enam bulan dimulai pada oktober 2012. Indonesia mendapat jatah
pengurangan 117.000 ton, Thailand 143.000 ton, Malaysia 40.000 ton. Selama enam
bulan pemangkasan ekspor karet, disepakati 60% pengurangan ekspor dilakukan pada 3
bulan pertama, dengan perincian tiap bulan 20%. Adapun 40% sisanya dibagi selama 2
bulan berikutnya, dengan perincian januari dan februari sebanyak 20% dan maret 10%.
Diharapkan dengan pemangkasan jumlah ekspor ini harga karet alam bisa naik kembali.
Petani pun bisa mendapatkan penghasilan yang tinggi dan pendapat pemerintah akan
ekspor bisa meningkat kembali. Selanjutnya angka kemiskinan dan pengangguran bisa
dikurangi.

Dampak nyata dari program pemangkasan ekspor karet alam tersebut terutama
yang dialami Indonesia yakni volume ekspor karet pada kuartal I 2013 mencapai
611.091 ton atau naik 8,34% dari periode yang sama. Tahun lalu ditengah kebijakan
pengurangan ekspor untuk menstabilkan harga (bisnis.com, 2013). Data gabungan
pengusaha karet Indonesia (gapkindo) menyebutkan volume ekspor pada januari-
februari berturut-turut 196.902 ton, 194.906 ton, dan 219.283 ton. Kendati naik,
Indonesia cukup disiplin menerapkan komitmen pemangkasan ekspor (agreed export
tonnage scheme/AETS) sesuai kesepakatan tiga Negara. Terjadinya peningkatan selama
tiga bulan pertama merupakan konpensasi setelah pelaku menahan ekspor cukup besar
selama oktober_desember 2012. Pemangkasan ekspor sekitar 300.000 ton sesuai
kesepakatan tiga Negara, Indonesia mendapat jatah pengurangan 117.000 ton.
Perinciannya, 60% dilakukan pada oktober-desember 2012 , sedangkan 40%
dilaksanakan pada januari-maret 2013 (sutarno, Ed., 2013).

Harga karet terus meningkat dan tahun 2011 sempat menembus angka USD
6412/ton di bursa komoditi Tokyo (glombor, 2011). Salah satu penyebabnya lantaran
penurunanan produksi karet dari Negara-negara produsen karet termasuk Indonesia.
Menurut gapkindo, setiap Negara yang dilalui khatulistiwa pada bulan februari-
september aklan mengalami masa gugur daun sehingga terjadi penurunan produksi karet
alam di Negara-negara produsennya. Lantaran gangguan cuaca dapat menyebabkan
produksi karet dapat menurun sampai 30% dari bulan-bulan normal. Pada 2010,
produksi karet alam Indonesia mencapai 2,8 juta ton. Tahun 2011 produksi karet alam
Indonesia diprediksi naik hingga 10%, jika tidak ada halangan cuaca. Produksi karet
alam Indonesia ditargetkan sebesar 3,08 juta ton. Setelah mengalami pemulihan dari
krisis global di tahun 2009, maka sejak tahun 2010 dunia mengalami deficit pasokan
karet sebanyak 455.000 ton. Hal itu berarti memberikan kenaikan permintaan ekspor
bagi Negara-negara eksportir karet termasuk Indonesia. Tahun 2010 ekspor karet
Indonesia sebessar 1,9 juta ton. Tahun 2011 ekspor karet bisa naik hingga 10%, artinya
ekspor karet Indonesia mencapai 2,09 juta ton (sumber : http://industri.kontan.co.id/h1l-
n12).

Di lain hal, harga ekspor karet Indonesia mengalami kenaikan. Menurut tulisan
evalisa siregar (antara – news, 2013) harga ekspor karet Indonesia jenis SIR20 bergerak
naik lagi atau ditutup sebesar 2,905 dolar AS per kilogram untuk pengapalan april di
pasar bursa singapura pada 8 maret 2013. Akibat bergerak naiknya harga bekspor, harga
bahan olah karet (bokar) di pabrikan juga ikut bergerak atau sudah Rp23.110-Rp25.110
per kilogram dari 1 maret yang sempat tertekan menjadi Rp22.574-Rp24.574 per kg.
menguatnya harga jual SIR20 dipicu antara lain melemahnya nilai yen dan tindakan
pedagang yang masih melakukan aksi lihat tunggu perkembangan china dan amerika
serikat. Dengan kondisi itu harga akan bergerak naik lagi, karena diperhitungkan akan
terjadi pasokan ketat menyusul produksi di tiga Negara produsen utama karet alam
yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand truun. Produksi karet alam Indonesia
diperkirakan turun hingga 200 ribu ton pada maret-mei 2013 sehingga diharapkan harga
ekspor naik dewasa ini yang masih tertekan dibawah 3 dolar as per kg. produksi turun
akibat musim gugur daun di wilayah bagian utara equator dan adanya banjir di wilayah
bagian selatan ekuator.

