Lebih lanjut dalam uraian berikut ini dikemukakan secara rinci bidang-bidang
pertanian yang lazim diusahakan di indonesia maupun di negara lain. Penting kiranya
untuk digaris bawahi yang hendak dibahas berikut ini mengcangkup pengertian
pertanian dalam arti yang luas. Tidak semua bidang pertanian dibahas secara detail
dalam buku ini. Dalam buku ini diulas secara detail bidang-bidang pertanian yang
meliputi pertanian rakyat, perkebunan, dan peternakan. Untuk bidang pertanian lainnya
yakni kehutanan dan perikakan sengaja penulis batasi pembahasannya mengingat
luasnya cakupan materi kedua bidang tersebut pembaca yang berkeinginan
memperdalam materi kedua bidang pertanian yang disebutkan terakhir dapat
mempelajari atau membaca dalam literatur lain
A.Pertanian rakyat
B.Perkebunan
Perkebunan dalam konteks keilmuan dianamakan sebagai suatu sistem
pemamfaatan energi sinar matahari dan sumberdaya tanaman dan tanah untuk
menghasilkan biomassa yang dimamfaatkan guna menunjang sistem industri secara
berkelanjutan. Perkebunan(plantation) di indonesia kebanyakan diusahakan sebagai
industri yaitu industri perkebunan. Dinamakan demikian karena dalam kegiatannya
untuk menghasilkan produk perkebunna diterapkan sistem manejemen seperti halnya
pada industri lain dengan memamfaatkan hasil-hasil penelitian dari teknoogi terbaru.
Sehinnga usaha dibidang perkebunan umunnya dikelompokkan ke dalam industri
pertanian.
Perkebunan lebih banyak diusahakan di daerah-daerah bermusim panas di dekat
khatulistiwa , seperti halnya indonesia, malaysia, dan negara-negara asia lainnya. Di
indonesia perkebunan kebanyakan berada di daerah-daerah luar pulau jawa seperti di
pulau sumatra, kalimantan, sulawesi, papua barat, dan lain-lain. Hal itu dikarenakan di
luar pulau jawa masih memiliki lahan yang luas dan memungkinkan untuk perkebunan.
Sperti telah ditemukan dalam bab pendahuluan buku ini bahwa indonesia bahwa sebagai
daerah tropis hampir sepanjang tahun terdapat sinar matahari yang begitu melimpah.
Berkat adanya sinar matahari reaksi biologis dalam tanaman sehingga dihasilka produk
yang bermamfaat bagi umat manusia di muka bumi. Kelimpahan energi alamiah berupa
sinar matahari memungkinkan berlangsungnya aktivitas petani sepanjang tahu. Hal ini
dapat disyukuri sebgai bentuk keunggulan komparatif wilayah tropika dibandingkan
dengan wilayah lain di belahan bumi mana pun. Keunggulan ini juga menjadi daya tarik
bangsa eropa untuk menjajah wilayah tropika dalam beberapa abad silam, termasuk
penjajahan indonesia oleh bangsa belanda.
Komoditi yang di usahakan dalam perkebunan indonesia banyak sekali
diantaranya tebu, tembakau, kakao, kelapa, kelapa sawit, karet, kina, dan lain-lain.
Komoditi hasil perkebunnan yang bermacam-macam tersebut secara garis besarnya
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
Sumber: http://ditjenbun.deptan.go.id
b. Kelapa
Pohon kelapa biasa disebut pohon niur. Tanaman kelapa tumbuh pada daerahcatau
kawasan teoi pantai. Dalam klasifikasi tumbuhan, pohon kelapa termsuk dalam
genus:cocos dan spesies : nucifera.
Keadaan iklim indonesia sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa. Hal
ini tebukti indonesia memiliki populasi tanaman kelapa terbesar di dunia. Tanaman
kelapa tumbuh menepati tidak kurang dari sekitar 3 juta hektar di indonesia atau 30%
dari total pohon kelapa di dunia.
Sumber: http://2.bp.blogspot.com
Sumber Gamba:http://carabudidaya.com
Bagian yang paling utaman untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi
bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang
murah, rendah korestrol, dan memiliki kandungan keroten tinggi. Minyak sawit juga
dapat diolah menjadi bahan baku alkohol,sabun,lilin, dan industri kosmetik. Sisa
pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi nahan campuran makanan ternak dan
difermentasikan menjadi kompos. Tandan kosong dapat dimamfaatkan untuk mulsa
tanaman kelapa sawit, sebagian bahan baku pembuatan pulp dan pelarut organik.
Tempurung kelapa sawit yang dimamfaatkan sebagai bahan bakar da pembuatan arang
aktif.
Peranan kelapa sawit dalam perekonomian indonesia begitu kentara. Minyak
kelapa sawit sebagai minyak nabati memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan minyak
dalam peranannya menyongkong kesehatan manusia. Secara umum dinyatakan kelapa
sawit mempunyai peranan cukup strategis, yaitu minyak sawit merupakan bahan baku
utama minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinyu bahan ini akan ikut menjaga
kestabilan harga dari minyak gorang tersebut. Ini penting sebab minyak goreng
merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat. Minyak
kelapa sawit sebagai salah satu komoditas pertanian sebagaiandalan ekspor non migas
dari indonesia. Sehingga komoditi inimempunyai prospek yang baik sebagai sumber
dalam perolehan devisa maupun pajak. Dalam proses produksi maupun pengolahan juga
mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahterakan
masyarakat.
Sampai pertengahan tahun 1970an minyak kelapa merupakan pemasok utama
dalam kebutuhan minyak nabati dalam negeri. Baik minyak goreng maupun industri
pangan lainnya lebih banyak menggunakan minyak kelapa dari pada minyak sawit.
Peroduksi kelapa yang cenderung menurun selama 20 tahun terkhir ini menyebabkan
pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa pada awal tahun 1970.
Disisi lain, produksi minyak kealpa sawit cenderung meningkat sehingga kedudukan
minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit, terutama dalam industri minyak
goreng(benidiktus sihotang,2010).
Sampai pertengahan tahun 1970an minyak kelapa merupakan pemasok utama
dalam kebutuhan minyak nabati dalam megeri. Baik minyak goreng maupu industri
pangan lainnya lebih banyak menggunakan minyak kelapa dari pada minyak sawit.
Produksi kelapa cenderung menurun selama 20 tahun terakhir ini menyebabkan
pasokannya tidak terjamin, sehingga timbul krisis minyak kelapa pada awal tahun 1970.
Di sisi lain, produksi minyak kelapa sawit cenderung meningkat sehingga kedudukan
minyak kelapa digantikan oleh kelapa sawit, terutama dalam industri minyak
goreng(benidiktus sihotang,2010). Tahun 1985 produksi minyak kelapa sawit sebanyak
1,3 juta ton sedangkan produksi –tahun 2006 mencapai sekitar 14,7 juta ton CPO. Lebih
lanjutditerangkan tanaman sawit mempunyai bagian-bagian yaitu daun, batang, akar,
bunga, da kelapa sawit.
- Daun
Daun kelapa sawit merupaka daun majemuk. Daun berwana hijau tua dan pelepah
berwarna tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya snagt mirip
dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yag tidak terlalu keras dan tajam.
- Batang
Batang tanaman kelapa sawit diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun.
Stelah umur 12 tahun pelepah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip
dengan tanaman kelapa.
- Akar
akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping selain itu
juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh dan mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
- Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara benga betina terlihat lebih besar.
- Buah
Hadi(2004) menguraikan bagian terpenting dari kelapa sawit yang bernilai
ekonomis tinggi yaitu buah kelapa sawit yaitu sebagai bahan baku untuk membuat
minyak nabati. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, hingga merah
tergsntung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari
tiap pelepah. Bagian-bagian dari buah kelapa sawit yaitu kulit buah(epicarp), daging
buah(mesocarp), tempurung atau cangkang(endocarp), dan inti sawit(kernel).
- Kulit buah
Merupakan bagian terluar buah kelapa sawit. Epicarp memiliki lapisan lilin.
Warna epicarp tergantung pada varietas dan umur buah kelapa sawit. Dari warna
epicarp dapat diketahui tingkat kematangan buah yang bersangkutan sehingga dapat
digunakan untuk perencanaan pemanenan buah kelapa sawit.
- Daging buah
Bagian ini merupakan bagian buah kelapa sawit yang paling penting. Daging buah
kelapa sawit mengandung minyak sawit yaitu crude palm oil(CPO) sebesar 72-80%.
CPO diperoleh melalui proses ekstraksi buah kelapa sawit yang telah matang/tua.
- Tempurung atau cangkang(endocarp)
Tempurung atau cangkang (endocarp) merupakan bagian buah kelapa sawit yang
berwarna hitam dan keras. Tempurung mempunyai fungsi melindungi inti sawit.
tempurung atau cangkang buah kelapa sawit memiliki porsi 12-20% setiap buah kelapa
sawit.
- Inti sawit
Inti sawit memiliki nilai ekonomi tinggi setelah bagian mesocarp karena bagian
ini menghasilkan minyak inti sawit(palm kernel oil). Bagian inti sawit mempunyai
presentasi sebesar 8-10% per buah kelapa sawit.
Pengelolahan kelapa sawit dihasilka produk utama berupa minyak sawit mentah
crude palm oil(CPO) dan minyak kernel.
2. Komoditas kelompok bahan penyegar
Kelompok bahan penyegar banyak megandung alkoloid kafein yang bersifat dapat
memberikan pengaruh(stimulus) bagi yang mengkomsumsi. Bahan penyegar hasil
perkebunan ada yang telah dikenal dan membudaya diberbagai pelosok masyarakat
dunia yaitu teh, kopi, cengkeh, tembakau, dan kakao(coklat). Bahan-bahan hasil
perkebunan seperti ini banyak diperdagangkan sehingga memiliki arti ekonomi tinggi
dalam menyongkong kehidupan masyarakat secara luas. Komoditi hasil perkebunan
berupa teh itu sendiri dikenal dua jenis yaitu teh hitam dan teh hijau. Teh hitam
dihasilkan oleh perkebunan besar, sedangkan teh hijau dihasilkan oleh perkebunan
rakyat. Kopi diikelompokkan berdasarkan asal varietas seperti kopi arabica dan robusta.
