Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN


TENTANG : PERTANIAN TERPADU

Oleh:

AGNESIA PANGGABEAN
NIM : 1554201004

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Makalah Tumpangsari Tanaman Perkebunan Karet
dengan Tanaman Jagung” untuk memenuhi tugas mata kuliah Agribisnis Tanaman Perkebunan
di Universitas Lancang Kuning.
Dan harapan saya semoga tugas laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kelapa Sawit
2.2. Ternak Sapi
BAB III. PEMBAHASAN
3.1. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
3.2. Budidaya Ternak Sapi
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian,
peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan,
sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan,
program pembangunan dan konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara terpadu.
Diharapkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang petani berupa pangan, sandang
dan papan akan tercukupi dengan sistem pertanian ini.
Atau dapat juga di artikan bahwa Sistem pertanian terpadu merupakan satu sistem yang
menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra,
menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja.Pertanian pada hakekatnya
merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga
aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif
dan efisien.
Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga
dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa
tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses
produksi. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik di dalam tanah dan
penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang pakai pupuk nitrogen
dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka
sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut
sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan. Keberadaan sektor-
sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh
komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen
lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi
sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.
Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan memiiki
beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman
dan polikultur. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam
dan menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk
sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika panen gagal, petani masih bisa
mengandalkan daging atau telur ayam, atau bahkan menjual kambing untuk mendapatkan
penghasilan.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui cara dan manfaat melakukan pertanian terpadu tanaman perkebunan sawit
dengan ternak sapi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kelapa Sawit


Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel).Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar
sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya
di daerah Aceh, pantai timurSumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi
jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang
bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industripertengahan abad
ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan
seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial
dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti
oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli)
dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran
kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada
tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau
Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun
1910.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama
minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima
dari angka tahun 1940.
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer)
yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya
(lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan
dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat
meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi
alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang
masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia
Tenggara yang berasal dari Afrika.

2.2. Ternak Sapi


Sapi adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anak suku Bovinae. Sapi yang telah
dikebiri dan biasanya digunakan untuk membajak sawah dinamakan Lembu. Sapi dipelihara
terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingan,
seperti kulit, jeroan, tanduk, dan kotorannya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
manusia. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai sebagai penggerak alat transportasi, pengolahan
lahan tanam (bajak), dan alat industri lain (seperti peremas tebu). Karena banyak kegunaan ini,
sapi telah menjadi bagian dari berbagai kebudayaan manusia sejak lama.
Kebanyakan sapi ternak merupakan keturunan dari jenis liar yang dikenal sebagai
Auerochse atau Urochse (dibaca auerokse, bahasa Jerman berarti "sapi kuno", nama ilmiah: Bos
primigenius[), yang sudah punah di Eropa sejak 1627. Namun, terdapat beberapa spesies sapi liar
lain yang keturunannya didomestikasi, termasuk sapi bali yang juga diternakkan di Indonesia.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar
sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut
tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar
napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau
tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak,
hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas
pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas
sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga
jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan
mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat
jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua
jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak
dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati
fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan
rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:


 Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
 Mesoskarp, serabut buah
 Endoskarp, cangkang pelindung inti
 Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio
dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis (15° LU – 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan
laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-
2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat
kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah
sawit.

3.2. Budidaya Ternak Sapi


1. SEJARAH SINGKAT
Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak
Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang
banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan
kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di
wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di
Skotlandia. Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak
dikembangkan di Amerika.
3. JENIS
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan
sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang
khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju
pertumbuhan).
Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO
(peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke
Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata
masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman. Sapi Bali berat badan
mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu
berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat, berat
badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai
sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-
kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya
45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan
(rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun.
Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
4. MANFAAT
Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan
daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga
dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena
termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat
menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan
subur.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa:
a. sistem pertanian terpadu merupakan sistem di mana pertanian dapat bermanfaat dan
berperaN penting dalam suatu bidang tertentu, begitu pula sebaliknya.
b. beberapa macam sistem pertanian terpadu seperti pertanian – perkebunan, pertanian –
kehutanan, pertanian – peternakan, pertanian – perikanan, dan pertanian – wisata.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Setyamidjaja, D.
2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.
Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta Pahan, I. 2006.
Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410 hal.
Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis
Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan
Tengah.
Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada Tanaman Belum
Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq. PT.
Siswati.L, Noverdiman. 2000. Modernisasi Petani Peternak Sapi yang Melakukan
Pola Diversifikasi Usahatani yang Optimal di Pinggiran Taman Nasional Kerinci
Seblat. Penelitian Dosen Univ.Jambi.
Siswati, L. dan A. Mutahar. 2005. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha
keluarga transmigran peternak sapi di Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin. Jurnal
Peternakan. Vol. 2 (1).

Anda mungkin juga menyukai