Sumatera utara yang merupakan daerah paling utara akuator sebagai produser
terbesar kedua di Indonesia pada februari sudah memasuki musim gugur daun.
Sedangkan di bagian selatan ekuator seperti Sumatra selatan, jambi, dan lampung
sedang musim hujan. Hujan deras mengakibatkan terjadinya banjir sehingga membuat
terganggunya operasional pabrik khususnya yang berada di pinggir sungai musi.
Akibatnya volume menurun. Musim gugur daun juga terjadi di Negara produsen utama
lainnya seperti Thailand dan Malaysia. Sementara itu di tingkat petani harga karet di
labuhanbatu masih tertekan yaitu sekitar Rp8.000-10.000 per kg, padahal produksi karet
sedang ketat alias sedang tidak panen raya (ruslan burhani, 2013).

C. Kehutanan

1. peranan hutan

Indonesia dikenal sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia memiliki ribuan


buah pulau yang tersebar dari sabang hingga merauke. Itulah sebabnya Negara
Indonesia dikenal pula dengan sebutan nusantara. Pulau-pulau yang dimiliki Indonesia
tidak seluruhnya berukuran besar. Namun, tidak sedikit dari ribuan pulau tersebut
beerukuran kecil-kecil. Di dalam pula-pulau tersebut karena saking suburnya dihuni
beraneka ragam tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) termasuk didalamnya jasad
renik.flora dan fauna tersebut sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup bangsa
Indonesia. Hutan diupayakan untuk tetap dapat dilestarikan atau dihindarkan dari
kepunahan karena mempunyai arti tidak kalah pentinmgnya bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang akan mensejahterakan manusia hidup di muka bumi.

Hutan perlu diberdayakan seoptimal mungkin untuk kepentingan hajat hidup


orang banyak. Tetapi dalam memberdayakan hutan harus dikendalikan tidak sampai
menyebabkan kerusakan hutan itu sendiri. Dalam memberdayakan hutan ada ilmunya
yakni ilmu kehutanan. Pada prinsipnya dalamk ilmun kehutanan dipelajari hubungan
antara tanah-tanah hutan dengan manusia, alokasi sumber-sumber industrinya, dan cara
mengelolanya sehingga sumber-sumber tersebut dapat memberikan kepuasan seperti
yang diinginkan oleh manusia.

Peranan atau manfaat hutan sebagai sumber daya alam yang dapat diperbarui dari
aspek ekonomi dapat dijadikan harapan untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama
hasil-hasil dari hutan yang dapat berupa kayu untuk bahan bangunan (papan), rotan,
gambir, air, dan lain-lain. Selain hal itu hutan berperan penting dalam penyediaan stok
oksigen sehingga mencegah terjadinya pemanasan global. Hutan juga berperan sebagai
pendukung dalam penanggulangan kemiskinan. Ditinjau dari aspek lingkungan hidup,
maka hutan mempunyai peranan sangat penting karena disanalah sebagai tempat hidup
beragam flora dan fauna yang notabene sebagai sumber keanekaragaman genetic asli,
pengendali tata air, keseimbangan hara mineral dan penyerap CO2. Pohon-pohon yang
banyak hidup di hutan berperan dalam menyimpan karbondioksida (carbon stock)
dalam bentuk batang kayu, ranting, dan daun (biomassa). Berdasarkan peruntukannya
hutan dikategorikan ke dalam empat jenis yakni hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
produksi, dan hutan wisata.