Selain berdasarkan asal varietas komoditi kopi juga dikelompokkan juga berdasarkan
cara pengelolahannya yaitu diolah secara kering dan dioalah secara basah. Cengkeh
menghasilkanmminyak cengkeh yang telah lama diketahui mamfaatnya terutama bagi
kesehatan manusia. Kasiat seperti ini mendorong orang-orang eropa untuk mendapatkan
cengkeh dalam jumblah sebanyak-banyaknya sehingga barang yang satu dijadikan
sebagai barang dagangan penting tingkat dunia. Komoditi hasil perkebunan ini menjadi
idola orang-orang eropa hingga membuat mereka terdorong mendapatkan barang ini ke
tempat sumber penghasilannya. Tembakau merupakan bahan utama untuk membuat
rokok. Meskipun belakangan diketahui tembakau mengandung bahan mikotin yang
berbahaya bagi kesehatan tetapi tetap saja masih banyak orang tidak mau meninggalkan
kebiasaan mereka merokok. Alasan seperti ini membuat tembakau dijadikan bahan
daganag penting ditingkat dunia. Pu demikian halnya dengan kakao juga digemari
banyak orang mulai dari zaman kolonialisme hingga sekarang. Kakao telah
diperkebunan karena produk perkebunan yang satu ini bisa dijadiakan komoditi ekspor
dan dijadikan andalan untuk mendatangkan devisa negara.
a. Teh
Budaya meminum teh ada disejumblah negara terutama jepang dan negara-negara
lain di dunia. Sejak kapam kebiasaan orang menggemari minum teh tidak diketahui
secara pasti. Sejumblah litelatur menyebutkan tanaman teh (camellia sinensis L) berasal
dari daerah pegunungan yang berbatasan dengan republik rakyat cina , india, dan
burma. Teh seperti yang kita kenal di pasaran bebas merupakan hasil pengelolahan daun
tanaman teh ( camellia sinensis L). Tanaman teh ( camellia sinensis L). Dalam biologi
di klasifikasikan
Divisi : spermatopyta
Sub : angiospermae
Kelas : dicotyledonae
Keluarga : transtroemiaceace
Genus : camellia
Spesies : camellia sinensis L
Daun teh berbau khas aromatik karena kandungan minyak atsi pada daun tersebut.
Seduha teh memberikan rasa agak se[et. Daun teh sebagai bahan baku untuk membuat
minuman teh memiliki sususan makroskopik sebagai berikut:
- Helain daun teh cukup tebal, kaku berbentuk sudip melebar sampai memanjang.
Panjang saun tidak lebih dari 5cm. Daun teh mempunyai tangkai yang panjang.
- Permukaan daun bagian atas mengkilat, sementara pada permukaan daun muda
bagian bawah berambut. Setelah tua permukaan teh menjadi licin.
- Bagian tepi daun teh bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas
dan terbenam.
- Daun teh yang dipetik dari bagian pucuk tanaman teh merepukan bahan baku
pembuatan minuman teh. Air teh ysang kita minum nengandung kafein(1-4%), tanin (7-
15%), vitamin A, B, C, zat yang tidak larut dalam air seperti serat protein dan pasti serta
zat yang larut dalam air seperti gula, asam amino dan mineral serta minyak atsiri.
Dengan demikian daun teh sebagai bahan minuman dikategorikan sebagai bahan
penyegar yang mempunyai nilai gizi. Literartur lain menuliskan komposisi tesh seperti
dimuat dalam tabel 5.2
N Komposisi Persen%
o
3 Gula 0,73-1,41
4 Pati 0,82-2,96
Selain sebagai bahan penyegra, seduhan daun teh juga dapat berkhasiat obat yaitu
sebagai zat antidotum akibat keracunan logam-logam berat dan alkaloida. Sebelum
digunakan sebagai obat antidotum kuncup daun berikut 2-3 helai daun dibawahnya
digulung dan di fermentasi selama beberapa hari kemudian diberikan kepada penderita
setelah disedung dengan air panas.
Tanaman teh merupakan tanaman yang mudah tumbuh di daerah tropik dan
subtropik pada kentinggian 200-2.000 m di atas permukaan laut. Sehingga tanaman teh
kurang cocok dutanam di dataran rendah. Selain dibutuhkan sinar matahari yang cukup
untuk petumbuhan tanman teh, tanaman ini juga mengehendaki tanah yang dalam dan
mudah menyerap air karena tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan. Oleh
karenanya tanaman teh agar pertumbuhannya baik(produktif) membutuhkan curah hujan
minimum 1.200 mm merata sepanjang tahun.
Pada perkembangan teh kemudian menjadi komoditas yang bernilai ekonomi.
Tidak ayal lagi sebagai komoditas yang banyak dicari orang mennjadikan teh layak
sebagai bahan perdagangan dunia. Tanaman teh(camellia sinensis L) sebagai tanaman
budidaya bernilai ekonomi tinggi telah diusahakan di indonesia sejak dulu dan
berlangsung sampai sekarang. Di indonesia perkebunan teh terpusat di dataran
menengah dan tinggi di pulau jawa, sumatera utara, sumatera barat, bnegkulu, dan
sumatera selatan. Luas perkebunan teh di indonesia tahun 1990 seluas 129.500 ha.
Kini telah dikenal ada berbagai jenis varietas yang banyak diusahakan oleh
perkebunan-perkebunan, baik berskala kecil(kebun rakyat) maupun berskla besar. Di
antara sekian banyak varietas tanaman teh yang telah dikenal di indonesia yaitu varietas
utama varietas china, asam dan cambodia. Klon anjuran balai penelitian perkebunan
gambung tahun 1878-1988 adalah seri gambung (disingkat Gmb) aeperti : Gmb1,
Gmb2, Gmb3 dan Gmb4. Varietas lain yang juga di usahakan di indonesia didatangkan
dari negara penggemar teh utama yaitu jepang yang ditanam di perkebunan rakyat di
daerah Garut, jawa barat.
Sumber: http://1.bp.blogspot.com
Komoditi hasil perkebunan berupa teh di pasaran bebas dikenal ada dua jenis
yaitu teh hitam dan teh hijau. Teh hitam dihasilkan oleh perkebunan besar, sedangkan
teh hijau dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Kopi dikelompokkan berdasarkan asal
varietas seperti kopi arabika dan robusta. Selain berdasarkan asal varietas komoditi kopi
dikelompokkan juga berdasarkan cara pengolahannya yaitu diolah secara kering dan
diolah secara basah.
Lebih lanjut dilaporkan oleh Bisnis Indonesia (2004) perkembangan ekspor teh
dari Indonesia pernah mengalami penurunan selama sembilan tahun terakhir ini yaitu
dari tahun 1993 dengan jumlah 123.900 ton menjadi 100.185 ton pada tahun 2002.
Rata-rata perkembangan ekspor teh menurun 2,1% per tahun. Hal ini disebabkan oleh
lemahnya daya saing teh Indonesia di pasar dunia. Lonjakan ekpor teh baru terjadi pada
tahun 2003. Tetapi disayangkan lonjakan ekspor teh pada tahun 2003 itu tidak di
teruskan pada tahun 2004. Justru pada tahun 2004 Indonesia mengalami penurunan
ekspor teh dan hanya mencapai volume sebesar 88.176 ton. Penurunan tersebut
disebabkan oleh berbagai faktor termasuk adanya penurunan konsumsi teh di Inggris
dan negara-negara Eropa lainnya.
Menurut Suprihatini (2000) pangsa pasar teh Indonesia selama ini meliputi
negara-negara: Pakistan, Inggris, Belanda, Jerman, Irlandia, Rusia, Amerika Serikat,
Singapura, Malaysia, Siria, Taiwan, Mesir, Maroko, dan Australia. Indonesia
mengalami penurunan pangsa pasar dari 5,4%di tahun 1997 menjadi 3,9 pada tahun
2001. Dari data pengusaan pangsa nilai ekspor seluruh jenis teh, pada tahun 2001
Indonesia merupakan negara pengekspor teh terbesar pada urutan ketujuh di dunia
setelah India(18,9), Cina(17,1%), Sri Lanka (15,2%), Kenya (7,9%), Inggris (7,9%) dan
Uni Emiran Arab (4%).
Indonesia sendiri merupakan pasar potensial untuk komoditi teh. Hal itu
dikarenakan jumlah penduduk Indonesia cukup banyak yaitu mencapai 220 juta jiwa.
Kebanyakkan penduduk Indonesia menggemari meminum teh. Apabila konsumsi teh
perkapitanya dapat di tingkatkan, maka hal itu mendongkrak kebutuhan akan teh di
negara ini. Tercatat data tahun 2007 penduduk Indonesia yang mengonsumsi teh sekitar
330 gram per kapita per tahun. Data tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan
dengan konsumsi per kapita negara-negara produsen lain, seperti Sri Lanka 1.290 gram
per kapita per tahun, Maroko 1.220 gram per kapita per tahun, India 660 gram per
kapita per tahun, Irlandia 3.230 gram per kapita per tahun, dan Qatar 2.220 gram per
kapita per tahun ( sumber: Ritc.or.id, 2007 ).
Komoditi hasil perkebunan yaitu teh dipasaran bebas dikenal dua jenis yaitu teh
hitam dan teh hijau. Teh hitam dihasilkan oleh perkebunan besar, sedangkan teh hijau di
hasilkan oleh perkebunan rakyat.
b. Kopi
Seperti halnya teh kebiasaan meminum kopi sudah banyak dilakukan orang-
orang di seluruh dunia. Dalam biologi tanaman kopi diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Rubiales
Genus : Coffea
Sumber: http://3.bp.blogspot.com
Seperti halnya bangsa lain, masyarakat Indonesia juga begitu familiar dengan
jenis minuman kopi. Bahkan sejak Indonesia dijajah Belanda hingga setelah merdeka
banyak orang menggemari minuman kopi. Ada tiga jenis varietas tanaman kopi yang
sangat populer menghasilkan biji kopi yang digemari masyarakat dunia yaitu kopi
Arabica, Robusta, dan Liberika. Selain berdasarkan asal varietas komoditi kopi
dikelompokkan juga berdasarkan cara pengolahan kopi yaitu diolah secara kering dan
diolah secara basah.
Sumber: http://id.wikipedia.org
Jenis-jenis kopi yang biasa di perdagangkan yaitu kopi Arabika, kopi Robusta,
dan kopi Liberika. Dari ketiga jenis kopi tersebut yang banyak diusahakan Indonesia
terutama untuk tujuan ekspor yaitu kopi Arabika dikarenakan harga kopi ini lebih tinggi
dibandingkan kopi Robusta yang juga banyak di tanam di Indonesia. Tahun 1990 harga
kopi arabika 1,8U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83U$D/Kg. Rendahnya harga kopi
Robusta di pasaran internasional antara lain disebabkan oleh kopi Robusta mengalami
over supply. Akibatnya situasi pasaran dunia untuk jenis kopi Robusta menurun. Realita
tersebut mendorong International Coffe Organization ( ICO ) melakukan pemotongan
kuota kopi Robusta sebanyak 2 kali lipat dalam setahun.
Peremajaan dalam hal ini adalah usaha menggantikan tanaman yang secara
ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktifitas rendah sehingga perlu di ganti
dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktifitas yang tinggi. Kegiatan
perluasaan adalah menanam tanaman kopi di area baru lingkungannya sesuai dengan
persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi. Sedangkan
rehabilitas kebun adalah kegitan untuk memulihkan kondisi kebun keadaan yang lebih
baik, sehingga produktifitas meningkat. Rehabilitasi tanaman ditujukan pada populasi
tanaman yang telah berkurang karena kesalahan kultur teknis, serangan hama dan
penyakit serta kekeringan yang akan mengakibatkan produktifitas tanaman per hektar
rendah dan tidak menguntungkan untuk diusahakan. Usaha budidaya tanaman kopi di
Indonesia sudah seharusnya dilakukan dengan cara-cara seperti itu untuk mendongkrak
pendapatan devisa negara dari sektor non-migas berupa komoditi kopi tersebut
(sumber:www.pertanian.gp.com, senin,10 Agustus 2009)
Menurut International coffe organization (ICO) produksi kopi dunia tahun 2010
mencapai 134,39 juta bag atau 8,06 juta ton. Indonesia merupakan penghasil kopi
terbesar ketiga setelah Brazil, Vietnam dan diikuti oleh Columbia yang membayangi
pada posisi keempat. Total ekspor biji (biji dan olahannya ) tahun 2010 sebesar 433,6
ribu ton dengan nilai US$ 814,3 juta yang dipasarkan ke-65 negara tujuan ekspor.