Hutan lindung berfungsi memberikan perlindungan terhadap tanah, tata air, iklim,
serta lingkungannya. Hutan suaka alam berfungsi memberikan perlindungan terhadap
binatang, untuk kepentingan pengembangan ilmmu pengetahuan dan teknologi serta
kebudayaan. Hutan produksi yakni hutan yang memberikan manfaat produksi kayu dan
hasil hutan yang lain berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan yang berlaku
dengan mengenal prinsip kekekalan hasil. Sementara hutan wisata diperuntukan bagi
penyediaan keindahan alam guna kepentingan wisata.

Berkaitan dengan sifat hutan sesuai peruntuknnya itu, maka dibutuhkan


pengelolaan hutan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup
manusia.

2. pembangunan hutan di Indonesia

Hutan bagi bangsa Indonesia dipandang sebagai modal pembangunan. Untuk itu
perlu terus dikembangkan dan diberdayakan seoptimal mungkin agar manfaatnya dapat
dinikmati seluruh bangsa Indonesia. Berbagai upaya dilakukan bangsa idnonesia untuk
memberdayakan hutan. Pemerintah Indonesia pun tidak tinggal diam telah menyusun
program-program pembangunan hutan seperti dituangkan dalam UU No.17/2007 yang
dirumuskan dalam program jangka panjang 2005 – 2025. Mengapa perlu dilakukan
pembangunan hutan? Dipahami bahwa keanekaragaman hayati yang sangat tinggi
mempunyai potensi genetic yang besar. Untuk itu perlu dijaga kelestariannya dan jika
memungkinkan terus dikembangkan kea rah yang lebih baik lagi. Pada gilirannya nanti
akan dapat dipetik manfaat yang besar dari pemberdayaan hutan tersebut untuk
mendukung pembangunan Indonesia seutuhnya.

Akhir-akhir ini permasalahan hutan menjadi isu penting di dunia. Hutan sebagai
sumber daya alam ditengarai telah mengalami banyak perubahan dan sangat rentan
terhadap kerusakan. Hutan telah dieksploitasi secara besar-besaran untuk diambil
kayunya. Eksploitasi ini menyebabkan berkurangnya luasan hutan dengan sangat cepat.
Keadaan semakin diperburuk dengan adanya konservasi lahan hutan secara besar-
besaran untuk lahan pemukiman, perindustrian, pertanian, perkebunan, peternakan, serta
kebakaran hutan yang selalu terjadi di sepanjang tahun. Dampak dari eksploitasi ini
adalahh terjadinya banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Dengan demikian jelas terlihat bahwa fungsi hutan sebagai pengatur tata air telah
terganggu dan telah mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati yang ada di
dalamnya (irwanto, 2006).

Berkaitan dengan upaya pelestarian hutan sebagai ekosistem harus dipertahankan


kualitas dan kuantitasnya.caranya dengan melakukan konservasi hutan melalui
pengelolaan hutan dipandang dari segi ekosistem. Pemanfaatan ekosistem hutan
dilaksanakan dengan mempertimbangkan fungsi hutan secara menyeluruh sehingga
terhindar dari kerusakan. Hal itu dipertimbangkan dari adanya kerusakan hutan yang
telah terjadi selama ini sudah cukup memprihatinkan. Laju kerusakan hutan di
Indonesia diperkirakan mencapai 1,6-2 juta hektar per tahun, sedangkan kemampuan
pemerintah dengan program gerakan rehabilitasi hutan dan lahan hanya mampu
merehabilitasi sekitar 3 juta hektar dalam jangka waktu 5 tahun (2003-2007). Apabila
kegiatan pemerintah tersebut berhasil seluruhnya berarti masih tersisa sekitar 5-7 juta
hektar masih perlu direhabilitasi. Berdasarkan data yang dihimpun irwanto (2006)
kerusakan hutan di Indonesia telah mencapai 8-10 juta hektar dalam jangka waktu 5
tahun.

Lebih lanjut irwanto (2006) menuliskan pelaksanaan pembangunan kehutanan


yang semakin meningkat dapat menimbulkan dampak lingkungan yang mengandung
risiko perubahan lingkungan. Perubahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan
struktur dan fungsi dasar ekosistem kehutanan. Hal semacam ini akan menjadi beban
sosial, karena pada akhirnya masyarakat dan pemerintah yang harus menanggung beban
pemulihan. Dampak lingkungan yaitu perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh
suatu kegiatan pembangunan kehutanan harus dapat dikendalikan. Dampak negative
pembangunan hutan harus dapat ditekan seminimal mungkin, sedangkan dampak positif
harus terus dikembangkan. Dengan kata lain, kegiatan pembangunan kehutanan harus
berwawasan lingkungan sebagai sarana untuk mencapai kesinambungan dan menjadi
jaminan bagi kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang.