Sepuluh negara tujuan ekspor utama adalah Jerman, Amerika Serikat (AS), Jepang,
Italia ,Malaysia, Inggris,Belgia,Mesir, Algeria dan Rusia. Korea Utara,Laos, Kiribati
merupakan pasar baru bagi kopi Indonesia pada tahun 2010.
Jika ditinjau dari pangsa pasar kopi Indonesia atas dasar volume di negara tujuan
utama, untuk pasar Jerman, Indonesia merupakan pemasok terbesar ke lima atau 5,70 %
dari total impor Jerman dari dunia sebesar 1.150,5 ribu ton. Untu pasar Jepang
Indonesia menempati posisi ke tiga setelah Brazil dan Columbia dengan pangsa pasar
14,22 % dari total impor Jepang. Untuk pasar Malaysia, Indonesia memasok 44,68%
dari total impor Malaysia, sekaligus menempati posisi kedua setelah Vietnam dengan
pangsa pasar 13,93 %.
Indonesia sebagai produsen kopi dewasa ini sedang berupaya untuk mencari
nilai tambah dari kopi, dengan mengembangkan kopi organik,kopi spesialty termasuk
mengembangkan kopi bersertifikat Indikasi Geografis, seperti Kopi Kintamani (Bali),
Kopi Gayo (Aceh), dan Kopi Arabikan Flores Bajaw (NTT). Kita berharap di masa
yang akan datang Indonesia dapat lebih menikmati nilai tambah dari kopi dan
meningkatkan peranannya di pasar internasional. (sumber:ICO,UN Comtrade,BPS.
Admin PI-RL, Ditjen PPHP, 2013).
Penurunan ekspor komoditi non migas tidak terjadi pada kopi. Dalam kurun
waktu 2007 hingga 2012, ekspor kopi diklaim mengalami pertumbuhan rata-rata 10
persen setiap tahun. Setidaknya kopi mampu berkontribusi minimal 1 persen dari total
nilai ekspor non migas ( Mardjoko Republika.co.id.,2013). Tahun 2011 nilai ekspor
kopi sebesar US$ 1.04 miliar. Sedangkan tahun 2012 nilai ekspor kopi menembus US$
1,2 miliar. Nilai ekspor kopi telah melampaui angka US$ 1 miliar yang merupakan
angka tertinggi dari nilai ekspor dalam lima tahun terakhir. Meskipun menunjukkan
neraca positif, kopi Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan di dunia
internasional. Pertama ,kandungan karbaril kopi Indonesia sebesar 0,5 miligram per
kilogram menuai penolakan dari Jepang.
c. Cengkeh
Pohon cengkeh mempunyai beberapa nama dalam bahasa latin yaitu Eugena
aromatica OK, Eugena caryophyllata, Thunb., caryophyllus aromaticus, Linn., atau
Jambosa caryophyllus, Spreng. Dalam klasifikasi tanaman secara biologi semua itu
termasuk kedalam famili Myrtaceae, dan sekerabat dengan jambu air (Eugenia jambos).
Sumber: http://bestbudidayatanaman.blog.spot.com/2012
Pohon cengkeh mempunyai ciri-ciri yaitu kayunya keras sekali memiliki cabang-
cabang yang padat dan kuat. Pohon cengkeh tumbuh tegak lurus keatas dengan ranting-
rantingnya tidak berserakan. Secara keseluruhan pohon cengkeh terlihat sebagai semak
dengan tajuk-tajuk daun tumbuh membentuk kerucut. Tinggi pohon cengkeh dapat
mencapai 15-20 meter, dan dapat hidup hingga lebih dari 100 tahun.
Kulit kayu pada batang pohon cengkeh sifatnya kasar dan warnanya abu-abu.
Sedangkan kulit kayu pada cabang-cabang batangnya tipis tetapi sukar dilepaskan.
Kebanyakan pohon cengkeh mempunyai cabang-cabang yang panjang dan kuat guna
mempertahankan spesiesnya untuk tetap hidup di alam.
Umumnya bentuk daun cengkeh bulat panjang,tebal dan kuat. Warna daun
cengkeh ada yang hijau kekuningan atau hijau muda, misalnya daun cengkeh jenis
siputih. Ada pula daun cengkeh yang berwarna hijau sampai hijau tua kehitaman
misalnya untuk cengkeh jenis sikotak. Tanaman cengkeh memiliki helaian daun lebih
kecil. Permukaan daun berwarna lebih tua dan mengkilat, sedangkan sisinya yang ada
disebelahnya berwarna kelam. Daun yang masih muda warnanya kemerahan tetapi akan
berubah menjadi tampak gelap ketika sudah tua. Daun cengkeh umumnya memilki
tangkai daun berukuran kuranglebih seperempat panjang daunnya. Dari tangkai daun
yang memanjang merupakan tulang daun yang utama, kelihatan jelas, dan tebal. Dari
tulang utama tersebut tumbuh dua belah tulang daun yang lebih kecil dan banyak yang
disebut tulang-tulang cabang atau urat daun. Dari tulang cabang masih tumbuh urat-urat
daun yang lebih banyak lagi dan halus, satu dengan yang lainnya saling berhubungan
membentuk kerangka daun.
Tanaman cengkeh memiliki duduk daun yang saling berhadapan. Pada simpul-
simpul ketiak daun tumbuh tunas-tunas yang pada akhirnya menjadi cabang kedua,
demikian ini terjadinya untuk selanjutnya sehingga nantinya akan tumbuh dan
berbentuklah ranting-ranting pohon. Jumlah ranting-ranting pohon inilah yang nantinya
akan menentukan jumlah bunga cengkeh yang dihasilkan produk utama tanaman
cengkeh.
Daun cengkeh mempunyai nilai ekonomis karena terdapat kandungan zat minyak.
Minyak daun cengkeh dapat diisolasi dengan cara disuling dan hasilnya diperdagangkan
di pasaran bebas sebagai minyak daun cengkeh yang selanjutnya dimanfaatkan untuk
bahan baku pembuatan produk lain seperti obat-obatan, kosmetik, dan lain-lain. Minyak
daun cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari daun pohon cengkeh dengan
cara penyulingan. Standar mutu minyak daun cengkeh dalam perdagangan sesuai
ketentuan SII 0006/72 selengkapnya. Ditusliskan dalam tabel 5.3.
Penyulingan minyak atsiri dari daun pohon cengkeh umumnya dilakukan pada
daun-daun cengkehyang telah gugur. Hal itu dimaksudkan agar pemanfaatan daun
tersebut tanpa merusak pohon cengkeh yang akan diambil hasil utamanya berupa bunga
cengkeh. Daun-daun cengkeh yang akan disuling tersebut umumnya diambil dari
tanaman cengkeh yang telah berumur 5-18 tahun. Dari tanaman ini setiap minggunya
dapat dikumpulkan daun kering yang telah berguguran sebanyak 0,5 hingga 0,8
kg/pohon.
Persarian
Persarian berkaitan dengan sistem perkembangbiakan tanaman cengkeh. Bunga
cengkeh mempunyai dua sel kelamin yakni sel kelamin jantan dan sel kelamin betina
(hermaproditus). Sifat ini memungkinkan bunga cengkeh dapat menghasilkan biji dari
persarian sendiri pada sau pohon atau dapat pula dengan persarian secara bersilang.
Persarian silang dapat terjadi dengan perantaraan angin, serangga atau manusia.
Berkaitan dengan persarian pada bunga cengkeh terjadi teratur sekali yaitu
terjadinya saat pagi-pagi hari mahkota bunganya membuka semuanya. Setelah
membuka beberapa jam kemudian terjadi pelepasan tepung sari dari kantong-
kantongnya dan kepala putiknya menerima serbuk sari sehingga terjadi persarian
( pembuahan ). Persarian silang sering kali terjadi dalam satu pohon sehingga
menghasilkan bentuk-bentuk peralihan antara jenis yang satu dengan jenis lainnya.
Persarian ini dapat terjadi baik secara tidak disengaja maupun secara disengaja yang
dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan jenis tanaman hybrida.
2. Jenis-Jenis Cengkeh
Jenis-jenis cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia sebetulnya
jumlahnya banyak. Dari sekian itu pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam
(tipe) seperti dikemukakan berikut ini .
a. Cengkeh Siputih
Tanaman cengkeh jenis siputih mempunyai ciri yaitu daun berwarna kuning atau
hijau muda dengan helainnya berukuran besar-besar. Pohon cengkeh siputih mempunyai
cabang-cabang dan daun yang tidak begitu rimbun. Cabang-cabangnya mati dari bawah
hingga dua meter tingginya. Bunga cengkeh jenis ini berukuran besar-besar dengan
jumlah yang banyak hingga belasan bunga yang mekar pada setiap rumpun pohon
warna bunga cengkeh siputih bukannya putih melainkan berwarna kuning.
b. Cengkeh Sikotak
Jenis cengkeh sikotak mempunyai daun berwarna hijau sampai hijau tua kehitam-
Hitaman. Helaian daun cengkeh jenis ini lebih mengkilap dan berukuran lebih kecil
dibandingkan jenis cengke siputih. Jenis cengkeh sikotak mempunyai cabang-cabang
pohon dan daun sangat rindang hingga ranting-rantingnya tertutup oleh daun. Cabang
dari bawah tetap tumbuh, berlawanan dengan jenis cengkeh siputih. Bunga cengkeh
jenis sikotak warnanya kuning sedikit kemerah-merahan pada tongkol bunganya. Tiap-
tiap rumpun jumlah bunga yang muncul 20-50 bunga.
c. Cengkeh Zanzibar
Jenis cengkeh ini sebenarnya berasal dari Maluku, Indonesia. Orang Ambon
memberi nama cengkeh ini “ bungulawan kiri ”. Jenis pohon cengkeh ini mempunyai
daun berbentuk memanjang dan ramping. Warna daun hijau gelap. Pangkal daun lebih
kecil dengan kuncup-kuncup bunga yang masih muda berwarna lebih merah. Buah yang
tua berbentuk bulat memanjang.
Dari ketiga jenis pohon cengkeh itu dapat terjadi persarian bersilang sehing timbul
jenis-jenis cengkeh berbentuk peralihan dari tiga jenis cengkeh tersebut. Kejadian
tersebut membuat kesulitan bagi orang hendak membedakannya. Selain hal itu di alam
di temui juga jenis cengkeh hutan dengan daun yang berukuran lebih besar dari pada
cengkeh biasa. Bunga cengkeh setelah kering sama sekali tidak mempunyai rasa seperti
cengkeh biasa.
Jenis-jenis cengkeh dapat di bedakan dari sudut mahkota pohon yaitu ada yang
berbentuk seperti selinder, piramida, piramida ganda,lonjong,telur dan bulat.
Rupanya petani cengkeh tidak mau ambil pusing dengan usahanya yang tidak
menjanjikan lagi dari segi pendapatan. Mereka kemudian banyak yang menelantarkan
tanaman cengkehnya sehingga areal tanaman cengkeh berkurang drastis. Penurunan
areal tanaman cegkeh dari waktu ke waktu terus terjadi. Pada tahun 2000 luas areal
cengkeh tinggal 428.000 ha dan tahun 2003 tinggall 228.000 ha. Pada tahun 2005 areal
tanaman cengkeh yang masih berproduksi sekitar 213.182 ha.