D. Perikanan

1. peranan sector perikanan

Indikasi tercapainya kemajuan pembangunan manusia Indonesia antara lain


ditunjukan dengan terjadinya kemajuan sosial ekonomi rakyat Indonesia. Seiring
dengan kemajuan yang telah dicapai tersebut terjadi perubahan pola konsumsi pangan
yang cenderung berlebihan. Akibat dari pola makan yang berlebihan alias tidak
terkendali menyebabkan dampak negative bagi manusia itu sendiri yaitu teerjadinya
penurunan derajat kesehatannya. Kongkritnya pola makan yang salah dan berlebihan
dalam mengkonsumsi makanan berlemak berdampak buruk terhadap kecendrungan
jumlah penderita penyakit jantung. Seperti diketahui penyakit jantung yang diidap
manusia penyebabnya ada banyak hal seperti terjadinya kenaikan kadar kolestrol darah,
konssumsi lemak yang berlebihan, minuman alcohol, banyak merokok, dan lain-lain.
Tetapi dari sekian banyak penyebab tersebut menurut ahli kesehatan penyakit jantung
paling mungkin disebabkan oleh kadar kolestrol darah yang tinggi. Dalam jumlah
tertentu kolestrol sangat dibutuhkan tubuh manusia untukmenjalankan metabolism agar
berjalan normal. Untuk kepentingan kesehatan tersebut tubuh manusia dewasa rata-rata
membutuhkan 1.100 mg kolestrol per hari. Dari kebutuhan ini 700-800 mg dicukupi
dari biosintessa yang terjadi di dalam tubuh manusia itu sendiri. Sedangkan sisanya
sebanyak 300-400 mg harus dipenuhi dari kolestrol pangan. Konsumsi pangan yang
mengandung lemak dan kolestrol berlebihan dipandang sebagai salah satu penyebab
meningkatnya kolestrol sampai melebihi kebutuhan dan dikaitkan dengan risiko
terjadinya penyakit jantung. Kadar kolestrol yang tinggi dalam darah dapat
meningkatkan terjadinya penebalan dan pengerasan pembuluh darah aarteri yang
disebut srtherosklerosis. Proses terjadinya artherosklerosis dipercepat oleh keadaan
seseorang yang memiliki faktor risiko, baik faktor alami maupun faktor lingkungan atau
kebiasaan orang yang bersangkutan. Faktor risiko alami bersifat tidak dapat dipengaruhi
seperti umur, jenis kelamin, dan genetic. Sedangkan faktor lingkungan bersifat dapat
dipengaruhi seperti kebiasaan makan yang berlebihan, merokok, dan meminum alcohol.
Kadar kolestrol dalam darah dapat dikurangi dengan mengkonsumsi ikan yang banyak
mengandung asam lemak tidak jenuh berikatan rangkap lebih dari satu.jenis ikan yang
banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan dapat mencegah terjadinya penyakit
jantung koroner pada manusia contohnya ikan teri, tongkol, tenggiri, tawes, dan ikan
kembung (sutawi, 2007). Selain mengandung zat lemak yang bermanfaat untuk tubuh
manusia yang mengkonsumsinya, ikan juga mengandung zat-zat gizi lainnya yang juga
penting bagi kesehatan tubuh manusia seperti vitamin E, B2, dan niasin (rizal syarif dan
anises irawati, 1988).
Masyarakat dunia tidak asing lagi dengan komoditas ikan yang sangat bermanfaat
bagi kesehatan tubuh manusia tersebut. Ikan-ikan itu merupakan hasil perairan dan telah
umum diperdagangkan, baik di pasaran local, nasional, maupun internasional. Sejalan
dengan hal itu, maka kegiatan perikanan ditunjukan menghasilkan produk yang secara
umum dikelompokan kedlam komoditi hasil perairan. Perikanan di Indonesia
merupakan salah satu bidang pertanian yang mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah. Mengapa demikian? Hasil perairan termasuk di dalamnya hasil-hasil
perikanan digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dalam rangka
meningkatkan kualitaas kehidupan bangsa Indonesia. Produk hasil perairan merupakan
sumber protein yang baik, karena mengandung protein yang cukupp tinggi kuallitasnya
dengan komposisi asam amino yang lengkap. Sementara itu konsumsi ikan penduduk
Indonesia maasih perlu ditingkatkan.
Produk-produk perairaan, terutama ikan dalam waktu-waktu mendatang semakin
diperhitungkan ketersediaannya karena akan semakin banyak dibutuhkan orang
mengingat pentingnya produk tersebut bagi kesehatan manusia. Menurut departemen
kesehatan RI dagoing ikan kaya akan zat gizi yangsangat diperukan tubuh. Konsumsi
secara teratur dan cukup akan ikan yang sehat dapat menunjang proses pembentukan
manusia Indonesia yang berkualitas, cerdas, kreatif, dan produktif sesuai
tujuanpembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Berdasarkan hasil penelitian di
laboratorium emak yang terdapat did aging ikan dapat mencegah dan mengurangi risiko
akibat penyakit jantng. Hal itu dikarenakan lemak ikan dapat mempertahankan
integritas pembuluh dalah tubuh manusia sehingga dapat mencegah terjadinya
penebalan pembuluh darah arteri.
Menurut rizal syarif dan anies irawati (1988) tingkat konsumsi ikan penduduk
Indonesia baru mencapai 10,5kg/perkapita/tahun atau 7,7 g/kapita/hari untuk konsumsi
protein. Angka tersebut menunjukan masih kecilnya konsumsi protein hewani
masyarakat Indonesia, yakni sebesar 16,7% dari konsumsi protein.selebihnya adalah
konsumsi protein nabati.
Ditinjau dari segi ekonomi, hasil-hasil perairan merupakan sumber daya alam
yang mempunyai prospek cerah bagi mindonesia dimasa yang akan datang. Hal itu
mengingat perairan Indonesia meliputi 70% dari total wilayah yang dapat menghasilkan
delapan juta ton ikan setiap tahun, sedangkan yang baru dimanfaatkan adalah 40%
dengan produksi 1,8 juta ton.
Hasil-hasil perairan tersebut antara lain dikembangkan melalui usaha perikanan.
Perikanan mengandung pengertian segala usaha penangkapan budidaya ikan serta
ppengolahan sampai pada pemasaran hasil olahannya. Sementara itu yang dimaksud
sumber perikanan ialah binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di dalam
perairan,baik daratmaupun laut. Usaha perikanan di Indonesia masih merupakan
perikanan rakyat dengan menggunakan perahu layar sederhana dan kecil. Umumnya
perahu-perahu tersebut hanya dilengkapi dengan alat-alat penangkapan ikan yang
sederhana. Alat-alat penangkapan kebanyakan dibuat dari bahan serat alam seperti
kapas dan wuring (gebong) meskipun telah ada pula yang menggunakan bahan benang
nilon tetapi jika dibandingkan dengan peralatan yang digunakan negaara-negara maju
teknologi penangkapan ikan di Indonesia masih jauh ketinggalan.
Walaupun dari seegi penggunaan teknologi dalam sector perikanan Indonesia
masih ketinggalan dengan Negara-negara maju, hasil-hasil perikanan Indonesia selama
ini telah ikut menyumbangkan devisa bagi Negara Indonesia. Devisa Negara dari hasil
perikanan pada tahun 1980 sebesaar 230 juta dollar. Sebagian besar perolehan devisa
Negara dari sector perairan itu didominasi oleh udang.