Penurunan produksi cengkeh terjadi lagi di Indonesia sejak tahun 2000. Setelah
itu keadaan percengkehan di Indonesia menjadi bertambah semakin parah dari waktu ke
waktu. Pada tahun 2009 produksi cengkeh Indonesia hanya mampu menyediakan
sekitar 50% dari kebutuhan pabrik rokok kretek. Padahal rata-rata Indonesia
membutuhkan cengkeh berkualitas tinggi sebanyak 92.133 ton untuk empat tahun
terakhir. Untuk dapat mendongkrak lagi produksi cengkeh di Indonesia, maka
pemerintah harus bersedia turun tangan lagi mengatasi masalah ini. Tanpa keterlibatan
pemerintah RI secara serius atau bersungguh-sungguh untuk mendongkrak
produktivitas dan tataniaga cengkeh, maka harapan tinggalah harapan. Banyak kalangan
penggiat agribisbis meyakini percengkehan Indonesia tidak pernah akan dapat
diperbaiki tanpa adanya dukungan atau campur tangan peran pemerintah untuk serius
memperbaiki sistem percengkehan Indonesia.
Total biaya yang diperlukan untuk itu adalah Rp. 1,037 trilliun yang terdiri dari
investasi masyarakat Rp.767.532 milliar, investasi swasta Rp. 184,020 milliar, dan
investasi pemerintah untuk fasilitasi mengadaan infrastruktur serta dukungan penelitian
pengadaan benih unggul dan sebagainya sebesar Rp. 85,5 milliar. Sebesar lahan untuk
pertanaman cengkeh di Indonesia seperti dituliskan dalam tabel 5.5.
Terlepas dari diskusi masalah kesehatan, dilihat dari sisi agribisnis posisi cengkeh
ditunjang oleh maraknya industri rokok kretek di Indonesia dan di dunia. Berkaitan
dengan hal ini di Indonesia cukai rokok merupakan menyumbang pendapat yang
signifikan terhadap penerimaan negara dari sumber penerimaan negara. Pada Angkatan
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2005 porsi penerima cukai dan total
penerimaan, diluar hutang dan hibah, adalah sebesar 2.7 persen (Rp. 31.439 trilliun dari
Rp. 438.024 trilliun). Cengkeh yang digunakan sebagai bahan baku rokok kretek
memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan dari cukai, yaitu rata-rata sebesar 98
persen dari penerimaan total cukai tahun 2005 ( Siregar dan Suhendi, 2006 ) dan
menurut data dari gabungan dari perserikatan pabrik rokok Indonesia (GAPPRI) pada
tahun 2007 penggunaan pita cukai rokok kretek tahun 2006 mencapai sebesar Rp.
35.073 trilliun. Selain dari cukai rokok, di Indonesia juga melakukan ekspor cengkeh
yang memberikan penerimaan negara melalui devisa negara walaupun pada saat-saat
tertentu Indonesia juga melakukan impor cengkeh.negara utama tujuan ekspor cengkeh
Indonesia adalah India dan Singapura.
Saat ini indonesa merupakan negara penghasil cengkeh terbesar di dunia, hal ini
selain di karenakan cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, juga di dukung oleh
kondisi alam, iklim dan topografi yang mendukung di lakukannya agribisnis cengkeh di
Indonesia (www.deptan.go.id). Indonesia masih tetap menempati posisi pertama di
dunia untuk produksi cengkeh. Pada tahun 2004 produksi cengkeh Indonesia mencapai
sebesar 73.837 ton, sedangkan produksi cengkeh dunia pada tahun yang sama mencapai
sekitar 124.4 ribu ton. Tahun 2004 Indonesia memberikan kontribusi produksi cengkeh
rata-rata sebesar 60 persen terhadap total produksi dunia, sedangkan untuk Asia,
Indonesia memberikan kontribusi rata-rata sebesar 95 persen. Dua negara lain yang
cukup potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Zanzibar (Tanzania)
yang seluruh produksinya mencapai berkisar antara 20.000-27.000 ton pertahun
(www.fao.org).
Kontribusi ekspor cengkeh sebagai salah satu komoditi sub sektor perkebunan di
Indonesia selama enam tahun terakhir yaitu dari tahun 2001 hingga 2006 cenderung
fluktuatif seperti terlihat pada tabel 5.6. pada tahun 2002 volume ekspor cengkeh
Indonesia sebesar 9.399.918 kg dengan nilai 25.973.204 US$. Volume ekspor cengkeh
pada tahun 2003 adalah yang terbesar, dimana volume tersebut mampu mencapai
15.688.150 kg dengan nilai ekspor sebesar 24.929.372 US$. Peningkatan produksi yang
besar ini disebabkan karena pada tahun 2003 terjadi panen raya. Pada tahun 2005
volume dan nilai ekspor cengkeh kembali menurun masing-masing sebesar 1.377.144
kg dan 1.120.682 US$ dibandingkan tahun 2004, akan tetapi pada tahun 2006 volume
ekspor cengkeh kembali meningkat menjadi 11.269.811 kg dengan nilai sebesar
23.532.773 US$.
Ekspor Impor
Tahun Volume ( Kg ) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$)
2001 6.323.785 10.669.320 16.899.532 17.365.062
2002 9.399.918 25.973.204 796.416 653.472
2003 15.688.150 24.929.372 172.610 151.967
2004 9.059.802 16.037.068 8.669 7.864
2005 7.682.658 14.916.386 512 727
2006 11.269.811 23.532.773 1.337 823
Harga cengkeh ditentukan oleh kualitas cengkeh. Cengkeh yang berkualitas tinggi
harganya tentu lebih tinggi dibandingkan dengan cengkeh berkualitas rendah. Untuk itu
ditentukan kriteria-kriteria tertentu sebagai pedoman untuk mengklasifikasikan mutu
cengkeh atau lebih dikenal dengan standar mutu. Dengan dilakukannya standar mutu
cengkeh, maka parameter untuk cengkeh berkualitas menjadi jelas. Hal itu sangat
diperlukan sebagai pedoman penentuan harga cengkeh dalam perdagangan di pasar
bebas.
Standar mutu cengkeh Indonesia meliputi ukuran, bau, warna, bahan asing,
gagang cengkeh, cengkeh inferior, cengkeh rusak, kadar minyak atsiri, serta kadar air.
Bahan asing yang dimaksud yaitu semua bahan yang bukan berasal dari bunga cengkeh.
Cengkeh rusak adalah cengkeh yang telah berjamur dan telah diekstraksi. Cengkeh
inferior yaitu cengkeh keriput, patah, dan cengkeh yang telah dibuahi.
Kualitas cengkeh dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, antara lain dilakukan
dengan upaya–upaya seperti penanaman cengkeh dilakukan dengan sistem
perwilayahan cengkeh. Cara ini penanaman cengkeh dilakukan dengan langkah-langkah
yaitu penanaman pada daerah yang sangat sesuai, penggunaan varietas unggul, serta
perbaikan dan standardisasi cara pengolahan. Perbaikan cara pengolahan antara lain
dengan waktu panen yang tepat sehingga rendemen cengkeh kering dan kadar minyak
meningkat serta cengkeh inferior sedikit. Kadar bahan asing pada cengkeh dapat
dikurangi dengan cara pengeringan pada lantai jemur yang bersih atau diatas para-para
menggunakan tampah atau pengering buatan. Selain itu, dilakukan sortasi untuk
mengurangi kadar bahan asing pada cengkeh. Sortasi juga dilakukan untuk mengurangi
besarnya persentase gagang cengkeh dalam cengkeh kering yang hendak disimpan
sebelum dipasarkan.
d. Tembakau
- Famili : Solanaceae
- Sub Famili : Nicotianae
- Genus : Nicotianae
- Spesies : Nicotiana tabacum dan nicotiana rustica
Spesies tembakau yang pernah ada di dunia diperkirakan mencapai lebih dari 50
jenis. Dari sejumlah tersebut tersebar di berbagai tempat atau negara. Persebaran ini
mempengaruhi cara-cara budidaya tanaman tembakau sebagai tanaman yang bersifat
ekonomi. Dengan pernyataan lain, persebaran geografis tanaman tembakau sangat
berpengaruh terhadap cara-cara bercocok tanam, spesies tanaman tembakau yang
dibudidayakan, dan varietas tanaman tembakau yang banyak diusahakan orang.
Sehingga pengusahaan tembakau sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat, baik yang
berupa tanah maupun iklimnya. Sejalan dengan hal itu tejadi pengelompokkan jenis-
jenis dan varietas-vaietas tembakau yang dikenal di kalangan petani tembakau dan
pebisnis pertembakauan. Contohmya, dari sejumlah besar jenis tembakau yang ada
terdapat tiga varietas utama tembakau yaitu Nicotiana tabacum atau tembakau Virginia,
Nicotiana macrophylla atau tembakau Maryland, dan Nicotiana rustica atau tembakau
Boeren. Ciri-ciri ketiga jenis tembakau tersebut dikemukakan berikut ini.
Nicotiana tabacum L. atau lebih dikenal dengan sebutan tembakau Virginia. Jenis
tembakau ini banyak diusahakan di Hindia Belanda maupun di beberapa Negara
Eropa seperti Netherland, Norwegia, dan Elsas. Jenis tembakau ini mengandung
kadar nikotin yang rendah yakni minimum 0,6%. Jenis tembakau ini umumnya
digunakan sebagai bahan baku untuk membuat rokok kretek.
Nicotiana macrophylla atau lebih terkenal dengan sebutan tembakau Maryland.
Jenis tembakau ini banyak diusahakan di Hongaria dan Junani. Jenis tanaman
tembakau ini dicirikan dengan bunga yang panjang dan kemerah-merahan
warnanya.
Nicotiana rustica L. atau disebut juga tembakau Boeren. Jenis tembakau ini
banyak diusahakan di Amerika Selatan seperti di Brasilia dan Guyana. Bunga
tembakau Boeren lebih pendek dan agak kehijau-hijauan dibandingkan dengan
jenis tembakau lainnya. Jenis tembakau ini mengandung kadar nikotin yang tinggi
yakni maksimum 16%. Tembakau Boeren seringkali digunakan untuk membuat
ekstrak alkoloid yakni sebagai bahan baku obat dan insektisida.
Menurut Garner dari ketiga jenis spesies tembakau itu, spesies Nicotiana tubacum
L. dan Nicotiana rustica L. mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Hawks Jr. dan
Collins mengemukakan bahwa Nicotiana tubacum L. merupakan spesies hasil
persilangan antara Nicotiana rustica L. dan Nicotiana petuncides. Jenis-jenis atau
spesies tembakau tersebut berasal dari Benua Amerika. Sementara itu Cahyono(1988)
menyusun perbedaan secara fisik kedua spesies tembakau yakni Nicotiana tubacum dan
Nicotiana rustica seperti dituliskan dalam Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Perbedaan Fisik Tanaman Nicotiana tubacum dan Nicotiana rustica
Persebaran tembakau yang paling banyak ada di Benua Amerika, Asia dan
Australia. Spesies tembakau yang ada di Australia berbeda dengan spesies tembakau
yang ada di Benua Amerika. Spesies tembakau di Australia yakni Nicotiana suaveolens.