1. Pengelompokan hasil-hasil perikanan

Berdasarkan ketentuan dari organisasi pangan dan pertanian sedunia (FAO), hasil-
hasil perairan dikelompokan sebagai berikut:
- Ikan darat dan diadromouss (jenis yang bermigrasi antara air asin/laut dan air tawar
untuk peneluran/pemijahan).
- Ikan laut
- Krustasea, moluska dan advertebreta lainnya
- Paus
- Anjinglaut (seats) dan berbagai mamalia perairan
- Berbagai binatang air (penyu, kura-kura, kodok, buaya) dan residu (mutiara, lokan,
spons, koral).
- Tumbuhan air, ganggang air, rumpur laut, dan lain-lain.

2. Tinjauan biologi ikan

Perikanan yang sudah lazim diusahakan di Indonesia yakni perikanan rakyat.


Komoditi yang dikembangkan ialaah jenis ikan yang dalam bilogi termasuk golongan
vertebrata. Ikan adalah binatang berdarah dingin yang mendorong tubuh rampingnya di
dalam air dengan menggerakan sirip yang dimiliki. Ikan memiliki indra pencium dan
pendengar serta gurat sisi peka yang dapat menangkap getaaran. Ikan bernafas dengan
insang. Pembuahan telur terjadi di luar tubuh. Terdapat tiga kelas ikan yaitu ikan tak
berahang, ikan bertulang rawan, dan ikan bertulang biasa.
Golongan ikan tak berahang termasuk kedalam kelas agnatha. Ikan jenis ini
merupakan ikan yang paling primitive di antara vertebrata yang ada di perairan (laut).
Conyohnya ikan lampre dan pasak. Golonngan ikan tulangcrawan termasukke dalam
kelas chondrichtyes yang merupakan ikan yang penting. Contohnya ikan pari, ikan hiu,
dan hiu kelinci. Namaikan bertulang rawan ini diambilkan dari tulang kerangkanya
yang tidak berzat kapur, tetapi berbahan warna putih dank eras yang dinamakan tulang
rawaan. Sisik ikanini mirip gigi dengan insangcyang berlubang keluar dan terpisah yang
disebut celah insang. Golongan ikan bertulang biasa termasuk ke dalamkels osteichtyes
yang merupakan kelas paling besar. Kelas ikan ini dibagi menjadi dua golongan yakni
ikn bersirip kipas dan ikan bersirip cuping. Kerangka kedua golongan ikan tersebut
bertulang biasa, bersirip kembar, dan bersirip tengah serta mempunyai keeping tutup
insang pada kedua sisi kepala untuk melindungi rongga insang yang berisi lima busur
insang.

3. Pembangunan perikanan di Indonesia


Hasil dari kajian ekonomi perikanan kiranya patut diperhitungkan dalam upaya-
upaya untuk meningkatkan pendapatan petani dari sector ini.secara nasional upaya
pembangunan sektor perikanan untuk di lakukan secara serius.mengapa pembangunan
sektor perikanan dirasa kian semakin mendesak saja?pertimbangan yang menguatkan
segera dilakukan pembangunan sektor perikanan secara lebih terstruktur di karenakan
sektor ini masih terbuka peluang ekspor yang leluasa dimana yang akan datang.gejala
itu terlihat dengan di tandai terjadinya penurunan jumlah produksi hasil tangkapan laut
yang bersifat yang mengglobal di seluruh dunia.berdasarkan laporan FAO,tahun 2010
jumlah tangkapan ikan dunia berkisar 88,6 juta ton.jumlah ini mengalami penurunan
sekitar 1,4 juta ton dibandingkan dengan hasil tangkapan ikan laut tahun 2006.
Dalam pembangunan perikanan diharapkan terjadi peningkatan produksi setiap
tahunnya sehingga pada gilirannya Indonesia mampu merebut pangsa pasar dunia untuk
produk perikanan .dalam upaya meningkatkan produksi perikanan di Indonesia hal yang
penting untuk diperhatikan yakni kemungkinan terjadinya dampak negatif akibat
penggunaan lahan untuk budidaya perikanan,penggunaan pakan dan obat-
obatan.penggunaan pakan dan obat-obatan dapat meningkatkan produksi tetapi
pemakaian pakan pabrikan dan obat-obatan kimia yang kurang terkendali dengan baik
berdampak dapat meningkatkan akumulasi residu obat (antibiotik) dan hormone dalam
tubuh ikan.sehingga berpengaruh pada genetik (Genetic modified organisms atau
GMOs) seseorang yang mengkonsumsinya.isu seperti itu dapat terjadi ketika orang
mengkonsumsi ikan hasil budidaya dengan penggunaan pakan pabrik dan obat-obatan
kimia yang kurang terkendali.misalnya pada budidaya ikan nila,lele,ikan mas,dan jenis-
jenis ikan konsumsi lainnya.semua dampak dan ancaman ini membutuhkan sebuah
solusi yang terintegrasi dengan peningkatan hasil produksi,dan itu hanya bisa dilakukan
dengan penguasaan dan penerapan teknologi budaya(Romi Novriadi,2013).
Lebih lanjut Romi Novriadi (2013) mencontohkan teknologi yang dapat diuji
cobakan pada budidaya ikan yaitu system resirkulasi (Recirculation Aquaculture
System) dan pengendalian mikroba dalam usaha pencegahan penyakit ikan.sebetulnya
kedua sistem ini sudah sangat umum kita dengar,tetapi penerapannya dalam sistem
budidaya ikan di Indonesia belum optimal sehingga hasilnya pun juga tidak
maksimal.teknologi sistem resirkulasi sangat penting untuk terus dikembangkan dan
diaplikasikan dalam sitem perikanan di Indonesia.hal itu mengingat kondisi kualitas
perauran Indonesia semakin terdegradasi.contohnya yang terjadi di kepulauan
Riau,aktivitas idustri dan pertambangan sudah melewati daya dukungan lingkungan
sehingga berakibat pada banyaknya kematian ikan di beberapa sentra produksi
budidaya. Beberapa daerah sudah mengintal teknologi ini,namun perlu dilakukan
system pelatihan secara berkala dan riset yang lebih mengarah kepada optimalisasi
kualitas air yang dihasilkan dan efisiensi nilai ekonomi untuk aplikasi teknologi
ini.penerapan teknologi yang tepat secara bijaksana dalam sector perikanan sedang dan
masih terus produktif dari waktu-waktu sebelumnya. Kemajuan sector perikanan yang
dicapai diharapkan agar dapat mengentaskan bangsa Indonesia dari jurang kemiskinan.