Seorang ahli botani dari Australia menemukan sejenis tembakau Australia yakni di
tanah Papua. Penduduk di Australia dan Papua juga telah memanfaatkan tembakau
sebagaimana penduduk Amerika memanfaatkannya. Sehingga dengan penemuan
tersebut daerah yang dulunya dikenal sebagai tanah asal tembakau yakni Amerika mulai
bergeser karena di Australia dan Papua pun juga ditemukan spesies tanaman tembakau
yang berbeda dengan spesies tanaman tembakau yang ditemukan pertamakalinya di
Benua Amerika.
Lebih lanjut dikemukakan dalam kepentingannya untuk industri rokok kretek dan
cerutu di kalangan petani tembakau dikenal ada tiga jenis varietas tembakau(Nicotiana
tubacum) yakni tembakau Virginia, Oriental, dan Burley. Uraian yang lebih detail
tentang ketiga jenis tembakau tersebut seperti dikemukakan berikut ini.
Tembakau Virginia
Jenis tembakau Virginia sangat populer dikalangan petani tembakau dan industri
rokok kretek. Keberadaan tembakau Virginia berkaitan erat dengan eksistensi tembakau
rakyat di Indonesia. Tembakau rakyat mengacu pada jenis tembakau yang banyak
diusahakan atau ditanam rakyat(petani) di Indonesia yakni jenis tembakau Virginia.
Kebanyakan jenis tembakau ini ditanam rakyat untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri khususnya pabrik rokok sigaret. Tembakau Virginia sering disebut tembakau
rakyat karena banyak ditanam oleh rakyat(petani) di lahan-lahan yang sempit dengan
modal yang kecil(sedikit) umumnya terjadi di desa-desa.
Jenis tanaman tembakau Virginia dapat dikenali melalui ciri-ciri yang dimiliki
jenis tanaman tembakau ini yakni:
Jenis tembakau Virginia banyak diusahakan oleh para petani dikarenakan tanaman
ini memiliki daya adaptasi yang luas terhadap tanah dan iklim. Tembakau Virinia
banyak ditanam di dataran rendah yang panas. Petani tembakau senang mengusahakan
jenis tanaman tembakau Virginia karena daun tengah tembakau Virginia ditengarai
sangat baik digunakan untuk pembuatan rokok sigaret puitih. Sehingga wajar jika
tembakau Virginia banyak dicari pengusaha rokok sebagai bahan baku produksi.
Daun tembakau Virginia detelah diolah produknya berupa krosok dengan sifat-
sifatnya yakni:
Di kalangan pengusaha rokok sigaret jenis tembakau oriental dikenal sebagai jenis
tembakau yang berkualitas tinggi. Seringkali tembakau jenis ini disebut sebagai
tembakau Turki atau aromatic tobacco karena aromanya yang khas. Harga tembakau
oriental lebih tinggi dibandingkan harga tembakau jenis lain. Umumnya tembakau
digunakan oleh para pabrik rokok untuk meningkatkan kualitas hasil produksinya yaitu
sebagai bahan campuran. Tindakan ini ditempuh untuk menekan ongkos produksi.
Sumber: http://lh4.ggpht.com
Tembakau Burley
- Daun berwarna hijau pucat dengan batang dan ibu tulang daun berwarna putih
krem, daun tergolong ukuran besar (90-160 cm)
- Tanaman lebih banyak berbentuk silindris daripada piramida
- Tinggi tanaman sekitar 180 cm
- Krosok daun tembakau Burley setelah diolah menjadi tipis, berwarna coklat
kemerah-merahan, halus dan lunak, serta beraroma sedap
- Kandungan nikotin yang tinggi lebih terkonsentrasi pada daun bagian bawah,
daun tengah dan daun atas dari tanaman.
Sumber: http://lh4.ggpht.com
Dalam perdagangan tembakau di pasaran bebas perihal spesies dan sistem botani
dari tembakau yang diperdagangkan tidaklah dijadikan sebagai patokan dalam
penentuan harga-harga. Tetapi yang dijadikan pertimbangan utama dalam penentuan
harga tembakau justru asal/tempat tembakau tersebut ditanam/dibudidayakan petani.
Oleh sebab itu kalangan pengusaha yang bergerak di bidang pertembakauan membuat
klasifikasi tembakau didasarkan kepada asal dan kualitas tembakau yang
diperdagangkan. Langkah seperti itu dnilai tepat karena ditinjau dari segi kualitasnya
ditengarai berbeda-beda sesuai dengan asal tembakau tersebut terutama tentang
aromanya. Soegijanto Padmo dan Edhie Djatmiko(1991) menuliskan jenis-jenis
tembakau yang didasarkan pada tempat tumbuhnya sebagai berikut:
- Tembakau Manila
- Tembakau India
- Tembakau Cina
- Tembakau Cina
- Tembakau Jepang, serta
- Tembakau Jawa dan Sumatera
Selain dikenal tembakau Besuki dan Vorstenlanden di Jawa dikenal pula jenis-
jenis tembakau yang lazim disebut tembakau rakyat atau asli. Tembakau jenis ini
dikalangan pebisnis pertembakauan seringkali menamakannya sebagai tembakau Jawa,
di antaranya:
- Tembakau Garut
- Tembakau Temanggung
- Tembakau Wonosobo
- Tembakau Lumajang
- Tembakau Besuki
- Tembakau Bojonegoro
- Tembakau Boyolali
- Tembakau Weleri
- Tembakau Kendal, dan
- Tembakau Madura.
Pengolahan tembakau oleh para pengusaha rokok sigaret dan cerutu disesuaikan
dengan karakteristik terbaik masing-masing tembakau. Contohnya tembakau Deli dan
tembakau Vorstenlanden untuk pembuatan cerutu. Dikenal ada beberapa varietas
tembakau Deli yang paling banyak digunakan untuk membuat cerutu yaitu tembakau
Deli D4,KF-7,F1-5. Sedangkan varietas tembakau Vorstenlanden yang digunakan untuk
membuat cerutu yakni Vorstenlanden G dan TV. Varietas tembakau Besuki yang
digunakan untuk membuat cerutu ada pula yakni varietas H. jenis tembakau lainnya
yang juga digunakan untuk membuat cerutu yakni tembakau Lumajang. Umumnya
jenis-jenis tembakau yang banyak diusahakan di Jawa dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan rokok sigaret, seperti tembakau Temanggung, tembakau Besuki, tembakau
Madura, dan tembakau Lombok Timur. Tembakau Virginia, tembakau Oriental, dan
tembakau Barlay ketiganya digunakan pula sebagai bahan baku untuk pembuatan rokok
sigaret.
Masyarakat Indonesia tidak merasa asing lagi dengan tanaman tembakau. Apalagi
bagi mereka yang gemar merokok (cerutu maupun rokok kretek). Hal itu seperti
diketahui bersama bahwa tembakau merupakan bahan baku untuk membuat rokok
kretek dan cerutu. Semenjak kebiasaan merokok kretek atau cerutu banyak dilakukan
masyarakat di berbagai negara, maka rokok atau cerutu banyak diperdagangkan di
seluruh dunia. Seiring dengan hal itu, tembakau turut terdongkrak nilai ekonominya.
Bahkan petani produsen mampu meraaup yang tidak kecil dari perdagangan daun
tembakau atau rokok dan cerutu yang mereka jalankan. Perdagangan daun tembakau
dewasa ini telah mencakup area sangat luas, tidak saja dalam satu negara tetapi telah
meliputi antarnegara. Negara produsen tembakau yang penting diketahui yakni
Amerika, India, Indonesia, Rusia, Turki, negara-negara Eropa,dll.
Terlepas dari pembahasan masalah adanya risiko buruk dialami bagi orang yang
kerapkali merokok, Indonesia bukanlah negara produsen utama dunia tembakau. Hal itu
ditinjau dari luas lahan untuk pertanaman tembakau, jumlah produksi, dan tenaga kerja
yang terlibat dalam budidaya tembakau tersebut. Sebagai gambaran perkembangan luas
lahan (areal) pertanaman tembakau di Indonesia tahun 1979 sampai 1988 seperti
dituliskan dalam Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Luas Lahan(Areal) Tanaman Tembakau di Indonesia Tahun 1980-1988
Volume(Ton)
Tahun Deli Vorst Be-NO Boyolali Lumajang Jenis lain
DPC Vo
1979 2.338,1 1.744,1 15.284,5 80,0 987,4 3.507,1
1980 1.759,4 2.100,8 20.519,5 49,9 1.273,4 3.426,7
1981 2.100,8 1.532 15.294,4 114,9 1.286,6 5.049,6
1982 1.826,1 1.417,1 10.164,9 140,6 908,9 4.334,2
1983 1.900 1.687,6 15.647,4 513,2 936,7 2.313,2
1984 1.655,6 1.250,4 10.401,1 2.114,1 550,0 3.076,3
1985 1.563,6 1.179,6 10.081,3 1.962,3 621,2 4.893,4
1986 1.751,4 1.595,3 16.039,5 1.273,5 560,2 2.067,0
1987 1.780,2 1.384,3 11.129,2 1.898,8 488,6 2.100,3
1988 *) 1.440,6 578,4 10.171,7 1.113,8 487,5 2.367,3
% -2.,4 -0,58 -2,48 +87,35 -5,90 2,52
Kenaikan
- Perubahan selera pada penghisap cerutu yang menghendaki rasa tidak berat.
Mereka menginginkan rasa cerutu yang lebih ringan dan netral.
- Adanya kemajuan dalam tingkat hidup dan kesadaran akan kesehatan.
Umumnya konsumen menghendaki cerutu yang terbuat dari tembakau alam
berkualitas baik, bukan cerutu yang terbuat dari tembakau sintetis karena bisa
merusak kesehatan.
- Kebiasaan merokok cerutu bentuk besar telah bergeser ke cerutu bentuk kecil.
- Perubahan dalam sistem kerja dari mekanisasi menjadi otomatisasi mekipun
dituntut persyaratan yang sangat cermat. Misalnya dalam sistem bobonisasi
dibutuhkan tembakau dengan mutu, warna, dan ukuran yang benar-benar pas
dengan mesin otomatis tersebut. Sehubungan dengan hal itu tembakau cerutu
Indonesia dituntut dapat menyajikan rasa netral, ringan, dan berkualitas baik.
Khususnya untuk tembakau dek/omblad harus lebih elastis agar tidak mudah
robek dan cocok diproses dengan mesin yang bersifat serba cepat.
- Hal yang sangat dipentingkan bagi para pedagang dan industri cerutu yakni
adanya konsistensi dalam hal jumlah, mutu, dan kontinuitas persediaan
tembakau. Sifat-sifat ini akan sangat mempengaruhi rencana pembiayaan,
produksi, pemasaran, dan penyalurannya ke konsumen ke seluruh dunia. Bagi
pedagang, ketidakpastian dalam hal suplai dapat menggangu kepercayaan
langganannya. Bagi pabrika atau industri cerutu akan membawa resiko biaya
yang tidak kecil karena harus mencari bahan baku dari pemasok lain atau
bahkan perlu melakukan investasi baru.
Di sisi lain perkembangan industri rokok dunia terlihat sangat nyata kemajuannya.
Jenis rokok yang sangat populer dan banyak diproduksi di Indonesia hingga sekarang
ini yakni rokok sigaret kretek. Menelusuri sejarah lahirnya rokok jenis ini dapat dimulai
dari kejadian yang diaami oleh Haji Jamhari, seorang penduduk Kudus yang menderita
penyakit dada. Ia mencoba mengobati penyakitnya itu dengan menggosok-gosokkan
minyak cengkeh di bagian yang sakit dan daerah sekitar pinggangnya. Ternyata rasa
sakitnya berangsur-angsur berkurang walaupun tidak langsung sembuh secara
sempurna. Selanjutnya ia mencoba mengunyah cengkeh dan hasilnya jauh lebih baik
dalam mengurangi rasa sakitnya. Kejadian yang ia alami tersebut membuat dirinya
berfikir menggunakan rempah-rempah sebagai obat. Cara yang ia lakukan sangat
sederhana yakni dengan merajang cengkeh halus-halus, kemudian rajangan cengkeh
tersebut ia campurkan pada tembakau yang ia pakai merokok. Dengan cara ini ia bisa
menghisap asapnya sampai masuk ke dalam paru-paru dan hasilnya benar-benar diluar
yang ia duga sebelumnya. Penyakit dada nya menjadi sembuh. Bahkan cara pengobatan
seperti itu kemudian cepat tersiar di seluruh wilayah di sekitar tempat tinggalnya. Pada
perjalanan selanjutnya jadilah ia mendirikan sebuah perusahaan rokok meskipun masih
kecil-kecilan dan rokok hasil produksinya itu dinamakan rokok cengkeh. Akan tetapi
ketika rokok ini dihisap timbul bunyi “kretek-kretek” seperti daun terbakar, maka
akhirnya disebut rokok kretek. Lambat laun perusahaan rokok sejenis berkembang
pesat. Pabrik rokok didirikan di berbagai tempat di Indonesia, terutama di Jawa. Pada
tahun 1928 rokok yang diproduksi menggunakan pembungkus berupa kertas sehingga
kemungkinan digunakannya alat pelinting dalam pembuatannya. Inovasi produksi
dilakukan secara terus-menerus oleh produsen rokok, baik yang terjadi di Indonesia
maupun di mancanegara.
Pada awal abad 20 para pengusaha rokok di Eropa dan Amerika telah mampu
menjual produksi mereka ke berbagai tempat di luar negaranya, termasuk ke Indonesia.
Pada tahun 1923 sigaret putih yang di impor oleh Indonesia diperkirakan sekitar
1.000.000.000 batang. Pasar rokok di Indonesia dinilai oleh pengusaha rokok asal
mancanegara sangat cerah hingga pada tahun 1923 mereka ada yang mendirikan pabrik
rokok di Indonesia. Di antara pengusaha rokok yang mendirikan pabrik rokoknya di
Indonesia yaitu perusahaan patungan Inggris-Amerika. Pabrik rokok yang pertama kali
mereka dirikan di Indonesia tahun 1925 yakni ada di Cirebon. 3 tahun kemudian pabrik
rokok juga didirikan di Surabaya. Pada tahun 1931 dari kedua pabrik tersebut dihasilkan
tidak kurang dari 7.000.000.000 batang, disamping tetap mengimpor sebanyak
100.000.000 batang. Sementara di lain sisi jumlah produksi sigaret kretek jauh lebih
sedikit jumlahnya yakni sekitar 6.422.500.000 batang sehingga terjadi
ketidakseimbangan. Untuk mengatasi terjadinya kesimpangan tersebut dibuatlah
berbagai macam peraturan seperti pembedaan tarip cukai atau regulasi dalam hal
penggunaan mesin-mesin yang baru (Soegijanto Padmo dan Edhie Djatmiko,1991).
Di masa-masa selanjutnya industri rokok terus berkembang hingga seperti yang
ada sekarang ini. Mengapa industri rokok dapat berkembang sangat pesat di Indonesia,
sementara industi-industri lainnya tidak semulus perkembangan industri rokok ini? Hal
itu merupakan fenomena sangat menarik. Dalam industri rokok tidak ada hubungan
antara keadaan ekonomi dan tingkat produksi serta konsumsi rokok. Ketika
perekonomian sedang memburuk, maka produksi rokok ternyata tidak terpengaruh oleh
kondiisi tersebut. Fakta itu misalnya pernah terjadi pada tahun 1950 hingga tahun 1962.
Pada waktu itu kondisi ekonomi dan keuangan negara kita sedang buruk, tetapi industri
rokok kretek tetap saja berjalan dan bahkan terus mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Hal ini diindikasikan oleh jumlah cukai tembakau yang dibayarkan kepada
negara rata-rata menunjukan tren peningkatan. Data selengkapnya tentang hal itu seperti
dituliskan dalam Tabel 5. 11.
Pemasukan devisa dari cukai rokok membuktikan bahwa terdapat peran penting
dari tembakau terhadap perekonomian Indonesia. Sumbangan tembakau dan rokok
terhadap perekonomian Indonesia tersebut ditengarai selalu mengalami peningkatan
dalam hal jumlahnya dari tahun ke tahun. Sumbangan tembakau terhadap perekonomian
nasional itu ditunjukkan melalui ekspor tembakau ke mancanegara. Gambaran besarnya
ekspor tembakau dan rokok dari Indonesia tahun 1986-1988 dituliskan dalam Tabel
5.12.
Tabel 5.12 Ekspor Tembakau dan Rokok dari Indonesia Tahun 1986-1988
Seiring dengan perkembangan industri rokok hal yang terjadi adalah kebutuhan
akan tembakau sebagai bahan baku utama untuk membuat rokok juga mengalami
peningkatan. Kebutuhan tembakau untuk keperluan pembuatan rokok dapat
diperkirakan atau diketahui dari jumlah produksi riil rokok yang dihasilkan. Sebagai
gambaran untuk hal itu seperti dituliskan dalam Tabel 5.13.
Tabel 5.13 Kebutuhan Tembakau untuk Produksi Rokok Kretek dan Rokok Putih
di Dalam negeri Tahun 1979-1987
e. Kakao(Coklat)
Konsumsi kakao dapat dibedakan antara konsumsi biji kakao dan konsumsi
cokelat. Konsumsi biji kakao dihitung berdasarkan kapasitas pengolahan atau grinding
capacity, sedangkan konsumsi cokelat dihitung berdasarkan indeks per kapita. Dalam
perdagangan kakao, kaonsumsi biji kakaolah yang berkaitan langsung dengan produksi
dan interaksi keduanya menentukan harga kakao dunia. Harga kakao bergerak naik jika
konsumsi biji kakao lebih besar dari produksinya dan sebaliknya harga kakao akan
merosot apabila konsumsi biji kakao lebih kecil dari produksi.
Sebagai negara produsen kakao tingkat dunia, produksi biji kakao Indonesia
pernah menalami pasang surut. Contohnya produksi kakao Indonesia mengalami
penurunan pada tahun 1997 dan 1999. Hal terebut disebabkan terjadinya musim panas
dan penurunan luas areal tanaman kakao itu sendiri. Jika sebelum tahun 1987, produksi
biji kakao Indonesia didominasi oleh perkebunan besar Negara dengan porsi 50 sampai
80%, maka semenjak tahun 1987 lebih dari 50%nya pangsa pasar terbesar untuk
produksi kakao diduduki oleh Perkebunan Rakyat.
Tabel 5.15 perkembangan produksi kakao Indonesia menurut status pengusahaan, tahun
1980-2004
Ket: *) sementara
Table 5.16 produksi kakao Indonesia dan Negara lain tahun 2001-2005 (000 ton)
Menurut askindo (2006) sebagian besar petani kakao belum menjual langsung
hasil panennya kepada perusahaan. Hal ini disebabkan tempat tinggal petani relative
tersebar dan jumlah produksi kakao seorang petani tiap kali panen relative sedikit yaitu
sekitar satu sampai lima kilogram per dua minggu.
Petani kakao yang bertempat tinggal jauh dari ibukota kecamatan / kabupaten
biasanya menjual kakao mereka kepada para pedangang pengempul. Cara tersebut
dinilai lebih efisien karena jumlah kakao yang akan dijual petani tidak lebih dari 20kg
(departemen pertanian dalam karabain, 2001). Dengan demikian ongkos angkut yang
mereka keluarkan relative tidak besar. Selain hal itu mutu kakao yang dijual oleh petani
kakao tidak begitu baik sehingga harganya relative murah. Oleh karena itu untuk
mendongkrak nilai jual kakao di pasaran, maka petani kakao perlu meningkatkan
kualitas hasil produksinya. Dalam kaitan ini pemerintah perlu memberikan informasi
atau penyuluhan mengenai penanganan pasca panen kakao kepada para petani kakao
agar hasil produksi mereka menjadi lebih baik. Langkah ini diharapkan dapat
diupayakan kakao dengan kualitas tinggi sehingga harga jual kakao di pasaran juga
tinggi.selain kakao dapat dijual kepada pedagang penumpul dapat pula kakao dijual
kepada pedagang antar kota dan pedagang perantara. Peadagang antar kota disini adalah
para pedagang yang membeli kakao pada suatu daerah kemudian menjualnya kembali
keluar kota/daerah yang membutuhkan suplai barang. Usaha dagang yang dimaksud
adalah usaha yang bergerak pada jual beli kakao. Sedangkan pedagang perantara
merupakan pedagang kecil yang dalam hal ini bersedia membeli biji kakao bukanlah
kekhususan mereka melainkan sebagai usaha sampingan.
Eksportir utama biji kakao dunia tahun 2003/2004 ditempati oleh pantai gading
dengan total ekspor satu juta ton. Eksportir terbesar berikutnya adalah Ghana,
Indonesia, dan Nigeria dengan volume masing-masing 608 ribu ton, 314 ribu ton, dan
161 ribu ton. Di sisi lain, importer terbesar biji kakao di dunia adalah belanda dengan
volume 561 ribu ton, diikuti amerika serikar, jerman, Malaysia, prancis, belgia, dan
inggris dengan volume impor masing-masing 488 ribu ton, 212 ribu ton, 181 rubu ton,
154 ribu ton, 139 ribu ton, dan 138 ribu ton.belanda sebagai importer terbesar biji kakao
sekaligus berperan sebagai re-ekspor terbesar biji kakao dunia dengan volume 78,2 ribu
ton (nurhidayani, agustina kurniasih, dan anik herminingsih, 2012)
Pembahasan tentang komoditas hasil pertanianbahan non pangan dalam buku ini
sengaja dibatasi untuk memfokuskan masalah komoditas karet (lateks) sebagai salah
satu contohnya. Hal itu menurut hemat penulis komoditas karet merupakan bahan non
pangan hasil pertanian paling banyak dimanfaatkan bagi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Pada pembahasan agrobisnis komoditas karet banyak digunakan sebagai
bahan baku dalam industry.
Manfaat karet telah diketahui masyarakat Indonesia secara luas. Hal itu
dikarenakan sifat karet mudah dibentuk sehingga bahan yang satu ini dapat digunakan
untuk membuat berbagai peralatan yang dibutuhkan manusia. Mulai dari peralatan
rumah tangga hingga peralatan untuk industry. Mengingat manfaat karet yang sangat
banyak tersebut, maka bahan komoditas hasil pertanian yang satu ini banyak dicari
orang sehingga sangat wajar diperdagangkan diseluruh dunia. Karet sebagai komoditas
hasil pertanian memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga dijadikan tumpuan
bagi petaninya untuk menghasilkan uang guna mencukupi kehidupan hidupnya.