Evaluasi

1. Mengapa disebut pertanian rakyat? Alas an apa yang mendasari hal itu contoh
pertanian rakyat yang seperti apakah yang dikatakan eksis tetap eksis diusahakan
dizaman sekarang?
2. Sector perkebunan sampai sekarang dijadikan sector andalan untuk terus
dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Mengapa dikatakan seperti itu?
3. Jenis-jenis komoditas hasil perkebunan apakah yang dijadikan komoditas ekspor
andalan non-migas bagi Indonesia. Sejauh mana sumbangan komoditas dimaksud
dalam perolehan devisa bagi Negara Indonesia?
4. Dalam memasuki pasar internasional komoditas hasil pertanian (perkebunan) dari
Indonesia mendapatkan persaingan yang ketat dari Negara lain. Persaingan dalam
bentuk apa sajakah yang perlu diantisipasi bagi petani Indonesia agar dapat
memenangkan persaingan pasar internasional?
5. Apa kepentingan Indonesia turut serta menjadi anggota international tripartite
rubber council? Menurut pendapat saudara sebagai pengusaha bidang pertanian
(karet alam) bergabung ke dalam perkumpulan tersebut apa justru tidak membuat
ribet terutama berkaitan deengan keharusan mengurangi ekspor karet ke
mancanegara?
6. Kemukakan apa manfaat hutan bagi kehidupan manusia? Mengapa hutan perlu
dijaga kelestariannya?bagaimanakah pendapat saudara jika hal tersebut dikaitkan
dengan isu meningkatnya pemanasan global akhir-akhir ini?
7. Bagaimanakah pembangunan hutan di Indonesia dilakukan? Sudah sejauh
manakah manfaat pembangunan hutan dirasakan oleh bangsa Indonesia?
8. Sudaah sejauhmanakah perkembangan perikanan rakyat di Indonesia? Dari sisi
manakah sebaiknya pembaruan kinerja nelayan di Indonesia dilakukan?
9. Apakah peran sector perikanan dalam kaitannya sebagai sumber protein hewani
yang penting. Sejauhmanakah perhatian pemerintah dalam memajukan sector
perikanan di tataran masyarakat petni di Indonesia?
10. Sudah sejauhmanakah teknologi penangkapan ikan yang ada di indonessia?
Bagaimanakah peran pemerintah dalam memajukan hal itu sehingga nelayan
Indonesia tidak jauh ketinggalan dibandingkan nelayan-nelayan di Negara maju?

Anda mungkin juga menyukai