Berbagai macam peralatan yang dibuat dari karet misalnya yang paling sederhana
seperti gelang karet, sandal, ban roda, peralatan otomtif, mainan anak-anak, dan
berbagai peralatan rumah tangga dapat dibuat dari karet.
Karet dihasilkan dari pohon karet (hevea brasilliensis l). karet demikian dikenal
sebagai karet alami. Selain karet alami dikenal pula karet sintetis yang dibuat dari
minyak mentah. Karet alam atau lateks wujudnya berupa getah pohon tertentu yaitu
pohon karet (hevea brasilliensis l). lateks diperoleh dengan cara melukai kulit pohon
karet atau lebih sering diistilahkan penyadapan. Lateks merupakan suatu larutan koloid
dengan partikel karet dan bahan bukan karet yang tersuspensi dalam suatu medium.
Berat lateks ditentukan oleh BJ butir karet dan berat jenis serum/air. Umumnya lateks
memiliki bj 0,998. Sedangkan bj karet kering 0,96. Semakin tinggi kadar karet kering,
maka semakin tinggi / kental karet tersebut. Komposisi lateks yang diperoleh dari pohon
karet dewasa seperti dituliskan dalam table 5.18
2 Air 59,62
3 Dammar/resin 1,65
4 Protein 2,03
6 abu 0,70
Lateks diolah menjadi beberapa jenis produk seperti RSS (RIBBED Smoked
Sheets), crepe, lateks pekat (lateks didih dan lateks pusingan), dan karet bermutu
rendah.
Menurut sahudi T., et al. (1975) dalam rizal syarif dan anies irawati (1988) lateks
selain dihasilkan oleh pohon hevea dapat pula karet dihasilkan dari jenis-jenis tanaman
lainnya yaitu:
Tanaman castilla elastica menghasilkan karet kastila (castilla rubber) atau karet
panama (panama rubber). Jenis tanaman ini dapat t7umbuh tinggi sampai mencapai 45
meter. Lateks jenis tanaman ini dihasilkan setelah umur tanaman mencapai 8-10 tahun.
Tanaman manibot glavionii menghasilkan karet ceara atau karet manicob. Jenios
tanaman ini dapat tumbuuh hingga mencapai ketinggian 9 meter dan dapat disadap
getahnya setelah tanaman berumur 5 atau 6 tahun.
Tanaman ficus elestica menghasilkan karet assam atau karet india. Jenis
tanaman ini dapat menghasilkan getah karet dengan cara disadap setelah tanaman
berumur 50 tahun. Jenis tanaman ini sekarang tidak banyak diusahakan orang.
Tanaman futunia elastica menghasilkan karet jenis logos silk rubber.
Tanaman genus landolphia (l. kirkii, l. heudelloti, dan l owariensis)
menghasilkan karet jenis landolphia.
Tanaman parthenium argentatum menghasilkan karet guayule. Jenis tanaman ini
dicirikan dengan pohon berbentuk perdu agak besar. Karet ini berkualitas sangat baik
untuk bahan campuran karet sintetis. Tetapi biaya untuk produksi karet ini relative
sangat mahal dibandingkan dengan jenis karet lain sehingga jarang dibudidayakan
orang.
Tanaman taraxacum kokshagyz menghasilkan jenis nkaret yang disebut
dandelion.
Tanaman palagium gutta menghasilkan getah perca yaitu suatu bahan yang
sangat mirip dengan karet. Penghasil getah perca di Indonesia yaitu perkebunan Negara
di cipetir, sukabumi, jawa barat. Getah tanaman ini memiliki kualitas terbaik untuk
bahan pembuatan kabel tahan air garam misalnya dipasang dibawah laut. Sifat karet
tanaman ini selain tahan terhadap air garam juga bersifat lentur namun keras. Selain itu
getah perca juga digunakan untuk membuat pipa, penyangga, telepon, pelapis tahan air,
perekat, penutup luka [pada gigi, dan lain-lain.
Tanaman manilkara bidentata atau mimusops balata menghasilkan getah balata
yaitu suatu karet dengan sifatnya kurang begitu elastic. Tanaman ini dapat tumbuh
mencapai ketinggian 30 meter. Penggunaan getah tanaman ini hamper sama dengan
getah perca, kadang-kadang digunakan pula untuk campuran permen karet.tanaman ini
tidak pernah ditanam atau diusahakan orang karena penyadapan getah tidak dapat
dilakukan seperti penyadapan getah pada pohon karet jenis lainyya. Penyadapan getah
pada pohon manilkara bidentata harus merusak pohonnya sehingga jarang
dibudidayakan secara komnersial.
Tanaman dyera costulata menghasilkan jelutong. Lateks yang dihasilkan oleh
pohon ini dalam jumlah yang banyak tetapi berkualitas rendah. Penggunaan yang paling
sering dari getah pohon ini yakni untuk campuran permen karet.
Tanaman achras sapota menghasilkan getah yang disebut chicle. Kulitkayu
pohon ini mengandung lateks. Penggunaan lateks dari pohon ini lebih sering sebagai
bahan campuran permen karet.
Untuk bahan pertimbangan budidaya tanaman karet (hevea brasilliensis l),
budiman (2005) menguraikan beberapa hal penting berkaitan dengan sifat-sifat tanaman
karet dimaksud, yakni:
- Pohon karet memberikan hasil sadapan harian selama 25 tahun tanpa berhenti.
- Selain menghasilkan elastomeryang sangat dibutuhkan dunia, pohon karet juga
menghasilkan kayu unggulan diakhir masa sadapan.
- Pohon karet memberikan banyak manfaat pelestarian lingkungan seperti
cadangan air dan konservasi lingkungan hidup.
- Karet mempunyai nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat diandalkan sebagai
tumpuan hidup.
Produksi karet alam dunia dihasilkan dari perkebunan besar dan perkebunan
rakyat. Sementara itu kebutuhan akan karet alam dunia, baik untuk produksi maupun
sebagaikonsumsi masyarakat sangat tinggi.kebutuhan karet tersebut dari waktu ke
waktu relative terus meningkat jumlahnya. International rubber study group telah
memproyeksikan pertumbuhan konsumsi karet dunia dalamsepuluh tahun kedepan
berkisar 4,7 persen per tahun. Untuk produksi, diperkirakan tumbuh sekitar 4,9 persen
per tahun. Kenyataan tersebut harus ditangkap sebagai peluang yang amat bagus bagi
Negara yang mempunyai perkebunan karet alam guna melakukan ekspansi usahanya.
Ke depan Negara produsen karet alam memiliki peluang tinggi un tuk mengekspor karet
alam ke seluruh penjuru dunia yang membutuhkan, terutama ke Negara-negara maju.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai perkebunan karet yang
sangat luas. Dengan demikian Indonesia memiliki peluang sebagai nmegara produsen
karet alam. Hal itu berarti Indonesia dapat mengandalkan perolehan devisa Negara non
migas melalui ekspor komoditas hasil pertanian yang satu ini yakni karet alam. Untuk
mencapai maksud tersebut, maka Indonesia harus bersedia melakukan pengembangan
untuk dapat meningkatkan kualitas karet alam yang ditetapkan oleh pasar internasional
(riyanto, 2012). Kualitas karet terletak pada elastisitasnya, daya tahan bahan tersebut
terhadap panas dan keretakan yang tinggi.
Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara produsen alam yang berkualitas
tinggi dengan jumlah yang cukup banyak. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam
negeri sendiri karet alam Indonesia juga diekspor ke mancanegara yang membutuhkan,
misalnya ke Negara-negara maju seperti di eropa dan amerika. Sebagai produsen karet
alam yang berkualitas baik, Indonesia harus sanggup mengakui keunggulan Negara
Thailand dan Malaysia yang juga sebagai Negara produsen karet alam. Produktifitas
karet alam Indonesia sekitar 934 kilogram per hektar, sementara Thailand mampu
berproduksi sebanyak 1.705 kilogram per hektar dan Malaysia mampu menghasilkan
karet alam sebanyak 1.450 kilogram per hektar. Indonesia perlu mengembangkan dan
terus meningkatkan sistem eksplorasi yang tepat dalam budidaya karet alam agar
mampu bersaing dengan Negara lain yang juga sebagai Negara pengekspor karet alam.
- Harga internasional.
Kenyataan di lapangan menunjukan semakin besar selisih antara harga karet
alam di pasar internasional dengan harga domestiknya, maka hal itu akan
menyebabkan jumlah komoditi karet alam yang akan diekspor memjadi
bertambah jumlah kuantitasnya.
- Nilai tukar uang
Di lapangan dijumpai kenyataan semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu
Negara, maka harga ekspor karet alam itu di pasar internasional menjadi mahal.
Sebaliklnya, semakin rendah nilai tukar mata uang suatu Negara, maka harga
ekspor karet alam Negara itu di pasaran internasional menjadi murah. Dalam hal
ini pemberlakuan kuota ekspor karet alam juga berpengaruh terhadap ekspor
karet alam dari Indonesia. Kuota ekspor yaitu kebijakan perdagangan
internasional berupapembatasan kuota (jumlah) barang ekspor.
- Kebijakan tariff dan non tariff
Kebijakan tariff adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri pada
tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan
komoditi tersebut. Sedangkan kebijakan non tariff adalah untuk mendorong
tujuan diversifikasiekspor (soekarwati, 1999).
Selain faktor-faktor umu di atas, terdapat faktor lain yang mempengaruhi ekspor
karet alam di Indonesia. Diantaranya yaitu GDP Negara tujuan ekspor, harga karet
dunia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang Negara tujuan ekspor, produksi karet alam
Indonesia, dan harga karet sintetis. Riyanto (2012) menuliskan analisis ekspor karet
alam Indonesia dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan ahli lain selama ini
terutama tentang faktor-faktor yang signifikan berpengaruh terhadap ekspor karet
Indonesia seperti dikemukakan berikut ini.
Gambaran ekspor karet alam di Indonesia ke mancanegara yaitu ekspor karet alam
Indonesia ke amerika serikat pada kwartal I (januari-april) 2012 mencapai hamper
177.000 ton senilai 628,586 juta dolar as. Setelah as, ekspor terbesar karet alam
Indonesia ke jepang yakni sebanyak 131.000 ton senilai 467 juta dolar as dan china
129.000 ton dengan devisa 466 juta dolar as. Dalam krisis global yang melanda dunia
Indonesia patut bersyukur karena masih ada permintaan akan komoditas karet alam
Indonesia. Meski mengalami penurunan. Pada akhir juli 2012 nilai ekspor karet alam
Indonesia menurun hingga mencapai 31,98 persen dibandingkan yang terjadi tahun
2011. Pada januari-juli 2012 nilai ekspor golongan barang tersebut hanya 1.469 miliar
dolar as. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2011 masih bisa mencapai angka
2.199 miliar dolar as. Di kalangan petani, harga karetb alam berkisar antara rp. 5.000 –
rp. 6.000 per kilogram (BPS dan gapkindo, 2012).
Dampak nyata dari program pemangkasan ekspor karet alam tersebut terutama
yang dialami Indonesia yakni volume ekspor karet pada kuartal I 2013 mencapai
611.091 ton atau naik 8,34% dari periode yang sama. Tahun lalu ditengah kebijakan
pengurangan ekspor untuk menstabilkan harga (bisnis.com, 2013). Data gabungan
pengusaha karet Indonesia (gapkindo) menyebutkan volume ekspor pada januari-
februari berturut-turut 196.902 ton, 194.906 ton, dan 219.283 ton. Kendati naik,
Indonesia cukup disiplin menerapkan komitmen pemangkasan ekspor (agreed export
tonnage scheme/AETS) sesuai kesepakatan tiga Negara. Terjadinya peningkatan selama
tiga bulan pertama merupakan konpensasi setelah pelaku menahan ekspor cukup besar
selama oktober_desember 2012. Pemangkasan ekspor sekitar 300.000 ton sesuai
kesepakatan tiga Negara, Indonesia mendapat jatah pengurangan 117.000 ton.
Perinciannya, 60% dilakukan pada oktober-desember 2012 , sedangkan 40%
dilaksanakan pada januari-maret 2013 (sutarno, Ed., 2013).
Harga karet terus meningkat dan tahun 2011 sempat menembus angka USD
6412/ton di bursa komoditi Tokyo (glombor, 2011). Salah satu penyebabnya lantaran
penurunanan produksi karet dari Negara-negara produsen karet termasuk Indonesia.
Menurut gapkindo, setiap Negara yang dilalui khatulistiwa pada bulan februari-
september aklan mengalami masa gugur daun sehingga terjadi penurunan produksi karet
alam di Negara-negara produsennya. Lantaran gangguan cuaca dapat menyebabkan
produksi karet dapat menurun sampai 30% dari bulan-bulan normal. Pada 2010,
produksi karet alam Indonesia mencapai 2,8 juta ton. Tahun 2011 produksi karet alam
Indonesia diprediksi naik hingga 10%, jika tidak ada halangan cuaca. Produksi karet
alam Indonesia ditargetkan sebesar 3,08 juta ton. Setelah mengalami pemulihan dari
krisis global di tahun 2009, maka sejak tahun 2010 dunia mengalami deficit pasokan
karet sebanyak 455.000 ton. Hal itu berarti memberikan kenaikan permintaan ekspor
bagi Negara-negara eksportir karet termasuk Indonesia. Tahun 2010 ekspor karet
Indonesia sebessar 1,9 juta ton. Tahun 2011 ekspor karet bisa naik hingga 10%, artinya
ekspor karet Indonesia mencapai 2,09 juta ton (sumber : http://industri.kontan.co.id/h1l-
n12).
Di lain hal, harga ekspor karet Indonesia mengalami kenaikan. Menurut tulisan
evalisa siregar (antara – news, 2013) harga ekspor karet Indonesia jenis SIR20 bergerak
naik lagi atau ditutup sebesar 2,905 dolar AS per kilogram untuk pengapalan april di
pasar bursa singapura pada 8 maret 2013. Akibat bergerak naiknya harga bekspor, harga
bahan olah karet (bokar) di pabrikan juga ikut bergerak atau sudah Rp23.110-Rp25.110
per kilogram dari 1 maret yang sempat tertekan menjadi Rp22.574-Rp24.574 per kg.
menguatnya harga jual SIR20 dipicu antara lain melemahnya nilai yen dan tindakan
pedagang yang masih melakukan aksi lihat tunggu perkembangan china dan amerika
serikat. Dengan kondisi itu harga akan bergerak naik lagi, karena diperhitungkan akan
terjadi pasokan ketat menyusul produksi di tiga Negara produsen utama karet alam
yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand truun. Produksi karet alam Indonesia
diperkirakan turun hingga 200 ribu ton pada maret-mei 2013 sehingga diharapkan harga
ekspor naik dewasa ini yang masih tertekan dibawah 3 dolar as per kg. produksi turun
akibat musim gugur daun di wilayah bagian utara equator dan adanya banjir di wilayah
bagian selatan ekuator.
Sumatera utara yang merupakan daerah paling utara akuator sebagai produser
terbesar kedua di Indonesia pada februari sudah memasuki musim gugur daun.
Sedangkan di bagian selatan ekuator seperti Sumatra selatan, jambi, dan lampung
sedang musim hujan. Hujan deras mengakibatkan terjadinya banjir sehingga membuat
terganggunya operasional pabrik khususnya yang berada di pinggir sungai musi.
Akibatnya volume menurun. Musim gugur daun juga terjadi di Negara produsen utama
lainnya seperti Thailand dan Malaysia. Sementara itu di tingkat petani harga karet di
labuhanbatu masih tertekan yaitu sekitar Rp8.000-10.000 per kg, padahal produksi karet
sedang ketat alias sedang tidak panen raya (ruslan burhani, 2013).
C. Kehutanan
1. peranan hutan
Peranan atau manfaat hutan sebagai sumber daya alam yang dapat diperbarui dari
aspek ekonomi dapat dijadikan harapan untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama
hasil-hasil dari hutan yang dapat berupa kayu untuk bahan bangunan (papan), rotan,
gambir, air, dan lain-lain. Selain hal itu hutan berperan penting dalam penyediaan stok
oksigen sehingga mencegah terjadinya pemanasan global. Hutan juga berperan sebagai
pendukung dalam penanggulangan kemiskinan. Ditinjau dari aspek lingkungan hidup,
maka hutan mempunyai peranan sangat penting karena disanalah sebagai tempat hidup
beragam flora dan fauna yang notabene sebagai sumber keanekaragaman genetic asli,
pengendali tata air, keseimbangan hara mineral dan penyerap CO2. Pohon-pohon yang
banyak hidup di hutan berperan dalam menyimpan karbondioksida (carbon stock)
dalam bentuk batang kayu, ranting, dan daun (biomassa). Berdasarkan peruntukannya
hutan dikategorikan ke dalam empat jenis yakni hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
produksi, dan hutan wisata.
Hutan lindung berfungsi memberikan perlindungan terhadap tanah, tata air, iklim,
serta lingkungannya. Hutan suaka alam berfungsi memberikan perlindungan terhadap
binatang, untuk kepentingan pengembangan ilmmu pengetahuan dan teknologi serta
kebudayaan. Hutan produksi yakni hutan yang memberikan manfaat produksi kayu dan
hasil hutan yang lain berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan hutan yang berlaku
dengan mengenal prinsip kekekalan hasil. Sementara hutan wisata diperuntukan bagi
penyediaan keindahan alam guna kepentingan wisata.
Hutan bagi bangsa Indonesia dipandang sebagai modal pembangunan. Untuk itu
perlu terus dikembangkan dan diberdayakan seoptimal mungkin agar manfaatnya dapat
dinikmati seluruh bangsa Indonesia. Berbagai upaya dilakukan bangsa idnonesia untuk
memberdayakan hutan. Pemerintah Indonesia pun tidak tinggal diam telah menyusun
program-program pembangunan hutan seperti dituangkan dalam UU No.17/2007 yang
dirumuskan dalam program jangka panjang 2005 – 2025. Mengapa perlu dilakukan
pembangunan hutan? Dipahami bahwa keanekaragaman hayati yang sangat tinggi
mempunyai potensi genetic yang besar. Untuk itu perlu dijaga kelestariannya dan jika
memungkinkan terus dikembangkan kea rah yang lebih baik lagi. Pada gilirannya nanti
akan dapat dipetik manfaat yang besar dari pemberdayaan hutan tersebut untuk
mendukung pembangunan Indonesia seutuhnya.
Akhir-akhir ini permasalahan hutan menjadi isu penting di dunia. Hutan sebagai
sumber daya alam ditengarai telah mengalami banyak perubahan dan sangat rentan
terhadap kerusakan. Hutan telah dieksploitasi secara besar-besaran untuk diambil
kayunya. Eksploitasi ini menyebabkan berkurangnya luasan hutan dengan sangat cepat.
Keadaan semakin diperburuk dengan adanya konservasi lahan hutan secara besar-
besaran untuk lahan pemukiman, perindustrian, pertanian, perkebunan, peternakan, serta
kebakaran hutan yang selalu terjadi di sepanjang tahun. Dampak dari eksploitasi ini
adalahh terjadinya banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Dengan demikian jelas terlihat bahwa fungsi hutan sebagai pengatur tata air telah
terganggu dan telah mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati yang ada di
dalamnya (irwanto, 2006).
D. Perikanan
Berdasarkan ketentuan dari organisasi pangan dan pertanian sedunia (FAO), hasil-
hasil perairan dikelompokan sebagai berikut:
- Ikan darat dan diadromouss (jenis yang bermigrasi antara air asin/laut dan air tawar
untuk peneluran/pemijahan).
- Ikan laut
- Krustasea, moluska dan advertebreta lainnya
- Paus
- Anjinglaut (seats) dan berbagai mamalia perairan
- Berbagai binatang air (penyu, kura-kura, kodok, buaya) dan residu (mutiara, lokan,
spons, koral).
- Tumbuhan air, ganggang air, rumpur laut, dan lain-lain.
Evaluasi
1. Mengapa disebut pertanian rakyat? Alas an apa yang mendasari hal itu contoh
pertanian rakyat yang seperti apakah yang dikatakan eksis tetap eksis diusahakan
dizaman sekarang?
2. Sector perkebunan sampai sekarang dijadikan sector andalan untuk terus
dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Mengapa dikatakan seperti itu?
3. Jenis-jenis komoditas hasil perkebunan apakah yang dijadikan komoditas ekspor
andalan non-migas bagi Indonesia. Sejauh mana sumbangan komoditas dimaksud
dalam perolehan devisa bagi Negara Indonesia?
4. Dalam memasuki pasar internasional komoditas hasil pertanian (perkebunan) dari
Indonesia mendapatkan persaingan yang ketat dari Negara lain. Persaingan dalam
bentuk apa sajakah yang perlu diantisipasi bagi petani Indonesia agar dapat
memenangkan persaingan pasar internasional?
5. Apa kepentingan Indonesia turut serta menjadi anggota international tripartite
rubber council? Menurut pendapat saudara sebagai pengusaha bidang pertanian
(karet alam) bergabung ke dalam perkumpulan tersebut apa justru tidak membuat
ribet terutama berkaitan deengan keharusan mengurangi ekspor karet ke
mancanegara?
6. Kemukakan apa manfaat hutan bagi kehidupan manusia? Mengapa hutan perlu
dijaga kelestariannya?bagaimanakah pendapat saudara jika hal tersebut dikaitkan
dengan isu meningkatnya pemanasan global akhir-akhir ini?
7. Bagaimanakah pembangunan hutan di Indonesia dilakukan? Sudah sejauh
manakah manfaat pembangunan hutan dirasakan oleh bangsa Indonesia?
8. Sudaah sejauhmanakah perkembangan perikanan rakyat di Indonesia? Dari sisi
manakah sebaiknya pembaruan kinerja nelayan di Indonesia dilakukan?
9. Apakah peran sector perikanan dalam kaitannya sebagai sumber protein hewani
yang penting. Sejauhmanakah perhatian pemerintah dalam memajukan sector
perikanan di tataran masyarakat petni di Indonesia?
10. Sudah sejauhmanakah teknologi penangkapan ikan yang ada di indonessia?
Bagaimanakah peran pemerintah dalam memajukan hal itu sehingga nelayan
Indonesia tidak jauh ketinggalan dibandingkan nelayan-nelayan di Negara maju?